Disusun Oleh
Kelas 2A Kelompok 2 :
2020-2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Adapun penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas Mata Dasar – Dasar
Kurikulum yang diampu oleh dosen Dr. H. Tatang Ibrahim, M. Pd dan Dr. Dadang
Suhendar, M. Pd, Makalah yang penulis susun bertujuan untuk menambah wawasan
serta pengetahuan yang sesungguhnya diterapkan di bidang akuntansi, serta untuk
melatih memecahkan masalah-masalah yang ada dalam bidang tersebut sebagai
aktualisasi ilmu yang dipelajari di universitas.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak yang terkait, penulis tidak mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan Makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan
dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh
karena itu, setiap ada perubah-an tujuan atau faktor lain yang mempengaruhi
tercapainya tujuan, kurikulum pun akan mengalami perubahan. Mengingat
kondisi masyarakat yang selalu berubah, maka kurikulum harus luwes untuk
mengalami penyesuaian sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
masyarakatnya. Perubahan yang dimaksudkan di sini diharapkan perubahan
yang menuju pada pengembangan, bukan sebaliknya.
Kurikulum sebenarnya kurikulum memiliki dua kegiatan yang saling
terkait, yaitu pengembangan dan pembinaan kurikulum. Pengembangan
kurikulum merupakan kegiatan untuk menghasilkan kurikulum, sedangkan
pembinaan merupakan kegiatan pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaannya.
Fungsi pengembangan kurikulum adalah menghasilkan kurikulum,sedangkan
pembinaan berfungsi untuk mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum
yang sudah ada, supaya hasilnya maksimal. Kalau dilihat dari sifatnya,
pengembangan bersifat konseptual, sedangkan pembinaan bersifat material.
Banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum,
misalnya masyarakat dimana kurikulum itu dikembangkan. Untuk keperluan
ini banyak faktor yang perlu diperhatikan di dalam pengembangan kurikulum.
Di antaranya:
(1) pengertian pengembangan kurikulum,
(2) fungsi dan peranan pengembangan kurikulum,
(3) asas-asas pengembangan kurikulum, serta
(4) prinsip pengembangan kurikulum.
Secara teoritis, pengembangan kurikulum dapat terjadi kapan saja
sesuai dengan kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang harus diperhatikan dalam
4
kurikulum adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bermegara. Semua itu
hendaknya tercermin dalam kurikulum dalam setiap jenjang pendidikan yang
ada. Munculnya undangundang baru membawa implikasi baru terhadap
paradigma dalam dunia pendidikan. Kondisi yang terjadi saat ini dan antisipasi
terhadap keadaan masa yang menuntut pelbagai penyesuaian dan perubahan
kurikulum yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan.
1.2.Rumusan Masalah
a) Bagaimana Hakekat Pengembangan Kurikulum
b) Bagaimana Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan/Pembelajaran
c) Bagaimana Perbedaan Kurikulum Dan Pembelajaran
d) Bagaimana Pola Hubungan Kurikulum Dan Pembelajaran
1.3.Tujuan Perumusan
a) Mengetahui Hakekat Pengembangan Kurikulum
b) Mengetahui Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan/Pembelajaran
c) Mengetahui Perbedaan Kurikulum Dan Pembelajaran
d) Mengetahui Pola Hubungan Kurikulum Dan Pembelajaran
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh
pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa
ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai
dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah
kurikulum berasal dari bahas latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah
jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk
memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat
memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu
bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran,
sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu
tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu
kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik
akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. Di
Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak
tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh
pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar
pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran”
pada hakikatnya kurikulum sama sama artinya dengan rencana pelajaran.
7
perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan
lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya,
suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat
tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja
8
6 Kemendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa).
1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk
merumuskan tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam
merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
9
4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi
(interpersonal), lingkungan kebudayaan termasuk iptek (kultural), dan
lingkungan hidup (bioekologi), serta lingkungan alam (geoekologis).
Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula dalam
memilih isi/materi yang harus dikuasai, strategi yang akan digunakan serta
bentuk dan alat evaluasi yang tepat untuk mengukur ketercapaian kurikulum.
Hierarki perumusan tujuan kurikulum dimulai dari tujuan umum pendidikan,
kemudian tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional.
Materi/isi kurikulum menurut Saylor dan Alexander adalah faktafakta,
observasi, data, persepsi, penginderaan, pemecahan masalah yang berasal dari
pikiran manusia dan pengalamannya yang diatur dan diorganisasikan dalam
bentuk konsep, generalisasi, prinsip, dan pemecahan masalah.
10
Agar kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan harapan dan kebutuhan maka
proses pengembangan kurikulum ini tidak saja harus melibatkan ahli
pendidikan, ahli kurikulum, guru, dan siswa, namun perlu juga melibatkan ahli-
ahli lain di luar bidang pendidikan, orang-orang yang berminat, serta pemakai
lulusan (dari dunia kerja).
Dari uraian singkat di atas jelas bahwa tanggung jawab para pembina
dan pengembang kurikulum sangat luas dan kompleks, mereka harus mencari
cara dan usaha yang terus-menerus untuk meningkatkan kurikulum. Usaha dan
tugas itu akan lebih lancar, baik dan dapat dipertanggungjawabkan jika
mengikuti pedoman, landasan, dan prinsip-prinsip tertentu yang ada dalam
pengembangan kurikulum.
11
2. Peran kritis dan evaluatif Kurikulum juga memiliki peran kritis dan evaluatif.
Maksudnya, kurikulum dapat dengan kritis menilai dan mengevaluasi
keberadaan kebudayaan nenek moyangnya untuk mengetahui nilai-nilai yang
terkandung dalam kebudayaan tersebut. Apabila dipandang ada unsur-unsur
kebudayaan yang kurang baik, misalnya, maka generasi berikutnya dapat
memilah-milah mana unsur kebudayaan yang dapat diterapkan dan dilestarikan,
dan mana unsur kebudayaan yang dapat diabaikan karena kurang sesuai dengan
perkembangan jaman.
3. Peran kreatif Kurikulum juga mengemban peran kreatif. Maksudnya,
kurikulum harus mampu menciptakan kreasi-kreasi baru dalam kaitannya,
misalnya, dengan kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat sehingga
kebudayaan tersebut lebih sesuai dengan perkembangan jaman dan tuntutan
masyarakatnya.
b) Isi Pengembangan Kurikulum
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan isi dalam
pengem-bangan kurikulum. Pertama, isi kurikulum didefinisikan sebagai bahan
atau materi belajar dan mengajar. Bahan ini tidak hanya berisikan informasi
faktual, tetapi juga mencakup pengetahuan, keterampilan, konsep, sikap, dan
nilai. Beberapa ahli yakin bahwa beberapa isi mempunyai nilai intrinsik yang
dapat dipelajari demi kepentingannya sendiri. Namun, pendapat lain
menyatakan bahwa isi memiliki nilai jika hal itu dapat digunakan. Pendapat lain
mengatakan bahwa semua isi memiliki nilai instrumental yakni alat-alat
sederhana yang oleh orang yang lain menjadi pelajaran-pelajaran yang lebih
bernilai.
Kedua, dalam proses belajar mengajar ada dua elemen kurikulum yang
berinteraksi secara konstan yakni isi dan metode. Isi menjadi signifikan jika
ditransmisikan ke pembelajar dalam beberapa hal dan jalan, dan itulah yang
disebut dengan metode atau pengalaman belajar mengajar. Hubungan antara isi
dan metode sangat dekat. Ketika keduanya dipisahkan menjadi elemen-elemen
12
kurikulum, masingmasing dapat dinilai dengan kriteria yang berbeda. Kita
harus memilih satu kriteria meski akan lebih memuaskan jika dipilih semua,
namun itu bukan pola pembelajaran yang efektif. Ha1 yang sama juga berlaku
dalam pemilihan metode. Metode yang efektif tetapi tidak disertai kemahiran
meramu dan menyajikan isi tidak akan menghasilkan manfaat optimal dalam
proses belajar.
13
2) Asas Psikologis, yang berkaitan dengan faktor anak dalam kurikulum
yakni , psikologi anak, perkembangan anak, psikologi belajar, dan proses
belajar anak,
3) Asas Sosiologis, yaitu kedaan masyarakat, perkembangan dan perubahan-
nya, kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan
lain-lain, serta
4) Asas Organisatoris, yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi
bahan pelajaran yang disajikan.
14
1) Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum.
2) Meningkatkan keadilan (equality) dan kesempatan pada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal.
3) Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan.
4) Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
5) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran selalu dipantau
dalam rangka melihat konsistensi antara desain yang telah direncanakan
dengan pelaksanaan pembelajaran.
6) Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu pengembangan
kurikulum.
Kurikulum dan pembelajaran dipersiapkan dan dikembangkan untuk
mencapai tujuan pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka
dapat hidup di masyarakat (Wina Sanjaya, 2008: 10). Maka kurikulum dibentuk
untuk mengarahkan segala bentuk aktivitas pembelajaran demi tercapainya tujuan
pendidikan. Dengan kata lain bahwa kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan yaitu pembentukan manusia yang sesuai dengan falsafah hidup bangsa
memegang peranan penting dalam pendidikan. Maka kurikulum sebagai pedoman
dan pembelajaran sebagai prosesnya (Wina Sanjaya, 2008: 17), harus mampu
mengantarkan anak didik menjadi manusia yang bertaqwa, cerdas, terampil dan
berbudi luhur, berilmu, bermoral, tidak hanya sebagai mata pelajaran yang harus
diberikan kepada peserta didik semata, melainkan sebagai aktivitas pendidikan
yang direncanakan untuk dialami, diterima, dan dilakukan. Sehingga kurikulum
dan pembelajaran mempunyai kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan
pendidikan (Tedjo Narsono Reksoatmodjo, 2010: 57), akan tetapi keberadaan
kurikulum tetap saja hanya sebagai alat (instrumental) yang bersifat statis dan
pembelajaran sebagai proses dari kurikulum yang bersifat kontekstual.
15
Kurikulum akan bermakna ketika benar-benar dapat terimplementasikan
dengan baik dan tepat dalam setiap proses pembelajaran serta dapat berjalan efektif
dan efisien.
Untuk memanusiakan manusia menjadi manusiawi, salah satunya adalah
perlu adanya kurikulum pendidikan. Sebab kurikulum pendidikan memiliki posisi
yang sangat strategis. Hal ini karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada
kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum pendidikan, maka dalam penyusunannya
memerlukan fondasi dan landasan yang kokoh dengan melalui penelitian dan
berbagai pemikiran secara mendalam dan sebaliknya penyusunan kurikulum
“tidak asal-asalan”. Di sinilah, pada dasarnya sebuah kurikulum merupakan suatu
sistem yang saling terkait yang terdiri atas beberapa komponen yang saling
mendukung. Kurikulum merupakan acuan pembelajaran dalam pendidikan yang
memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus
ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-
orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Artinya,
menurut urutan tertentu serta logis dan dapat diterima oleh akal dan pikiran.2
Kurikulum tentunya memiliki fungsi sebagai pedoman dan acuan bagi
penggunanya, yang dalam hal ini bagi seorang pendidik sebagai pedoman dalam
mengajar dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Tak hanya bagi guru di 2
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.
16-17
16
3. Metode dan cara-cara mengajar dan bimbingan yang diikuti murid-murid
untuk mendorong mereka ke arah yang dikehendaki oleh tujuan yang
dirancang; dan
4. Metode dan cara penilaian yang digunakan dalam mebgukur hasil proses
pendidikan yang dirancang dalam kurikulum.
17
tenaga kependidikan dengan berbagai pemahaman dan wawasan tentang konsep dan
praktik yang berhubungan dengan kurikulum dan pembelajaran serta dapat
mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran.
18
sekolah, mulai dari materi pelajaran yang harus diberikan, program dan rencana
pembelajaran yang harus dibuat, kegiatan dan pengalaman belajar yang harus
dilakukan dan penilaian terhadap pendidikan yang telah dilaksanakan dalam bentuk
hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Dari hal-hal yang diuraikan itu, dapat ditarik kesimpulan berkenaan dengan
pendidikan formal. Pertama, pendidikan formal memiliki rancangan pendidikan
atau kurikulum tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas dan rinci. Kedua,
dilaksanakan secara formal, terencana, ada yang mengawasi dan menilai. Ketiga,
diberikan oleh pendidik atau guru yang memiliki ilmu dan ketrampilan khusus
dalam bidang pendidikan. Keempat, interaksi pendidikan berlangsung dalam
19
lingkungan tertentu, dengan fasilitas dan alat serta aturan-aturan permainan tertentu
pula.
20
merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pengangan
tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Disamping itu
kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau
spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberian
landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi
pendidikan. Dalam lingkungan sekolah pasti memiliki kurikulum. Pengajaran
yang direncanakan, terstruktur. Guru sebagai pendidik di sekolah telah
dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru. Sehingga peran guru
dalam pengembangan kurikulum juga sangat penting.
Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli
atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan
landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi
pendidikan.
21
Dalam Undang-Undang tentang sistem pendidikan nasional , bab X
tentang kurikulum pasal 36 dikemukakan bahwa :
22
kurikulum dan pembelajaran tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan
yang kokoh dan kuat. Oleh karena itu, makalah ini akan mengungkapkan hubungan
antara kurikulum dan pembelajaran dan posisi manajemen kurikulum dan
pembelajaran dalam pendidikan
a. Kurikulum
Kata kurikulum mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan
lebih kurang sejak satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama
kalinya dalam kamus Webster tahun 1856. Pada tahun itu kata kurikulum
digunakan dalam bidang olahraga, yakni suatu alat yang membawa orang dari
start sampai ke finish. Barulah pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam
bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan
(Bukhari Umar, 2010: 162)
Kurikulum adalah suatu program yang berisikan berbagai bahan ajar
dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan
secara sistematik dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Dakir, 2004: 3). Menurut
Muhaimin, kurikulum adalah pengetahuan-pengetahuan yang dikemukakan
oleh guru atau sekolah atau institusi pendidikan lainnya dalam bentuk mata
pelajaran atau kitab-kitab karya para ulama terdahulu yang dikaji begitu lama
oleh para peserta didik dalam tiap tahap pendidikannya (Muhaimin, 2010: 2).
Menurut Oemar Hamalik, kurikulum adalah rancangan pengajaran atau
sejumlah mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara
sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah
(Oemar Hamalik, 1997: 123). Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat,
kurikulum adalah suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan
dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu
(Zakiyah Daradjat, dkk, 1992: 121).
Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa kurikulum merupakan seluruh
kegiatan-kegiatan pendidikan yang dibentuk oleh pihak sekolah ataupun guru
23
kepada murid, baik dilakukan didalam sekolah maupun diluar sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
b. Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran merupakan bagian kecil dari pendidikan,
yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan keahlian berpikir, yang sifatnya
mengacu pada domain kognitif.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya
proses penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang
sedang belajar serta bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai
kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap (Suharsimi
Arikunto, 1993: 12). Menurut W. Sanjaya, pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang terorganisir yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedural yang berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan (W. Sanjaya, 2008: 6). Sedangkan menurut Oemar Hamalik,
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2008: 57),
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pembelajaran adalah proses belajar dan mengajar dimana ada hubungan
di antara guru dan siswa dengan memakai segala komponen dan sumber yang
ada untuk menciptakan situasi belajar dan mengajar yang efektif dan efisien
serta dapat tercapainya tujuan pendidikan.
24
pengelolaan, penataan, dan pengaturan ataupun kegiatan yang sejenis yang masih
berkaitan dengan pendidikan guna mengembangkan sumber daya manusia agar
dapat memenuhi tujuan pendidikan seoptimal mungkin. Artinya, pembelajaran
tanpa kurikulum sebagai rencana tidak akan efektif, atau bahkan bisa keluar dari
tujuan yang telah dirumuskan. Kurikulum tanpa pembelajaran, maka kurikulum
tersebut tidak akan berguna.
Kurikulum merupakan rencana tertulis yang berisi tentang ide-ide dan
gagasan-gagasan yang dirumuskan oleh pengembang kurikulum. Rencana tertulis
itu kemudian menjadi dokumen kurikulum yang membentuk suatu sistem
kurikulum yang terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi satu
sama lain, seperti misalnya komponen tujuan yang menjadi arah tujuan dan
komponen evaluasi. Komponen-komponen yang membentuk sistem kurikulum
selanjutnya melahirkan sistem pembelajaran, dan sistem pembelajaran itulah yang
menjadi pedoman guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar di dalam kelas.
Dengan demikian maka dapat dikatakan sistem pembelajaran merupakan
pengembangan dari sistem kurikulum yang digunakan (Wina Sanjaya, 2008: 16).
Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan
sebagai pedoman untuk menyusun target dalam proses belajar mengajar. Namun,
dalam memahami hakikat kurikulum sering terjadi perbedaan persepsi dan
pemahaman. Kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian
tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke
tahun. Oleh karena itu maka dapat juga dikatakan bahwa tindakan-tindakan itu
pada dasarnya implementasi dari kurikulum, yang selanjutnya implementasi itu
akan memberikan masukan dalam proses perbaikan kurikulum. Demikian terus
menerus, sehingga proses pengembangan kurikulum membentuk siklus yang tanpa
ujung (Wina Sanjaya, 2008: 17).
Hubungan kurikulum dan pembelajaran dalam tercapainya tujuan
pendidikan, dilukiskan dengan kurikulum sebagai program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang mencakup seluruh
pengalaman belajar yang diorganisasikan dan dikembangkan dengan baik serta
25
disiapkan bagi murid untuk mengatasi situasi kehidupan yang sebenarnya.
Sedangkan pengertian lainnya ditafsirkan secara sempit yang hanya menekankan
kepada kemanfaatannya dalam merencanakan tujuan pembelajaran,
pengalamanpengalaman belajar dan pembelajaran, alat-alat pelajaran dan cara-
cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam kegiatan belajar dan
pembelajaran (Sholeh Hidayat, 2013: 24).
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum
berfungsi sebagai pedoman uang memberikan arah dan tujuan pendidikan, serta
isi yang harus dipelajari, sedangkan pembelajaran adalah proses yang terjadi
dalam interaksi belajar dan mengajar antara guru dan murid. Hubungan
kurikulum dan pembelajaran ini diungkapkan Saylor (1981):
26
Kurikulum dan pembelajaran dipersiapkan dan dikembangkan untuk
mencapai tujuan pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka
dapat hidup di masyarakat (Wina Sanjaya, 2008: 10). Maka kurikulum dibentuk
untuk mengarahkan segala bentuk aktivitas pembelajaran demi tercapainya
tujuan pendidikan. Dengan kata lain bahwa kurikulum sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan yaitu pembentukan manusia yang sesuai dengan
falsafah hidup bangsa memegang peranan penting dalam pendidikan.
27
Dengan demikian, kurikulum dan pembelajaran adalah syarat mutlak dalam
rangkaian kegiatan aktivitas lembaga pendidikan. Bagaimana seandainya jika
di sekolah tidak terdapat kurikulum dan pembelajaran? Dalam hal inilah terlihat
bahwa kedudukan kurikulum dan pembelajaran sangat sentral dalam
terlaksananya tujuan pendidikan, sehingga apabila tidak ada kurikulum maka
pembelajaran tidak akan mencapai tujuan dengan baik, dikarenakan di dalam
kurikulum berisi rencana pendidikan sebagai pedoman dan juga sebagai sumber
pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran bidang studi bagi lembaga
pendidikan.
28
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kurikulum bukanlah sesuatu yang statis. Kurikulum disusun agar dunia
pendidikan dapat memenuhi tuntutan yang terus berkembang dalam masyarakat.
Jika masyarakatnya berubah, kurikulumnya juga harus disesuaikan. Jika tidak,
maka sistem pendidikan formal yang ada akan ditinggalkan oleh masyarakat
penggunanya. Pengembangan suatu kurikulum perlu dilakukan karena sesuai
dengan beberapa peran yang diembannya, yaitu peran konservatif, peran kritis dan
evaluatif, dan peran kreatif. Dalam mengembangkan kurikulum ada sejumlah asas
yang harus dipegang teguh yaitu:
(1) asas filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai
dengan filsafat negara,
29
Kurikulum juga memiliki peran kritis dan evaluatif. Artinya, suatu kurikulum
dapat dengan kritis menilai, mengevaluasi, dan memilih nilai-nilai positif yang
perlu dilestarikan dan diwariskan kepada peserta didik. Selain itu, kurikulum juga
mngemban peran kreatif. Dalam hal ini, kurikulum juga harus mampu
menciptakan kreasi-kreasi baru dalam kaitannya, misalnya, dengan kebudayaan
yang berkembang dalam masyarakat sehingga kebudayaan tersebut lebih sesuai
dengan perkembangan jaman dan tuntutan masyarakatnya. Pengembangan
kurikulum didasarkan atas prinsip: (a) relevasi, (b) efektivitas, (c) efisiensi, (d)
fleksibel, (e) kontinuitas, dan (f) berorientasi pada tujuan.
30
Dengan demikian, kurikulum dan pembelajaran adalah syarat mutlak
dalam rangkaian kegiatan aktivitas lembaga pendidikan. Bagaimana seandainya
jika di sekolah tidak terdapat kurikulum dan pembelajaran? Dalam hal inilah
terlihat bahwa kedudukan kurikulum dan pembelajaran sangat sentral dalam
terlaksananya tujuan pendidikan, sehingga apabila tidak ada kurikulum maka
pembelajaran tidak akan mencapai tujuan dengan baik, dikarenakan di dalam
kurikulum berisi rencana pendidikan sebagai pedoman dan juga sebagai sumber
pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran bidang studi bagi lembaga pendidikan
31
DAFTAR PUSTAKA
32