Anda di halaman 1dari 7

TUGAS STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

Disusun untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

KELOMPOK 2 :
IKA ARIESTIKA S.Kep
IYAN ELFA MAULANA S.Kep
CINTYA ANDHI PRATAMA S.Kep
RIKO BAHTIAR S.Kep
SITI UMAYAH S.Kep

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2020
A. Pemasangan Infus
Pemasangan infusa adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk
memasukan obat atau vitamin kedalam tubu8h pasien ( Darmawan, 2008 )
B. Tujuan pemasangan infus
Menurut (Hidayat, 2008). Tujuan utama terapi intravenaadalah mempertahankan
ataumengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein,
lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan mellui oral, mengoreksi dan
mencegah gangguan dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa,
memberikan tranfusi darah, menyediakan medium untuk pemberikan obat
intravena. Dan membantu pemberian nutrisi parenteral.
C. Indikasi pemasangan infus
1. Kondisi emergency
2. Untuk dapat memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat,
3. Pasien yang mendapat dosis besar secara terus-menerus melalui pembuluh
darah intra vena
4. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan & elektrolit
5. Untuk menurunkan ketidak nyamanan pasien denga mengurangi
kepentingan dengan injeksi intramuskular
6. Pasien yang mendapatkan transfusi darah
7. Upaya profilaksis (Untuk pencegahan) Sebelum prosedur (seperti operasi
besar untuk mencegah pendarahan)
8. Upaya pencegahan pada pasien syok

D. SOP pemasangan infus


1. Peralatan yang dibutuhkan :
a. Cairan infus sesuai dengan kebutuhan atau terapi
b. Abocath,merupakan jarum yang di selubungi plastic.sesuaikan ukuran
jarum abocath dengan kebutuhan.
c. Set infus,dalam set infus ini terdiri dari dua bagian yaitu micro drip
dan makrodrip.penggunaan microdrip di anjurkan untuk anak-anak
sedangkan untuk makrodrip ditujukan untuk orang dewasa
d. Selang ekstension(selang infus)
e. Alcohol swab ,untuk antiseptic
f. Sarung tangan steril
g. Tourniquet
h. Spalk umumnya di gunakan untuk anak-anak dengan tujuan sebagai
penyangga
i. Kassa steril
j. Plester atau hipavik
k. Perlak atau alas
l. Bengkok
m. Penyangga infusan(tiang infus)

E. Langkah-langkah pemasangan infus


 Tahap pra interaksi
1. Identifikasi dulu pasien dan kebutuhan pasien,seperti jenis terapi yang
akan di berikan
2. Lakukan cuci tangan
3. Persiapkan alat yang di butuhkan
 Tahap orientasi
1. Berikan salam kepada pasien (salam terapeutik) dan panggil dengan nama
nya untuk meningkatkan keakraban
2. Jelaskan tindakan dan prosedur yang akan di berikan kepada pasien
3. Berikan izin juga kepada pasien untuk bertanya
 Tahap kerja
1. Terlebih dahulu anjurkan pasien untuk memakai baju yang mudah untuk
keluar masuk infus
2. Buka set yang dteril dengan tekhnik aseptic
3. Pastikan untuk melakukan pengecekan cairan infus dengan 6 benar yaitu
dengan benar pasien nya,benar obat nya,benar dosis nya,benar waktu
pemberian nya,benar cara pemberian dan benar kadaluarsanya
4. Buka set infus,lalu atur klem atau kunci infus di bawah tabung drip
setinggi 2cm sampai 4 cm dan pastikan klem dalam keaadaan off
5. Selanjut nya buka tutup botol dan lakukan disenfektan pada tutup botol
yang akan di hubungkan dengan set infus.tusukan atau hubungkan set
infus dengan cairan yang akan di gunakan
6. Buka klem sepenuhnya dalam keadaan On dan buka juga tutup
jarum.pegang selang bagian ujung dekat jarum dan biarkan air mengalir
pada bengkok.pastikan tidak ada udara di dalam selang infus,setelah itu
tutup kembali klem dalam keadaan Off
7. Melakukan penusukan pilih abocath yang sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan.Atur posisi pasien senyaman mungkin dan tentukan pula
pembuluh darah vena yang akan dilakukan penusukan
8. Simpan perlak atau pengalas di bawah lengan atau area yang akan di
lakukan penusukan.
9. Bebaskan area yang akan di lakukan penusukan seperti baju,jamtangan
dan sebagainya
10. Pasang tourniquet tepat 10 sampai 15 cm di atas lokasi yang akan di
lakukan penusukan
11. Cuci tangan kembali dan pasang sarungtangan
12. Bersihkan kulit dengan alcohol swab pada bagian yang akan dilakukan
penusukan dengan cara melingkar dari bagian dalam ke luar
13. Pertahankan pembuluh darah vena pada posisi stabil,atau tidak bergerak ke
sana ke sini.agar lebih mudah melihat vena di tangan minta pasien untuk
mengepalkan tangan nya tapi tidak di keraskan.
14. Pasang abocath dengan sudut kurang lebih 45 derajat,dimana lobang jarum
menghadap ke atas.masukan secara perlahan dan minta pasien untuk tarik
nafas.untuk mengetahui apakah abocath masuk,maka akan tampak keluar
darah pada bagian ujung abocath,tarik mandarin bagian jarum nya saja
tidak bagian plastic nya setinggi 0,5cm
15. Dorong abocath secara perlahan lalu tarik madrin.setelah madrin di tarik
pastikan menekan area tempat masuk nya abocath agar tidak keluar
darah.setelah itu hubungkan antara set infus dengan abocath
16. Lepas tourniquet nya dan alirkan cairan infus buka klem jadi On
17. Fiksasi abocath dengan plester atau hivapik
18. Atur tetesan infus dengan perencanaan atau program yang telah di
tentukan sebelum nya
19. Setelah selesai lepaskan sarung tangan simpan dalam bengkok untuk di
buang.
 Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan,dan Tanya respon pasien terhadap tindakan yang
telah di lakukan
2. Lakukan kontrak dengan pasien untuk tindakan yang akan di lakukan
selanjut nya
3. Membereskan peralatan tindakan
4. Cuci tangan kembali dengan benar

F. Rumus perhitungan TPM adalah:


(faktor tetes x volume cairan) / (60 x lama pemberian dalam jam) Faktor tetes
merupakan salah satu elemen yang penting dalam cara menghitung tetesan infus
yang perlu diketahui oleh tenaga medis. Perawat bisa memilih set makro atau
mikro. Sebagai contoh, dokter menginstruksikan agar pasien menerima 500 mL
cairan infus dalam kurun 8 jam, sementara faktor tetes yang ditetapkan ialah 20.
Dengan data ini, cara menghitung tetesan infus yang harus diberikan pada pasien
adalah:(500 x 20) / (60 x 8) = 20,83 Artinya, ini akan mendapat sekitar 20-21 tetes
cairan infus dalam 1 menit sebelum cairan di kantung infus habis dan diganti
dengan yang baru.

G. Mengenal jenis cairan infus

Setelah mengetahui cara menghitung tetesan infus, penting juga bagi kita untuk
mengenali jenis cairan infus itu sendiri. Berdasarkan kegunaannya, jenis cairan
infus sendiri dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu cairan pemeliharaan, cairan
pengganti, cairan khusus, dan cairan nutrisi.

1. Cairan pemeliharaan

Cairan infus ini biasanya diberikan untuk pasien yang tidak bisa memenuhi
kebutuhan elektrolit, tapi belum berada pada tahap kritis atau kronis.Tujuan
pemberian cairan ini adalah menyediakan cukup cairan dan elektrolit untuk
memenuhi insensible losses (500-1000 mL), mempertahankan status normal
tubuh, dan memungkinkan ekskresi ginjal dari produk-produk limbah (500-1500
mL).Jenis cairan infus yang dapat digunakan adalah NaCl 0,9%, glukosa 5%,
glukosa salin, dan ringer laktat atau asetat. Pemberian cairan infus ini tetap harus
dengan rekomendasi dokter atau tenaga kesehatan yang kompeten.

2. Cairan pengganti

Cairan infus ini diberikan kepada pasien dengan kekurangan elektrolit serta
permasalahan redistribusi cairan internal.
Cairan ini biasanya diperlukan pasien yang mengalami masalah saluran
pencernaan (ileostomy, fistula, drainase nasogastrium, dan drainase bedah) atau
saluran kencing (misalnya saat pemulihan dari gagal ginjal akut).

3. Cairan Khusus

Yang dimaksud cairan khusus adalah kristaloid semisal natrium bikarbonat 7,5% atau
kalsium glukonas. Tujuan pemberian cairan infus ini adalah meredakan gangguan
keseimbangan elektrolit yang terjadi pada tubuh.

4. Cairan nutrisi

Ketika pasien tidak mau makan, tidak boleh makan, atau tidak dapat makan
melalui mulut, cairan infus berisi nutrisi inilah yang akan dimasukkan ke dalam
tubuh. Cairan nutrisi ini diberikan jika pasien mengalami:

 Gangguan penyerapan makanan, seperti pada fistula enterokunateus,


atresia intestinal, kolitis infektiosa, maupun penyumbatan usus halus

 Kondisi yang mengharuskan usus beristirahat, seperti pada pankreatitis


berat, status preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, stenosis
arteri mesenterika, dan diare berulang.

 Gangguan motilitas usus, seperti pada ileus yang berkepanjangan,


pseudo-obstruksi, dan skleroderma.

 Gangguan makan, muntah terus-menerus, gangguan hemodinamik, dan


hiperemesis gravidarum.
Apapun jenis cairannya, cara menghitung tetesan infus tetap sama, yakni
menggunakan rumus jumlah tetesan per menit (TPM).

Anda mungkin juga menyukai