Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MENJELASKAN KONSEP DASAR KURIKULUM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kajian kurikulum dan buku teks
Dibimbing oleh dosen:Sintayana muhardini,M.Pd

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
1.TRI PUJI ASTUTI (2021A1H198)
2.DEVI TRISNAWATI (2021A1H202)
3.AYU SAFIRA (2021A1H220)

FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU P%ENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehigga penulis dapat
menyelesakan makalah ini dengan baik. Semoga kita selalu dalam lindungan
dan bimbingan-Nya. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dan bersifat membangun
guna perbaikan makalah ini lebih lanjut akan penulis terima dengan senang
hati. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Teima kasih.

Mataram, 6 maret 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................4

A. Latar belakang ............................................................................4


B. Rumusan masalah........................................................................4
C. Tujuan makalah...........................................................................4
.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................5

A. Pengertian kurikulum…………………………………….......5
B. Landasan kurikulum……………………………………….....6
C. Hakikat kurikulum………………............................................7
D. Pendekatan perkembangan kurikulum………………………..8

BAB III PENUTUP.................................................................................10

A. Kesimpulan..................................................................................10
B. Saran ...........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................11


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kurikulum merupakan suatu alat yang penting bagi pendidikan karena pendidikan dan
kurikulum saling berkaitan. Jika diibaratkan, kurikulum laiknya jantung dalam tubuh manusia.
Jika jantung masih berfungsi dengan baik, maka tubuh akan tetap hidup dan berfungsi dengan
baik. Begitu pula dengan kurikulum dan pendidikan. Apabila kurikulum berjalan dengan baik dan
didukung dengan komponen-komponen yang berjalan baik pula, maka proses pembelajaran
akan berjalan dengan baik dan menghasilkan peserta didik yang baik pula.
Kurikulum akan berubah secara terus menerus dan berkelanjutan. Perubahan kurikulum
yang terus menerus dan berkelanjutan, semestinya juga diikuti dengan kesiapan untuk berubah
dari seluruh pihak yang bersangkutan dengan pendidikan di Indonesia karena kurikulum bersifat
dinamis, bukan statis. Jika kurikulum bersifat statis, maka kurikulum tersebut merupakan
kurikulum yang tidak baik karena tidak menyesuaikan dengan perkembangan-perkembangan
yang ada di zamannya. Di sinilah peran guru sangat diperlukan.
Menurut Kurinasih dan Sani (2014), salah satu hal yang krusial dalam implementasi Kurikulum
2013 adalah masalah kesiapan para pendidik atau guru. Persoalan guru dirasakan krusial karena
apabila guru tidak siap mengimplementasikan kurikulum baru, maka kurikulum sebaik apapun
tidak akan membawa perubahan apapun pada dunia pendidikan nasional.
Dalam bukunya yang lain, Kurinasih dan Sani (2014) menyatakan bahwa “Kesiapan
guru sangat urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan guru akan berdampak pada
kegiatan guru dalam mendorong mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,
bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka peroleh setelah menerima materi
pelajaran.” Jadi, guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 ini, karena
guru selain harus melaksanakan apa yang tertuang dalam kurikulum, juga harus memastikan
materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa-siswanya.

B.Rumusan masalah
1.Apa pengertian kurikulum ?

2. Apa landasan kurikulum ?

3.Apa hakikat kurikulum ?

4.Bagaimana Pendekatan perkembangan kurikulum ?

C.Tujuan

1.Untuk mengetahui pengertian kurikulum

2.Untuk mengetahui landasan kurikulum

3.untuk mengetahui hakiikat kurikulum

4.untuk mengetahui pendektan perkembangan kurikulum


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KURIKULUM

Pengertian Kurikulum Secara Tradisional Roebert M. Hutchin yang mengatakan, “The


curiculum should include grammar, theoric and logic, reading, and eddition, and mathematic
at the secondary level introduce the great books of the western world.

Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan kurikulum
menurut pengertian tradisional yaitu sejumlah dari mata pelajaran atau ilmu pengetahuan
yang harus ditempuh, dijalani, dipelajari dan dikuasai oleh para peserta didik untuk mencapai
suatu tingkat tertentu atau untuk mendapatkan Ijazah atau untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran tersebut.

Pengertian Kurikulum Secara Modern Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan


teknologi yang begitu cepat membawa dampak terhadap berbagai perubahan di dalam aspek
kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan yang mengalami perubahan dalam kurikulum.
Dengan mengikuti kamajuan zaman tersebut, sistem pendidikan menuntut kita untuk dapat
memenuhi faktor kebutuhan hidup yang sesuai dengan kebutuhan zaman tersebut. Dan saat
ini peran kurikulum di dalam sekolah bukan lagi hanya sebagai pembekalan bagi para peserta
didik tersebut untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan, akan tetapi para peserta didik
juga dituntut untuk dapat mengembangkan bakat atau minatnya, serta mereka di haruskan
untuk membentuk kepribadian dan moral yang baik, dan bahkan anak didik dituntut agar
dapat menguasai berbagai macam keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia pekerjaan.
Oleh sebab itu pengertian kurikulum tradisional mengalami pergeseran terhadap pengertian
kurikulum modern.

Ada pun Pengertian Kurikulum modern yang di nyatakan oleh Zakiah Daradjat
bahwasannya, "All activities that are provided for studied by the school constitut: is
curriculum” atau dapat juga dikatakan "the term curriculum…include all of the experience of
children for which the school accepts responsibity.

Pada intinya pengertian kurikulum di atas tidak diartikan sebagai isi dan mata pelajaran lagi,
akan tetapi diaggap sebagai  pengalaman belajar siswa. Kurikulum adalah seluruh kegiatan
yang dilakukan oleh siswa baik di dalam maupun di luar sekolah asal kegiatan tersebut
berada dibawah tanggung jawab guru (sekolah). Yang dimaksud dengan kegiatan itu tidak
terbatas intra ataupun ekstra kurikuler. Apapun yang dilakukan siswa asal saja ada dibawah
tanggung jawab dan bimbingan guru, itu adalah kurikulum dalam artian modern.

Selanjutnya dijelaskan, dalam memahami konsep kurikulum, setidaknya ada tiga pengertian
yang harus dipahami, yaitu; (1) kurikulum sebagai substansi atau sebagai suatu rencana
belajar; (2) kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum yang merupakan bagian
dari sistem persekolahan dan sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat; (3) kurikulum
sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang kajian kurikulum, yang merupakan bidang kajian
para ahli kurikulum, pendidikan dan pengajaran.

Mengacu pada pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa kurikulum merupakan rancangan
pendidikan, yang berisi serangkaian proses kegiatan belajar siswa. Dengan demikian secara
implisit kurikulum memiliki tujuan yaitu tujuan pendidikan. Selain itu juga jelas bahwa
banyak faktor yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan, yaitu guru, siswa, orang tua, dan
lingkungan.

Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli

1.Hilda Taba

Pengertian kurikulum menurut para ahli dimulai dari seorang tokoh ahli pendidikan terkenal
yaitu Hilda Taba. Adalah seorang arsitek, seorang ahli teori kurikulum, seorang reformis
kurikulum, dan pendidik guru dari Estonia. Hilda Taba mengartikan kurikulum sebagai a plan
for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh anak-anak

2. Johnson

Kurikulum adalah a structured series of intended learning outcomes. Dengan demikian pada
intinya kurikulum mencakup kegiatan intra-kurikuler dan ekstra-kurikuler.

3.Harold B. Alberty cs.

Memandang kurikulum sebagai all of the activities that the provided for the students by the
school. Dengan kurikulum dimaksud segala kegiatan yang disajikan oleh sekolah bagi para
pelajar dan tidak diadakan pembatasan antara kegiatan di dalam dan di luar kelas.

4.J. Galen Saylor dan William M. Alexander

The curriculum is the sum total of schools effort to influence learning, whether in the classroom,
on the playground, or out of school. Dapat diartikan sebagai segala usaha yang dilakukan
sekolah untuk mempengaruhi pembelajaran oleh peserta didik, baik di dalam kelas, di taman
bermain, atau di luar sekolah.
B. Othanel Smith cs
Ahli pendidikan ini mengartikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial
dapat diberikan kepada anak, yang diperlukan agar mereka dapat berpikir dan berkelakuan sesuai
dengan masyarakatnya.

5.J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller

Kurikulum lebih luas dari pada hanya bahan pelajaran, dalam kurikulum termasuk metode
belajar dan mengajar, cara mengevaluasi kemajuan murid dan seluruh program, perubahan dalam
tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal struktural
mengenai waktu, jumlah, ruangan serta kemungkinan adanya pilihan mata pelajaran.

Pengertian Kurikulum menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud)

Kurikulum dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan
untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Dari definisi ini mencerminkan
adanya : 1. Pendidikan itu adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan; 2. Di dalam kegiatan
pendidikan itu terdapat suatu rencana yang disusun/ diatur; 3. Rencana tersebut dilaksanakan di
sekolah melalui cara yang telah ditetapkan.

Pengertian Kurikulum menurut UU. No. 20 tahun 2003

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

B.Landasan kurikulum

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan
manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan
kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil
pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada
landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan
sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan empat landasan utama dalam
pengembangan kurikulum, yaitu: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial-budaya; dan (4) ilmu
pengetahuan dan teknologi..Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas
keempat landasan tersebut.

1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam
Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme,
essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam pengembangan
kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai
terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada
pemikiran Ella Yulaelawati (2003), di bawah ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing
aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan kurikulum.

1. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan


dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih
penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut
faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak
terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota
masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap
sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat.
Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa
lalu.
3. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang
hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya
sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa
pengalaman itu ?
4. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat
pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan
landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada
rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping
menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme,
rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis
dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis,
memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan
pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang
mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat
progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Pribadi.
Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan Model
Kurikulum Interaksional.
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena
itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan
secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai kepentingan
yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada beberapa negara dan
khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan
kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme.
2. Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang
psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2)
psikologi belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang
hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan
kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta
berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai
bahan peSelanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu :
1.Motif:sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan untuk
melakukan suatu aksi.
2.Bawaan: yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau
informasi.
3.konsep diri: yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang;
4.pengetahuan: yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang; dan

1. keterampilan:yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun mental.


Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan sumber daya
manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih tampak pada
permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif lebih tersembunyi
dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang. Kompetensi permukaan
(pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan. Pelatihan merupakan hal tepat
untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi bawaan dan motif jauh lebih sulit
untuk dikenali dan dikembangkan.

Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2002) menyoroti tentang aspek
perbedaan dan karakteristik peserta didik, Dikemukakannya, bahwa sedikitnya terdapat lima
perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan kreativitas; (3)
perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan dan perkembangan
kognitif.
3. Landasan Sosial-Budaya
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan,
kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan
merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di
masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal
dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula. Kehidupan
masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan
sekaligus acuan bagi pendidikan.

Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang menjadi terasing
dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan dapat lebih mengerti
dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan
perkembangan yang ada di masyakarakat.

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang


mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting
dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan
berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya,
politik atau segi-segi kehidupan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga
turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan
penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.

Israel Scheffer (Nana Syaodih Sukmadinata, 1997) mengemukakan bahwa melalui pendidikan
manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat
peradaban masa yang akan datang.

Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan,


merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya dalam suatu masyarakat, baik
dalam kontek slokal, nasional maupung lobal.

4.Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih relatif sederhana,
namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan teori-
teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan terus semakin
berkembang
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak
mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia
bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat di Bulan dan Neil
Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah
berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya.
Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan
keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada
konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan
melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan
keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan
kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan
belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai
pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian..
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang
transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu,
kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan kelangsungan hidup
manusia.
C.Hakikat kurikulum
Hakikat kurikulum menurut Saylor, Alexander dan leuwis (1981), membuat kategori rumusan
pengertian kurikulum, yaitu:
1.      Kurikulum sebagai rencana tentang mata pelajaran atau bahan-bahan pelajaran
Menurut kamus webster’s new international dictionary, yang sudah memasukkan istilah
kurikulum dalam khasanah kosakata bahasa inggris sejak tahun 1593, member arti kepada istilah
kurikulum sebagai berikut:

a.       Sebagai sejumlah pelajaran yang ditetapkan untuk dipelajari oleh siswa disuatu sekolah
atau perguruan tinggi, untuk memperoleh ijazasah atau gelar.
b.      Keseluruhan mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu
departemen tertentu.

2.      Kurikulum sebagai rencana tentang pengalaman belajar


Pengalaman-pengalaman belajar bisa berupa mempelajari mata pelajaran dan berbagai kegiatan
lain yang dapat memberi pengalaman beajar yang bermanfaat. Kegiatan belajar pun tidak
terbatas pada kegiatan-kegitan belajar didalam kelas atau sekolah, melainkan juga kegiatan yang
dilakukan diluar kelas atau sekolah; asalkan dilakukan atas tanggung jawab sekolah (Romine,
1954). 
Menurut strate meyer, frokner dan Mck Kim (1947) menurut ketiga tokoh diatas mengartikan
kurikulum dalam tiga cara, yaitu:
a.    Mata pelajaran-mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan di kelas
b.    Seluruh pengalaman belajar, baik yang diperoleh dikelas maupun di luar kelas yang
disponsori oleh sekolah
c.    Seluruh pengalaman hidup siswa.  Kurikulum mencakup aspek yang cukup luas yakni
meliputi seluruh pengalaman siswa, karena menurut ketiga tokoh diatas berpandangan bahwa
pendidikan bertugas mempersiapkan siswa untuk dapat berfungsi dan menyesuaikan diri dengan
seluruh aspek kehidupan di masyarak
3. Kurikulum sebagai rencana tentang kesempatan belajar
Istilah rencana belajar yaitu apa yang diinginkan oleh perencana kurikulum untuk dipelajari
siswa selama mengikuti pendidikan di sekolah. Menurut Hilda Taba(1962) menyatakan
kurikulum adalah suatu rencana belajar. Oleh karena itu, konsep-konsep tetang belajar dan
perkembangan individu dapat mewarnai bentuk-bentuk kurikulum. Rencana belajar mencakup
tujuan, materi, organisasi kegiatan dan penilaian keberhasilan belajar.

D.Pendekatan perkembangan kurikulum

Anda mungkin juga menyukai