Kelas F
2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim……………..
Puji syukur senantiasa kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Makalah ini dibuat sedemikian rupa agar pembaca dapat dengan mudah mempelajari dan
memahami “Pelaksanaan Pembelajaran Membaca”. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada
semua pihak yang namanya tidak bisa kami sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam
mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan makalah ini. Segala upaya telah
dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila dalam makalah
ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang dapat dijadikan masukan dalam menyempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan
dan wawasan tentang “Pelaksanaan Pembelajaran Membaca”. Jangan segan bertanya jika
pembaca menemui kesulitan. Semoga keberhasilan selalu berpihak pada kita semua.
Penyusun
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..…………………………………………….…………………………ii
DAFTAR ISI………………………………...………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..4
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………….
3.2 Saran………………………………………………………………………..……………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
Mengingat betapa pentingnya keterampilan membaca dimiliki oleh siswa, maka guru
di sekolah dasar perlu memiliki kompetensi yang memadai tentang substansi membaca dan
kemampuan mengelola pembelajaran keterampilan membaca.
PEMBAHASAN
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-
kata/bahasa tulis (H.G. Tarigan, 1986:7). Sedangkan membaca merupakan kegiatan
merespons lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat (Ahmad
S. Harjasujana dalam St.Y. Slamet, 2008:67). Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang
rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan tetapi
melibatkan aktivitas visual, bepikir, psikolinguistik, dan metakognitif.
Tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan dasar dari proses membaca, yaitu
recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata- kata dan kalimat,
kemudian mengasosialisasikannya dengan bunyi- bunyi sesuai dengan sistem tulisan yang
digunakan,sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan
rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung
pada kelas-kelas awal, yaitu SD kelas (I,II,III) yang dikenal dengan istilah membaca
permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini ialah proses perseptual, yaitu pengenalan
korespodensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Sementara itu proses memahami
makna (meaning) lebih ditekankan di kelas- kelas tinggi SD (Syafi’ie,1999).
1. Kesenangan
2. Menyempurnakan membaca nyaring
3. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik
4. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya
5. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis
6. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi
7. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh
dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks
8. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Blanton, dkk dan Irwin dalam
Burns dkk, dalam Farida Rahim, 2007: 11).
Selain beberapa tujuan membaca yang telah disampaikan di atas, terdapat pula
beberapa tujuan membaca lainnya yang erat kaitannya dengan makna, diantaranya:
Pada dasarnya komponen kegiatan membaca terdiri atas dua bagian, yaitu proses
membaca dan produk membaca. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang proses membaca
dan produk membaca.
1. Proses Membaca
Pada saat proses membaca, meliputi sejumlah kegiatan fisik dan mental, yang
terdiri dari sembilan aspek yaitu sensori, perceptual, urutan, pengalaman, pikiran,
pembelajaran, asosiasi, sikap dan gagasan. Proses membaca ini dimulai dengan
sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis dan indra
penglihatan. Dari sini anak-anak belajar membedakan secara visual diantara simbol-
simbol grafis (huruf atau kata) yang digunakan untuk mempresentasikan bahasa
lisan. Selanjutnya adalah tindakan perceptual, yaitu aktivitas mengenal suatu kata
sampai pada maknanya berdasarkan pengalaman yang diperoleh.
Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Karena dengan
sering membaca anak-anak memiliki pengalaman yang luas dalam memahami
berbagai kosa kata dan konsep. Dalam aktivitas membaca terdapat proses berfikir
untuk dapat memahami bacaan dengan syarat pembaca terlebih dahulu memahami
kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui proses asosiasi dan eksperimental.
Kemudian membuat simpulan dengan cara mengaitkan isi preposisi yang terdapat
dalam materi bacaan. Agar siswa mampu memahami materi bacaan, maka ia harus
mampu berfikir secara sistematis, logis dan kreatif. Sehingga nantinya dapat
meningkatkan kemampuan berfikir melalui bahan bacaan yang telah dibaca.
Mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna adalah bagian
dari aspek asosiasi dalam membaca. Anak-anak belajar menghubungkan simbol-
simbol grafis dengan bunyi bahasa dan makna. Tanpa kedua kemampuan asosiasi
tersebut siswa tidak mungkin dapat memahami sebuah teks. Pada aspek afektif ini
merupakan proses membaca yang berkaitan dengan kegiatan memusatkan perhatian,
membangkitkan kegemaran membaca (sesuai dengan minatnya), dan menumbuhkan
motivasi membaca ketika sedang membaca. Pemusatan perhatian, kesenangan, dan
motivasi yang tinggi merupakan hal yang diperlukan dalam membaca. Tanpa adanya
perhatian yang penuh ketika membaca, maka siswa akan sulit memahami suatu
bacaan. Aspek ke sembilan ialah aspek pemberian gagasan. Aspek ini dimulai dari
penggunaan sensori dan perceptual dengan latar belakang pengalaman dan
tanggapan afektif serta membangun makna teks yang dibaca oleh siswa. Tidak
semua makna bisa dibangun berdasarkan pada teks yang dibaca melainkan bisa dari
faktor latar belakang pengalaman pembaca. Pembaca dengan latar belakang
pengalaman yang berbeda dan reaksi afektif yang berbeda akan menghasilkan
makna yang berbeda dari teks yang sama.
2. Produk Membaca
Produk membaca merupakan komunikasi dari pemikiran dan emosi antar
penulis dan pembaca. Komunikasi juga bisa terjadi dari konstruksi pembaca melalui
integrasi pengetahuan yang telah dimiliki pembaca dengan informasi yang disajikan
dalam teks.
Pemahaman terhadap bacaan sangat bergantung pada semua aspek yang terlibat
dalam proses membaca. Di samping kemampuan yang dituntut dalam melaksanakan
kegiatan, berbagai aspek proses membaca pun harus dipenuhi oleh pembaca. Aspek
kesembilan (aspek gagasan) akan diperoleh apabila aspek-aspek proses membaca
yang lain telah bekerja secara harmonis.
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
1. Faktor Fisiologis
Faktor ini mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis
kelamin. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya
berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor
yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman mereka.
Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa
memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya, mungkin
sukar bagi anak yang mempunyai masalah pada alat bicara dan pendengaran.
2. Faktor Intelektual
Istilah intelegensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang
terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya
secara tepat (Page dkk., 1980). Terkait dengan penjelasan Heinz di atas, Wechster
(dalam Harris dan Sipay, 1980) mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan
global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat
secara efektif terhadap lingkungan.
Peneliti Ehansky (1963) dan Muehl dan Forrel (1973) yang dikutip oleh Harris
dan Sipay (1980) menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan positif (tetapi
rendah) antara keceradasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan
remedial membaca. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin (1993)
bahwa banyak hasil penelitian memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai
kemampuan intelegensi tinggi untuk menjadi pembaca yang baik. Secara umum,
intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil tidaknya anak dalam
membaca permulaan.
3. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak.
Faktor lingkungan mencakup latar belakang dan pengalaman siswa di rumah dan sosial
ekonomi keluarga.
Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa
anak. Kondisi di rumah mempengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam
masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga
menghalangi anak belajar membaca. Anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang
harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami anak-
anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak
akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca.
Rubin (1993) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa
mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka
menantang anak untuk berpikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan
orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk
belajar di sekolah. Disamping itu, komposisi orang dewasa dalam lingkungan rumah
juga berpengaruh pada kemampuan membaca anak.
Kualitas dan luasnya pengalaman anak di rumah juga penting bagi kemajuan
belajar membaca. Membaca seharusnya merupakan suatu kegiatan yang bermakna.
Pengalaman masa lalu anak-anak memungkinkan mereka untuk lebih memahami apa
yang mereka baca.
Ada kecenderungan orang tua kelas menengah ke atas merasa bahwa anak-anak
mereka siap lebih awal dalam membaca permulaan. Namun, usaha orang tua hendaknya
tidak berhenti hanya sampai pada membaca permulaan saja. Orang tua harus
melanjutkan kegiatan membaca anak secara terus menerus. Faktor sosial ekonomi,
orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan
rumah siswa. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosial ekonomi siswa
mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosial ekonomi siswa
semakin tinggi kemampuan verbal siswa.
Anak-anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyakkesempatan
membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam, akan
mempunyai kemampuan membaca yang tinggi (Crawley dan Mountain, 1995).
4. Faktor Psikologis
Faktor lain yang juga mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak adalah
faktor psikologis. Faktor ini mencakup motivasi, minat, dan kematangan sosial, emosi,
dan penyesuaian diri.
a) Motivasi
Depdiknas (2003) mengemukakan beberapa prinsip motivasi dalam belajar
membaca:
1) Kebermaknaan
2) Pengetahuan dan keterampilan prasyarat
3) Model
4) Komunikasi terbuka
5) Keaslian dan tugas yang menantang, latihan yang tepat dan efektif
6) Kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan
7) Keragaman pendekatan
8) Mengembangkan beberapa kemampuan
9) Melibatkan sebanyak mungkin indera
b) Minat
Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang
untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan
diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan
kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Frymeir (dalam Crawley dan
Mountain,1995) mengidentifikasi enam faktor yang mempengaruhi
perkembangan minat anak, antara lain:
1. Pengalaman sebelumnya yaitu siswa tidak akan mengembangkan
minatnya terhadap sesuatu jika mereka belum pernah mengalaminya.
2. Konsepsinya tentang diri yaitu siswa akan menerima jika informasi itu
dipandang berguna dan membantu meningkatkan dirinya.
3. Nilai-nilai yaitu minat siswa timbul jika sebuah mata pelajaran disajikan
oleh orang yang berwibawa.
4. Mata pelajaran yang bermakna yaitu informasi yang mudah dipahami
oleh anak akan menarik minat mereka.
5. Tingkat keterlibatkan tekanan yaitu jika siswa merasa dirinya
mempunyai beberapa tingkat pilihan dan kurang tekanan, minat
membaca mereka mungkin akan lebih tinggi.
6. Kekompleksitasan materi pelajaran yaitu siswa yang lebih mampu
secara intelektual dan fleksibel secara psikologis lebih tertarik kepada
hal yang lebih kompleks.
Dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi
terhadap membaca, akan mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan
membaca.
c) Kematangan Emosi dan Sosial serta Penyesuaian Diri
Ada tiga aspek kematangan emosi dan sosial,yaitu stabilitas emosi,
kepercayaan diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. Seorang
siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak- anak
yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka
tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat
kesulitan dalam pelajaran membaca.
Menurut Harris dan Sipay (1980) program yang yang bertujuan untuk
membantu siswa dalam membantu kemampuan belajar membaca dan
meningkatkan rasa harga diri (self esteem) terdiri dari empat aspek utama,yakni
sebagai berikut:
1) Pembaca yang lemah (poor reader) harus dibantu agar dia merasakan
bahwa dia disukai, dihargai, dan dipahami.
2) Pengalamannya tentang keberhasilan mengerjakan tugas harus
dirasakannya sebagai suatu kemampuan.
3) Anak-anak yang berusaha dengan semangat harus diberi dorongan untuk
mencapainya dengan menggunakan bahan bacaan yang menarik.
4) Siswa bisa dilibatkan dalam menganalisis masalah yang mereka temui
dalam membaca, kemudian merencanakan kegiatan-kegiatan membaca,
dan menilai kemajuan membaca mereka.
Strategi adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki
dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikut ini
adalah macam-macam strategi pemahaman bacaan:
1) Strategi bawah-atas
Dalam strategi bawah-atas membaca memulai proses pemahaman teks dari
tataran kebahasaan yang paling rendah menuju ke yang tinggi. Strategi pemahaman
bawah-atas umumnya digunakan dalam pembelajaran membaca awal dengan
menggunakan strategi memperkenalkan nama dan bentuk huruf kepada siswa,
memperkenalkan huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi
kalimat gabungan- gabungan.
2) Strategi atas-bawah
Strategi atas-bawah adalah proses pemahaman teks dari tataran yang lebih
tinggi ke rendah. Dalam hal ini, pembaca mulai dengan prediksi, kemudian mencari
input untuk mendapatkan informasi yang cocok dalam teks (Long & Richars, 1987).
3) Strategi campuran
Strategi campuran adalah proses pemahaman teks dengan menggunakan model
bawah-atas dan atas-bawah yang bisa digunakan dalam waktu yang bersamaan.
4) Model strategi interaktif
Model strategi interaktif merupakan pemahaman suatu teks melalui proses
interaktif antara latar belakang pengetahuan membaca dan teks.
Menurut teori skema, suatu teks hanya menyediakan arahan bagi pembaca dan
pembaca seharusnya menemukan dan membangun sendiri makna teks berdasarkan
pengetahuan awal mereka.
5) Strategi KWL (Know-Want To Know-Learned)
Strategi KWL memberikan kepada siswa tujuan membaca dan memberikan
suatu peran aktif siswa sebelum, saat dan sesudah membaca.Terdapat tiga langkah dasar
strategi KWL yaitu:
Langkah I : apa yang saya ketahui (K), merupakan kegiatan sumbang saran
pengetahuan dan pengalaman sebelumnya tentang topik.
Langkah II : what I want to learn (W), guru menuntun siswa menyusun tujuan
khusus membaca.
Langkah III: what I have learn (L) terjadi setelah membaca.kegiatan ini
merupakan tindak lanjut untuk menentukan, memperluas, dan menemukan seperangkat
tujuan membaca.
6) Strategi Kegiatan Membaca Langsung/KML Atau DRA Direct Reading (Aktifities)
Penggunaan strategi KML adalah untuk mengembangkan kemampuan
membaca secara komprehensif, membaca kritis, dan mengembangkan perolehan
pengalaman siswa berdasarkan bentuk dan isi bacaan secara eksentif. Adapun tahap
pembelajarannya, adalah sebagai berikut:
a. Guru mengembangkan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks, bertanya
jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bacaan sebagai
pembangkitan pengalaman dan pengetahuan siswa secara mengemukakan hal-
hal pokok yang perlu di pahami siswa dalam membaca.
b. Guru meminta siswa membaca dalam hati. Setelah siswa membaca guru
melakukan tanya jawab tentang isi bacaan. Pertanyaan tidak selalu diikat oleh
pertanyaan seperti yang ada dalam buku teks. Guru bisa menambahkan
pertanyaan sesuai dengan konteks kehidupan siswa maupun permasalahan lain
yang aktual.
c. Guru memberikan tugas latihan yang ditujukan untuk mengembangkan
pemahaman dan ketrampilan siswa sejalan dengan kegiatan membaca yang
telah di lakukannya. Kegiatan itu bisa berupa menjelaskan makna kata-kata sulit
dengan menggunakan kamus, membuat ikhtisar bacaan, mempelajari
penggunaan struktur, ungkapan, dan peribahasa dalam bacaan.
d. Strategi SQ3R (Survei, Question, Read, Recite, Review)
Tujuan penggunaan strategi ini, untuk menentukan kebiasaan siswa
berkosentrasi dalam membaca, melatih kemampuan membaca cepat, melatih
daya peramalan berkenaan dengan isi bacaan, dan mengembangkan
kemampuan membaca kritis dan komperensif. Tahapan kegiatannya, adalah:
1. Tahap Persiapan yaitu guru meminta siswa membaca teks secara cepat
(survey). Setelah itu guru meminta siswa membuat pertanyaan tentang
bacaan (question). Pertanyaan dapat langsung memanfaatkan
pertanyaan pada tahap pra membaca. Tujuan pertanyaan ini, adalah
untuk membentuk kosentrasi siswa dan membangkitkan pengetahaun
dan pengalaman awalnya.
2. Proses membaca yaitu setelah membuat pertanyaan, siswa melakukan
kegiatan membaca (read). Sambil membaca, siswa membuat jawaban
pertanyaan dan catatan ringkas yang relevan (recite).
3. Pasca membaca yaitu siswa melakukan review, misalnya membahas
kesesuaian pertanyaan dengan isi bacaan, maupun kegiatan lanjutan lain
yang secara kreatif bisa dikembangkan oleh guru.
e. Strategi Membaca-Tanya Jawab/MTJ atau Request (Reading-Question)
Strategi ini ditunjukan untuk mengembangkan kemampuan membaca
komprehensif, memahami alasan pengambilan kesimpulan isi bacaan, dan
peramalan lanjut berkenan dengan isi bacaan. Tahapan kegiatannya, adalah:
1. Guru menjelaskan tujuan pengajaran, problem yang harus dipecahkan
siswa, dan cara yang dilakukan siswa untuk memecahkan masalah.
2. Guru dan siswa melakukan pemecahan masalah, misalnya menemukan
fakta, mendapat ide pokok, penggunaan ungkapan, pendapat yang tidak
relevan denga fakta, dan sebagainya. Untuk memecahkan masalah
tersebut, guru dan siswa melakukan kegiatan membaca paragraf pertama
bacaan.
3. Setelah membaca paragraf pertama bacaan, guru meminta siswa
meramalkan kemungkinan isi paragraf berikutnya. Guru dan siswa
melakukan kegiatan membaca dalam hati. Paragraf yang dibaca bisa
satu paragraf atau lebih bergantung pada kemungkinan waktu yang
tersedia.
4. Tahap terakhir, adalah tanya jawab dan pembahasan jawaban
pertanyaan.
f. Strategi Membaca Dan Berpikir Secara Langsung /MBL atau DRTA (Direct
Reading Thinking Activities)
Tujuan penggunaan strategi ini adalah untuk melatih siswa
berkonsentrasi dan berpikir keras guna memahami isi bacaan secara serius.
Adapun langkah-langkah kegiatannya adalah:
1. Guru meminta siswa membaca judul teks bacaan, apabila mungkin
siswa diminta memperhatikan gambar dan sub judul secara cepat.
Setelah itu guru bertanya pada siswa sebagai pembangkit prediksi dan
penciptaan konsentrasi saat membaca. Pertanyaan tersebut misalnya:
apa kira-kira isi paragraf selanjutnya? Mengapa kalian membuat
pemikiran demikian?
2. Guru meminta siswa untuk membaca dalam hati satu atau dua paragraf
bacaan dengan berkonsentrasi untuk menemukan kebenaran/kesalahan
peramalan yang dilakukan semula.
3. Bagian lanjut bacaan yang belum dibaca/ditanyakan ditutup dahulu
dengan kertas. Setelah membaca dalam hati guru mengajukan
pertanyaan misalnya: apa kira-kira isi paragraf selanjutnya? Mengapa
kalian membuat pemikiran demikian?
4. Langkah seperti tersebut diatas dilakukan sampai dengan bacaan itu
habis/selesai dibaca. Selanjutnya dapat dilakukan menjawab pertanyaan
tentang isi bacaan atau kegiatan yang lain
g. Strategi Penghubungan Pertanyaan-Jawaban/PPJ atau QAR (Questions-Answer
Relationship)
Strategi ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
memperoleh berbagai informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan
berbagai bidang. Pertanyaan dapat disusun oleh guru atau dapat memanfaatkan
daftar pertanyaan yang ada dalam bacaan. Adapun jawabannya dapat diperoleh
siswa melalui cara berikut:
1. Menemukan kata atau kalimat dalam teks sebagai jawaban dari
pertanyaan. Contoh: siapa yang bertanggung jawab untuk menciptakan
suasana nyaman dikelas.
2. Jawaban ada dalam teks tetapi harus menghubung-hubungkan kata atau
kalimat pada bagian-bagian yang berbeda. Contoh: apa yang
menyebabkan kelas kita menjadi juara lingkungan nyaman.
3. Pemahaman isi teks merupakan bahan penemuan jawaban, tetapi
pemahaman tersebut berkaitan dengan pemahaman yang tersirat.
Dengan demikian untuk menjawab pertanyaan itu diperlikan adanya
hubungan dialogis antara pemahaman isi teks dengan pengalaman dan
pengetahuan pembaca. Contoh: bagaimana hubungan timbal balik
antara lingkungan alam dengan lingkungan kehidupan keluarga.
4. Jawaban tidak dapat ditemukan dalam teks. Untuk menemukan jawaban
pertanyaan harus menghubung-hubungkan sesuatu yang dinyatakan
penulis, merefleksikan kembali berbagai pengalaman dan pengetahuan
dengan memanfaatkan berbagai sumber informasi. Contoh: mengapa
sebagai ekosistem lingkungan menentukan kehidupan organisme
manusia, binatang dan tumbuhan
Pada umumnya, untuk menemukan informasi fokus dengan efisien ada beberapa teknik
membaca yang digunakan, antara lain:
1. Baca-pilih (selecting)
Teknik membaca ini dilakukan dengan cara memilih bahan/bagian bacaan yang
dianggap relevan dengan kebutuhan pembacanya.
2. Baca-lompat (skipping)
Teknik memebaca ini dipakai untuk menemukan bagian bacaan relevan dengan
kebutuhan pembacanya, dilakukan dengan cara melompati bagian-bagian yang tidak
diperlukan.
3. Baca-layap (skimming)
Teknik membaca ini merupakan membaca dengan cepat untuk mengetahui isi
umum atau bagian suatu bacaan (Rahim, 2007:52). Seseorang membaca layap jika ingin
membaca artikel di surat kabar dan majalah, kulit buku di toko buku (dilakukan untuk
membeli buku),dan buku-buku pustaka (seseorang bisa menemukannya pustaka
tersebut mempunyai informasi yang dibutuhkan).
4. Baca-tatap (scanning)
Membaca tatap (scanning) disebut juga membaca memindai (scanning) ialah
membaca sangat cepat. Menurut Mikkulecky & Jeffries (1998), membaca memindai
penting untuk meningkatkan kemampuan membaca. Membaca memindai umumnya
digunakan untuk daftar isi buku atau majalah, indeks dalam buku teks, jadwal,
advertensi dalam surat kabar, buku petunjuk telepon, dan kamus. Sebaliknya, membaca
memindai tidak digunakan untuk membaca cerita misteri, buku teks untuk suatu kursus
yang penting,surat- surat penting dari ahli hukum, denah untuk menemukan jalan
pulang, pertanyaan tes, dan puisi (Mikulecky & Jeffries, 1998).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai arti yang cukup penting yaitu
dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terutamanya adalah membaca. Karena
ketika siswa dibangku sekolah dasar, hal pertama yang harus kita pelajari adalah membaca,
kemudian akan dapat menulis juga menghitung serta merangkai berbagai macam kalimat.
Sehingga pada masa ini pembelajaran membaca di sekolah dasar harus mengetahui
pembelajaran membaca, antara lain:
1. Pengertian membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata/bahasa tulis (H.G. Tarigan, 1986:7).
2. Prinsip-prinsip membaca
a) Pemahaman merupakan proses konstruksi sosial
b) Keseimbangan kemahiraksaraan merupakan kerangka kerja yang membantu
perkembangan pemahaman
c) Guru membaca yang unggul memengaruhi belajar siswa
d) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif
dalam proses membaca
e) Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna
f) Siswa menemukan manfaat dari bertransaksi dengan berbagai teks pada
g) Perkembangan kosakata dan pengajaran memengaruhi pemahaman
membaca
h) Pengikutsertaan merupakan faktor kunci dalam proses pemahaman
i) Strategi dan keterampilan pemahaman bisa diajarkan
j) Asesmen dinamis menginformasikan pengajaran pemahaman.
3. Tujuan membaca
a. Kesenangan
b. Menyempurnakan membaca nyaring
c. Menggunakan strategi tertentu
d. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik
e. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya
f. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis
g. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi
h. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh
dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks
i. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Blanton, dkk dan Irwin dalam
Burns dkk, dalam Farida Rahim, 2007: 11).
4. Komponen kegiatan membaca
a) Proses Membaca
b) Produk Membaca
c) Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca
d) Faktor Fisiologis
e) Faktor Intelektual
f) Faktor Lingkungan
g) Faktor Psikologis
5. Srategi-strategi membaca
a. Strategi bawah-atas
b. Strategi atas-bawah
c. Strategi campuran
6. Model strategi interaktif
1. Strategi KWL (Know-Want To Know-Learned)\\
2. Strategi Kegiatan Membaca Langsung/KML Atau DRA Direct
Reading(Aktifities)
3. Strategi SQ3R (Survei, Question, Read, Recite, Review)
4. Strategi Membaca-Tanya Jawab/MTJ atau Request (Reading-Question)
5. Strategi Membaca Dan Berpikir Secara Langsung /MBL atau DRTA (Direct
Reading Thinking Activities)
6. Strategi Penghubungan Pertanyaan-Jawaban/PPJ atau QAR (Questions-Answer
Relationship)
7. Strategi pengelompokan dan pemetaan isi bacaan/PPIB atau GMA (Group
Mapping Activities)
8. Strategi PQ4R (Preview,Question, Read, Reflect, Recite, Review)
7. Teknik-teknik membaca
a) Baca-pilih (selecting)
b) Baca-lompat (skipping)
c) Baca-layap (skimming)
d) Usaha-usaha untuk meningkatkan kegemaran membaca
e) Tersedianya perpustakaan yang dikelola dengan baik
f) Promosi gerakan gemar membaca di lingkungan sekolah
g) Berikan penghargaan (hadiah) untuk mereka yang rajin membaca
Dengan pembelajaran yang seperti itu maka kita akan dapat membacakan karya-karya
sastra secara tepat. Sastra juga sarana yang diberikan untuk mengembangkan kreatifitas
anak di dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
3.2 Saran
Farida, Rahim. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Vacca, R. T, Vacca, J. A. 1999. Content Area Reading: Literacy and Learning Across the
Curriculum. Boston: Addison-Wesley Educational Publishers.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2137371-komponen membaca/,diakses 11
Desember 2012
http://the-ladunni.blogspot.com/2012/02/faktor-yang-mempengaruhi-kemampuan.html,
diakses 11 Desember 2012