Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ANALISIS KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR

MODEL KONSEP KURIKULUM


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Analisis Kurikulum Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sri Wardani, M. Si

Disusun oleh :

Kelompok 3
1. Adi Budiawan (0103522058 )
2. Zendi Arvinanto (0103522050)

ROMBEL REGULER 2

JURUSAN MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis
Kurikulum Pendidikan Dasar dengan judul “Model Konsep Kurikulum”.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, baik itu yang
datang dari kami maupun yang datang dari luar. Namun kami menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusunan makalah ini berkat bantuan kecerdasan serta nikmat sehat dari Allah sehingga
kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar
bahwa makalah analisis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi baiknya penulisan dimasa yang akan
datang.
Semarang, 20 September 2022
Penyusun,

(Kelompok 4)

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Model Konsep Kurikulum …………….................................................. 3
2.2 Model Konsep Kurikulum Subjek Akademis ……….................................................. 4
2.3 Model Konsep Kurikulum Humanistik ……………………....................................... 5
2.4 Model Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial............................................................ 5
2.5 Model Konsep Kurikulum Teknologis..................................................................... 5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 10
3.2 Saran ......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 11

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum merupakan rancangan pembelajaran dalam institusi pendidikan yang
harus ditempuh peserta didik dalam jangka waktu tertentu. Dalam teks maupun prakteknya,
kurikulum hendaknya senantiasa relevan dengan perkembangan zaman. Agar senantiasa
relevan, kurikulum tentunya perlu dikembangkan dari waktu ke waktu agar isinya selalu
berkembang sesuai tuntutan dan harapan berbagai pihak terkait.
Kurikulum didefinisikan ke dalam berbagai variasi seperti, ada yang memandangnya
secara sempit, yaitu kurikulum sebagai kumpulan mata pelajaran atau bahan ajar. Ada yang
mengartikannya secara luas, meliputi semua pengalaman yang diperoleh siswa karena
pengarahan-bmbingan dan tanggung jawab sekolah. Kurikulum juga diartikan sebagai
dokumen tertulis dari suatu rencana atau program pendidikan (written curriculum), dan juga
sebagai pelaksanaan dari rencana (actual curriculum). Tidak semua yang ada dalam
kurkulum tertulis, kemungkinan dilaksanakan di kelas.
Kurikulum dapat mencakup lingkup yang sangat luas, yaitu sebagai program
pengajaran pada suatu jenjang pendidikan, dan dapat pula menyangkut lingkup yang sangat
sempit, seperti program pengajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa jam pelajaran.
Apakah dalam lingkup yang luas maupun sempit, kurikulum membentuk desain yang
menggambarkan pola organisasi dari komponen-komponen kurikulum dengan perlengkapan
penunjangnya.
Komponen kurikulum merupakan suatu unsur yang perlu kita pahami agar dalam
pelaksanaannya kita dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. Sedangkan,
desain kurikulum merupakan suatu proses pengembangan kurikulum yang diawali dari
perencanaan, yang dilanjutkan dengan validasi, implementasi dan evaluasi. Suatu program
kurikulum apabila dilaksanakan tetapi kita tidak memahami konsepnya maka semua dapat
diakatakan sia-sia, jadi untuk memahami komponen dan desain kurikulum itu sendiri dapat
diakatakan penting bagi kita untuk memahami dan mempelajarinya

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas dapat di tarik beberapa pokok permasalahan yang akan di
bahas dalam makalah ini, yaitu
1) Sebutkan komponen-komponen kurikulum?
2) Jelaskan pengertian desain kurikulum?
3) Apa saja bentuk-bentuk desain kurikulum?

4
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penyusunan makalah ini yaitu:
1) Mengetahui komponen-komponen kurikulum
2) Mengetahui pengertian desain kurikulum
3) Mengetahui bentuk-bentuk desain kurikulum

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komponen-Komponen Kurikulum
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang,
yang memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi
tubuh kurikulum yang utama adalah: tujuan, isi atau materi, proses atau sistem
penyampaian dan media, serta evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu
sama lain. Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini
meliputi dua hal. (1) kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan,kebutuhan, kondisi, dan
perkembangan masyarakat. (2) kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu
isi sesuai dengan tujuan, prosessesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai
dengan proses, isi dan tujuan kurikulum. Marliana (2013) menjelaskan komponen-
komponen kurikulum antara lain:
1. Tujuan
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat
secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis
maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu. Dalam Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum
pendidikan berikut :
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Tujuan kurikuler yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata

6
pelajaran yang dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan. Ada dua
macam tujuan instruksional yaitu:

a. Tujuan instruksional umum (TIU) adalah tujuan pengajaran yang perubahan


prilaku siswa yang belajar masih merupakan perubahan internal yang belum dapat
dilihat dan diukur
b. Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah tujuan pengajaran dimana perubahan
prilaku telah dapat dilihat dan diukur.
2. Bahan Ajar
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat
dan teori pendidikan yang dikembangkan, penguasaan materi pembelajaran menjadi hal
yang utama. Pada prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu
memperhatikan hal-hal berikut :
a. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar
telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan
merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi
untuk pemahaman ke depan.
b. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik.
Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.
c. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun
non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan
keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih
lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup
dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat
kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek
kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
e. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat
memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin
tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan
mereka.
3. Strategi Mengajar
Strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya
secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi.Ada beberapa
strategi yang dapat digunakan dalam mengajar, yaitu :
a. Reception/Exposition Learning - Discovery Learning
Reception learning dilihat dari sisi siswa sedangkan exposition dilihat dari sisi
guru. Dalam discovery learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir,

7
siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi dan
bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
b. Rote Learning - Meaningful Learning
Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa
memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa menguasai bahan ajar
dengan menghafalkannya. Dalam meaningful learning penyampaian bahan
mengutamakan maknanya bagi siswa.
c. Group Learning - Individual Learning
Discovery learning dalam bentuk kelas pelaksanaannya agak sukar dan
mempunyai beberapa masalah, diantaranya adalah karena kemampuan dan
kecepatan belajar siswa tidak sama, maka kegiatan discovery hanya akan
dilakukan oleh siswa-siswa yang pandai dan cepat, siswa-siswa yang kurang dan
lambat akan mengikuti saja kegiatan dan menerima temuan-temuan anak-anak
cepat.
4. Media Pengajar
Pengelompokkan media mengajar menurut Rowntree (1974: 104-113) adalah:
a. Interaksi Insani. Media ini merupakan komunikasi langsung antara dua orang atau
lebih.
b. Realita. Realita merupakan bentuk perangsang nyata seperti orang-orang, binatang,
benda-benda, peristiwa, dan sebagainya yang diamati siswa. Dalam interaksi insani
siswa berkomunikasi dengan orang-orang, sedangkan dalam realita orang-orang
tersebut hanya menjadi objek pengamtan, objek studi siswa.
c. Pictorial. Media ini menunjukkan penyajian berbagai bentuk variasi gambar dan
diagram nyata ataupun simbol
d. Simbol Tertulis. Media penyajian informasi yang paling umum, tetapi tetap efektif.
e. Rekaman Suara. Berbagai bentuk informasi dapat disampaikan kepada anak dalam
bentuk rekaman suara.

5. Evaluasi Pengajaran
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Evaluasi ditujukan untuk
menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditujukan serta menilai proses pelaksanaan
mengajar secara keseluruhan.
Evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan
serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.
a. Evaluasi Hasil Belajar-Mengajar.
Untuk menilai keberhasilan penguasaan siswa atau tujuan – tujuan khusus
yang telah ditentukan, diadakan suatu evaluasi
b. Evaluasi Pelaksanaan Mengajar.

8
Komponen yang dievaluasi dalam pengajaran bukan hanya hasil belajar
mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran

6. Penyempurnaan Pengajaran
Penyempurnaan mungkin dilaksanakan sendiri oleh guru, tetapi dalam hal-hal
tertentu mungkin dibutuhkan bantuan atau saran-saran orang lain baik sesama
personalia sekolah atau ahli pendidikan dari luar sekolah.

B. Pengertian Desain Kurikulum


Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai pencapaian
kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata "desain" bisa digunakan baik sebagai kata
benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, "desain" memiliki arti "proses untuk
membuat dan menciptakan obyek baru". Sebagai kata benda, "desain" digunakan untuk
menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana,
proposal, atau berbentuk obyek nyata. Dalam kaitannya hal ini di artikan sebagai proses
daripada pelaksanaan atau penerapan model kurkulum dalam dunia pendidikan.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan Ada beberapa Pengertian Desain
Kurikulum menurut para ahli, diantaranya adalah :
Menurut Oemar Hamalik (1993) pengertian Desain adalah suatu petunjuk yang
memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai dan melaksanakan
kegiatan. Rusman (2018) menjelaskan bahwa desain kurikulum adalah menyangkut pola
pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kuriklum.
Dari uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa Desain kurikulum
merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan diikuti siswa
pada berbagai tahap perkembangan pendidikan.

C. Bentuk-Bentuk Desain Kurikulum


a. Subject Centered Design
Dalam subject centered design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang
akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-
matapelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisahnya itu
maka kurikulum ini disebut juga separated subject curiculum.
b. Subject design
Pada subject design, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk mata
pelajaran yang terpisah-pisah, misalnya: mata pelajaran sejarah,ilmu bumi, kimia,
fisika, berhitung dan lain sebagainya. Mata pelajaran itu tidak berhubungan satu sama

9
lain. Pada pengembangan kurikulum di dalam kelas atau pada kebiasaan belajar
mengajar, setiap guru hanya bertanggung jawab pada mata pelajaran yang
diberikannya.
c. Disciplines design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design, keduanya masih
menekankan kepada isi atau materi kurikulum. Perbedaannya, pada subject design
belum ada kriteria yang tegas tentang apa yang disebut subject (ilmu). Sementara
pada disciplines design kriteria tersebut telah tegas, yang membedakan apakah suatu
pengetahuan itu. Perbedaan lain terletak pada tingkat penguasaan, discipline design
tidak seperti subject design yang menekankan penguasaan fakta-fakta dan informasi
tetapi pada pemahaman (understanding).
d. Broad-field design
Broad-filed design merupakan pengembangan dari subject design dan disciplines
design. Dari dua desain tersebut masih menunjukkan adanya pemisahan antar-mata
pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan tersebut adalah dengan
mengembangkan the broad field design yakni desain yang menyatukan beberapa mata
pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti
sejarah, geografi, dan ekonomi digabung dalam pengetahuan sosial, dan sebagainya.
e. Learner Centered Design
Learner centered design ini bersumber dari konsep rousseau tentang pendidikan
alam,menekankan perkembangan peserta didik sedangkan pengorganisasi
kurikulumnya didasarkan atas minat,kebutuhan dan tujuan peserta didik.
f. Problem Centered Design
Problem Centered Design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan peranan
manusia. Model ini menekankan manusia dalam kesatuan kelompok yaitu
kesejahteraan masyarakat. Konsep pendidikan dan pengembang model ini berangkat
dari asumsi bahwa manusia sebagai makluk social selalu hidup bersama.
g. The areas of living desain
Model ini menekankan prosedur belajar melalui pemecahan masalah. ciri lain
model ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata dari peserta
didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang kehidupan. Desain ini
menarik minat peserta didik dan mendekatkannya pada pemenuhan kebutuhan
hidupnya dalam bermasyarakat.
h. The core desain
Terdapat banyak vasiasi pandangan tentang the core desain. Mayoritas
memadang the core kurikulum sebagai suatu model pendidikan atau program
pendidikan yang memberikan pendidikan umum. The core kurikulum diberikan guru-
guru yang memiliki penguasaan dan berwawasan luas, bukan spesialis. Variasi the

10
core kurikulum:
i. The Sparate Subjects Core
Merupakan salah satu usaha mengatasi keterpisahan angtar mata
pelajaran,beberapa mata pelajaran yang di pandang menjadi mendasari atau menjadi
inti mata pelajaran lainnya dijadikan core.
a) The Correlated Core
Merupakan salah satu model kurikulum yang mengintegrasikan beberapa
mata pelajaran yang erat hubungannya.
b) The Fused Core
Dimana dalam studi ini dikembangkan tema-tema masalah umum yang
dapat di tinjau dari berbagai sudut pandang.
c) The Activity Core
Dimana di pusatkan kepada minat-minat dan kebutuhan peserta didik.
d) The Areas Of Living Core
Bentuk pendidikan umum yang isinya diambil dari masalah-masalah yang
muncul di masyarakat yang paling cocok untuk program pendidikan umum.
e) The Social Problems Core
Dalam beberapa hal model ini sama dengan the areas of living core. Dimana
perbedaan nya terletak pada the areas of cifing core didasarkan atas kegiatan-
kegiatan manusia yang universal , sedangkan the social problems core didasarkan
atas kegiatan- kegiatan

11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisasime manusia maupun
binatang, yang memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari
anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah tujuan, isi atau materi, proses atau sistem
penyampaian dan media, serta evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu
sama lain.
Yang termasuk komponen-komponen kurikulum adalah tujuan kurikulum, bahan ajar
atau materi atau isi dari kurikulum tersebut, strategi mengajar atau metode mengajar, media
mengajar dan evaluasi pengajaran serta penyempurnaan pengajaran. Komponen-komponen
tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Setiap komponen mempunyai isi
yang sangat penting sekali bagi kelangsungan kurikulum.
Desain kurikulum menyangkut pada pola pengorganisasian unsur-unsur atau
komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat di lihat dari dua dimensi, yaitu
dimensi horizontal dan dimensi vertikal.
Berdasarkan pada apa yang menjadi fokus pengajaran, terdapat tiga pola desain
kurikulum, yaitu:
1. Subject centered design adalah suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar.
2. Learner centered design adalah suatu desain kurikulum yang mengutamakan peranan
siswa.
3. Problem centered design adalah desain kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah
yang dihadapi dalam masyarakat.
Setiap design kurikukum memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses
pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan efisien. Tetapi tidak setian design kurikulum
dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam melakukan proses pembelajaran. Jadi
setiap design kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanannya.

3.2. SARAN
Dalam perkembangan duni pendidikan, kita akan selalu menemui dinamisme
perubahan kurikulum. Hal tersebut hendaknya kita sikapi secara positif, dengan mengenal
dan mempelajari berbagai model konsep kurikulum, terutama yang ada dan pernah
diterapkan di Indonesia. Hal ini tidak lain untuk memperkaya wawasan dan sebagai sumber
referensi pembanding untuk menentukan arah pengambilan keputusan dari berbagai pihak
terkait.

12
Andhara, O., & Karimah, Z. (n.d.). Implementasi Model dan Desain Kurikulum di Indonesia.
Marliana. (2013). Anatomi Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Dinamika Ilmu,
13(2), 137–160.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2007. (2007).

Rusman. (2018). Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasae Studi tentang Best Practice
yang Dilakukan Guru Sekolah Dasar dalam Perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian
Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 10(2), 135–149.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. (2003). http://www.djpp.depkumham.go.id

Hamalik, Oemar. 1993. Sistem dan Prosedur Pengembangan Kurikulum Lembaga Pendidikan
dan Pelatihan. Bandung: Trigenda Karya.

13

Anda mungkin juga menyukai