Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

HAKEKAT PENGEMBANGAN KURIKULUM

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Dasar- Dasar Kurikulum

Dosen Pengampu - Dr. H. Tatang Ibrahim, M. Pd


- Dr. Dadang Suhendar, M. Pd

Disusun Oleh

Kelas 2A Kelompok 2 :

Acep Anis Dzikri 1202010002


Alma Juniarti 1202010014
Dita Ayu Rahmawati 1202010039

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Adapun penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas Mata Dasar – Dasar
Kurikulum yang diampu oleh dosen Dr. H. Tatang Ibrahim, M. Pd dan Dr. Dadang
Suhendar, M. Pd, Makalah yang penulis susun bertujuan untuk menambah wawasan
serta pengetahuan yang sesungguhnya diterapkan di bidang akuntansi, serta untuk
melatih memecahkan masalah-masalah yang ada dalam bidang tersebut sebagai
aktualisasi ilmu yang dipelajari di universitas.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak yang terkait, penulis tidak mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan Makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang................................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3. Tujuan Perumusan ......................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 6
2.1. Hakekat Pengembangan Kurikulum .................................................................. 6
2.2. Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan/Pembelajaran .............................. 14
2.3. Perbedaan Kurikulum Dan Pembelajaran ....................................................... 22
2.4. Hubungan Antara Kurikulum dan Pembelajaran ........................................... 24
BAB III ............................................................................................................................. 29
PENUTUP .................................................................................................................... 29
3.1. KESIMPULAN .................................................................................................. 29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan
dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh
karena itu, setiap ada perubah-an tujuan atau faktor lain yang mempengaruhi
tercapainya tujuan, kurikulum pun akan mengalami perubahan. Mengingat
kondisi masyarakat yang selalu berubah, maka kurikulum harus luwes untuk
mengalami penyesuaian sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
masyarakatnya. Perubahan yang dimaksudkan di sini diharapkan perubahan
yang menuju pada pengembangan, bukan sebaliknya.
Kurikulum sebenarnya kurikulum memiliki dua kegiatan yang saling
terkait, yaitu pengembangan dan pembinaan kurikulum. Pengembangan
kurikulum merupakan kegiatan untuk menghasilkan kurikulum, sedangkan
pembinaan merupakan kegiatan pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaannya.
Fungsi pengembangan kurikulum adalah menghasilkan kurikulum,sedangkan
pembinaan berfungsi untuk mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum
yang sudah ada, supaya hasilnya maksimal. Kalau dilihat dari sifatnya,
pengembangan bersifat konseptual, sedangkan pembinaan bersifat material.
Banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum,
misalnya masyarakat dimana kurikulum itu dikembangkan. Untuk keperluan
ini banyak faktor yang perlu diperhatikan di dalam pengembangan kurikulum.
Di antaranya:
(1) pengertian pengembangan kurikulum,
(2) fungsi dan peranan pengembangan kurikulum,
(3) asas-asas pengembangan kurikulum, serta
(4) prinsip pengembangan kurikulum.
Secara teoritis, pengembangan kurikulum dapat terjadi kapan saja
sesuai dengan kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang harus diperhatikan dalam

4
kurikulum adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bermegara. Semua itu
hendaknya tercermin dalam kurikulum dalam setiap jenjang pendidikan yang
ada. Munculnya undangundang baru membawa implikasi baru terhadap
paradigma dalam dunia pendidikan. Kondisi yang terjadi saat ini dan antisipasi
terhadap keadaan masa yang menuntut pelbagai penyesuaian dan perubahan
kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan.

1.2.Rumusan Masalah
a) Bagaimana Hakekat Pengembangan Kurikulum
b) Bagaimana Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan/Pembelajaran
c) Bagaimana Perbedaan Kurikulum Dan Pembelajaran
d) Bagaimana Pola Hubungan Kurikulum Dan Pembelajaran

1.3.Tujuan Perumusan
a) Mengetahui Hakekat Pengembangan Kurikulum
b) Mengetahui Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan/Pembelajaran
c) Mengetahui Perbedaan Kurikulum Dan Pembelajaran
d) Mengetahui Pola Hubungan Kurikulum Dan Pembelajaran

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hakekat Pengembangan Kurikulum


(Hernawan Asep Herry) Secara teoritis, pengembangan kurikulum dapat
terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang harus
diperhatikan dalam kurikulum adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bermegara.
Semua itu hendaknya tercermin dalam kurikulum dalam setiap jenjang pendidikan
yang ada. Munculnya undang-undang baru membawa implikasi baru terhadap
paradigma dalam dunia pendidikan. Kondisi yang terjadi saat ini dan antisipasi
terhadap keadaan masa yang menuntut berbagai penyesuaian dan perubahan
kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan.

Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha untuk


mencari bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai
tujuan tertentu dalam suatu lembaga. Pengembangan kurikulum diarahkan pada
pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang
akan menjadi isi kurikulum yang disusun dengan fokus pada nilai-nilai tadi.
Adapun selain berpedoman pada landasan-landasan yang ada, pengembangan
kurikulum juga berpijak pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X tentang kurikulum, pasal 36


ayat 1 bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu
kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi dan menjadi pedoman bagi
pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntunan dan
tantangan perkembangan masyarakat.

6
Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh
pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa
ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai
dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah
kurikulum berasal dari bahas latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah
jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk
memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat
memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu
bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran,
sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu
tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu
kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik
akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. Di
Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak
tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh
pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar
pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran”
pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya dengan rencana pelajaran.

Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah


mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh
sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai
pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah
disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran tersebut mengisis materi
pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu
pengetahuan yang berguna baginya.

Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu


program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan
program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi

7
perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan
lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya,
suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat
tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja

Melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi


perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan,
perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada
gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua
kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa
direncanakan dalam suatu kurikulum.

Kurikulum sebagai pengelaman belajar. Perumusan/pengertian


kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian
sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian
pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini menyatakan
sebagai berikut:

“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses,


activities, and experiences which pupils have under direction of the school,
whether in the classroom or not (Romine dkk, 1945).”

Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak


terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan
diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum.
Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa
pada hakikatnya adalah kurikulum.

Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan


pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara
penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi. (Pasal 1 Butir

8
6 Kemendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa).

Dari berbagai macam pengertian kurikulum diatas kita dapat menarik


garis besar pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan
memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka
penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan
kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada
hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum
yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap
kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula
terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional


dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya
dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang
masing-masing satuan pendidikan. (Bab IX, Ps.37). Pengembangan kurikulum
berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk
merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam
merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.

2. Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.

3. Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada karekteristik


perkembangan peserta

9
4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi
(interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan
lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).

5. Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di


bidang ekonomi, kesejahteraan rakyat, hukum, hankam, dan sebagainya.

6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sesuai dengan sistem


nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.

Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang sangat esensial


dalam proses pembelajaran. Ada 4 bagian penting dalam kurikulum meliputi:
tujuan, isi/materi, strategi pembelajaran, dan evaluasi. Ke-4 bagian/komponen
penting kurikulum ini saling berkaitan dan berinteraksi untuk mencapai
perilaku yang diinginkan/dicita-citakan oleh tujuan pendidikan nasional.

Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula dalam
memilih isi/materi yang harus dikuasai, strategi yang akan digunakan serta
bentuk dan alat evaluasi yang tepat untuk mengukur ketercapaian kurikulum.
Hierarki perumusan tujuan kurikulum dimulai dari tujuan umum pendidikan,
kemudian tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional.
Materi/isi kurikulum menurut Saylor dan Alexander adalah faktafakta,
observasi, data, persepsi, penginderaan, pemecahan masalah yang berasal dari
pikiran manusia dan pengalamannya yang diatur dan diorganisasikan dalam
bentuk konsep, generalisasi, prinsip, dan pemecahan masalah.

Strategi pembelajaran berkaitan dengan bagaimana menyampaikan


isi/materi kurikulum agar tujuan tercapai dan komponen evaluasi kurikulum
adalah untuk menilai apakah tujuan kurikulum telah tercapai.

Mulyani Sumantri (1988) menyatakan bahwa pengembangan


kurikulum harus dilakukan berdasarkan teori yang telah dikonseptualisasikan
secara teliti dan terhindar dari pengaruh-pengaruh yang tidak baik, seperti
pahampaham yang tidak mendukung pembaharuan dan kebutuhan masa depan.

10
Agar kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan harapan dan kebutuhan maka
proses pengembangan kurikulum ini tidak saja harus melibatkan ahli
pendidikan, ahli kurikulum, guru, dan siswa, namun perlu juga melibatkan ahli-
ahli lain di luar bidang pendidikan, orang-orang yang berminat, serta pemakai
lulusan (dari dunia kerja).

Di samping itu, proses pengembangan kurikulum ini juga harus


memperhatikan prinsip-prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efektivitas,
efisiensi dan praktis, serta landasan yang kuat. Zais menuturkan bahwa
landasan yang kuat dalam pengembangan kurikulum terdiri atas filsafat, sosial
dan budaya, siswa dan teori belajar. Pada umumnya para ahli kurikulum
memandang bahwa pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang
berkelanjutan dan merupakan suatu siklus meliputi komponen tujuan, bahan
kegiatan, dan evaluasi.

Dari uraian singkat di atas jelas bahwa tanggung jawab para pembina
dan pengembang kurikulum sangat luas dan kompleks, mereka harus mencari
cara dan usaha yang terus-menerus untuk meningkatkan kurikulum. Usaha dan
tugas itu akan lebih lancar, baik dan dapat dipertanggungjawabkan jika
mengikuti pedoman, landasan, dan prinsip-prinsip tertentu yang ada dalam
pengembangan kurikulum.

a) Peran Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum memiliki berbagai peran berikut.

1. Peran konservatif Kurikulum mempunyai peran konservatif, yakni kurikulum


berperan sebagai salah satu instrumen untuk mengkonservasikan kebudayaan
suatu bangsa. Tanpa kurikulum yang baik, kebudayaan suatu bangsa bisa sirna
dalam sekejap karena tidak ada institusi yang melestarikannya. Dengan
mencantumkannya dalam kurikulum, kebudayaan suatu bangsa diharapkan
dapat diwariskan kepada generasi berikutnya sehingga anak cucu bangsa
tersebut minimal mengetahui adanya kebudayaan nenek moyangnya.

11
2. Peran kritis dan evaluatif Kurikulum juga memiliki peran kritis dan evaluatif.
Maksudnya, kurikulum dapat dengan kritis menilai dan mengevaluasi
keberadaan kebudayaan nenek moyangnya untuk mengetahui nilai-nilai yang
terkandung dalam kebudayaan tersebut. Apabila dipandang ada unsur-unsur
kebudayaan yang kurang baik, misalnya, maka generasi berikutnya dapat
memilah-milah mana unsur kebudayaan yang dapat diterapkan dan dilestarikan,
dan mana unsur kebudayaan yang dapat diabaikan karena kurang sesuai dengan
perkembangan jaman.
3. Peran kreatif Kurikulum juga mengemban peran kreatif. Maksudnya,
kurikulum harus mampu menciptakan kreasi-kreasi baru dalam kaitannya,
misalnya, dengan kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat sehingga
kebudayaan tersebut lebih sesuai dengan perkembangan jaman dan tuntutan
masyarakatnya.
b) Isi Pengembangan Kurikulum
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan isi dalam
pengem-bangan kurikulum. Pertama, isi kurikulum didefinisikan sebagai bahan
atau materi belajar dan mengajar. Bahan ini tidak hanya berisikan informasi
faktual, tetapi juga mencakup pengetahuan, keterampilan, konsep, sikap, dan
nilai. Beberapa ahli yakin bahwa beberapa isi mempunyai nilai intrinsik yang
dapat dipelajari demi kepentingannya sendiri. Namun, pendapat lain
menyatakan bahwa isi memiliki nilai jika hal itu dapat digunakan. Pendapat lain
mengatakan bahwa semua isi memiliki nilai instrumental yakni alat-alat
sederhana yang oleh orang yang lain menjadi pelajaran-pelajaran yang lebih
bernilai.

Kedua, dalam proses belajar mengajar ada dua elemen kurikulum yang
berinteraksi secara konstan yakni isi dan metode. Isi menjadi signifikan jika
ditransmisikan ke pembelajar dalam beberapa hal dan jalan, dan itulah yang
disebut dengan metode atau pengalaman belajar mengajar. Hubungan antara isi
dan metode sangat dekat. Ketika keduanya dipisahkan menjadi elemen-elemen

12
kurikulum, masingmasing dapat dinilai dengan kriteria yang berbeda. Kita
harus memilih satu kriteria meski akan lebih memuaskan jika dipilih semua,
namun itu bukan pola pembelajaran yang efektif. Ha1 yang sama juga berlaku
dalam pemilihan metode. Metode yang efektif tetapi tidak disertai kemahiran
meramu dan menyajikan isi tidak akan menghasilkan manfaat optimal dalam
proses belajar.

Pengembangan kurikulum di antaranya berkaitan dengan peran konservatif.


Artinya, kurikulum mempunyai peranan sebagai salah satu instrumen untuk
mengkonservasi kebudayaan suatu bangsa. Tanpa kurikulum yang baik
kebudayaan suatu bangsa bisa musnah karena tidak ada institusi yang berusaha
melestarikannya. Dengan mencantumkannya dalam kurikulum, kebudayaan
suatu bangsa diharapkan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya sehingga
anak cucu bangsa tersebut minimal mengetahui adanya kebudayaan nenek
moyangnya.

Kurikulum juga memiliki peran kritis dan evaluatif. Artinya, suatu


kurikulum dapat dengan kritis menilai, mengevaluasi, dan memilih nilai-nilai
positif yang perlu dilestarikan dan diwariskan kepada peserta didik. Selain itu,
kurikulum juga mngemban peran kreatif. Dalam hal ini, kurikulum juga harus
mampu menciptakan kreasi-kreasi baru dalam kaitannya, misalnya, dengan
kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat sehingga kebudayaan
tersebut lebih sesuai dengan perkembangan jaman dan tuntutan masyarakatnya.

c) Asas Pengembangan Kurikulum


Menurut Nasution (1995), semua pertanyaan itu menyangkut asas-asas
yang mendasari setiap kurikulum. Ada empat asas yang mendasari
pengembangan setiap kurikulum, yaitu:
1) Asas Filosofis, yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai
dengan falsafah negara,

13
2) Asas Psikologis, yang berkaitan dengan faktor anak dalam kurikulum
yakni , psikologi anak, perkembangan anak, psikologi belajar, dan proses
belajar anak,
3) Asas Sosiologis, yaitu kedaan masyarakat, perkembangan dan perubahan-
nya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan
lain-lain, serta
4) Asas Organisatoris, yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi
bahan pelajaran yang disajikan.

2.2. Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan/Pembelajaran


Posisi Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran dalam Ilmu Pendidikan
Dalam masyarakat, baik dinegara-negara maju maupun yang sedang berkembang
terdapat kepercayaan bahwa, pendidikan merupakan sarana pencerahan bangsa serta
kesadaran adanya hubungan pendidikan dengan kemajuan suatu negara. Pendidikan
adalah suatu proses yang bertujuan mengubah prilaku peserta didik sesuai dengan
tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam kurikulum dan dilaksanakan dalam
proses pembelajaran (Tedjo Narsono Reksoatmodjo, 2010: 57). (Soeparto)

Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam


upaya membantu peserta didik menguasai tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan
dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Agar
pendidikan yang dilaksanakan dapat berjalan mencapai tujuan yang diharapkan,
maka perlu dibentuk kurikulum. Berdasarkan undangundang Republik Indonesia
No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas), pasal 1, butir 19,
kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenal
tujuan, isi, dan bahan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Atas dasar pengertian tersebut, inti kurikulum sebenarnya adalah
pengalaman belajar. Pengalaman belajar itu banyak kaitannya dengan melakukan
proses pembelajaran. Ada beberapa fungsi dari kurikulum yang berkaitan dengan
pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan, di antaranya sebagai berikut
(Rusman, 2009: 4):

14
1) Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum.
2) Meningkatkan keadilan (equality) dan kesempatan pada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal.
3) Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan.
4) Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
5) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran selalu dipantau
dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan
dengan pelaksanaan pembelajaran.
6) Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan
kurikulum.
Kurikulum dan pembelajaran dipersiapkan dan dikembangkan untuk
mencapai tujuan pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka
dapat hidup di masyarakat (Wina Sanjaya, 2008: 10). Maka kurikulum dibentuk
untuk mengarahkan segala bentuk aktivitas pembelajaran demi tercapainya tujuan
pendidikan. Dengan kata lain bahwa kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan yaitu pembentukan manusia yang sesuai dengan falsafah hidup bangsa
memegang peranan penting dalam pendidikan. Maka kurikulum sebagai pedoman
dan pembelajaran sebagai prosesnya (Wina Sanjaya, 2008: 17), harus mampu
mengantarkan anak didik menjadi manusia yang bertaqwa, cerdas, terampil dan
berbudi luhur, berilmu, bermoral, tidak hanya sebagai mata pelajaran yang harus
diberikan kepada peserta didik semata, melainkan sebagai aktivitas pendidikan
yang direncanakan untuk dialami, diterima, dan dilakukan. Sehingga kurikulum
dan pembelajaran mempunyai kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan
pendidikan (Tedjo Narsono Reksoatmodjo, 2010: 57), akan tetapi keberadaan
kurikulum tetap saja hanya sebagai alat (instrumental) yang bersifat statis dan
pembelajaran sebagai proses dari kurikulum yang bersifat kontekstual.

15
Kurikulum akan bermakna ketika benar-benar dapat terimplementasikan
dengan baik dan tepat dalam setiap proses pembelajaran serta dapat berjalan efektif
dan efisien.
Untuk memanusiakan manusia menjadi manusiawi, salah satunya adalah
perlu adanya kurikulum pendidikan. Sebab kurikulum pendidikan memiliki posisi
yang sangat strategis. Hal ini karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada
kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum pendidikan, maka dalam penyusunannya
memerlukan fondasi dan landasan yang kokoh dengan melalui penelitian dan
berbagai pemikiran secara mendalam dan sebaliknya penyusunan kurikulum
“tidak asal-asalan”. Di sinilah, pada dasarnya sebuah kurikulum merupakan suatu
sistem yang saling terkait yang terdiri atas beberapa komponen yang saling
mendukung. Kurikulum merupakan acuan pembelajaran dalam pendidikan yang
memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus
ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-
orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Artinya,
menurut urutan tertentu serta logis dan dapat diterima oleh akal dan pikiran.2
Kurikulum tentunya memiliki fungsi sebagai pedoman dan acuan bagi
penggunanya, yang dalam hal ini bagi seorang pendidik sebagai pedoman dalam
mengajar dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Tak hanya bagi guru di 2
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.
16-17

Hasan Langgulung bahwa di dalam kurikulum terkandung empat aspek,


yakni ;

1. Tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh kurikulum itu


2. Pengetahuan, ilmu-ilmu, aktivitasaktivitas, dan pengalaman-pengalaman
yang menjadi sumber terbentuknya kurikulum itu;

16
3. Metode dan cara-cara mengajar dan bimbingan yang diikuti murid-murid
untuk mendorong mereka ke arah yang dikehendaki oleh tujuan yang
dirancang; dan
4. Metode dan cara penilaian yang digunakan dalam mebgukur hasil proses
pendidikan yang dirancang dalam kurikulum.

Setiap calon pendidik dan tenaga kependidikan harus memiliki kualifikasi


akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal
yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik dan tenaga kependidikan yang
dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Kualifikasi akademik tersebut diselenggarakan
oleh LPTK yang berperan menghasilkan lulusan yang berkualitas yang memiliki
kompetensi sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen. Sebagai seorang calon pendidik dan tenaga kependidikan profesional,
kompetensi yang dimiliki mahasiswa harus sesuai dengan yang diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, pasal 3 yang
menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Penguasaan
kompetensi pedagogik pada dasarnya tidak terlepas dari pemahaman tentang
kurikulum dan pembelajaran.

Setiap seorang calon pendidik dan tenaga kependidikan selain menguasai


kemampuan teknis yang relevan dengan tugasnya, harus memiliki kemampuan
koseptual mengenai kurikulum dan pembelajaran termasuk mengembangkan
kurikulum yang terus mengalami perbaikan seperti kurikulum 2013. Salah satu
upaya mengembangkan kompetensi calon pendidik dan tenaga kependidikan, maka
diperlukan pemahaman dan penguasaan terhadap konsep kurikulum dan
pembelajaran baik secara teoritis maupun praktis. Adapun fungsi dari mata kuliah
Kurikulum dan Pembelajaran yaitu membekali mahasiswa calon pendidik dan

17
tenaga kependidikan dengan berbagai pemahaman dan wawasan tentang konsep dan
praktik yang berhubungan dengan kurikulum dan pembelajaran serta dapat
mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran.

Pentingnya meningkatkan kompetensi pedagogik bagi mahasiswa


pendidikan seni sebagai calon pendidik dan tenaga kependidikan di masa yang akan
datang merupakan tujuan utama bagi LPTK dalam penyelenggaraan pendidikan.
Begitupun bagi mahasiswa pendidikan seni yang akan menjadi calon guru dimasa
yang akan datang harus dibekali dengan pemahaman kosep kurikulum dan
pembelajaran. Rendahnya hasil belajar mahasiswa disebabkan karena pelaksanaan
pembelajaran belum optimal. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tidak terlepas
dari beberapa sumber daya pendukung, diantaranya adalah manajemen pengelola,
pemanfaatan sumber belajar, penggunaan media pembelajaran, penggunaan strategi
dan model-model pembelajaran, kinerja pengajar, pemantauan pelaksanaan sarana
pembelajaran, dan manajemen peningkatan mutu pendidikan.

Kurikulum memiliki kedudukan yang penting dalam dunia pendidikan.


Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan antara teori-teori pendidikan yang
berkembang dengan konsep-konsep kurikulum yang dikembangkan. Seiring
perkembangan masyarakat modern, pendidikan lebih banyak diselenggarakan
secara formal terutama di sekolah-sekolah, hal ini karena sekolah mempunyai
kelebihan yaitu keluasan untuk memberikan isi pendidikan yang tidak hanya nilai-
nilai moral yang diajarkan tetapi juga mengenai perkembangan teknologi dan
kehidupan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas dan
lebih mendalam dibandinkan keluarga.

Berkembangnya pendidikan formal dalam bentuk lembaga pendidikan


sekolah menuntut adanya kurikulum yang dirancang dan dikembangkan secara
tertulis dan pada akhirnya kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahakan dari
kegiatan pendidikan khususnya pendidikan formal di sekolah. Dengan adanya
kurikulum maka guru maupun siswa memiliki arah dan pedoman untuk melakukan
kegiatan pendidikan, pengajaran dan pembelajaran di lembaga pendidikan di

18
sekolah, mulai dari materi pelajaran yang harus diberikan, program dan rencana
pembelajaran yang harus dibuat, kegiatan dan pengalaman belajar yang harus
dilakukan dan penilaian terhadap pendidikan yang telah dilaksanakan dalam bentuk
hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam


upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi
pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluaraga, sekolah ataupun
masyarakat. Dalam lingkungan keluarga, interaksi pendidikan terjadi antara orang
tua sebagai pendidik dan anak sebagai peserta didik. Interaksi ini berjalan tanpa
rencana tertulis.

Sedangkan pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal.


Guru sebagai pendidik di sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga
pendidikan guru.

Dalam lingkungan masyarakat pun terjadi berbagai bentuk interaksi


pendidikan, dari yang sangat formal yang mirip dengan pendidikan disekolah dalam
bentuk kursus-kursus, sampai dengan yang kurang formal seperti ceramah,
serasehan, dan pergaulan kerja. Gurunya juga bervariasi dari yang memiliki latar
belakang pendidikan khusus sebagai guru, sampai dengan yang melaksanakan tugas
sebagai pendidik karena pengalaman, kurikulumnya juga bervariasi. Dari yang
memiliki kurikulum formal dan tertulis sampai dengan rencana pelajaran yang
hanya ada pada pikiran penceramah atau moderator serasehan.

Dari hal-hal yang diuraikan itu, dapat ditarik kesimpulan berkenaan dengan
pendidikan formal. Pertama, pendidikan formal memiliki rancangan pendidikan
atau kurikulum tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas dan rinci. Kedua,
dilaksanakan secara formal, terencana, ada yang mengawasi dan menilai. Ketiga,
diberikan oleh pendidik atau guru yang memiliki ilmu dan ketrampilan khusus
dalam bidang pendidikan. Keempat, interaksi pendidikan berlangsung dalam

19
lingkungan tertentu, dengan fasilitas dan alat serta aturan-aturan permainan tertentu
pula.

Pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan dibanding dengankan


dengan pendidikan informal dalam lingkungan keluarga. pertama, pendidikan
formal disekolah memiliki lingkup isi pendidikan yang lebih luas, bukan hanya
berkenaan dengan pembinaan segi-segi moral tetapi juga ilmu pengetahuan dan
ketrampilan. Kedua, pendidikan disekolah dapat memberikan pengetahuan yang
lebih tinggi, lebih luas dan mendalam. Ketiga, karena memiliki rancangan atau
kurikulum secara formal dan tertulis, pendidikan disekolah dilaksanakan secara
berencana, sistematis, dan lebih disadari. Karena yang memiliki rancangan atau
kkurikulum formal dan tertulis adalah pendidikan disekolah.

Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam


upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi
pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluaraga, sekolah ataupun
masyarakat. Dalam lingkungan keluarga, interaksi pendidikan terjadi antara orang
tua sebagai pendidik dan anak sebagai peserta didik. Interaksi ini berjalan tanpa
rencana tertulis Sedangkan pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat
formal. Guru sebagai pendidik di sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam
lembaga pendidikan guru.

Telah diuraikan sebelumnya, bahwa adanya rancangan atau kurikulum


formal dan tertulis merupakan ciri utama pendidikan disekolah. Dengan kata lain,
kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan disekolah. Kalau kurikulum
merupakan syarat mutlak , hal itu berarti bahwa kurikulum merupakn bagian yang
tak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran. Dapat kita bayangkan, bagaimana
bentuk pelaksanaan suatu pendidikan atau pengajaran disekolah yang tidak
memiliki kurikulum.

Kurikulum mengarahkan segala betuk aktivitas pendidikan demi


tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Menurut Mauritz Johnson kurikulum juga

20
merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pengangan
tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Disamping itu
kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau
spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberian
landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi
pendidikan. Dalam lingkungan sekolah pasti memiliki kurikulum. Pengajaran
yang direncanakan, terstruktur. Guru sebagai pendidik di sekolah telah
dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru. Sehingga peran guru
dalam pengembangan kurikulum juga sangat penting.

Berhubungan dengan itu, kedudukan kurikulum dalam pendidikan adalah

Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses


pendidikan. Kurikulum bertujuan sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-
rambu dalam pelaksanaan proses pembelajaran (belajar mengajar). Kurikulum
mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan
pendidikan.

Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman


dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.

Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli
atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan
landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi
pendidikan.

Kedudukan kurikulum dapat dilihat dari sistem pendidikan itu sendiri ,


pendidikan sebagai sistem tentu memiliki berbagai komponen yang saling
berhubungan dan saling ketergantungan, komponen-komponen pendidikan itu
antara lain adalah tujuan pendidikan, kurikulum pendidik, peserta didik,
lingkungan, sarana dan pra sarana, manajemen, serta teknologi. berdasarkan
komponen-komponen ini jelas bahwa kurikulum mempunyai kedudukan-
kedudukan tersendiri dalam sistem pendidikan nasional .

21
Dalam Undang-Undang tentang sistem pendidikan nasional , bab X
tentang kurikulum pasal 36 dikemukakan bahwa :

ayat (1): Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada


standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

ayat (2): Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan


dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah dan peserta didik.

ayat (3): Kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam kerangka


negara kesatuan republik indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman
dan taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat
peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan
daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, agama, dinamika perkembangan global dan persatuan
nasional serta nilai-nilai kebangsaan.

2.3. Perbedaan Kurikulum Dan Pembelajaran


Kurikulum dan pembelajaran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
walaupun keduanya memiliki kedudukan yang berbeda. Kurikulum berfungsi
sebagai landasan yang memberikan arah dan tujuan pendidikan, serta isi yang harus
dipelajari, sedangkan pembelajaran adalah proses yang terjadi dalam interaksi
belajar dan mengajar antara guru dan siswa. Dengan demikian, pendidikan tanpa
kurikulum sebagai sebuah rencana, maka pembelajaran atau pengajaran tidak akan
berjalan dengan efektif dan efisien. Maka dapat diartikan juga bahwa tanpa
pembelajaran sebagai implementasi sebuah perencanaan dari pendidikan disekolah,
maka kurikulum tidak akan memiliki arti apa-apa. (Fujiawati, 2016)

Kurikulum dan pembelajaran merupakan sebuah rancangan pendidikan


mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan
pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum dan pembelajaran di dalam
pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam pelaksanaan

22
kurikulum dan pembelajaran tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan
yang kokoh dan kuat. Oleh karena itu, makalah ini akan mengungkapkan hubungan
antara kurikulum dan pembelajaran dan posisi manajemen kurikulum dan
pembelajaran dalam pendidikan

a. Kurikulum
Kata kurikulum mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan
lebih kurang sejak satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama
kalinya dalam kamus Webster tahun 1856. Pada tahun itu kata kurikulum
digunakan dalam bidang olahraga, yakni suatu alat yang membawa orang dari
start sampai ke finish. Barulah pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam
bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan
(Bukhari Umar, 2010: 162)
Kurikulum adalah suatu program yang berisikan berbagai bahan ajar
dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan
secara sistematik dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Dakir, 2004: 3). Menurut
Muhaimin, kurikulum adalah pengetahuan-pengetahuan yang dikemukakan
oleh guru atau sekolah atau institusi pendidikan lainnya dalam bentuk mata
pelajaran atau kitab-kitab karya para ulama terdahulu yang dikaji begitu lama
oleh para peserta didik dalam tiap tahap pendidikannya (Muhaimin, 2010: 2).
Menurut Oemar Hamalik, kurikulum adalah rancangan pengajaran atau
sejumlah mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara
sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah
(Oemar Hamalik, 1997: 123). Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat,
kurikulum adalah suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan
dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu
(Zakiyah Daradjat, dkk, 1992: 121).
Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa kurikulum merupakan seluruh
kegiatan-kegiatan pendidikan yang dibentuk oleh pihak sekolah ataupun guru

23
kepada murid, baik dilakukan didalam sekolah maupun diluar sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
b. Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran merupakan bagian kecil dari pendidikan,
yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan keahlian berpikir, yang sifatnya
mengacu pada domain kognitif.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya
proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang
sedang belajar serta bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai
kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap (Suharsimi
Arikunto, 1993: 12). Menurut W. Sanjaya, pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang terorganisir yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedural yang berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan (W. Sanjaya, 2008: 6). Sedangkan menurut Oemar Hamalik,
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2008: 57),
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pembelajaran adalah proses belajar dan mengajar dimana ada hubungan
di antara guru dan siswa dengan memakai segala komponen dan sumber yang
ada untuk menciptakan situasi belajar dan mengajar yang efektif dan efisien
serta dapat tercapainya tujuan pendidikan.

2.4. Hubungan Antara Kurikulum dan Pembelajaran


Dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga pengertian dari Kaitan
adalah hubungan (sangkutan): mungkin hal itu ada (Departemen Pendidikan
Nasional, 2005: 491). Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan
pada lembaga pendidikan, perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian
khusus (Departemen Pendidikan Nasional, 2005: 617). Pelaksanaan kurikulum
tidak akan pernah terlepas dari kegiatan pembelajaran karena kurikulum
merupakan usaha untuk mensukseskan tujuan pendidikan. Diperlukan

24
pengelolaan, penataan, dan pengaturan ataupun kegiatan yang sejenis yang masih
berkaitan dengan pendidikan guna mengembangkan sumber daya manusia agar
dapat memenuhi tujuan pendidikan seoptimal mungkin. Artinya, pembelajaran
tanpa kurikulum sebagai rencana tidak akan efektif, atau bahkan bisa keluar dari
tujuan yang telah dirumuskan. Kurikulum tanpa pembelajaran, maka kurikulum
tersebut tidak akan berguna.
Kurikulum merupakan rencana tertulis yang berisi tentang ide-ide dan
gagasan-gagasan yang dirumuskan oleh pengembang kurikulum. Rencana tertulis
itu kemudian menjadi dokumen kurikulum yang membentuk suatu sistem
kurikulum yang terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi satu
sama lain, seperti misalnya komponen tujuan yang menjadi arah tujuan dan
komponen evaluasi. Komponen-komponen yang membentuk sistem kurikulum
selanjutnya melahirkan sistem pembelajaran, dan sistem pembelajaran itulah yang
menjadi pedoman guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar di dalam kelas.
Dengan demikian maka dapat dikatakan sistem pembelajaran merupakan
pengembangan dari sistem kurikulum yang digunakan (Wina Sanjaya, 2008: 16).
Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan
sebagai pedoman untuk menyusun target dalam proses belajar mengajar. Namun,
dalam memahami hakikat kurikulum sering terjadi perbedaan persepsi dan
pemahaman. Kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian
tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke
tahun. Oleh karena itu maka dapat juga dikatakan bahwa tindakan-tindakan itu
pada dasarnya implementasi dari kurikulum, yang selanjutnya implementasi itu
akan memberikan masukan dalam proses perbaikan kurikulum. Demikian terus
menerus, sehingga proses pengembangan kurikulum membentuk siklus yang tanpa
ujung (Wina Sanjaya, 2008: 17).
Hubungan kurikulum dan pembelajaran dalam tercapainya tujuan
pendidikan, dilukiskan dengan kurikulum sebagai program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang mencakup seluruh
pengalaman belajar yang diorganisasikan dan dikembangkan dengan baik serta

25
disiapkan bagi murid untuk mengatasi situasi kehidupan yang sebenarnya.
Sedangkan pengertian lainnya ditafsirkan secara sempit yang hanya menekankan
kepada kemanfaatannya dalam merencanakan tujuan pembelajaran,
pengalamanpengalaman belajar dan pembelajaran, alat-alat pelajaran dan cara-
cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam kegiatan belajar dan
pembelajaran (Sholeh Hidayat, 2013: 24).
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum
berfungsi sebagai pedoman uang memberikan arah dan tujuan pendidikan, serta
isi yang harus dipelajari, sedangkan pembelajaran adalah proses yang terjadi
dalam interaksi belajar dan mengajar antara guru dan murid. Hubungan
kurikulum dan pembelajaran ini diungkapkan Saylor (1981):

Walaupun antara kurikulum dan pembelajaran merupakan dua sisi yang


tidak dapat dipisahkan, namun dalam proses pembelajaran dapat terjadi
berbagai kemungkinan hubungan anatara keduanya. Peter F. Oliva (1992)
menggambarkan kemungkinan hubungan antara kurikulum dengan pengajaran
dalam beberapa model sebagai berikut: (Wina Sanjaya, 2008: 20-22).

Dari beberapa penjelasan diatas, maka dapat dipahami bahwa kurikulum


dan pembelajaran memiliki hubungan yang sangat erat, dengan kurikulum
sebagai bahan tertulis atau program pendidikan dengan lebih menekankan pada
operasional proses pembelajaran. Kurikulum berhubungan dengan isi ataupun
materi yang harus dipelajari sedangkan pembelajaran berkaitan dengan
bagaimana cara mempelajarinya. Tanpa kurikulum sebagai rencana, maka
pembelajaran tidak akan efektif, demikian juga sebaliknya tanpa pembelajaran
sebagai implementasi sebuah rencana, maka kurikulum tidak akan memiliki arti
apa-apa.

26
Kurikulum dan pembelajaran dipersiapkan dan dikembangkan untuk
mencapai tujuan pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka
dapat hidup di masyarakat (Wina Sanjaya, 2008: 10). Maka kurikulum dibentuk
untuk mengarahkan segala bentuk aktivitas pembelajaran demi tercapainya
tujuan pendidikan. Dengan kata lain bahwa kurikulum sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan yaitu pembentukan manusia yang sesuai dengan
falsafah hidup bangsa memegang peranan penting dalam pendidikan.

Maka kurikulum sebagai pedoman dan pembelajaran sebagai prosesnya


(Wina Sanjaya, 2008: 17), harus mampu mengantarkan anak didik menjadi
manusia yang bertaqwa, cerdas, terampil dan berbudi luhur, berilmu, bermoral,
tidak hanya sebagai mata pelajaran yang harus diberikan kepada peserta didik
semata, melainkan sebagai aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk
dialami, diterima, dan dilakukan.

Sehingga kurikulum dan pembelajaran mempunyai kedudukan yang sangat


sentral dalam keseluruhan pendidikan (Tedjo Narsono Reksoatmodjo, 2010:
57), akan tetapi keberadaan kurikulum tetap saja hanya sebagai alat
(instrumental) yang bersifat statis dan pembelajaran sebagai proses dari
kurikulum yang bersifat kontekstual. Kurikulum akan bermakna ketika benar-
benar dapat terimplementasikan dengan baik dan tepat dalam setiap proses
pembelajaran serta dapat berjalan efektif dan efisien.

Kurikulum memiliki kaitannya yang sangat erat dengan pembelajaran, hal


ini dikarenakan kurikulum adalah program didikan yang disediakan oleh
lembaga pendidikan bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut
siswa melakukan proses pembelajaran, sehingga mendorong perkembangan
dan peertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, dengan program kurikuler yang sudah ditetapkan, lembaga
pendidikan dapat menyediakan lingkungan pendidikan bagi siswa untuk
berkembang. Itu sebabnya, kurikulum disususun sedemikian rupa yang
memungkinkan siswa melakukan beraneka ragam proses pembelajaran.

27
Dengan demikian, kurikulum dan pembelajaran adalah syarat mutlak dalam
rangkaian kegiatan aktivitas lembaga pendidikan. Bagaimana seandainya jika
di sekolah tidak terdapat kurikulum dan pembelajaran? Dalam hal inilah terlihat
bahwa kedudukan kurikulum dan pembelajaran sangat sentral dalam
terlaksananya tujuan pendidikan, sehingga apabila tidak ada kurikulum maka
pembelajaran tidak akan mencapai tujuan dengan baik, dikarenakan di dalam
kurikulum berisi rencana pendidikan sebagai pedoman dan juga sebagai sumber
pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran bidang studi bagi lembaga
pendidikan.

28
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kurikulum bukanlah sesuatu yang statis. Kurikulum disusun agar dunia
pendidikan dapat memenuhi tuntutan yang terus berkembang dalam masyarakat.
Jika masyarakatnya berubah, kurikulumnya juga harus disesuaikan. Jika tidak,
maka sistem pendidikan formal yang ada akan ditinggalkan oleh masyarakat
penggunanya. Pengembangan suatu kurikulum perlu dilakukan karena sesuai
dengan beberapa peran yang diembannya, yaitu peran konservatif, peran kritis dan
evaluatif, dan peran kreatif. Dalam mengembangkan kurikulum ada sejumlah asas
yang harus dipegang teguh yaitu:

(1) asas filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai
dengan filsafat negara,

(2) asas sosiologis, yaitu kedaan masyarakat, perkembangan dan


perubahannya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupapengetajuan, dan
lain-lain,

(3) asas psikologis yang memperhitungkan factor anak dalam kurikulum


yakni psilkologi anak atau perkembangan anak dan psikologi belajar yang
mengkaji bagaimana proses belajar anak; serta

(4) asas organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi


bahan pelajaran yang disajikan.

Pengembangan kurikulum di antaranya berkaitan dengan peran


konservatif. Artinya, kurikulum mempunyai peranan sebagai salah satu instrumen
untuk mengkonservasi kebudayaan suatu bangsa. Tanpa kurikulum yang baik
kebudayaan suatu bangsa bisa musnah karena tidak ada institusi yang berusaha
melestarikannya. Dengan mencantumkannya dalam kurikulum, kebudayaan suatu
bangsa diharapkan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya sehingga anak
cucu bangsa tersebut minimal mengetahui adanya kebudayaan nenek moyangnya.

29
Kurikulum juga memiliki peran kritis dan evaluatif. Artinya, suatu kurikulum
dapat dengan kritis menilai, mengevaluasi, dan memilih nilai-nilai positif yang
perlu dilestarikan dan diwariskan kepada peserta didik. Selain itu, kurikulum juga
mngemban peran kreatif. Dalam hal ini, kurikulum juga harus mampu
menciptakan kreasi-kreasi baru dalam kaitannya, misalnya, dengan kebudayaan
yang berkembang dalam masyarakat sehingga kebudayaan tersebut lebih sesuai
dengan perkembangan jaman dan tuntutan masyarakatnya. Pengembangan
kurikulum didasarkan atas prinsip: (a) relevasi, (b) efektivitas, (c) efisiensi, (d)
fleksibel, (e) kontinuitas, dan (f) berorientasi pada tujuan.

Kurikulum memiliki kaitannya yang sangat erat dengan pembelajaran, hal


ini dikarenakan kurikulum adalah program didikan yang disediakan oleh lembaga
pendidikan bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa
melakukan proses pembelajaran, sehingga mendorong perkembangan dan
peertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan
kata lain, dengan program kurikuler yang sudah ditetapkan, lembaga pendidikan
dapat menyediakan lingkungan pendidikan bagi siswa untuk berkembang. Itu
sebabnya, kurikulum disususun sedemikian rupa yang memungkinkan siswa
melakukan beraneka ragam proses pembelajaran.

Kurikulum dan pembelajaran mempunyai kedudukan yang sangat sentral


(penting) dalam pendidikan. Kurikulum sebagai bahan tertulis atau program
pendidikan (ideal curriculum) dengan lebih menekankan pada operasional proses
pembelajaran (real curriculum). Kurikulum berhubungan dengan isi/materi yang
harus dipelajari sedangkan pembelajaran berkaitan dengan cara mempelajarinya.
Tanpa kurikulum sebagai rencana, maka pembelajaran tidak akan efektif,
demikian juga sebaliknya tanpa pembelajaran sebagai implementasi sebuah
rencana, maka kurikulum tidak akan memiliki arti apa-apa.Kurikulum bertujuan
sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan proses
pembelajaran (belajar mengajar). Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas
pembelajaran demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

30
Dengan demikian, kurikulum dan pembelajaran adalah syarat mutlak
dalam rangkaian kegiatan aktivitas lembaga pendidikan. Bagaimana seandainya
jika di sekolah tidak terdapat kurikulum dan pembelajaran? Dalam hal inilah
terlihat bahwa kedudukan kurikulum dan pembelajaran sangat sentral dalam
terlaksananya tujuan pendidikan, sehingga apabila tidak ada kurikulum maka
pembelajaran tidak akan mencapai tujuan dengan baik, dikarenakan di dalam
kurikulum berisi rencana pendidikan sebagai pedoman dan juga sebagai sumber
pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran bidang studi bagi lembaga pendidikan

31
DAFTAR PUSTAKA

Fujiawati, F. S. (2016). PEMAHAMAN KONSEP KURIKULUM DAN . Jurnal Pendidikan


dan Kajian Seni , 19-20.
Hernawan Asep Herry, A. D. (n.d.). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ekonomi
dan Koperasi.
Soeparto. (n.d.). Hakikat dan Prinsip Pengembangan Kurikulum.

32

Anda mungkin juga menyukai