Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS


RENDAH
“Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan”

Disusun Oleh :

CELSY OKTA LISKI (211014286206098)

Dosen Pengampu Mata


Kuliah: REFRIL DANI,
M.Pd

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA


BUNGO PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena berkat


petunjuk Nya, penulis berhasil menyelesaikan makalah untuk memenuhi
tugas kuliah pada bidang studi Pembelajaran bahasa indonesia kelas
rendah yang diampau oleh Bapak Reflil Dani,M.Pd. Shalawat beriring
salam tak lupa penulis.
Sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi semua
umat di alam ini dengan cahaya kebenaran. Penulis menyadari dalam
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekeurangan.
Baik dari segi isi maupun dalam segi bahasa. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk
penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca, Amiin.

Muara Bungo, 06 Mei 2023

CELSY OKTA LISKI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................2

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan.......................3

B. Tujuan Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan..........................6

C. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca dan Menulis Permmulaan......8

D. Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis Permmulaan...................16

BAB III PENUTUP

A. Simpulan...................................................................................................24

B. Saran.........................................................................................................24

Daftar Pustaka
DAFTAR ISI
ii
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
MMP merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan.
Sesuai dengan kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaran
yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di
kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada
tahap awal anak memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP
merupakan menu utama. Mengapa disebut permulaan, dan apa sasarannya?
Peralihan dari masa bermain di TK (bagi anak-anak yang mengalaminya)
atau dari lingkungan rumah (bagi anak yang tidak menjalani masa di TK) ke
dunia sekolah merupakan hal baru bagi anak. Hal pertama yang diajarkan
kepada anak pada awal-awal masa persekolahan itu adalah kemampuan
membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar
bagi pemerolehan bidang bidang ilmu lainnya di sekolah.
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahsa tulis yang
reseptif. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinnkan
orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirannya, mempertajam
pandangannya dan memperluas wawsannya. Dengan demikian maka
kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa
pun yang ingin maju da meningkatkan diri. Pembelajaran dikelas I dan kelas
II merupakan pembealajaran tahap awal, kemamapuan membaca siswa
diperoleh dikelas I dan kelas II tersebut akan menjadi dasar pembelajaran
membaca dikelas berikutnya. Oleh sebab itu, pembelajaran membaca
disekolah mempunyai peranan yang penting.
Membaca menulis permulaan merupakan tahapan proses belajar bagi
siswa sekolah dasar kelas awal.siswa belajar untuk memperoleh kemampuan
dan menguasai teknik-teknik membaca dan menulisserta menangkap isi
bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merangcang pembelajaran
BAB
1
2

membaca menulis permulaan dengan baik sehingga mampu


menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai sesuatu yang menyenangkan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa Hakikat Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan ?
2. Apa Saja Tujuan Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan ?
3. Apa Saja Langkah-langkah Pembelajaran Membaca dan MenulisPermulaan?
4. Apa Saja Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Hakikat Pembelajaran Membaca dan Menulis
2. Untuk Mengetahui Tujuan Pembelajaran Membaca dan MenulisPermulaan
3. Untuk Mengetahui Langkah-langkah Pembelajaran Membaca dan Menulis
Permulaan.
4. Untuk Mengetahui Metode Pembelajaran Membaca dan MenulisPermulaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikat Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan.


Pembelajaran keterampilan Membaca Menulis Permulaan (MMP)
merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran di kelas
rendah. Kedua keterampilan ini merupakan pondasi dasar dalam mencapai
kesuksesan keterampilan lainnya. Oleh sebab itu, pembelajaran keterampilan
MMP memerlukan perhatian khusus dari guru. MMP mengkaji tentang
keterampilan membaca dan keterampilan menulis di kelas rendah fokusnya di
kelas satu Sekolah Dasar (SD). Keterampilan membaca permulaan lebih
diorientasikan pada keterampilan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan
melek huruf (Chandra dan Amerta, 2017). Sedangkan keterampilan menulis
permulaan tidak jauh berbeda dengan keterampilan membaca permulaan. Pada
tingkat dasar, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada keterampilan
yang bersifat mekanik, yaitu bagaimana teknik yang digunakan dalam
menegakkan fungsi alat tulisnya membentuk tulisan yang dapat dibaca.
Melalui membaca seseorang dapat mengetahui apa yang sebelumnya
tidak diketahui. Membaca sudah diajarkan sejak usia dini. Menurut Tarigan
(2015:7) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata/bahasa tulis. Sedangkan menurut Rahim (2008 : 2)
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,
tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,
berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.Membaca adalah suatu cara untuk
mendapatkan informasi dari sesuatu yang di tulis. Membaca melibatkan
pengenalan symbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar
adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang
didapat dari membaca dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita
fiksi atau humor.
Membaca dan menulis permulaan (MMP) merupakan kegiatan belajar
3
4

mengajar untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis


permulaan di kelas-kelas awal bagi anak-anak yang baru memasuki bangku
sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah di kelas I MI/SD,
MMP merupakan menu utama. Masa transisi dari TK atau dari lingkungan
rumahan (tidak mengalami masa di TK) ke dunia sekolah adalah pengalaman
pertama bagi anak-anak. Hal dasar yang diajarkan kepada anak pada awal-awal
masa persekolahan itu adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua
kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan bidang-bidang
ilmu lainnya di sekolah (Rukiati dan Sumayana, 2014:72). Adapun pendapat
lain mengatakan bahwa tahun pertama di sekolah dasar berbeda dengan tahun-
tahun lainnya dari berbagai aspek. Perbedaan yang paling terlihat dalam hal
perolehanbahasa adalah bahwa pada tingkat kelas awal, anak anak memperoleh
kemampuan membaca dan menulis dasar. Faktor yang paling menonjol yang
mempengaruhi proses kegiatan belajar mengajar adalah karakteristik guru dan
siswa. Kemampuan menulis merupakan kegiatan yang lebih dari aktivitas
kinestetik serta tingkat aktivitas kognitifnya lebih rumit dan lebih tinggi yang
harus dipertimbangkan bersamaan dengan kemampuan membaca (Cakiroglu
dan Kuruyer, 2012:5588-5589).
Sebagian besar kegiatan membaca sebagian besar dilakukan dari kertas.
Batu atau kapur di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer
dapat pula dibaca. Membaca dapat menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri
maupun dibaca keras-keras. Hal ini dapat menguntungkan pendengar lain,yang
juga bisa membangun konsentrasi kita sendiri. Membaca merupakan kegiatan
yang membutuhkan keseimbangan yang baik, dimulai dari mulai gerakan mata
dan pemantapan pemikiran serta kemampuan untuk menerima informasi dan
menelaah informasi tersebut. Dibutuhkannya keseimbangan yang baik dan
akurat agar kita mampu menerima informasi secara tepat dan mengingat
informasi tersebut saat kita perlukan. Dalam membaca dibutuhkan pula
kosentrasi agar kita bisa menyimpan informasi secara maksimal. Semakin
sering kita membaca maka semakin baik pula kemampuan membaca kita.
Para ahli telah mendefinisikan tentang membaca dan tidak ada criteria
5

tertentu untuk menentukan suatu definisi yang dianggap paling besar.


Menurut Hariss dan Sipay membaca sebagai suatu kegiatan yang memberikan
respon makna secara tepat terhadap lambing verbal yang tercetak atau tertulis.
Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari interaksi antara presepsi
terhadap symbol grafis dan ketrampialn berbahasa serta pengatahuan pembaca.
Dalam interaksi ini, pembaca berusaha mencipatakan kembali makna
sebagaimana makna yang ingin disampaikan oleh penulis dan tulisannya.
Dalam proses membaca itu pembaca mencoba mengkreasikan apa yang
dimaksud oleh penulis. Membaca , menulis permulaan merupakan program
pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis
permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku
sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku di kelas 1 sekolah dasar,
Membaca dan menulis permulaan merupakan menu utama. Kemampuan
membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat
dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah
dan melafalkan lambing-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada
tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambing-lambang
huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambing bunyi-
bunyi tersebut. Kemudian kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda
dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan,
pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat
mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan ( mirip dengan
kemampuan melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis yang jika
dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna .
selanjutnya dengan kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan anak-anak
digiring pada kemampuan menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke dalam
bentuk bahasa tulis melalui lambing-lambang tulis yang sudah dikuasainya.
Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.
B. Tujuan Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan.
Pembelajaran Membaca Permulaan diberikan di kelas I dan II.Tujuannya
adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan
6

dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut.
Tujuan membaca permulaan juga dijelaskan dalam yaitu agar “Siswa dapat
membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat”.
Pelaksanaan Membaca Permulaan di kelas I Sekolah Dasar dilakukan dalam
dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan
menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara
mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya
kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat. Pembelajaran membaca
dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai
bahan pelajaran.
Dalam teori pendidikan klasik, mendidik anak-anak pra-sekolah dan
kelas-kelas rendah belum memberi pengetahuan intelektual. Pendidikan lebih
ditekankan pada usaha menyempurnakan rasa. Yang harus dikembangkan
adalah kecerdasan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan pengendalian
emosinya. Pendidikan pra-sekolah sesungguhnya ditekankan pada bagaimana
menumbuhkan perasaan senang berimajinasi, menggunggah dan menggali hal-
hal kecil di sekitarnya. Jika anak sudah senang terhadap hal-hal tersebut,
dengan sendirinya minat dan potensi akademiknya akan tumbuh tepat pada
waktunya, yaitu ketika tantangan dan tuntutan hidupnya semakin besar.
Pembelajaran bahasa yang utama ialah sebagai alat komunikasi. Seorang anak
belajar bahasa karena di desak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan
orang-orang di lingkungan sekitar. Oleh karena itu sejak dini anak-anak
diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi yaitu, mampu menyapa,
mengajukan pertanyaan, menjawab, menyebutkan pendapat dan perasaan
melalui bahasa (Thahir, 1993:2 )
C. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan.
A. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Permulaan

1. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Permulaan Tanpa Buku


Pembelajaran membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada awal-awal
pertama anak memasuki caturwulan kesatu. Hal ini dapat berlangsung kira-
7

2. kira 8-10 minggu. Jika memungkinkan, tenggang waktu tersebut dapat


dipersingkat lagi. Berikut ini akan disajikan salah satu model alternatif
pembelajaran kegiatan permulaan tanpa buku. Adapun langkah-langkah
sebagai berikut. Sebelum KBM dilakukan, sebaiknya guru mengawalinya
dengan berbagai kegiatan pra-KBM yang dapat merangsang dan menggali
pengalaman berbahasa anak. Percakapan-percakapan ringan antara guru dan
siswa sebelum kegiatan KBM dimulai merupakan langakah awal yang bagus
untuk membuka pintu komunikasi. Sapaan-sapaan hangat dan berbagai
pertanyaan ringan mereka akan membuat siswa termotivasi untuk betah dan
belajar di sekolah. Selanjutnya, pilihan variasi-variasi kegiatan berikut.
a. Menunjukkan gambar
Misalnya guru menunjukkan gambar keluarga yang terdiri atas ibu, ayah, dan
dua anak(laki-laki dan perempuan). Hal ini dimaksudkan untuk menarik
minat dan perhatian anak.
b. Menceritakan gambar
Guru menceritakan gambar tersebut dengan memberi nama terhadap peran-
peran yang terdapat di dalam gambar tersebut. Penamaan tokoh-tokoh
hendaknya menggunakan huruf-huruf yang pertama-tama hendak dikenalkan
kepada anak. GBPP dan Buku Paket dapat dijadikan acuan untuk penanaman
tokoh-tokoh tersebut. Misalnya, Anda dapat menyebut “mama” untuk
gambar ibu; ”mimi”untuk gambar anak perempuan; “nana” untuk gambar
anak laki-laki; dan “papa” untuk gambar ayah. Tema cerita dapat disesuaikan
dengan tema-tema yang ada dalam GBPP, atau tema-tema yang diperkirakan
menarik perhatian anak, dan akrab dengan kehidupan anak.
c. Siswa bercerita dengan bahasanya sendiri
Selanjutnya, satu-dua siswa diminta menceritakan kembali gambar tersebut
dengan bahasanya sendiri.
d. Mengenalkan bentuk-bentuk tulisan melalui bantuan gambar
Pada fase ini, guru melepaskan gambar-gambar tadi secara terpisah, dan
menempelinya dengan tulisan sebagai keterampilan atas gambar tadi.
Sebagai contoh: di bawah gambar ibu tertera tulisan yang berbunyi “ini
8

3. mama” atau “mama” (bergantung pada pemilihan metode MMP yang Anda
gunakan: metode SAS, metode kata, metode eja, dan seterusnya).
e. Membaca tulisan bergambar
Pada fase ini, guru mulai melakukan proses pembelajaran membaca sesuai
dengan metode yang dipilihnya. Jika menggunakan metode eja atau metode
bunyi, pengenalan lambang tulisan akan diawali dengan pengenalan huruf-
huruf melalui proses drill (teknik tubian) atau proses hafalan. Jika
penggunaan metode global atau metode SAS, proses pembelajaran membaca
akan dimulai dari pengenalan struktur kalimat sederhana, dan seterusnya.
f. Membuka tulisan tanpa gambar
Setelah proses ini dilakukan, selanjutnya guru secara perlahan-lahan dapat
menyingkirkan gambar-gambar tadi, dan siswa diupayakan untuk melihat
bentuk tulisannya saja. Kegiatan ini dapat disertai dengan penyalinan bentuk
tulisan ke papan tulis, dan guru menyajikan wacana sederhana yang dapat
memberikan keutuhan makna kepada anak. Misalnya, guru dapat membuat
wacana seperti berikut.
ini mama
ini mimi
ini nana
ini mama mimi
ini mama nana
g. Mengenalkan huruf, suku kata, kata, atau kalimat dengan bantuan kartu.
Berikut ini disajikan beberapa alternatif pengenalan berbagai unsur bahasa
melalui kartu-kartu.
Mengenalkan unsur kata /kalimat
Mengenalkan unsur kata/suku kata
Mengenalkan unsur suku
kata/huruf
Ada hal penting yang harus diperhatikan guru dalan menguraikan suku kata
menjadi bunyi huruf-huruf. Perhatikan ilustrasi berikut ini
(Guru memerlihatkan kartu suku kata berbunyi /ma/)
Guru : m a(suku kata diucapkan panjang dan bunyi /m/ didengungkan)
9

4. Murid :
m(panjang) Guru :
Lalu?
Murid : a (panjang)
Merangkai huruf menjadi kata-kata bermakna
Perhatikan contoh kartu-kartu huruf berikut serta bentukan-bentukan kata
yang dihasilkannya.
Merangkai suku kata menjadi kata
Anda dapat melakukannya seperti contoh diatas, namun kata yang digunakan
untuk merangkai kata adalah kartu-kartu suku kata.
Demikianlah model-model alternatif pengajaran membaca permulaan tanpa
buku. Anda dapat mengembangkan model lain yang lebih kreatif, menarik,
dan cocok. Selanjutnya, mari kita lanjutkan dengan langkah-langkah
pengajaran membaca permulaan dengan menggunakan buku.
5. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Menggunakan Buku
Setelah Anda memastikan diri bahwa murid-murid Anda mengenal huruf-
huruf dengan baik melalui pembelajaran membaca tanpa buku, langkah
selanjutnya murid Anda mulai dikenalkan dengan lambang-lambang tulisan
yang tertera dalam buku. Langkah awal yang paling penting disini adalah
bagaimana menarik minat dan perhatian siswa agar mereka merasa tertarik
dengan buku (bacaan), dan mau belajar dengan keinginannya sendiri, tanpa
terpaksa melakukannya.
Ada beberapa tawaran alternatif langkah pembelajaran permulaan dengan
buku, antara lain sebagai berikut.
a. Membaca buku pelajaran (buku paket)
1. Siswa diberi buku (paket) yang sama dan diberi kesempatan untuk
melihat-lihat isi buku tersebut. Mereka mungkin membuka-buka dan
membolak-balik halaman demi halaman dari buku tersebut hanya sekedar
untuk melihat-lihat gambarnya saja.
2. Siswa diberi penjelasan singkat mengenai buku tersebut: tentang warna,
jilid,tulisan/judul luar, dan sebagainya.
3. Siswa diberi penjelasan dan petunjuk tentang bagaimana cara membuka
1

6. halaman-halaman buku, agar buku tetap terpellihara dan tidak cepat rusak.
4. Siswa diberi penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan angka-angka yang
menunjukkan halaman-halaman buku.
5. Siswa diajak untuk memusatkan perhatian pada salah satu teks/bacaan
yang terdapat pada halaman tertentu.
6. Jika bacaan disertai gambar, sebaiknya terlebih dahulu guru bercerita
tentang gambar dimaksud.
7. Selanjutnya, barulah pembelajaran membaca dimulai. Guru dapat
mengawali pembelajaran ini dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang
mengawalinya dengan pemberian contoh (membaca pola kalimat yang
tersedia dengan lafal dan intonasi yang baik dan benar), ada yang langsung
meminta contoh dari salah seoranng siswa yang dianggap sudah mampu
membaca dengan baik, atau cara lainnya.

Pembelajaran membaca selanjutnya dapat dilakukan seperti contoh-contoh


model pembelajaran membaca tanpa buku. Perbedaannya terletak pada
ajarnya. Membaca tanpa buku dilakukan dengan memanfaatkan gambar-
gambar, kartu-kartu, dan lain-lain. Sementara membaca dengan
memanfaatkan buku sebagai alat dan sumber belajar.
Hal ini yang perlu Anda perhatikan dalam pembelajaran MMP adalah
penerapan prinsip dan hakikat pembelajaran bahasa (dalam hal ini bahasa
Indonesia). Salah satu prinsip pengajaran bahasa dimaksud adalah bahwa
pembelajaran bahasa harus dikembalikan pada fungsi utamanya, yaitu
sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, model pembelajaran bahasa harus
didasarkan pada pendekatan -pendekatan komunikatif-integratif. Artinya,
disamping mengajarkan membaca, guru juga harus pandai menggali potensi
anak dalam melakukan aktivitas berbahasa, seperti menyimak, berbicara,
menulis, apresiasi sastra, dan sejenisnya.
b. Membaca buku dan majalah anak pilihan
Pengenalan terhadap jenis bacaan lain selain buku ajar, sangat membantu
anak dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca sejak dini. Namun,
1

7. tentu saja pemilihan buku dan majalah bebas itu perlu dilakukan guru dengan
menimbang taraf kemampuan siswa, asas kebermaknaan dan kebermanfaatan,
kemenarikan, kemudahan perolehan, dan sebagainya.
Untuk langkah awal, bacaan-bacaan sederhana hendaknya menjadi pilihan
utama. Kosakata yang dipakai dalam bacaan tersebut hendaknya
mengandung huruf-huruf yang sudah dikenal anak, disamping pemakaian
kosakata yang juga dianggap sudah dikenal anak.
c. Membaca bacaan susunan bersama guru siswa
Untuk menerapkan model ini, langkah-langkah yang ditempuh, antara lain
sebagai berikut.
1) Guru menunjukkan beberapa gambar, anak diminta menyebutkan gambar-
gambar tersebut.
2) Di samping gambar, guru juga memerlihatkan beberapa kartu (bisa kartu
huruf, kartu suku kata, atau kartu kata), anak diminta menempelkan kartu-
kartu dimaksud di bawah gambar, sehingga gambar-gambar dimaksud
menjadi berjudul.
3) Satu-dua buah gambar dipilih anak untuk bahan diskusi, dan sebagai
stimulus untuk membuat bacaan bersam. Melalui arahan dan bimbingan guru,
misalnya melaluin kegiatan tanya jawab, diharapkan guru dan siswa dapat
membuat bacaan bersama. Pada kegiatan ini, usahakan mengajak siswa untuk
membuat kalimat-kalimat tersebut disusun menjadi bacaan sederhana.
Contoh:
a) Guru menunjukkan gambar seoranganak perempuan yang membonceng
seorang anak laki-laki dengan sepeda roda tiga.
b) Disediakan kartu huruf yang terdiri atas huruf-huruf
a (13 buah), i(15 buah), e(4 buah), m(6 buah), s(2 buah), p(2 buah), k(2
buah), n(10 buah), g(2 buah),o(2 buah), r(2 buah)
c) Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang gambar:
1) Siapakah nama anak perempuan ini? (ini mimi)
2) Siapakah nama anak laki-laki ini? (ini nana)
3) Yang mana kakanya? (mimi)
1

8. 4) Yang mana adiknya? (nana)


5) Mereka naik apa? (sepeda)
6) Ada berapa roda sepeda dia? (ada tiga)
7) Dan seterusnya
d) Kemungkinan wacana/bacaan yang dihasilkan
bersama: ini mimi
ini nana
nana adik mimi
mimi dan nana naik
sepeda sepeda roda tiga
sepeda baru dari ibu
4) Guru menyajikan gambar yang sudah dilengkapi dengan bacaan hasil
susunan bersama antara guru dan siswa sebagai bahan ajar membaca
permulaan.
d. Membaca bacaan susunan siswa secara berkelompok atau susunan siswa
secara perseorangan.
Langkah-langkah yang ditempuh pada kegiatan ini pada dasarnya hampir
sama dengan kegiatan membaca bacaan susunan bersama guru siswa. Hanya
pada kegiatan ini lebih banyak melibatkan kegiatan siswa. Guru berkelilling
untuk mengontrol dan membimbing siswa atau kelompok siswa yang
mengalami kesulitan. Tentu saja, pada kegiatan ini lebih banyak memerlukan
alat banttu, baik gambar-gambar maupun kartu-kartu atau alat ajar lainnya.
B. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN
Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi ke dalam dua kelompok,
yakni pengenalan huruf dan latihan.
1. Pengenalan Huruf
Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran
membaca permulaan. Penekanan pembelajaran diarahkan pada pengenalan
bentuk tulisan serta pelafalannya dengan benar. Fungsi pengenalan ini
dimaksudkan untuk melatih indra siswa dalam mengenal dan membeda-
bedakan dan lambing-lambang tulisan.
1

Mari kita perhatikan salah satu contoh pembelajaran pengenalan bentuk tulisan
untuk murid kelas 1 SD. Misalnya guru hendak mengenalkan huruf a, i, dan n.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut.
a. Guru menunjukkan gambar seorang anak perempuan dan seorang anak laki-
laki. Dua anak tersebut diberi nama “nani” dan “nana”.
b. Guru mengenalkan nama kedua anak itu sambil menunjuk tulisan “nani”
dan “nana” yang tertera di baawah masing-masing gambar.
c. Melalui proses tanya-jawab secara berulang-ulang, anak diminta
menunjukkan mana “nani” dan mana “nana” sambil diminta menunjukkan
bentuk tulisannya.
d. Selanjutnya, guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk tulisan
tersebut di papan tulis, anak diminta memerhatikannya. Guru hendaknya
menulis secara perlahan-lahan dan anak diminta untuk memerhatikan gerakan-
gerakan tangan, serta contoh pengucapan dari bentuk tulisan yang sedang
ditulis guru.
Setiap tulisan itu kemudian dianalisis dan disintesiskan kembali. Perhatikan
contoh tulisan berikut.
Demikianlah seteerusnya, kegiatan dilakukan berulang-ulang bersamaan
dengan pembelajaran membaca permulaan.
2. Latihan
Proses pemberian latihan dilaksanakan dengan mengutip prinsip dari yang
mudah ke yang sukar, dari latihan sederhana menuju latihan yang kompleks.
Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan,
antara lain berikut ini.
a. Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar.
Tangan kanan berfungsi untuk menulis, tangan kiri untuk menekan buku tulis
agar tidak mudah tegeser. Pensil diletakkan di antara ibu jari dan telunjuk.
Ujung jari, telunjuk, dan jari tengah menekan pensil dengan luwes, tidak kaku.
Posisi badan ketika duduk hendaknya tegak, dada tidak menempel pada meja,
jarak anatara mata dengan buku kira-kira 25-30 cm.
b. Latihan gerakan tangan. Mula-mula melatih gerakan tangan di udara
1

dengan telunjuk sendiri, atau dengan bantuan alat seperti pensil. Kemudian
dilanjutkan dengan latihan dalam buku latihan. Agar kegiatan ini menarik,
sebaiknya disertai dengan kegiatan bercerita. Misalnya, untuk melatih
membuat garis tegak lurus, guru dapat berceriya yang ada kaitannya dengan
pagar, bulatan dengan telur, dan sebagainya.
c. Latihan mengeblat, yakni menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan
menindas tulisan yang sudah ada. Ada beberapa cara mengeblat yang bisa
dilakukan anak, misalnya dengan menggunakan karbon, menggunakian kertas
tipis, menebalkan tulisan yang sudah ada. Sebelum anak melakukan kegiatan
ini, guru hendaknya memberi contoh cara menulis dengan benar di papan tulis,
kemudian anak menirukan gerakan tersebut dengan telunjuknya di udara.
Setelah itu, barulah kegiatan mengeblat dimulai. Pengawasan dan bimbingan
harus dilakukan secara individu sampai seluruh anak terperhatikan.
d. Latihan menghubung-hubungkan tanda titik yang membentuk tulisan.
Latihan dapat dilakukan pada buku-buku yang secara khusus menyajikan
latihan semacam ini.
e. Latihan menatap bentuk tulisan latihan ini dimaksudkan untuk melatih
kordinasi antara mata, ingatan, dan jemari anak ketika menulis, sehingga anak
dapat mengingat bentuk kata/huruf dalam benaknya, dan memindahkannya ke
jemari tangannya. Dengan demikian, gambaran kata yang hendak ditulis
tergores dalam ingatan dan pikiran siswa pada saat dia menuliskannya.
f. Latihan menyalin, baik dari buku pelajaran maupun dari tulisan guru pada
papan tulis. Latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa semua
anak telah mengenal huruf dengan baik. Ada beragam model variasi latihan
menyalin, di antaranya menyalin tulisan apa adanya sesui dengan sumber
yang ada, menyalin tulisan dengan cara berbeda, misalnya dari huruf cetak ke
huruf tegak sambung, atau sebaliknya dari huruf bersambung ke huruf cetak.
g. Latihan menulis halus/indah. Latihan dapat dilakukan dengan menggunakan
buku bergaris untuk latihan menulis atau buku otak. Ada petunjuk berharga
yang dapat Anda ikuti, jika murid-murid Anda tidak memiliki fasilitas seperti
itu. Perhatikan petunjuk berikut dengan cermat.
1

1) Untuk tulisan/huruf cetak, bagilah setiap baris halaman buku menjadi dua.
Untuk ukuran dan bentuk tulisan, perhatikan contoh berikut.
2) Ukuran tulisan tegak bersambung, bagilah setiap baris halaman buku
menjadi tiga. Untuk ukuran dan bentuk tulisan, perhatikan contoh berikut.
h. Latihan dikte/imla. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam
mengordinasikan ucapan, pendengaran, ingatan, dan jari-jarinya (ketika
menulis), sehingga ucapan seseorang itu dapat didengar, diingat, dan
dipindahkan ke dalam wujud tulisan dengan benar.
i. Latihan melengkapi tulisan (melengkapi huruf, suku kata, atau kata) yang
secara sengaja dihilangkan. Perhatikan contoh berikut.
1) Melengkapi huruf
2) Melengkapi sukun kata
3) Melengkapi kata
j. Menuliskan nama benda yang terdapat dalam gambar.
k. Mengarang sederhana dengan bantuan gambar, dengan langkah sebagai
berikut.
1) Guru menunjukkan suatu susunan gambar berseri.
2) Guru bercerita dan bertanya-jawab tentang tema, isi, dan maksud gambar.
3) Siswa diberi tugas untuk menulis karangan sederhana, sesuai dengan
penafsirannya mengenai gambar tadi, atau sesuai dengan cerita gurunya
dengan menggunakan kata-kata sendiri.
5. Rancangan Pembelajaran MMP
Anda baru saja menyelesaikan kegiatan belajar 1 bahan belajar mandiri
dengan baik. Pada kegiatan belajar 2 ini, kita masih akan membicarakan ihwal
MMP, khususnya yang berkenaan dengan rancangan pembelajarannya
terdapat empat hal pokok yang menjadi pokok pembicaraan kita dalam belajar
ini, yaitu:
1) Tujuan MMP
2) Materi MMP
3) Metode MMP
4) Penilaian MMP
1

Yang dimaksud ndengan rancangan dalam pembicaraan kita kali ini adalah
perencanaan kegiatan belajar-mengajar yang berbentuk persiapan mengajar.
Persiapan mengajar ini biasanya dipersiapkan guru sebelum mereka
melaksanakan kegiatanbelajar-mengajar secara operasional di dalam kelas.
Wujud persiapan mengajar ada yang tertulis, ada juga yang tidak tertulis.
Satuan pelajaran (Satpel) atau rencana pengajaran (RP) merupakan salah satu
contoh dari wujud persiapan mengajar secara tertulis. Contoh yang tidak
tertulis meliputi penguasaan materi, kesiapan mental gurudan siswa, alat dan
sumber belajar, organisasi belajar dan lain-lain. Persiapan mengajar biasanya
dibuat para guru setelah sebelumnya mereka mempelajarai GBPP, program
AMP (Analisis Materi pelajaran), dan program pengajaran (Program semester
dan program tahunan).

D. Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan.


Metode pembelajaran di kelas rendah akan diuraikan sebagai berikut :
1. Metode Eja
Pembelajaran MMP dengan metode eja memulai pengajarannya dengan
memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut
dihapalkan dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya menurut abjad.
Sebagai contoh A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan seterusnya. Dilafalkan
sebagai a, be, ce, de, e, ef, dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan
→latihan menulis lambing tulisan, seperti a, b, c, d, dan seterusnya atau
dengan huruf rangkai, a, b, c, d, dan seterusnya. Setelah melalui tahapan ini,
para murid diajarkan untuk perkenalan dengan suku kata dengan cara
merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
b, a → ba (dibaca be. a → ba )

d, u → du ( dibaca de, u
→ du )ba-du
dilafalkan Badu
b, u, k, u menjadi b, u → bu (dibaca be, u → bu )
k, u → ku (dibaca ka, u → ku )ontoh, ambillah kata’’
1

Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah murid-murid dapat


menulis huruf-huruf lepas, kemudian dilanjuutkan dengan belajar menulis
rangkai huruf yang berupa suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata”
badu”tadi. Selanjutnya, murid diminta menulis seperti : ba - du → badu.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat
sederhana. Contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi
kata, dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan
spiral, pendekatan kumunikatif, dan pendekatan pengalaman berbahasa.
Artinya, pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai
dari hal-hal yang konkrit menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang
mudah, akrab, familiar, dengan kehiduipan murid menuju hal-hal yang sulit
dan mungkin meruipakan sesuatu yang baru bagi murid. Kelemahan yang
mendasar dari penggunaan metode eja ini meskipun murid mengenal dan
hafal abjad dengan baik, namun murid tetap mengalami kesulitan dalam
mengenal rangkaian huruf yang berupa suku kata atau kata.
2. Metode suku kata dan metode kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan
suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu, ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki,
ku, ke, ku dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai
menjadi kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru
dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata
bermakna, untuk bahan ajar MMP. Kata-kata tadi misalnya :
ba – bi cu – ci da – da ka – ki

ba – bu ca – ci du – da ku – ku

bi – bi ci – ca da – du ka –
ku ba – ca ka – ca du – ka ku –
da
Kegiatan tersebut dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata
menjadi kalimat sederhana. Proses perangkaian suku kata menjadi kata,
kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindak lanjuti dengan proses
pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan
1

bahasa terkecil dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata
kedalam suku-suku kata. Proses pembelajaran MMP yang melibatkan
kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk
metode ini yakni metode rangkai kupas.
3. Metode Global
Metode Global artinya secara utuh dan bulat. Dalam metode global yang
disajikan pertama kali pada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat
tersebut dituliskan dibawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya.
Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu
secara global tanpa gambar.
Sebagai contoh dapat dilihat bahan ajar untuk MMP yang menggunakan
metode global.
a. Memperkenalkan gambar dan kalimat
b. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata, kata menjadi
suku kata.Contoh: Kata menjadi huruf-huruf
Ini mama in i
i-ni
ma m a
ma- ma

i–n–im-a – m-a

4. Metode Struktural Analisis Sintesis (SAS)


Merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan proses
pembelajaran MMP bagi siswa pemula. Pembelajaran MMP dengan metode
ini mengawali pembelajarannya dengan dua tahap, yakni menampilkan dan
memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah
struktur yang member makna lengkap, yakni skruktur kalimat. Hal ini
dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep “ kebermaknaan” pada diri
anak. Akan lebih baik jika struktur nya kalimat yang disajikan sebagai bahan
pembelajan MMP dengan metode iniadalah struktur kalimat yang digali dari
pengalaman berbahasa sipembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum kegiatan
1

belajar mengajar (KBM) MMP yang sesungguh nya dimulai, guru dapat
melakukan pra- KBM melalui berbagai cara.

Proses penguraian atau penganalisisan dalam pembelajaran MMP


dengan metode SAS meliputi :
c. Kalimat menjadi kata-kata
d. Kata menjadi suku-suku kata
e. Suku kata menjadi huruf-huruf
Mengenai itu, Momo (1987) mengemukakan beberapa cara, yaitu:
a. Tahap tanpa Buku, dengan cara:
1) Merekam bahasa siswa
2) Menampilkan gambarsambil bercerita
3) Membaca gambar
4) Membaca gambar dengan kartu kalimat
5) Membaca kalimat secara struktural (S)
6) Proses analitik (A)
7) Proses sintetik (S)
b. Tahap dengan Buku, dengan cara:
1) Membaca buku pelajaran
2) Membaca majalah bergambar
3) Membaca bacaan yang disusun oleh guru dan siswa
4) Membaca buku yang disusun oleh siswa secara berkelompok
5) Membaca buku yang disusun oleh siswa secara individual.
Metode ini yang dipandang paling cocok dengan jiwa anak atau
siswa adalah metode SAS menurut Supriyadi dkk Alasan mengapa
metode SAS ini dipandang baik adalah:
a. Metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umumbahwa
bentuk bahasa terkecil adalah kalimat.

b. Metode ini memperhitungkan pengalaman bahasa anak


c. Metode ini menganut prinsip menemukan

d. sendiri.Kelemahan metode SAS, yaitu:


2

e. Kurang praktis
f. Membutuhkan banyak waktu
g. Membutuhkan alat peraga
5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu teknik mengajar dengan
memperagakan, mempertunjukan, atau menayangkan sesuatu. Siswa dituntut
memperhatikan objek yang didemonstrasikan. Melalui metode ini siswa
dapat mengembangkan keterampilan mengamati, menggolongkan, menarik
kesimpulan, menerapkan atau mengkomunikasikan.
6. Metode Diskusi
Diskusi adalah proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok.
Setiap anggota kelompok saling bertukar ide atau pikiran tentang suatu isu
dengan tujuan untuk memecahkan suatu masalah, menjawab suatu
pertanyaan, menambah pengetahuan atau pemahaman, atau membuat suatu
keputusan. Jadi setiap siswa harus aktif memecahkan masalah. Apabila
proses diskusi melibatkan seluruh anggota kelas, pembelajaran dapat terjadi
secara langsung dan bersifat berpusat pada siswa.
Dikatakan pembelajaran langsung karena guru menentukan tujuan yang
harus dicapai melalui diskusi, mengontrol aktivitas siswa serta menentukan
fokus dan keberhasilan pembelajaran. Dikatakan berpusat kepada siswa
karena sebagian besar input pembelajaran berasal dari siswa, mereka secara
aktif dan meningkatkan belajar, serta mereka dapat menemukan hasil diskusi
mereka.
7. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode mengajarkan sesuatu bahan
dengan penuturan, penerangan, atau penjelasan bahasa lisan kepada siswa.
Keberhasilan siswa melalui teknik ceramah sangat bergantung kepada
kemampuan siswa dalam menyimak.
8. Metode Penugasan
Metode penugasan adalah teknik pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk
2

atau instruksi guru. Tugas dapat bersifat individu dan kelompok.


9. Metode Tanya Jawab
Melalui pertanyaan guru memancing waktu jawaban tertentu dari
siswa jawaban yang diharapkan akan tercapai apabila siswa telah mempunyai
pengetahuan siap, ingatan, atau juga penalaran tentang yang ditanyakan.
Gambaran situasi yang mendahului pertanyaan sangat membantu siswa
dalam menanggapi pertanyaan. Melalui metode ini dapat dikembangkan
keterampilan mengamati, menafsirkan, menggolongkan, menyimpulkan,
menerapkan, dan mengkomunikasikan.
10. Metode Abjad dan Metode Bunyi
Menurut Alhkadiah, kedua metode ini sudah sangat tua. Menggunakan
kata- kata lepas, misalnya:
Metode Abjad:
bo-
bo à
bobo
la-ri
à lari
Metode Bunyi:
na-na à nanalu-pa à lupa
Rancangan Pembelajaran
MMP
1. Model Pembelajaran MMP
Pada bagian ini, kita akan berlatih bagaimana melaksanakan
pembelajaran MMP dalam kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas dengan mengambil salah satu metode tertentu. Tentu saja,
model ini bukanlah satu-satunya acuan yang terbaik, sebab
mengajar itu adalah seni. Masing-masing orang mempunyai gaya
dan seni tersendiri di dalam mengajar. Yang perlu Anda pahami di
sini, bukanlah persoalan teknik dan strategi mengajar, melainkan
konsep-konsep pokok langkah-langkah pembelajaran MMP yang
berlandaskan pada penggunaan metode MMP tertentu. Mengenai
2

pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang paling tepat


digunakan oleh guru bagi pembelajar pemula tidaklah begitu
penting. Guru dapat memilih metode MMP yang paling tepat dan
paling cocok sesuai dengan situasi dan kondisi siswanya.
Penerapan Metode Pembelajaran MMP
Bagi siswa kelas rendah (I dan II), penting sekali guru
menggunakanmetode membaca. Depdiknas (2000:4) menawarkan
berbagai metode yangdiperuntukkan bagi siswa permulaan, antara
lain: metode eja/bunyi, metode kata lembaga, metode global, dan
metode SAS Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari
engeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode
eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan
lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari
pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan
bunyi huruf atau fonem. Metode kata lembaga didasarkan atas
pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan
menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata. Metode global
adalah belajar membaca kalimat secara utuh. Adapun pendekatan
yang dipakai dalam metode global ini adalah pendekatan kalimat.
Selanjutnya, metode SAS didasarkan atas pendekatan cerita.
Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa kelas
rendah (I dan II) di sekolah dasar. Gurudianjurkan memilih salah
satu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa.
Menurut hemat penulis, guru sebaiknya mempertimbangkan
pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai
berikut:
1. Dapat menyenangkan siswa
2. Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya
3. Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien
4. Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit
Salah satu metode pembelajaran membaca permulaan yang akan diangkat
2

dalam tulisan ini adalah metode membaca global. Menurut Purwanto


(1997:32), “Metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai
keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli ilmu jiwa dan ahli
pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly.” Kemudian Depdiknas
(2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca
kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat.
Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan
kalimat di bawah gambar. Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat
tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata,
menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.
Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:
1. Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa
membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini nani
2. Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /nani/
3. Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni na – ini
4. Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i – n – i – a – n – i
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Membaca , menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang


diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-
kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap
awal anak memasuki bangku di kelas 1 sekolah dasar, Membaca dan menulis
permulaan merupakan menu utama.
Menulis adalah proses mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan
dalam bentuk tulisan. Pembelajaran menulis permulaan diberikan kepada anak
sejak anak duduk di kelas 1 Sekolah Dasar. Hal itu dilakukan untuk membantu
anak dalam mencapai keterampilan berbahasa indonesia yang baik dan benar.
Melalui penggunaan metode dan media yang benar diharapkan pembelajaran
menulis permulaan ini, dapat berlangsung sesuai dengan harapan. Melalui
langkah-langkah yang benar, juga mengetahui apa yang menjadi penyebab
kesulitan belajar menulis permulaan, guru mampu membantu siswa dalam
melakukan pembelajaran menulis permulaan.
Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan
menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat
membaca lanjut
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengharapkan agar pembaca
berkenan menyampaikan kekurangan-kekurangan yang ada di dalam makalah
ini, serta memberikan saran dan masukan yang mendukung atas kekurangan
makalah ini. Kritik dan saran yang pembaca ajukan akan dijadikan sebagai
bahan perbaikan untuk penyusunan makalah yang selanjutnya agar tidak ada
kesalahan yang terulang.
24
25

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta : PT Asdi Mahasatya.
Depdikbud. (1991/1992). Petunjuk Pengajaran Membaca dan Menulis Kelas I, II
di Sekolah Dasar. Jakarta: P2MSDK.
Depdikbud. (1991/1992). Petunjuk Pelaksanaan Kegaiatan Belajar
Mengajar Kelas I, SD. Jakarta: Direktorat
Dikdasmen.
Depdikbud. (1995/1996). Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Di Sekolah
Dasar. Jakarta: Direktorat Dikdasmen.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
SD/IBTIDAIYAH. Jakarta: Depdiknas.
Hartati, tatat, dkk. 2009. Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas rendah.
Bandung. Upi pres. Http://www.puskur.or.id/data/
Sugiarto, dkk. (1980). Metodik Khusus Bahasa Indonesia. Solo: Tiga
Serangkai.

Anda mungkin juga menyukai