DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1.TRI PUJI ASTUTI (2021A1H198)
2.DEVI TRISNAWATI (2021A1H202)
3.AYU SAFIRA (2021A1H220)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehigga penulis dapat
menyelesakan makalah ini dengan baik. Semoga kita selalu dalam lindungan
dan bimbingan-Nya. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dan bersifat membangun
guna perbaikan makalah ini lebih lanjut akan penulis terima dengan senang
hati. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Teima kasih.
DAFTAR ISI...........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................5
A. Pengertian kurikulum…………………………………….......5
B. Landasan kurikulum……………………………………….....6
C. Hakikat kurikulum………………............................................7
D. Pendekatan perkembangan kurikulum………………………..8
A. Kesimpulan..................................................................................10
B. Saran ...........................................................................................10
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kurikulum merupakan suatu alat yang penting bagi pendidikan karena pendidikan dan
kurikulum saling berkaitan. Jika diibaratkan, kurikulum laiknya jantung dalam tubuh manusia.
Jika jantung masih berfungsi dengan baik, maka tubuh akan tetap hidup dan berfungsi dengan
baik. Begitu pula dengan kurikulum dan pendidikan. Apabila kurikulum berjalan dengan baik dan
didukung dengan komponen-komponen yang berjalan baik pula, maka proses pembelajaran
akan berjalan dengan baik dan menghasilkan peserta didik yang baik pula.
Kurikulum akan berubah secara terus menerus dan berkelanjutan. Perubahan kurikulum
yang terus menerus dan berkelanjutan, semestinya juga diikuti dengan kesiapan untuk berubah
dari seluruh pihak yang bersangkutan dengan pendidikan di Indonesia karena kurikulum bersifat
dinamis, bukan statis. Jika kurikulum bersifat statis, maka kurikulum tersebut merupakan
kurikulum yang tidak baik karena tidak menyesuaikan dengan perkembangan-perkembangan
yang ada di zamannya. Di sinilah peran guru sangat diperlukan.
Menurut Kurinasih dan Sani (2014), salah satu hal yang krusial dalam implementasi Kurikulum
2013 adalah masalah kesiapan para pendidik atau guru. Persoalan guru dirasakan krusial karena
apabila guru tidak siap mengimplementasikan kurikulum baru, maka kurikulum sebaik apapun
tidak akan membawa perubahan apapun pada dunia pendidikan nasional.
Dalam bukunya yang lain, Kurinasih dan Sani (2014) menyatakan bahwa “Kesiapan
guru sangat urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan guru akan berdampak pada
kegiatan guru dalam mendorong mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,
bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka peroleh setelah menerima materi
pelajaran.” Jadi, guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 ini, karena
guru selain harus melaksanakan apa yang tertuang dalam kurikulum, juga harus memastikan
materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa-siswanya.
B.Rumusan masalah
1.Apa pengertian kurikulum ?
C.Tujuan
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KURIKULUM
Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan kurikulum
menurut pengertian tradisional yaitu sejumlah dari mata pelajaran atau ilmu pengetahuan
yang harus ditempuh, dijalani, dipelajari dan dikuasai oleh para peserta didik untuk mencapai
suatu tingkat tertentu atau untuk mendapatkan Ijazah atau untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran tersebut.
Ada pun Pengertian Kurikulum modern yang di nyatakan oleh Zakiah Daradjat
bahwasannya, "All activities that are provided for studied by the school constitut: is
curriculum” atau dapat juga dikatakan "the term curriculum…include all of the experience of
children for which the school accepts responsibity.
Pada intinya pengertian kurikulum di atas tidak diartikan sebagai isi dan mata pelajaran lagi,
akan tetapi diaggap sebagai pengalaman belajar siswa. Kurikulum adalah seluruh kegiatan
yang dilakukan oleh siswa baik di dalam maupun di luar sekolah asal kegiatan tersebut
berada dibawah tanggung jawab guru (sekolah). Yang dimaksud dengan kegiatan itu tidak
terbatas intra ataupun ekstra kurikuler. Apapun yang dilakukan siswa asal saja ada dibawah
tanggung jawab dan bimbingan guru, itu adalah kurikulum dalam artian modern.
Selanjutnya dijelaskan, dalam memahami konsep kurikulum, setidaknya ada tiga pengertian
yang harus dipahami, yaitu; (1) kurikulum sebagai substansi atau sebagai suatu rencana
belajar; (2) kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum yang merupakan bagian
dari sistem persekolahan dan sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat; (3) kurikulum
sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang kajian kurikulum, yang merupakan bidang kajian
para ahli kurikulum, pendidikan dan pengajaran.
Mengacu pada pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa kurikulum merupakan rancangan
pendidikan, yang berisi serangkaian proses kegiatan belajar siswa. Dengan demikian secara
implisit kurikulum memiliki tujuan yaitu tujuan pendidikan. Selain itu juga jelas bahwa
banyak faktor yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan, yaitu guru, siswa, orang tua, dan
lingkungan.
1.Hilda Taba
Pengertian kurikulum menurut para ahli dimulai dari seorang tokoh ahli pendidikan terkenal
yaitu Hilda Taba. Adalah seorang arsitek, seorang ahli teori kurikulum, seorang reformis
kurikulum, dan pendidik guru dari Estonia. Hilda Taba mengartikan kurikulum sebagai a plan
for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh anak-anak
2. Johnson
Kurikulum adalah a structured series of intended learning outcomes. Dengan demikian pada
intinya kurikulum mencakup kegiatan intra-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
Memandang kurikulum sebagai all of the activities that the provided for the students by the
school. Dengan kurikulum dimaksud segala kegiatan yang disajikan oleh sekolah bagi para
pelajar dan tidak diadakan pembatasan antara kegiatan di dalam dan di luar kelas.
The curriculum is the sum total of schools effort to influence learning, whether in the classroom,
on the playground, or out of school. Dapat diartikan sebagai segala usaha yang dilakukan
sekolah untuk mempengaruhi pembelajaran oleh peserta didik, baik di dalam kelas, di taman
bermain, atau di luar sekolah.
B. Othanel Smith cs
Ahli pendidikan ini mengartikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial
dapat diberikan kepada anak, yang diperlukan agar mereka dapat berpikir dan berkelakuan sesuai
dengan masyarakatnya.
Kurikulum lebih luas dari pada hanya bahan pelajaran, dalam kurikulum termasuk metode
belajar dan mengajar, cara mengevaluasi kemajuan murid dan seluruh program, perubahan dalam
tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal struktural
mengenai waktu, jumlah, ruangan serta kemungkinan adanya pilihan mata pelajaran.
Kurikulum dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan
untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Dari definisi ini mencerminkan
adanya : 1. Pendidikan itu adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan; 2. Di dalam kegiatan
pendidikan itu terdapat suatu rencana yang disusun/ diatur; 3. Rencana tersebut dilaksanakan di
sekolah melalui cara yang telah ditetapkan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
B.Landasan kurikulum
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan
manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan
kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil
pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada
landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan
sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam
pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu
pengetahuan dan teknologi..Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas
keempat landasan tersebut.
1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam
Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme,
essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan
kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai
terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada
pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing
aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.
Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2002) menyoroti tentang aspek
perbedaan dan karakteristik peserta didik, Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima
perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3)
perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan perkembangan
kognitif.
3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di
masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal
dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan
masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan
sekaligus acuan bagi pendidikan.
Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing
dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti
dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan
perkembangan yang ada di masyakarakat.
Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga
turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan
penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan
manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat
peradaban masa yang akan datang.
a. Sebagai sejumlah pelajaran yang ditetapkan untuk dipelajari oleh siswa disuatu sekolah
atau perguruan tinggi, untuk memperoleh ijazasah atau gelar.
b. Keseluruhan mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu
departemen tertentu.