Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PROBLEMATIKA MEMBACA MENULIS

PERMULAAN DAN ALTERNATIF SOLUSINYA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015
ii

Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat hidayah dan inayah-Nya sehingga makalah “Problematika
Membaca Menulis Permulaan dan Alternatif Solusinya” dapat terselesaikan.
Tidak lupa sholawat dan salam senantiasa kami curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.

Dengan tersusunnya makalah ini kami berharap dapat memenuhi


kebutuhan khususnya para pengajar, sebagai sarana untuk mempermudah
mendidik para anak dan keluarganya dalam rangka belajar membaca menulis
permulaan dengan baik

Demikian makalah ini kami buat, Semoga makalah ini dapat memberi
manfaat untuk kita. Kami selaku penyusun mohon maaf apabila dalam makalah
ini terdapat banyak kesalahan, untuk itu kami mengharap kritik dan saran dari
para pembaca, agar makalah ini lebih sempurna

Surakarta 10 Oktober 2015

Penulis

ii
iii

Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Pengertian Membaca Menulis Permulaan ...................................................... 3

B. Membaca Permulaan ...................................................................................... 3

C. Menulis Permulaan ....................................................................................... 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 21

A. Kesimpulan ............................................................................................. 21

B. Saran ....................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketrampilan membaca dan menulis harus segera dikuasai oleh para siswa di
SD karena ketrampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses
belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses
kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan
kemampuan membaca dan menulis mereka. Siswa yang tidak mampu
membaca dan menulis dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa akan mengalami
kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam
berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang, dan sumber-sumber
belajar tertulis yang lain. Selain itu siswa akan mengalami kesulitan dalam
mencatat. Akibatnya, kemajuan belajarnya juga lamban jika dibandingkan
dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca dan
menulis.

Ketrampilan membaca menulis permulaan ini sangat penting, untuk itu sebagai
guru kita harus mampu mengidentifikasi kesulitan-kesulitan membaca dan
menulis permulaan yang dihadapi oleh siswa. Identifikasi ini bertujuan agar
kita bisa mengatasi kesulitan membaca dan menulis permulaan yang dihadapi
oleh siswa. Sehingga anak yang berkesulitan membaca atau menulis ini dapat
membaca dengan lancer dan menulis dengan benar

Guru memegang peranan yang strategis dalam meningkatkan ketrampilan


membaca menulis siswa. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru
sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses
pembelajaran. guru yang berkompetensi tinggi akan sanggup
menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan, mengembangkan pribadi siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian ini disajikan judul:
Kesulitan Belajar Membaca Menulis Permulaan dan Solusinya

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.

1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan membaca dan menulis


permulaan di sekolah dasar ?
2. Apa saja problematika membaca menulis permulaan di sekolah dasar ?
3. Bagaimana alternatif solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
membaca menulis permulaan di sekolah dasar ?

C. Tujuan
Beracuan dari perumusan masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan tujuan
sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan membaca


dan menulis permulaan di sekolah dasar.
2. Untuk mengetahui problematika membaca menulis permulaan di sekolah
dasar.
3. Untuk mengetahui alternatif solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah membaca menulis permulaan di sekolah dasar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Membaca Menulis Permulaan


Membaca, menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang
diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-
kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal
anak memasuki bangku di kelas 1 sekolah dasar, Membaca dan menulis
permulaan merupakan menu utama.
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan
membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak
dapat mengubah dan melafalkan lambing-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi
bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan
lambing-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap
lambing bunyi-bunyi tersebut.
Kemudian kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan
kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran
menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak
dilatih untuk dapat menuliskan ( mirip dengan kemampuan melukis atau
menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah
struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna. Selanjutnya dengan
kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuan
menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui
lambing-lambang tulis yang sudah dikuasainya. Inilah kemampuan menulis yang
sesungguhnya.

B. Membaca Permulaan

1. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan


Membaca Permulaan

Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak


(Spodek dan Sacacho, 1994). Adapun tujuan pembelajaran membaca

iv
4

permulaan di kelas rendag adalah agar siswa dapat membaca kata-kata


dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (Depdikbud,
1994/1995:4). Dalam praktek lapangan, banyak kita jumpai pada anak
usia Sekolah Dasar, terutama di kelas rendah masih terhitung banyak
siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam hal membaca bacaan. Hal
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal (yang berasal
dari diri pembaca) maupun faktor eksternal (yang berasal dari luar diri
pembaca). Faktor internal antara lain meliputi : minat baca, kepemilikan
kompetensi pembaca, motivasi dan kemampuan pembacanya. Sedangkan
faktor eksternal antara lain meliputi unsur-unsur yang berasal dari
lingkungan baca.

a. Faktor Internal

1) Minat baca

Minat merupakan kegiatan siswa dengan penuh kesadaran terhadap


suatu objek, oleh karena itu minat perlu dikembangkan dan dilatih
dengan terus menerus. Jika minat baca anak rendah maka tingkat
keberhasilan anak dalam membaca akan sulit tercapai. Minat baca
anak harus ditumbuhkembangkan sejak dini. Dan untuk
membangkitkan minat baca siswa, guru harus memberikan
motivasi dan bimbingan pada diri siswa.

2) Motivasi

Kegiatan pembelajaran akan berhasil dan tercapai tujuannya jika


dalam diri siswa tertanam motivasi. Motivasi dalam proses
pembelajaran berfungsi untuk: (1) fungsi membangkitkan (arousal
function) yaitu mengajak siswa belajar, (2) fungsi harapan
(expectasi function) yaitu apa yang harus bisa dilakukan setelah
berakhirnya pengajaran, (3) fungsi intensif (incentive function)
yaitu memberikan hadiah pada prestasi yang akan datang, (4)
fungsi disiplin (disciplinary function) yaitu menggunakan hadiah
dan hukuman untuk mengontrol tingkah laku yang menyimpang
(Abd. Rachman, 1993 : 115).
5

3) Kepemilikan Kompetensi Membaca

Keterampilan berbahasa ada empat, yaitu : keterampilan membaca,


berbicara, menyimak dan menulis. Keterampilan dalam membaca
diperlukan latihan- latihan tahap demi tahap. Kegiatan membaca
berkaitan dengan pengenalan huruf, bunyi dan huruf atau rangkaian
kata, makna atau maksud dan, pemahaman terhadap makna atau
maksud. Jika kegiatan membaca tidak dilakukan secara teratur
maka keterampilan membaca yang dimiliki anak akan berkurang
dengan sendirinya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan


baca. Dalam hal ini sekolah sebagai pusat kebudayaan harus
menciptakan siswa yang gemar membaca melalui perpustakaan
sekolah. Sekolah harus dapat menciptakan suasana perpustakaan yang
menyenangkan dan memberi kenyamanan siswa dalam belajar.
Lingkungan baca sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan
membaca anak. Lingkungan baca anak yang menyenangkan akan
memberi kenyamanan bagi si pembaca dan mempermudah anak dalam
membaca.

2. Problem Umum yang dihadapi Anak dalam Membaca dan Cara


Mengatasinya

Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan


pada anak yang mengalami kesulitan, baik yang berkenaan dengan
hubungan bunyi-huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, maupun
ketidakmampuan anak memahami isi bacaan. Berikut ini kesulitan –
kesulitan yang umumnya dihadapi anak dalam belajar membaca
permulaan :
Ada 3 kategori permasalahan dalam belajar membaca permulaan, yakni :

a. Kategori pramembaca

1) Kurang mengenali huruf


6

Kesulitan yang berupa ketidakmampuan anak mengenali huruf-


huruf dalam alfabetis seringkali dijumpai oleh guru.
Ketidakmampuan anak membedakan huruf besar dan kecil
termasuk dalam kategori kesulitan ini. Untuk memastikan apakah
anak mengalami kesulitan dalam mengenali huruf dapat dilakukan
melalui pengujian secara informal atau pengujian secara formal
dengan menggunakan tes pengenalan huruf.
Upaya yang ditempuh guru dalam membantu anak yang mengalami
jenis kesulitan ini dapat berupa :
a) Huruf dijadikan bahan nyanyian
b) Menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk (
karakteristiknya) , khususnya huruf-huruf yang memiliki
kemiripan bentuk (misalnya p, b, dan d).
b. Kategori Membaca Bersuara
1) Membaca kata demi kata
Anak yang mengalami jenis kesulitan ini biasanya berhenti setelah
membaca sebuah kata, tidak segera diikuti dengan kata berikutnya.
Membaca kata demi kata seringkali disebabkan oleh :
a) Gagal menguasai ketrampilan pemecahan kode ( decoding )
b) Gagal memahami makna kata
c) Kurang lancar membaca
Membaca kata demi kata memang merupakan tahap awal dari
kegiatan membaca. Akan tetapi jika anak tidak mengalami
kemajuan dalam hal tesebut, maka dia termasuk kategori anak yang
menghadapi masalah. Untuk memastikan apakah seorang anak
yang mengalami kesulitan tersebut dapat ditempuh dengan
pengamatan.
Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi anak yang mengalami
jenis kesulitan ini adalah :
a) Gunakan bacaan yang tingkat kesulitannya paling rendah.
b) Suruh anak menulis kalimat dan membacanya dengan keras.
7

c) Jika kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosa


kata maka perlu pengayaan kosa kata.
d) Jika anak tidak menyadari bahwa dia membaca kata demi kata,
rekamlah kegiatan anak membaca dan putarlah hasil rekaman
tersebut.
2) Pemfarafrasean yang salah
Dalam membaca, anak sering kali melakukan pemenggalan
(berhenti membaca) pada tempat yang tidak tepat atau tidak
memperhatikan tanda baca, khususnya tanda koma. Jika kesulitan
ini tidak diatasi, anak akan mengalami banyak hambatan dalam
proses membaca yang sebenarnya.
Untuk mengatasi jenis kesulitan ini dapat digunakan beberapa cara,
yaitu :
a) Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan anak terhadap
makna kelompok kata (frasa), sajikan sejumlah kelompok kata
dan latihkan cara membacanya.
b) Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan anak tentang
tanda baca, perkenalkan fungsi tanda baca dan cara
membacanya.
c) Berikan paragraf tanpa tanda baca, suruhlah anak untuk
membacanya. Selanjutnya ajaklah anak-anak untuk menuliskan
tanda baca pada paragraf tersebut.
3) Miskin pelafalan
Ketidaktepatan anak melafalkan sebuah kata termasuk dalam
kategori kesulitan ini. Problem yang dihadapi pembaca tingkat
lanjut banyak disebabkan oleh faktor ini. Faktor penyebab
kesulitan ini dapat berupa : anak tidak menguasai bunyi-bunyi
bahasa (fonem), anak mengetahui bunyi-bunyi bahasa tetapi tidak
dapat menggunakannya, keterampilan anak sangat berkurang, anak
memiliki gangguan dalam hal pendengaran atau pengucapan.
Untuk mengatasi kesulitan ini, guru dapat menggunakan cara-cara
berikut :
8

a) Bunyi-bunyi yang sulit diucapkan perlu diajarkan secara


tersendiri.
b) Bagi anak yang tidak dapat mengucapkan kata secara tepat,
berikan latihan khusus pengucapan kata-kata tertentu yang
dipandang sulit.

Bagi anak yang mengalami masalah dengan pendengaran atau alat


ucapnya, cara yang dapat digunakan untuk mengatasinya dapat
dikemukakan sebagai berikut :

a) Ajarkanlah bunyi-bunyi yang dianggap sulit oleh anak


(gunakan model pasangan minimal), fokuskan pada bunyi yang
berbeda, pastikan bahwa anak dapat mengucapkannya dengan
tepat, gunakan dalam kalimat).
b) Gunakan teknik permainan untuk mengajarkan bunyi-bunyi
tersebut.
4) Penghilangan
Yang dimaksud dengan kesulitan penghilangan ini adalah anak
menghilangkan (tidak dibaca) kata atau frasa dari teks yang
dibacanya. Penghilangan kata atau frasa ini biasanya disebabkan
oleh ketidakmampuan anak mengucapkan huruf-huruf yang
membentuk kata.
Untuk mengatasi hal ini dapat ditempuh beberapa upaya berikut:
a) Lakukan koreksi secara tidak langsung (misalnya disuruh
membaca ulang) terhadap anak yang memiliki kebiasaan
menghilangkan kata atau frasa dalam membaca.
b) Kenali jenis kata atau frasa yang dihilangkan.
c) Berikan latihan membaca kata atau frasa.
5) Pengulangan
Kebiasaan anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca juga
disebabkan oleh faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai
huruf-bunyi, atau rendah ketrampilannya. Untuk mengatasi
kesulitan ini dapat digunakan cara-cara berikut:
9

a) Anak perlu disadarkan bahwa mengulang kata dalam membaca


merupakan kebiasaan buruk.
b) Kenali jenis kata yang sering diulang.
c) Siapkan kata atau frasa sejenis untuk dilatihkan.
6) Pembalikan
Beberapa anak melakukan kegiatan membaca dengan
menggunakan orientasi dari kanan kekiri. Kata tebu dibaca ubet.
Selain itu, pembalikan dapat juga terjadi dalam menyembunyikan
huruf. Huruf b dibaca d, huruf p dibaca g, dan seterusnya.
Kesulitan ini sering kali dihadapi oleh anak kidal yang memiliki
kecenderungan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam
membaca dan menulis. Selain itu, rendahnya penguasaan huruf-
bunyi juga menjadi penyebab munculnya kesulitan ini. Untuk
mengatasi kesulitan ini dapat ditembuh dengan cara-cara berikut :
a) Anak perlu disadarkan bahwa membaca (dalam bahas yang
menggunakan system alfabetis) menggunakan orientasi dari
kiri ke kanan.
b) Bagi anak yang kurang menguasai hubungan huruf –bunyi,
siapkan kata-kata yang memiliki bentuk serupa untuk
dilatihkan.
c) Latihan hendaknya dilakukan dalam bentuk kata yang
berrmakna, misalnya huruf p dan b dilatihkandengan
menggunakan kata pagi dan bagi.
7) Penyisipan
Kebiasaan anak untuk menambahkan kata atau frasa dalam kalimat
yang dibaca juga dipandang sebagai hambatan dalam membaca.
Misalanya, anak menambahkan kata seorang dalam kalimat
seorang anak sedang bermain. Untuk mengatasi masalah ini dapat
dilakukan dengan cara suruh anak membaca pelan-pelan dan
mengingatkan bahwa dia telah menambahkan kata dalam
membaca.
10

8) Penggantian
Kebiasaan mengganti suku kata dengan kata lain dapat disebabkan
oleh ketidakmampuan anak membaca suatu kata, tetapi dia tahu
makna dari kata tersebut. Misalnya, karena anak tidak mampu
membaca kata mengunyah, maka dia menggantikan dengan kata
makan.untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan cara
berikut :
a) Gunakan bahan bacaan yang termasuk kategori mudah
b) Identifikasi kata-kata yang sulit diucapkan oleh anak
c) Latihkan cara mengucapkan kata-kata tersebut.

9) Menggunakan Gerak Bibir, Jari telunjuk, dan Menggerakkan


Kepala
Kebiasaan anak yang menggerakkan bibir, menggunakan jari
telunjuk, dan menggerakan kepala dia sewaktu dia membaca dalam
hati dapat menghambat perkembangan anak dalam membaca.
Untuk mengubah kebiasaan anak yang selalu menggerakan bibir
sewaktu membaca dalam hati dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
a) Suruh anak menggumamkan suatu kalimat, selanjutnya suruh
anak untuk mengulangi membaca kalimat tersebut tanpa
menggumam.
b) Jelaskan pada anak bahwa membaca dengan cara menggumam
dapat menghambat keefektifan membaca.
Menghadapi anak yang menggunakan jari telunjuk dalam
membaca, lakukan kegiatan berikut :
a) Perhatikan apakah anak mengalami gangguan mata
b) Gunakan bacaan yang cetakannya besar dan jelas
c) Latihkan teknik membaca frasa
d) Peringatkan anak untuk tidak menggunakan jari telunjuknya
dalam.
11

c. Pemecahan kode ( Decoding )

1) Kesulitan Konsonan
Anak mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi
konsonantertentu dan huruf yang melambangkan konsonan
tersebut. Cara-cara berikut dapat digunakan untuk mengatasi
kesulitan anak mengucapkan konsonan.
a) Kembangkan kemampuan anak dalam mendengarkan
konsonan yang dipandang sulit. Misalnya konsonan d, tuliskan
kata-kata yang dimulai dengan konsonan d (depan, adat,
dapat, diri,dsb.), dan lingkarilah huruf d yang terdapat dalam
kata-kata tersebut.
b) Ajaklah anak memperhatikan bentuk huruf yang mewakili
konsonan tersebut.
c) Suruh anak mengumpulkan kata-kata yang di dalamnya
terkandung konsonan tersebut.
d) Latihlah anak mengucapkan kata-kata yang di dalamnya
terkandung konsonan tersebut.

2) Kesulitan Vokal
Dalam bahasa Indonesia, beberapa vokal dilambangkan dalam satu
huruf, Misalnya, huruf i selain melambang bunyi i juga
melambangkan é (dalam kata titik, kancil, dinding, dsb ). Huruf e
dapat melambangkan bunyi e ( dalam kata sering, lebih, setengah,
dsb) juga melambangkan é ( dalam kata kota Serang, selera,
belerang, lentera, dsb), dan melambangkan bunyi è (dalam kata
deret, mobil derek, melek, cewek, dsb). Huruf huruf yang
melambangkan beberapa bunyi seringkali merupakan sumber
kesulitan bagi anak dalam membaca. Cara-cara berikut dapat
digunakan untuk mengatai kesulitan anak dalam memahami dam
mengucapkan bunyi vokal.
a) Tanamkan pengertian dalam diri anak bahwa huruf-huruf
tertentu dalam melambangkan lebih dari satu bunyi, misalnya
12

huruf i dapat melambangkan bunyi i dan é , huruf e dapat


melambangkan bunyi e, é, dan è.
b) Berikan contoh huruf i yang melambangkan bunyi i dan é,
huruf e yang melambangkan bunyi e, é, dan è dalam kata-kata.
c) Ajaklah anak mengumpulkan kata yang didalamnya
terkandung huruf i yang melambangkan bunyi i dan é, huruf e
yang melambangkan bunyi e, é, dan è.

3) Kesulitan kluster, diftong, dan digraf


Meskipun jumlahnya terbatas, dalam bahasa indonesia dapat
dijumpai adanya kluster (gabungan dua konsonan atau lebih),
diftong (gabungan dua vokal), dan digraf (dua huruf yang
melambangkan satu bunyi). Kluster, diftong, dan digraf seringkali
merupakan sumber kesulitan bagi anak yang sedang belajar
membaca. Cara-cara berikut dapat digunakan untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan tersebut.
a) Kenalkan kluster (misalnya: st, kl, gr, pr, sw, dst.), diftong
(misalnya: ai, oi, dan ui), dan digraf (misalnya: sy, ng, kh dan
ny) dalam kata atau kalimat.
b) Tuliskan kata atau kalimat yang mengandung kluster, diftong
dan digraf di papan tulis, dan peragakan cara pengucapannya.
c) Mintalah anak untuk mengumpulkan kata kata yang di
dalamnya terkandung kluster, diftong dan digraf.
d) Suruh anak membacakan kata-kata yang telah
dikumpulkannya.
4) Kesulitan menganalisis struktur kata
Anak seringkali mengalami kesulitan dalam mengenali suku kata
yang membangun suatu kata. Sebagai akibatnya, dia tidak dapat
mengucapkan kata yang dibacanya. Kesulitan ini seringkali
disebabkan oleh ketidak tahuan anak terhadap kata dasar dari suatu
kata, pemenggalan kata kedalam suku kata ( khususnya kata yang
13

dipungut dari bahasa asing), serta imbuhan yang terdapat dalam


kata tersebut.
Cara-cara berikut dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kesulitan
dalam menganalisis struktur kata.
a) Catatlah kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk
diucapkan oleh anak.
b) Perkenalkan kata-kata tersebut kepada anak dengan
memanfaatkan metode SAS.
c) Suruhlah anak mencari kata-kata lain yang sejenis dan
membacanya.

5) Tidak Mengenali Makna Kata dalam Kalimat dan Cara


Mengucapkannya

Ketidakmampuan anak mengenali makna kata dalam kalimat dan


cara pengucapannya disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya :
kurangnya penguasaan kosakata, kurangnya penguasaan struktur
kata, dan kurangya penguasaan unsure konteks (kalimat dan
hubungan antar kalimat). Dalam beberapa kasus, anak memahami
makna kata baca, akan tetapi setelah kata tersebut digunakan dalam
kalimat (misalnya Toni membacakan cerita untuk adiknya).
Beberapa cara berikut dapat dipertimbangkan untuk membantu
anak yang mengalami kesulitan mengenali makna kata dalam
kalimat :
a) Ambil satu kata dan daftarlah kata turunannya (misalnya kata,
baca : membaca, membacakan, dibaca, dibacakan, bacaan,
dan terbaca).
b) Ambillah suatu bacaan (dari buku pelajaran atau sumber yang
lain).
c) Ajaklah anak mengenali kata baca dan turunannya yang
terdapat ke dalam bacaan tersebut.
14

d) Ajaklah anak untuk memaknai kata baca dan turunannya yang


terdapat ke dalam bacaan tersebut.
e) Alihkan pada kata lain (misalnya kata tulis,
gambar,makan,lari,dsb.) dan lakukan kegiatan seperti yang
dikemukakan di atas.

C. Menulis Permulaan
Menulis bukan hanya kegiatan menyalin bentuk tulisan atau keterampilan
menggerakkan alat tulis di atas media tulis, melainkan bagaimana seorang
penulis memvisualisasikan atau mengekspresikan apa yang dilihat, didengar,
dan dipikirkannya ke dalam lambang-lambang tulisan. Menulis juga
merupakan pemindahan pikiran dan perasaan dalam bentuk lambang-lambang
bahasa (Semi, 1990:47). Nuryantoro (2001:296) menyatakan bahwa, Aktivitas
menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan keterampilan)
berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan
mendengarkan, berbicara dan membaca. Sehingga keterampilan menulis perlu
diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dikarenakan untuk mengimbangi
keterampilan berbahasa lainnya. Keterampilan menulis harus diajarkan sejak
pendidikan dasar. Dikarenakan menulis merupakan keterampilan berbahasa
yang umumnya paling sulit dikuasai anak. Selain itu kemampuan menulis
sangat dituntut dalam kehidupan bermasyarakat, seperti untuk berkirim surat,
mencatat, mengisi formulir, dll.

Terdapat beberapa cakupan keterampilan menurut Yusuf (2003:105)


menulis yang termasuk di dalamnya antara lain adalah:
1. Memegang alat tulis
2. Menggerakkan alat tulis ke atas dan ke bawah
3. Menggerakkan alat tulis melingkar
4. Menyalin huruf
5. Menyalin nama sendiri dengan huruf balok
6. Menulis nama sendiri dengan huruf balok
7. Menyalin huruf balok dari jarak jauh
15

8. Menyalin huruf, kata, dan kalimat dengan tulisan bersambung


9. Menyalin tulisan bersambung dari jarak jauh

Menulis merupakan Aktivitas multisensori yang mana gabungan dari


Aktivitas melihat, mendengar, meraba, dan merasakan (Ann Logsdon,
2007:23). Sehingga kesiapan menulis perlu ditanamkan sejak dini, agar
nantinya apabila terjadi keterlambatan atau kekurangan dalam salah satu aspek
keterampilan menulis akan diketahui lebih awal penanganannya. Kesulitan
belajar menulis yang sering disebut disgrafia yang merupakan manifestasi anak
dengan ketidakmampuan dalam mengingat cara membuat huruf atau simbol
matematika. Terdapat beberapa jenis kesulitan belajar yang dialami anak
berkesulitan menulis, antara lain sebagai berikut.

1. Terlalu lambat dalam menulis


2. Salah arah pada penulisan huruf dan angka
3. Terlalu miring
4. Jarak antar huruf tidak konsisten
5. Tulisan kotor
6. Tidak tepat dalam mengikuti garis horisontal
7. Bentuk huruf atau angka tidak terbaca
8. Tekanan pensil tidak tepat
9. Ukuran tulisan terlalu besar atau terlalu kecil
10. Bentuk terbalik

1. Ciri-Ciri Kesulitan Belajar Menulis


Beberapa ciri-ciri khusus yang terdapat pada anak yang mengalami
kesulitan belajar menulis antara lain adalah:
1. Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisanya
2. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur
3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisanya tidak proporsional
4. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide,
pengetahuan atau pemahamanya lewat tulisan
16

5. Sulit memegang pensil atau alat tulis dengan mantap, caranya


memegang alat tulis seringkali terlalu dekat, bahkan hampir menempel
dengan kertas
6. Berbicara pada diri sendiri ketika menulis, tau malah terlalu
memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis
7. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan
proporsional
8. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh
tulisan yang sudah ada.

2. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Menulis

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami


kesulitan menulis yaitu :

a. Lingkungan keluarga
Orang tua merupakan guru bahasa pertama yang memberikan makna
lisan dari benda-benda yang ada disekitarnya. Namun terkadang orang
tua kurang memperhatikan anaknya. Keberhasilan anak sekolah pada
dasarnya dapat ditentukan pada apa yang dilakukan di rumah, dorongan
serta rangsangan minat menulis anak. Luangkan waktu untuk
membimbingnya, kenalkan anak pada huruf abjad, ajarkan pada anak
cara memegang pensil yang benar, sikap menulis yang benar supaya anak
memiliki kemampuan dasar menulis dari rumah.

b. Lingkungan sekolah

1) adanya penggunaan metode pengajaran yang kurang tepat sehingga


timbul permasalahan dalam proses pembelajaran menulis anak
2) materi – materi yang diajarkan belum tepat, belum sesuai dengan
tingkat perkembangan intelektual siswa Sekolah Dasar kelas I
3) guru kurang memahami keinginan siswa
4) siswa yang benar-benar malas belajar menulis.

Kemampuan menulis seperti halnya dengan kemampuan berbahasa yang


lain, yaitu tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui
17

latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Sejak awal masuk sekolah anak
harus belajar menulis dengan tangan karena kemampuan ini merupakan
prasyarat bagi upaya belajar berbagai bidang studi yang lain. Kesulitan
menulis dengan tangan tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak, tetapi
juga guru. Tulisan yang tidak jelas misalnya, baik anak maupun guru tidak
dapat membaca tulisan tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kemampuan anak untuk menulis antara lain :

a. Motorik
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami
gangguan atau kesulitan dalam menulis (tulisannya tidak jelas, terputus-
putus atau tidak mengikuti garis).

b. Perilaku
Anak yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat
menyebabkan pekerjaannya terhambat, termasuk pekerjaan menulis.

c. Persepsi
Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam
menulis. Jika persepsi visualnya yang tergangu, anak mungkin akan sulit
membedakan bentuk-bentuk huruf yang hampir sama seperti d dengan b,
p dengan q, dan lain-lain. Namun jika persepsi auditorisnya yang
terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan menulis kata-kata
yang diucapkan oleh guru.

d. Memori
Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan
belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ia
tulis.

e. Kemampuan melaksanakan cross modal


Kemampuan melaksanakan cross modal menyangkut kemampuan
mentransfer dan mengorganisasikan fungsi visual ke motorik.

f. Penggunaan tangan yang dominan


Anak yang tangan kirinya lebih dominan atau kidal, tulisannya juga
sering terbalik-balik dan kotor.
18

g. Kemampuan memahami instruksi


Jika anak tidak memiliki kemampuan untuk memahami instruksi dapat
menyebabkan anak sering keliru menulis kata-kata yang sesuai dengan
perintah guru. (Mulyono, 2003:227)

Kesulitan belajar menulis sering disebut juga dengan istilah disgrafia


(disgraphia). Kesulitan belajar menulis yang berat disebut juga agrafia.
Disgrafia menunjuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat
huruf atau simbol-simbol matematika. Disgrafia sering dikaitkan dengan
kesulitan belajar membaca atau disleksia (dyslexia) karena jenis kesulitan
tersebut sesungguhnya sangat terkait. (Mulyono, 1003:228). Kesulitan belajar
menulis sering dikaitkan dengan cara anak memegang pensil yang dapat
dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan belajar menulis, yaitu (1)
sudut pensil terlalu besar, (2) sudut pensil terlalu kecil, (3) menggenggam
pensil, (4) menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret. Jenis memegang
pensil yang terakhir (menyeret pensil) adalah khas bagi anak kidal.

Untuk mengetahui apakah anak mengalami kesulitan menulis tangan, guru


dapat melakukan observasi terhadap berbagai kemampuan sebagai berikut :

1) Menulis dari kiri ke kanan

2) Memegang pensil dengan benar

3) Menulis nama penggilannya sendiri

4) Menulis huruf-huruf

5) Menyalin kata-kata dari papan tulis ke buku atau kertas

6) Menulis pada garis yang tepat. (Mulyono, 2003:233).


19

3. Bimbingan yang Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Anak yang


Mengalami Kesulitan Menulis Permulaan

Ada 15 macam aktifitas yang dapat digunakan untuk membantu anak


berkesulitan belajar menulis dengan tangan (menulis permulaan) sebagai
berikut :

a) Aktifitas menggunakan papan tulis


Aktivitas ini dilakukan sebelum pelajaran menulis yang sesungguhnya.
Kepada anak disediakan papan tulis dan sepidol/kapur, dan pada papan
tulis tersebut anak diberi kebebasan untuk menggambar garis, lingkaran,
dsb.

b) Posisi
Untuk latihan menulis, anak hendaknya disediakan kursi yang nyaman
dan meja yang cukup berat agar tidak mudah goyang. Kedua tangan anak
diletakkan diatas meja, tangan yang satu untuk menulis dan tangan yang
lain untuk memegang kertas bagian atas.

c) Kertas
Posisi kertas untuk menulis cetak sejajar dengan sisi meja, untuk menulis
tulisan sambung 60 derajat ke kiri bagi anak yang menggunakan tangan
kanan, dan 60 derajat ke kanan bagi anak yang menggunakan tangan kiri
atau kidal. Agar kertas tidak bergerak, dapat direkat dengan selotip.

d) Memegang pensil
Banyak anak berkesulitan belajar menulis yang memegang pensil dengan
cara yang tidak benar. Untuk memegang pensil yang benar, ibu jari dan
telunjuk di atas pensil, sedangkan jari tengah berada di bawah pensil, dan
pensil di pegang agak sedikit di atas bagian yang diraut. Bagi anak yang
belum dapat memegang pensil dengan benar, bagian pensil yang harus
dipegang dapat dibatasi dengan selotip, atau latihan dapat dimulai dengan
sepidol besar, sepidol sedang, sepidol biasa, dan baru kemudian pensil.

e) Titik-titik
20

Guru membuat dua jenis huruf, huruf yang utuh dan huruf yang terbuat
dari titik titik. Selanjutnya, anak diminta untuk menghubungkan titik-titik
tersebut menjadi huruf yang utuh

f) Menjiplak dengan semakin dikurangi


Pada mulanya guru menulis huruf utuh dan anak diminta untuk menjiplak
huruf tersebut. Lama kelamaan guru yang menulis sebagian besar hingga
sebagian kecil huruf tersebut dan anak diminta untuk meneruskan
penulisan.

g) Buku bergaris tiga


Buku bergaris tiga sering disebut juga buku tebal tipis (halus kasar).
Dengan buku bergaris semacam itu, anak dapat berlatih membuat dan
meletakkan huruf-huruf secara benar.

h) Memperhatikan tingkat kesulitan penulisan huruf


Ada huruf yang mudah dan ada pula huruf yang sulit ditulis. Berbagai
huruf yang mudah ditulis adalah m, n, t, i, u, r, s, l, dan e; sedangkan
yang sulit adalah x, z, y, j, p, b, h,k,f, g, dan q. Anak hendaknya diajar
menulis dengan huruf-huruf yang lebih mudah, meningkat ke yang lebih
sulit, dan baru kemudian gabungan dari keduanya.

i) Bantuan verbal
Pada saat anak sedang menulis, guru dapat memberikan bantuan dengan
mengucapkan petunjuk seperti “naik”, “turun”, “belok”, “stop”, dll.

j) Kata dan kalimat


Setelah anak mampu menulis huruf-huruf, latihan ditingkatkan dengan menulis
kata-kata dan selanjutnya kalimat. Penempatan huruf, ukuran, dan kemiringan
hendaknya juga memperoleh perhatian. (Lerner, 1988 dalam Mulyono, 2003: 240
243).
21

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kesulitan Membaca
Faktor yang menyebabkan anak kesulitan membaca berasal dari faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi minat baca,
motivasi, dan kepemilikan kompetensi membaca. Sedangkan faktor
eksternal berasal dari faktor lingkungan.
Problem Umum yang dihadapi Anak dalam Membaca yaitu :
a. Kategori pramembaca yaitu : Kurang mengenali huruf
b. Kategori Membaca Bersuara :
(1)Membaca kata demi kata (2)pemfarafrasean yang salah (3)miskin
pelafalan (4)penghilangan (5)pengulangan (6)pembalikan
(7)penyisipan (8)penggantian (9)menggunakan gerak bibir (10)jari
telunjuk dan menggerakkan kepala.
c. Pemecahan kode ( Decoding ) :
(1)Kesulitan konsonan (2)kesulitan vokal (3)kesulitan kluster,
diftong, dan (4)digraph kesulitan menganalisis struktur kata (5)tidak
mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya.
Cara mengatasi anak yang berkesulitan membaca yaitu dengan rajin
berlatih, dengan menggunakan metode permainan, secara bertahap dari
yang mudah ke yang sulit, dan seterusnya.

2. Kesulitan Menulis
Faktor yang menyebabkan anak kesulitan menulis berasal dari faktor
lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Selain itu juga ada faktor
lain yaitu : (a)Motorik (b)Perilaku (c)Persepsi (d)Memori
(f)Kemampuan melaksanakan cross modal (g)Penggunaan tangan yang
dominan (h)Kemampuan memahami instruksi.
Kesulitan belajar yang dialami anak berkesulitan menulis yaitu :
(a)terlalu lambat dalam menulis (b)salah arah pada penulisan huruf dan
22

angka (c)terlalu miring (d)jarak antar huruf tidak konsisten (e)tulisan


kotor (f)tidak tepat dalam mengikuti garis horizontal (g)bentuk huruf
atau angka tidak terbaca (h)tekanan pensil tidak tepat (i)ukuran tulisan
terlalu besar atau terlalu kecil (j)bentuk terbalik.

Cara mengatasi anak yang mengalami kesulitan menulis permulaan


yaitu : (a)aktifitas menggunakan papan tulis (b)posisi (c)kertas
(d)memegang pensil (e)titik-titik (f)menjiplak dengan semakin
dikurangi (g)buku bergaris tiga (h)memperhatikan tingkat kesulitan
penulisan huruf (i)bantuan verbal (j) kata dan kalimat

B. Saran
a. Guru harus mempunyai pengamatan yang sensitive dalam
mengidentifikasi berbagai kesulitan yang dihadapi oleh siswa.
b. Guru perlu meningkatkan dan pengembangan kompetensi dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaranmembaca menulis
permulaan.
c. Guru perlu mengembangkan kemampuan untuk dapat menggunakan
media-media pembelajaran yang menarik dan dapat memberikan
pengaruh kontruktif pada kemampuan membaca dan menulis anak.
23

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas, 2003. Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa.


Jakarta: Depdiknas.

Ellis, A; Pennau, J; Standal, T; & Rummel, MK. 1989. Elementary Language Arts
Instruction. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Harris, AJ dan Sipay, ER. 1980. How to Increase Reading Ability. New York:
Longman Inc.

Huck, CS. 1987. Children Literature in The Elementary School. Fort Worth: Holt,
Rinehart and Winston Inc.

Mumiro. (2015). Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Menulis Permulaan


Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah. Diambil pada Oktober 1,
2015,dari Mumiro: www.mumiro.com

Susanto, H. (2013, Juni 7). Bimbingan Anak Berkesulitan Belajar Menulis.


Diambil pada Oktober 1, 2015, dari Wong Kapetakans:
www.kapetakans.com

Zuchdi, D dan Budiasih. 1996/1997. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas


Rendah. Jakarta: Proyek Pengembangan PGSD Dirjen Dikti Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai