Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MEMBACA MENULIS PERMULAAN

Dosen Pengampu:
Dr. Ni Ketut Desia Tristiantari, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Ni Putu Risma Diami (2211031402)
Ni Nyoman Karisma Maharatnaya (2211031403)
Ni Made Gita Maharani (2211031373)
Desak Putu Cindyawati (2211031400)
Dewa Ayu Komang Trisya Andria Putri (2211031375)

JURUSAN PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala
rahmatNya sehingga makalah berjudul “Membaca Menulis Permulaan” ini dapat tersusun
sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 18 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Membaca Menulis Permulaan..............................................................................3
2.2 Tujuan Membaca Menulis Permulaan....................................................................................4
2.3 Metode Pembelajaran Menulis Membaca Permulaan............................................................5
2.4 Permasalahan dalam Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan........................................9
A. Membaca Permulaan..............................................................................................................9
B. Menulis Permulaan..............................................................................................................10
BAB III................................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................12
3.2 Saran....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan suatu sarana untuk mengembangkan segala potensi dasar
yang dimiliki siswa untuk mengembangkan kemajuan suatu bangsa. Dengan
pendidikan siswa akan mempunyai kemampuan lebih seperti membaca, menulis
ataupun berhitung dengan baik. Misalnya untuk mendapatkan informasi dari surat
kabar, siswa harus mempunyai kemampuan membaca yang baik untuk memahami isi
dari surat kabar tersebut. Sedangkan untuk mampu menyalin, mencatat dan
menyelesaikan tugas sekolah siswa harus mempunyai kemampuan menulis dengan
baik pula.
Dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan berbahasa tercermin dalam empat aspek
keterampilan berbahasa, yakni keterampilan menyimak, berbicara, membaca,dan
menulis. Pemerolehan keempat keterampilan berbahasa tersebut bersifat hierarkis.
Artinya, pemerolehan keterampilan berbahasa yang satu akan mendasari keterampilan
lainnya. Dua jenis keterampilan berbahasa pertama, yakni menyimak dan berbicara
diperoleh seseorang untuk pertama kalinya di lingkungan rumah. Dua keterampilan
berbahasa berikutnya, yakni membaca dan menulis diperoleh seseorang setelah
mereka memasuki usia sekolah. Oleh karena itu, kedua jenis keterampilan berbahasa
ini merupakan sajian pembelajaran yang utama dan pertama bagi murid-murid
sekolah dasar di kelas awal. Kedua materi keterampilan berbahasa ini dikemas dalam
satu paket pembelajaran yang dikenal dengan paket MMP (Membaca Menulis
Permulaan).
Membaca menulis permulaan merupakan kepanjangan dari MMP. Sesuai dengan
kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan
kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas- kelas awal pada saat
peserta didik mulai memasuki bangku sekolah.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian dari Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan?
1.2.2 Apa tujuan dari Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan?
1.2.3 Apa saja metode Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan?

1
1.2.4 Apa saja permasalahan dalam Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Membaca Menulis Permulaan.
1.3.2 Untuk mengetahui tujuan dari pembelajaran Membaca Menulis Permulaan.
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja metode dari pembelajaran Membaca Menulis
Permulaan.
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja permasalahan dalam Pembelajaran Membaca
Menulis Permulaan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Membaca Menulis Permulaan


MMP merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai dengan
kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan
kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat
anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap awal anak memasuki bangku
sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menu utama.
Mengapa disebut permulaan, dan apa sasarannya? Peralihan dari masa bermain di
TK (bagi anak-anak yang mengalaminya) atau dari lingkungan rumah (bagi anak yang
tidak menjalani masa di TK) ke dunia sekolah merupakan hal baru bagi anak.
Hal pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan itu
adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini akan menjadi
landasan dasar bagi pemeroleha bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah.
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan
membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak
dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi
bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-
lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang
bunyi-bunyi lambang tersebut.
Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju
pemilikan kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana. Yang dimaksud
dengan melek wacana adalah kemampuan membaca yang sesungguhnya, yakni
kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna
disertai pemahaman akan lambing-lambang tersebut. Dengan bekal kemampuan
melek wacana inilah kemudian anak dipajankan dengan berbagai informasi dan
pengetahuan dari berbagai media cetak yang dapat diakses sendiri.
Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan
membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih
diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk
dapat menuliskan (mirip dengan kemampuan melukis atau menggambar) lambang-

3
lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu
menjadi bermakna. Selanjutnya, dengan kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan
anak-anak digiring pada kemampuan menuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke
dalam bentuk bahasa tulis melalui lambang-lambang tulis yang sudah dikuasainya.
Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.

2.2 Tujuan Membaca Menulis Permulaan


Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan
kurikulum terkini yang digunakan di sekolah-sekolah sebagai pengganti atas
kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum 1994. Penyempurnaan kurikulum ini
mengacu pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah terkait yang mengamanatkan adanya standar
nasional pendidikan. Standar- standar dimaksud berkenaan dengan standar isi, proses,
dan kompetensi lulusan serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh
pemerintah.
Seperti dijelaskan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Tr. Indra Jati
Sidi dalam kata pengantar untuk Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia bahwa upaya penyempurnaan kurikulum dimaksudkan untuk mewujudkan
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh
mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya. Dimensi-dimensi
dimaksud meliputi aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan,
keterampilan, kesehatan, seni, dan budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut
bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan
melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup serta
menyesuaikan diri, dan berhasil dalam kehidupan. Kurikulum tersebut dikembangkan
secara lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masing-masing daerah dan
sekolah setempat.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia hendaknya memadai dan
efektif sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu,
dan alat pemersatu bangsa. Daerah atau sekolah-sekolah diberi kesempatan untuk
menjabarkan standar kompetensi itu sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masing-
masing secara kontekstual.

4
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca,
untuk SD dan MI adalah sebagai berikut: "membaca huruf, suku kata, kata, kalimat,
paraagraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus,
ensiklopedia, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca
hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi
anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. Kompetensi membaca juga diarahkan
menumbuhkan budaya baca".
Standar kompetensi aspek membaca di kelas 1 sekolah dasar ialah siswa mampu
membaca dan memahami teks pendek dengan cara membaca lancar (bersuara) dan
membaca nyaring beberapa kalimat sederhana. Standar kompetensi ini diturunkan ke
dalam empat buah kompetensi dasar, yakni:
1. Membiasakan sikap membaca yang benar.
2. Membaca nyaring.
3. Membaca bersuara (lancar).
4. Membacakan penggalan cerita.

2.3 Metode Pembelajaran Menulis Membaca Permulaan


Untuk dapat mengajarkan membaca dan menulis permulaan seperti dikutip dari
(Mulyati, 2014: 15-23 & Kemendikbud, 2012: 8-15), ada beberapa metode yang dapat
dijadikan acuan untuk mengajarkannya.
1. Metode Eja
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini me- mulai
pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alfabetis. Huruf-huruf
tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad.
Sebagai contoh A/a, B/b, C/c, D/d, E/e, F/f, dan seterusnya, dilafalkansebagai [a],
[be], [ce], [de], [ef], dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis
lambang, tulisan, seperti a, b, c, d, e, f, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai
a, b, c, d, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku
kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya. Misalnya:
b, a, d, u menjadi b-a ba (dibaca atau dieja /be-a/ [ba ])d-u du (dibaca atau dieja
/de-u/ [du])ba-du dilafalkan /badu/b, u, k, u menjadi b-u bu (dibaca atau dieja / be-
u/ [bu] )k-u ku (dibaca atau dieja / ke-u/ [ku] ). Proses ini sama dengan pada
proses menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menuliskan huruf-huruf lepas,

5
kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yang berupa suku
kata. Sebagai contoh, kata ‘baru’. Selan- jutnya, anak diminta menulis seperti ini:
ba – ru badu. Kegiatan ini dapat juga diikuti dengan cara mencontoh menulis kata
melalui proses menebalkan huruf.
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat se-
derhana. Contoh-contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata men- jadi
kata, dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral,
pendekatan komunikatif, dan pengalaman berbahasa. Artinya, pemili- han materi
ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkret
menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-hal yang mudah, akrab, familiar dengan
kehidupan anak menuju hal-hal yang sulit dan mungkin merupakan sesuatu
yang baru bagi anak.

2. Metode Bunyi
Metode bunyi merupakan bagian dari metode eja, hanya saja dalam pe-
laksanaannya metode bunyi melalui proses latihan dan tubian. Contoh metode
bunyi: huruf/b/ dilafalkan [eb]/d/ dilafalkan [ed] /e/ dilafalkan [e] dilafalkan
dengan e pepet seperti pelafalan /g/ dilafalkan [eg] pada kata benar, keras, pedas,
lemah /p/ dilafalkan [ep]. Dengan demikian. kata „nani dieja menjadi: /en-a/
[na]/en-i/ [ni] dibaca [na-ni].

3. Metode Suku Kata


Metode suku kata biasa juga disebut dengan metode silabel. Proses
pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata,
seperti:
/ba, bi, bu, be, bo/;
/ca, ci, cu, ce, co/;
/da, di, du, de, do/;
/ka, ki, ku, ke, ko/, dan seterusnya.
Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna.
Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi
paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar MMP. Kata-kata
dimaksud, misalnya:
ba – ju cu – ci da – kika – ki

6
bi – ru ca – ci da – ra ku – ku
bi – bi ci – ci da – du ka – ku
ba – ca ka – ca du – ka ku – da
Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi
kelompok kata atau kalimat sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat
dimaksud, seperti tampak pada contoh di bawah ini.
ka-ki ku-da
ba-ca bu-ku
cu–ci ka–ki (dan sebagainya).
Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kelompok kata atau
kalimat sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau
penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan-satuan bahasa terkecil di
bawahnya, yakni dari kalimat ke dalam kata-kata dan dari kata ke suku-suku kata.
Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas,
kemudian melahirkan istilah lain untuk metode ini, yakni metode rangkai-kupas.
Jika disimpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan metode suku
kata adalah:
1. Tahap pertama, pengenalan suku-suku kata;
2. Tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata;
3. Tahap ketiga, perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat
sederhana;
Tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan.

4. Metode Kata
Proses pembelajaran MMP seperti yang digambarkan dalam langkah- langkah
di atas dapat pula dimodifikasi dengan mengubah objek pengenalan awalnya.
Sebagai contoh, proses pembelajaran MMP diawali dengan penge- nalan sebuah
kata tertentu. Kata ini, kemudian dijadikan lembaga sebagai dasar untuk
pengenalan suku kata dan huruf. Artinya, kata dimaksud diuraikan (dikupas)
menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf.
Selanjutnya, dilakukan proses perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku
kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan tadi dikembalikan lagi
kebentuk asalnya sebagai kata lembaga (kata semula). Karena proses
pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses pengupasan

7
dan perangkaian maka metode ini dikenal juga sebagai “metode kupas-rangkai”.
Hal tersebut dianalogikan sebagai lawan dari metode suku kata yang biasa juga
disebut metode rangkai-kupas. Sebagian orang menyebutnya “metode kata” atau
“metode kata lembaga”.

5. Metode Global
Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai “metode kalimat”.
Dikatakan demikian, karena alur proses pembelajaran MMP yang diperlihatkan
melalui metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global.
Untuk membantu pengenalan kalimat dimaksud, biasanya digunakan gambar. Di
bawah gambar dimaksud, dituliskan sebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada
makna gambar tersebut. Sebagai contoh, jika kalimat yang diperkenal- kan
berbunyi “ini gita”, maka gambar yang cocok untuk menyertai kalimat itu adalah
gambar seorang anak perempuan.
Selanjutnya, setelah anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat, barulah
proses pembelajaran MMP dimulai. Mula-mula, guru mengambil salah satu
kalimat dari beberapa kalimat yang diperkenalkan di awal pembelajaran. Kalimat
tersebut dijadikan dasar/alat untuk pembelajaran MMP. Melalui proses
deglobalisasi (proses penguraian kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih kecil,
yakni menjadi kata, suku kata, dan huruf), selanjutnya anak menjalani proses
belajar MMP. Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata,
suku kata menjadi huruf-huruf, tidak disertai dengan proses sintesis (perangkaian
kembali). Artinya, huruf-huruf yang telah terurai itu tidak dikem- balikan lagi
pada satuan di atasnya, yakni suku kata. Demikian juga dengan suku-suku kata,
tidak dirangkaikan lagi menjadi kata; kata-kata menjadi kalimat. Sebagai contoh,
materi untuk MMP yang menggunakan metode global.
1. Memperkenalkan gambar dan kalimat.
Ini mama
Ini baso
2. Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku
kata menjadi huruf-huruf.
ini buku
ini buku
i-ni bu-ku i-n-i b-u-k-u

8
6. Metode SAS
Struktural analitik sintetik atau yang biasa disingkat dengan SAS merupa- kan
salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca dan
menulis permulaan. Pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali
pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh.
Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni
struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep
“kebermaknaan” pada diri anak. Akan lebih baik jika struktur kalimat yang disa-
jikan sebagai bahan pembelajaran MMP dengan metode ini adalah struktur
kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pebelajar itu sendiri.
Pembelajaran MMP dimulai dengan pengenalan struktur kalimat. Kemudian,
melalui proses analitik, peserta didik diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat
utuh yang dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran mem- baca permulaan ini
diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata.
Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga pada wujud
satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.
Proses penguraian/penganalisian dalam pembelajaran MMP dengan me- tode
SAS, meliputi:
1. Kalimat menjadi kata-kata
2. Kata menjadi suku-suku kata, dan 3. Suku kata menjadi huruf-huruf.
Pada tahap selanjutnya, peserta didik dimotivasi melakukan kerja sintesis
(menyimpulkan). Satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi dikembalikan lagi
kepada satuannya semula, yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata, suku- suku
kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat. Dengan demikian, melalui
proses sintesis ini, peserta didik akan menemukan kembali wujud struktur semula,
yakni sebuah kalimat utuh.

2.4 Permasalahan dalam Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan


A. Membaca Permulaan
Banyak masalah yang dihadapi oleh siswa kelas satu pada awal-awal
pembelajaran bahasa Indonesia. Masalah-masalah itu antara lain:
a. Kebiasaan siswa menggunakan bahasa daerah yang diperoleh dari orang
tua atau lingkungan.

9
b. Penggunaan bahasa daerah itu meliputi vokal yang berupa diftong maupun
konsonan.
c. Bacaan terlalu lemah.
d. Banyak bahasa guru yang tidak dipahami siswa.
e. Banyak masalah baru yang dialami siswa.
f. Banyak anak yang belum dapat membuka dan memegang buku dengan
benar.
g. Anak belum dapat membedakan huruf yang satu dengan huruf yang lain
yang mirip.

B. Menulis Permulaan
Seperti yang telah dikemukakan, bahwa pelajaran menulis mencakup menulis
dengan tangan atau menulis permulaan, mengeja, dan menulis ekspresif.
a. Menulis dengan Tangan atau Menulis Permulaan
Menurut Lernenr (1985:402) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kemampuan anak untuk menulis, antara lain:
1. Motorik Perilaku
2. Persepsi
3. Memori
4. Kemampuan melaksanan cross modal
5. Penggunaan tangan yang dominan
6. Kemampuan memahami insting

Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan mengalami


kesulitan dalam menulis : tulisannya tidak jelas, terputus-putus, tidak mengikuti
garis. Anak yang hiperaktif atau anak yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat
menyebabkan pekerjaannya terhambat termasuk pekerjaan menulis. Anak yang
terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis. Jika persepsi
visualnya terganggu, anak mungkin akan kesulitan untuk membedakan bentuk –
bentuk huruf.yang hampir sama seperti \d\ dan \b\, \p\ dengan \q\, \h\ dengan \n\
atau \m\ dengan \w\. Jika persepsi auditori yang terganggu, mungkin anak akan
mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata ynag diucapkan oleh guru.
Gangguan memori juga dapat dijadikan sebagai penyebab terjadinya kesulitan
belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. Jika

10
gangguan menyangkut ngatan visual, maka anak akan sulit untuk mengingat huruf
atau kata, dan jika gangguan tersebut menyangkut memori auditori anak akan
mengalami kesulitan menulis kata-kata yang baru diucapkan oleh guru. Kesulitan
belajar menulis sering disebut juga disgrafia. Disgrafia menunjukkan kepada
ketidakampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol – simbol matematika.
Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang pensil. Ada 4
macam cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa
anak berkesulitan menulis, yaitu ; sudut pensil terlalu besar, sudut pensil terlalu
kecil, menggenggam pensil dan menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.

b. Menulis Mengeja
Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya kratifitas atau
berfikir defergen. Hanya ada satu pola susuan huruf – huruf untuk suatu kata yang
dapat dianggap benar, tidak ada kompromi. Sekelompok huruf yang sama akan
memiliki makna yang berbeda jika disusun secara berbeda. Kelompok huruf \b\, \
i\, dan \u\ misalnya, dapat disusun menjadi ibu, ubi, bui dan iub; tiga susunan
pertama mengandung makna yang berbeda sedang susunan terakhir tidak
mengandung makna oleh karena itu, mengeja pada hakekatnya memproduksi
urutan hurut yang benar baik dalam bentuk ucapan atau tulisan dari suatu kata.

c. Menulis Ekspresif
Menulis Ekspresif adalah mengungkapkan pikiran dan atau perasaan ke
dalam suatu bentuk tulsan, sehingga dapat dipahami oleh oranglain yang sebahasa.
Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang terlalu banyak yang dialami baik oleh
anak maupun orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresi seseorang harus terlebih
dulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran, membaca, mengeja, dan menulis
dengan jelas, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi suatu jenis
penulisan.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
MMP merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan. Sesuai dengan
kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan
kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat
anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Kemampuan membaca permulaan lebih
diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek
huruf. Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju
pemilikan kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana. Kemampuan
menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada
tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan
yang bersifat mekanik. Tujuan Membaca Menulis Permulaan (MMP) adalah untuk
mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara
menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya.
Ada 6 (enam) metode Membaca Menulis Permulaan, yaitu metode eja, bunyi,
suku kata, kata, global, SAS (struktural analitik sintetik).

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan agar pembaca dapat
memahami mengenai Membaca Menulis Permulaan (MMP) serta nantinya dapat
menerapkan metode-metode MMP dengan baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

Halimah, Andi (2014, 02 Desember). METODE PENELITIAN MEMBACA DAN MENULIS


PERMULAAN SD/MI.
Diakses pada tanggal 18 September 2023 melalui
https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/auladuna/article/download/550/551

Miftakur, Muhamad (2013, 30 Mei). Membaca Menulis Permulaan.


Diakses pada tanggal 18 September 2023 melalui
https://mumiro29.blogspot.com/2013/05/membaca-menulis-permulaan.html?m=1

Asep, dkk (2018, 1 Maret). METODE PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS


PERMULAAAN DI KELAS AWAL.
Diakses pada tanggal 18 September 2023 melalui
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Penelitian+membaca+dan+menulis+di+kelas+awal&btnG=#d=gs
_qabs&t=1695032762796&u=%23p%3D7fy9zHArGeUJ

Mulyati, Yeti (2011). Pembelajaran membaca dan menulis permulaan.


Diakses pada tanggal 18 September 2023 melalui
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=PEMBELAJARAN+MEMBACA+DAN+MENULIS+PERMULA
AN+Yeti+Mulyati+FPBS
%2C+Universitas+Pendidikan+Indonesia&btnG=#d=gs_qabs&t=1695032504669&u=%23p
%3DL3iSZWGqCBIJ

Muhyidin, Asep (2016, Juli). Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan Bahasa
Indonesia di Kelas Awal.

13
Diakses pada tanggal 18 September 2023 melalui
https://www.neliti.com/id/publications/327144/pembelajaran-membaca-dan-menulis-
permulaan-bahasa-indonesia-di-kelas-awal

14

Anda mungkin juga menyukai