Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KURIKULUM BERBASIS SUBJEK MALTER, KURIKULUM BERBASIS


KOMPETENSI DAN KURIKULUM 2013

DOSEN PENGAMPUH :

Hayyatun Mawaddah., S.Pd., M.Pd

Oleh :

Kelompok 2

Diva Rizky Aria Ningsih A22121095


Popi Umu Aiman A22121070
Siti Nurhaliza A22121016
Yulia Mifatul Jana A22121

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Kurikulum Berbasis Subjek Malter dan Kurikulum Berbasis Kompetensi ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima
kasih pada Bapak/Ibu guru yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai virus serta manfaat dan bahaya virus bagi
kehidupan manusia. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Palu Mei 2023

Penyusun

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................3
KATA PENGANTAR..........................................Error! Bookmark not defined.
BAB I. PENDAHULUAN........................................Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang.........................................Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah....................................Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan......................................................Error! Bookmark not defined.
BAB II. PEMBAHASAN.....................................Error! Bookmark not defined.
1.1 Konsep Kurikulum Berbasis Subjek Malter dan Kurikulum Berbasis
Kompetensi..............................................Error! Bookmark not
defined.
1.2 Perbandingan Kurikulum Berbasis Subjek Malter dan Kurikulum Berbasis
Kompetensi..............................................Error! Bookmark not defined.
BAB III. PENUTUP.............................................Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan..............................................Error! Bookmark not defined.
B. Saran.........................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA...........................................Error! Bookmark not defined.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akibat adanya perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek


kehidupan yang datang begitu cepat, telah menjadi tantangan nasional dan
menuntut perhatian segera dan serius. Hal ini sangat beralasan karena fenomena
dalam era global khususnya yang berkaitan dengan dunia kerja selalu ditandai
oleh ketidakpastian, semakin cepat dan sering berubah, dan menuntut fleksibilitas
yang lebih besar. Perubahan ini secara mendasar tidak saja menuntut angkatan
kerja yang mempunyai kemampuan bekerja dalam bidangnya (hard
competencies) namun juga sangat penting untuk menguasai kemampuan
menghadapi perubahan serta memanfaatkan perubahan itu sendiri (soft
competence), Oleh karena itu menjadi tantangan pendidikan kejuruan untuk
mampu mengintegrasikan kedua macam komponen kompetensi tersebut secara
terpadu dalam menyiapkan peserta didik untuk memiliki kemampuan bekerja dan
berkembang di masa depan.
Salah satu upaya untuk mengantisipasi perubahan dan perkembangan global
tersebut adalah dengan mengembangkan kurikulum pendidikan khususnya pada
pendidikan kejuruan yang mampu memberikan keterampilan dan keahlian untuk
dapat bertahan hidup dan berkompetisi dalam perubahan, pertentangan,
ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kesulitan dalam kehidupan. Salah satu
langkah strategis untuk mengantisipasi permasalahan tersebut adalah dengan
diterapkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Kurikulum merupakan sebuah rincian rencana dari kegiatan pendidikan guna
mencapai tujuan tertentu, yaitu tujuan pendidikan. Kurikulum berkembang dari
masa ke masa tergantung kebutuhan yang ada, mengikuti arus global dan
teknologi. Kurikulum sudah ada sejak dulu sebagai acuan dalam proses
pembelajaran. Di dalam kurikulum yang merupakan suatu program, terdapat

4
tujuan yang terencana, sehingga semua sekolah mempunyai standar dalam
penentuan pengalaman dan hasil belajar siswa.
Sesungguhnya jantung sekolah adalah kurikulum, unsur kurikulum yang tak
dapat dikurangi adalah ilmu pengetahuan. Inti ilmu pengetahuan dan isi pokok
atau mata pelajaran dari pengajaran diketemukan dalam subjek akademik yang
pertama bersifat intelektual, seperti bahasa dan literature, matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam, Sejarah, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan kesenian. (John D.
MC. Neil, 1988: 82). Kurikulum dalam pendidikan diartikan sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh/diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah.
(Dr. Nana Sudjana, 1989: 4).
Kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran. Rumusan kurikulum terdiri
dari dua hal pokok yaitu: (1) isi kurikulum, adalah mata pelajaran (subject
matter) yang diberikan oleh sekolah pada anak didik, (2) tujuan utama
pendidikan/kurikulum, ialah menguasi mata pelajaran yang disimbolkan dalam
bentuk ijazah atau sertifikat. Kurikukum dibuat dengan berbagai macam desain,
konsep, maupun rencana lainnya, yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan
pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai
berikut :
2.1 Bagaimana Konsep Kurikulum Berbasis Subjek Malter dan Kurikulum
Berbasis Kompetensi?
2.2 Bagaimana Perbandingan Kurikulum Berbasis Subjek Malter, Kurikulum
Berbasis Kompetensi dan Kurikulum 2013?

5
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep kurikulum berbasis subjek malter dan kurikulum
berbasis kompetensi
2. Untuk mengetahui Perbandingan Kurikulum Berbasis Subjek Malter,
Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan kurikulum 2013

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Berbasis Subjek


Malter

1. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Secara teoritik, sebagaimana dikemukakan oleh John Mc. Neil (1977) bahwa
terdapat empat pendekatan dalam perkembangan kurikulum, yaitu pendekatan
akademik (academic approach), pendekatan humanistik (humanistic approach),
pendekatan rekonstruksi sosial (social reconstruction approach) dan pendekatan
teknologi (technology approach). Pendekatan akademik dalam pengembangan
kurikulum digunakan apabila kurikulum yang dikembangkan tersebut diarahkan
sebagai wahana untuk mengembangkan suatu bidang keilmuan tertentu.
pendekatan humanistic digunakan apabila kurikulum yang dikembangkan
diarahkan sebagai wahana untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta
didik. Pendekatan rekonstruksi sosial digunakan kurikulum apabila kurikulum
yang dikembangkan diarahkan sebagai wahana pengembangan siswa berdasar atas
tuntutan masyarakat, sedang pendekatan teknologi digunakan apabila kurikulum
tersebut diarahkan untuk mempersiapkan siswa mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta mencetak tenaga-tenaga terampil yang mampu
mengembangkan teknologi dalam kehidupannya. Pendekatan teknologi dalam
pengembangan kurikulum ini secara substansial dapat dipandang identik dengan
pendekatan kompetensi (Muhadjir, 1996), yang kemudian dikenal dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau competency based curriculum
(CBC).
KBK merupakan konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi
tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan
terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Mulyasa, 2002) kompetensi
7
sebagaimana dijelaskan oleh Mc. Ashan sebagai....is a knowledge, skills, and
abilities or capabilities that a person achieves, which becam part of his or her being
to the exent her or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective and
psychomotor behaviors. Di samping itu, kompetensi juga dapat diartikan sebagai
seperangkat pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak yang
dilakukan secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang
untuk menjadi kompeten dalam bidang tertentu (Litban Depdiknas, 2002).
Secara yuridis penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi ini merupakan
konsekuensi logis adanya perubahan kebikakan yang sangat mendasar pemerintah
dari penerapan sistem sentralisasi ke desentralisasi, yang secara eksplisit tertuang
dalam PP Nomor 22 tahun 1999 dan PP Nomor 25 tahun 1999. kedua PP tersebut
merupakan tonggak histories bagi proses demokratisasi di dalam kehidupan
masyarakat dan bangsa Indonesia. proses demokratisasi tersebut
mengimplikasikan adanya perubahan paradigma dalam semua bidang kehidupan,
termasuk dalam bidang pendidikan, yaitu: dari paradigma sentralistik berubah
menjadi desentralistik, dari serba pusat berubah menjadi serba daerah (otonom),
dari top down menjadi bottom up. Desentralisasi pendidikan atau lazim disebut
otonomi pendidikan mengandung makna bahwa kewenangan melaksanakan
pendidikan secara penuh diarahkan pada pemerintah daerah (Pemkab atau
Pemkot).
Dalam koridor reformasi, otonomi pendidikan berarti: Pertama, menata kembali
sistem pendidikan nasional yang sentralistik menuju sistem pendidikan yang
desentralistik, di mana partisipasi masyarakat menjadi dominan. Kedua, gerakan
demokratisasi masyarakat nasional yang ditandai oleh adanya pengembalian hak-
hak dan kewajiban masyarakat untuk mengurus pendidikannya. Dalam konteks ini
dunia pendidikan menempatkan masyarakat sebagai the stake holder. Ketiga,
otonomi pendidikan bukan berarti melepaskan segala ikatan-ikatan nasionalitas,
justru otonomi pendidikan merupakan upaya untuk memperkuat dasar-dasar

8
pendidikan pada tingkat grass- mot dalam rangka memperkokoh pluralitas (Tilaar,
2002).

2. Kurikulum Berbasis Subjek Malter

Subject matter curriculum atau Kurikulum Subject Matter (kurikulum mata


pelajaran), merupakan organisasi kurikulum yang tertua dan banyak digunakan di
setiap negara. Subject matter curriculum adalah organisasi isi pendidikan dalam
bentuk mata pelajaran yang disajikan dan diberikan kepada para siswa secara
terpisah-pisah satu sama lain. Sekalipun hakikat isinya ada relasi antara mata
pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. (Dr. Nana Sudjana, 1989).
Kurikulum subject matter bersumber dari pendidikan klasik yang berorientasi
pada masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Isi pendidikan
diambil dari setiap disiplin ilmu. Karena kurikulum sangat mengutamakan
pengetahuan maka pendidikannya lebih bersifat intelektual. (Nana Syaodiah,
2005). Curriculum as Subject matter, merupakan kurikulum sebagai kombinasi
bahan pelajaran untuk membentuk kerangka isi materi yang akan diajarkan kepada
peserta didik. Model subject matter menggunakan pola deduktif dalam penyusunan
kurikulumnya yaitu dengan cara menentukan struktur kurikulum atau mata kuliah
sebagai patokan
Dalam buku Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Dr.
Nana Sudjana, 1989: 51), menyebutkan bahwa dalam dunia pendidikan, dikenal
ada tiga jenis pola organisasi kurikulum yakni: Subject matter curriculum, Activity
curriculum, dan Core curriculum. Namun pada prakteknya tidak pernah dijumpai
satu bentuk kurikulum murni, melainkan modifikasi-modifikasi dari ketiga bentuk
tersebut.

9
B. Perbandingan Kurikulum Berbasis Subjek Malter, Kurikulum Berbasis
Kompetensi dan Kurikulum 2013

1. Kurikulum Berbasis Subjek Malter

Ciri-ciri yang membedakan antara organisasi Subject Matter curriculum dengan


organisasi lainnya menurut, Dr. Nana Sudjana adalah:

a. Mata pelajaran diklasifikasikan serta diorganisasikan sesuai dengan bidang


keilmuan / pengetahuan ilmiah.
Isi dipilih dan disusun sedemikian rupa sehingga mendisiplinasi para pelajar
sesuai dengan tuntutan yang terkandung dalam pengetahuan ilmiah tersebut.
Pengetahuan disusun tidak atas dasar perkembangan kebutuhan anak didik.
Dengan kata lain soal-soal yang berhubungan dengan kebutuhan sosial para
siswa banyak diabaikan, sebab isi kurikulum dipilih dan diorganisasi sesuai
dengan kepentingan para ahli ilmu pengetahuan. Tujuan utama organisasi
kurikulum ini ialah mengembangkan kapasitas belajar untuk menguasai fakta,
konsep, prinsip, yang terdapat dalam mata pelajaran.
b. Tekanan yang diberikan dalam subject matter pada penyajian isi pelajaran dan
teknik memberikan penjelasan.
Gagasan-gagasan yang hendaknya dikuasai siswa dijelaskan terlebih dahulu
oleh guru. Percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh siswa relatif
tidak ada. Ada empat jenis cara menyajikan pelajaran yang sering dijumpai
dalam subject curriculum ini, yaitu:

 dimulai dari yang sederhana menuju kepada yang lebih sulit dan
kompleks.
 cara penyajian didasarkan kepada pengetahuan prasarat. Cara ini
ditemukan pada penyajian mata pelajaran yang berisikan hukum dan
prinsip, seperti fisika, tata bahasa, ilmu pasti, dan lain-lain.

10
 Dimulai dari keseluruhan menuju kepada bagian-bagian. Pengajaran
geografi dimulai dari globe bumi kemudian baru dipelajari bagian-
bagian dari belahan bumi.
 Penyajian yang bersifat kronologis. Fakta dan gagasan disusun dalam
rangkaian waktu sehingga penyajian peristiwa yang muncul kemudian
selalu diawali oleh kejadian yang mendahuluinya. Prosedur mengajar
beserta tekniknya didasarkan kepada aktivitas bahasa seperti kuliah,
ceramah, diskusi, tanya jawab, laporan tertulis, laporan lisan, dll. Yang
dianggap penting dalam kurikulum ini ialah proses menerima dan
menghafalkan mata pelajaran yang disajikan.

2. Kurikulum Berbasis Kompetensi

KBK secara subtansial mencakup dua inovasi pendidikan, yaitu (1)


Kurikulum berfokus pada standar kompetensi dan hasil belajar, dan (2)
pengembangan kurikulum dilakukan secara otonom atau desentralisasi. Kedua
inovasi ini meniscayakan bahwa dalam KBK memungkinkan pengembangan
kompetensi dasar yang dirumuskan dalam level (pemeringkatan) pencapaian
prestasi siswa standar kualitas kompetensi tersebut berupa hasil belajar (kinerja)
yang ditetapkan disertai dengan patokan atau ukuran yang jelas dalam beberapa
indikator. Sedangkan implementasinya dilakukan secara otonomi atau
desentralisasi. Desentralisasi kurikulum ini menuntut perubahan dalam
pengelolaan dan pengembangan kurikulum pada tingkat Kabupaten/kota atau
sekolah.

Dengan penekanan pada standar kompetensi dan hasils belajar, maka KBK
memiliki karakteristik sebagai berikut (Depdiknas RI) Menekankan pada
ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi. Sumber
11
belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif. Penilaian penekanan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Sedangkan desentralisasi
pengembangan kurikulum pada daerah Kabupaten/kota atau sekolah berimplikasi
pada hal-hal berikut (Depdiknas RI). Pengembangan pelaksanaan kurikulum
menjadi dinamis dengan pemecahan masalah yang secara langsung dapat ditangani
pada tingkat sekolah atau daerah.
Pengelolaan kurikulum sepenuhnya ditangani oleh sekolah sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhannya. Pemberdayaan tenaga-tenaga kependidikan
potensial di daerah untuk dilibatkan dalam penyusunan silabus, pelaksanaan dan
penilaiannya. Pemanfaatan sumber-sumber daya pendidikan kainnya yang terdapat
di daerah yang bersangkutan untuk penyusunan silabus kurikulum. Sekolah
mempunyai peran dan tanggung jawab besar bagi peningkatan kualitas pendidikan
di sekolah. Daerah atau sekolah dapat secara leluasa dan bertanggung jawab untuk
menentukankebijakan operasional pendidikan di lingkungan daerah atau
sekolahnya.

3. Kurikulum 2013

Kehadiran kurikulum 2013 diharapkan mampu melengkapi kekurangan


kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 disusun
dengan mengembangkan dan memperkuat sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara berimbang. Penekanan pembelajaran diarahkan pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan sikap spiritual dan
sosial sesuai dengan kerakteristik Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
diharapkan akan menumbuhkan budaya keagamaan (religious culture) di sekolah.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi

12
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karenanya
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti penting diajarakan dalam rangka untuk
mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah Swt dan berakhlak mulia, serta
bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis,
saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial,
sebagaimana tujuan pendidikan nasional tersebut.
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan
memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus
dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan
pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk
setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan
perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas
"menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan".
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas" mengingat memahami. menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas
"mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta". Karaktersitik
kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi
karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific),
tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata
pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk
menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat
disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project based leaming).

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembaharuan kurikulum


sudah seringkali dilaksanakan, bahkan oleh karena seringnya pembaharuan
kurikulum tersebut, memunculkan pameo bahwa setiap ganti kebijakan yang
pada ujung-ujungnya ganti kurikulum. Pameo tersebut tidak seluruhnya benar,
sebab dimaksudkan untuk pembaharuan teoritik dan empirik hanyalah
dimaksudkan untuk pembaharuan dan perbaikan pendidikan, agar pendidikan
dapat adaptable dan responsible dengan tuntutan masyarakat. Memang
keberhasilan pelaksanaan kurikulum yang berimplikasi pada peningkatan kualitas
pendidikan sangat bergantung kepada unsur pelaksana, terutama kepala sekolah
dan guru yang menjadi ujung tombak pendidikan di sekolah. Mudah-mudahan
upaya peningkatan kualitas pendidikan dengan melaksanakan pembaharuan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini menuai hasil sebagai diharapkan.
Subject Matter Curriculum adalah organisasi isi pendidikan dalam bentuk
mata pelajaran yang disajikan dan diberikan kepada para siswa secara terpisah-
pisah satu sama lain. Kehadiran kurikulum 2013 diharapkan mampu melengkapi
kekurangan kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013
disusun dengan mengembangkan dan memperkuat sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara berimbang. Penerapan kurikulum dalam proses pembelajaran
yang dapat memberi penganih terhadap perubahan perilaku peserta didik.
Mengimplementasikan kurikulum secara efektif. diperlukan kesiapan guru, baik
kesiapan administrasi pembelajaran, maupun kesiapan mental. Sebab, dalam
implementasi kurikulum sangat mungkin terjadi munculnya perbedaan antara
perencanaan dengan realita sifatnya lokal dan kontekstual.

14
3.2. SARAN

Kami menyadari bahwa makalah diatas masih banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf, kami
mengharapakan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Fahmi Reza. "Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X Semester Genap Di SMA
Negeri 01 Batu." Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9
(2019):
1689-1699.

Barrie, J. dan R.W. Pace. (1997), Competence. Efficiency, and Organizational


Learning". Human Resource Development Quarterly, Vol. 8 No. 4. Winter.

Departemen Agama RI (2005). Al-Qur'an dan Terjemahnya. Jakarta: PT Syaamil Cipta


Media

Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2003). Pelayanan Profesional Kurikulum 2004: Kurikulum Berbasis


Kompetensi. [Online], tersedia https://tatagyes.files.wordpress.com/2007/10
/01-kurikulum-berbasis-kompetensi.pdf.

Dewa. (2012). Prinsip-prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi. [Online], tersedia


http://dewasastra.wordpress.com/2012/03/23/prinsip-prinsip-khk/

Lestari, Neta Dian. "Analisis Penerapan Kurikulum 2013 Dalam Meningkatkan


Kualitas Pembelajaran Ekonomi Di Sma Negeri Se-Kota Palembang." Jurnal
Neraca: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Ekonomi Akuntansi 2, no. 1 (2018): 68-
79.

Muhadjir, Noeng. (1996). Telaah Mencari Alternatif Pengembangan Program


Kurikulum Studi Islam. Yogyakarta: Pasca Sarjana IAIN Suka.

Mulyasan, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Neil, John Mc. (1977). Curriculum A Comperehensive Introduction. Boston: Little


Brown And Company.
16
Samani, Muchlas. (2002). Kecakapan Hidup Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis
Luas. Surabaya: Swabina Qualita Indonesia.

Tilaar, HAR. (2002). Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rincka Cipta.

Depdiknas RI. Kurikulum Berbasis Kompetensi, www.puskur.or.id.

17

Anda mungkin juga menyukai