Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MANAJEMEN KURIKULUM

“Berdasarkan Isu Isu Manajemen Kurikulum”

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar – Dasar Manajemen Pendidikan

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Rugaiyah, M.Pd

Nama Kelompok

1. Sani Nurhikmah 1111822015

2. Theodora Sinta 1111822026

3. Uji Abu Tholib 1111822027

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGRI JAKARTA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Dasar – Dasar Manajemen Pendidikan, dengan
judul: Manajemen Kurikulum (Berdasarkan Isu-Isu Manajemen Pendidikan).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Rugaiyah, M.Pd selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Dasar – Dasar Manajemen Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
Penulis mengharapkan segala bentuk saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi Perkembangan
Dunia Pendidikan.

Jakarta, 17 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. Ruang Lingkup, Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum .............................. 3


B. Implementasi dan Evaluasi Manajemen Kurikulum ........................................... 5
C. Kurikulum 13 (K-13) ......................................................................................... 6
D. Kurikulum Merdeka Belajar (IKM) ................................................................... 6
E. Isu - Isu Manajemen Kurikulum ........................................................................ 7

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan lahir dari keinginan masyarakat untuk memelihara dan mewariskan
kebudayaan dan filsafat hidup masyarakat kepada generasi muda. Dalam implementasi
pendidikan, sebuah kurikulum sangat penting. Perkembangan kurikulum dari masa ke
masa, tentunya setiap dekade mempunyai perbandingan situasi yang berbeda.
Kurikulum merupakan pedoman pembelajaran yang digunakan oleh setiap pendidikan
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan berlaku di seluruh
negara tidak terkecuali Indonesia. Dalam dimensi perkembangan kurikulum,
manajemen kurikulum berkenaan dengan distribusi dan ketersediaan dokumen
kurikulum dalam pendidikan nasional. Fokus manajemen sangat menentukan
keberhasilan kurikulum dalam bentuk dokumen akan menjadi suatu rencana yang tidak
berubah.

Begitu pentingnya manajemen kurikulum sebagai substansi manajemen yang


utama di pendidikan, prinsip dasar manajemen kurikulum ini menegaskan agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik menggunakan tolak ukur pencapaian tujuan
oleh peserta didik dan mendorong pendidik (guru) untuk menyusun dan terus-menerus
menyempurnakan strategi pembelajaran yang dilakukan di kelas.

Dalam era revolusi industri sekarang ini, guru dituntut untuk terbiasa dan
membiasakan diri berinovasi, berimprovisasi, serta berkreasi dalam pembelajaran.
Revolusi industri 4.0 dan peradaban 5.0 telah memberikan pengaruh besar terhadap
berbagai bidang kehidupan, sehingga terjadi disrupsi teknologi dan inovasi termasuk
dalam pendidikan. Guru juga harus mengutamakan kebutuhan peserta didik dalam
pembelajaran, sehingga terwujud kemerdekaan belajar dengan sesuai kebijakan baru
Kemendikbud.

Upaya perbaikan kurikulum di Indonesia telah dilakukan dalam berbagai cara.


Salah satunya dengan penerapan beberapa inovasi kurikulum yang lebih disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat. Menurut Aedi (2016: 93) mengemukakan bahwa
pengembangan kurikulum sekolah merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam
sistem pendidikan Indonesia. Sejarah pengembangan kurikulum sangat penting untuk
melihat perubahan - perubahan yang dipengaruhi oleh kekuatan sosial dan

1
perkembangan kurikulum dimulai berabad-abad lampau. Kurikulum Indonesia saat ini
masih ada sekolah yaitu mengadopsi kurikulum 2013 sebagai tolak ukur didalam dunia
pendidikan dan ada pula sekolah yang sudah menerapkan kurikulum merdeka ataupun
kedua kurikulum digunakan sekolah yaitu kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka
yang berbasis IKM dan HOTS (Higher Order Thinking Skill). Kurikulum merdeka
dipakai di dunia Pendidikan pada saat ini dimulai tahun 2022 untuk menuju Pendidikan
Indonesia yang maju dan peserta didik menjadi berpikir kreatif dalam kehidupannya
kelak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembahasan masalah tersebut di atas, maka
penelitian makalah memberikan informasi kepada pembaca tentang Manajemen
Kurikulum dan Isu - Isu Manajemen Pendidikan yang terjadi di dunia ini khususnya di
Indonesia.

C. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian makalah


ini untuk mengetahui isu - isu dalam suatu polemik manajemen kurikulum dalam dunia
pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup, Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum


Manajemen merupakan suatu proses atau kegiatan manajerial yang ada pada
setiap organisasi. setiap manajer atau pengelola organisasi pendidikan maka dipastikan
melakukan penataan terhadap semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, faktor kurikulum sebagai isi dan proses
aktivasi kurikulum menjadi bagian integral yang harus dikelola oleh para manajer setiap
lembaga pendidikan.

Lingkup manajemen dalam kurikulum meliputi perencanaan,


perngorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Pada satuan tingkat
pendidikan kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan
merelevansikan antara kurikulum nasional dalam bentuk standar kompetensi atau
kompetensi dasar dengan kebutuhan daerah dan kondisi setiap sekolah yang
bersangkutan sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas
dengan peserta didik maupun dengan lingkungan dimana sekolah tersebut.

1. Perencanaan, perencanaan kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman tentang


jenis dan sumber peserta yang diperlukan, media penyimpanan, tindakan yang
perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol
dan evaluasi untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Kegiatan inti pada
perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat seluruh materi
dan kegiatan yang ada dalam bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah -
masalah, dan proyek - proyek yang perlu dikerjakan.

2. Pengorganisasian adalah kegiatan mengatur, mengelompokan, dan


membagikan tugas yang harus dilakukan atau suatu struktur program kurikulum
yang berupa kerangka umum program - program pengajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik.

3. Pelaksanaan di dalam kurikulum terbagi menjadi dua bagian, yaitu pelaksanaan


kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini langsung ditangani oleh kepala

3
sekolah dan pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini di bagi
dan ditugaskan langsung kepada para guru di sekolah.

4. Evaluasi di dalam kurikulum dapat dilakukan melalui Evaluasi Diri Sekolah


bidang kurikulum dan Supervisi kelas yang dilakukan Kepala Sekolah setiap
awal dan akhir semester.

Prinsip Manajemen Kurikulum menurut Rusman (2012:4) ada lima yaitu


produktivitas, demokratis, kooperatif, efektivitas dan mampu mengarahkan visi, misi,
dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum. Selain itu manajemen kurikulum juga
berfungsi untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum,
meningkatkan keadilan (equity), meningkatkan relevansi, dan efektivitas pembelajaran,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Bila kurikulum dikelola
dan berfungsi dengan baik, maka setiap sasaran (goals) dari sekolah, pendidikan
daerah, dan pendidikan nasional akan tercapai dengan baik.

1. Produktivitas yaitu hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum


merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum,
pertimbangan bagaimana peserta didik dapat mencapai tujuan hasil belajar
sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran manajemen kurikulum.

2. Demokratisasi yaitu pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasakan pada


demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksanaan subjek didik pada posisi
yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab
untuk mencapai tujuan kurikulum.

3. Kooperatif yaitu untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan


manajemen perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang
terlibat.

4. Efektivitas dan Efisiensi yaitu merupakan suatu rangkaian kegiatan manajemen


harus mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai suatu tujuan
kurikulum, sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil
yang berguna dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif singkat.

5. Mengarahkan Visi, Misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum adalah
suatu proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan
visi, misi dan tujuan kurikulum. dan ada beberapa fungsi dari manajemen
kurikulum, diantaranya: 1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya
4
kurikulum; 2. Meningkatkan keadilan dan kesepakatan kepada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal; 3. Meningkatkan relevansi dan efektifitas
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan; 4.
Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas peserta didik; 5.
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar; 6.
Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu dalam mengembangkan.

Dari prinsip tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam proses pendidikan
perlu dilaksanakan manajemen kurikulum agar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
kurikulum berjalan lebih efektif, efisien, dan optimal dalam memberdayakan berbagai
sumber belajar, pengalaman belajar maupun komponen kurikulum.

B. Implementasi dan Evaluasi


Fullan (1991) dalam Oemar Hamalik (2006:3) mendefinisikan implementasi
sebagai: “Proses mempraktekkan/menerapkan suatu gagasan, program atau kumpulan
kegiatan yang baru bagi orang-orang yang berusaha atau yang diharapkan untuk
berubah”.

Sistem implementasi kurikulum terdiri dari komponen-komponen yang saling


berinterelasi dan berinteraksi. Masing-masing komponen disusun dan dirancang secara
bertahap dan berkesinambungan yang berorientasi pada pelaksanaan kurikulum
dilapangan yaitu kondisi nyata proses pendidikan yang mengarah kepada operasional
dan dikembangkan secara komprehensif (Widaningsih, 2014).

Menurut Ghufron dalam Aedi dan Amaliyah (2016: 21) untuk implementasi
kurikulum ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:

a. Rumusan tujuan yaitu komponen untuk membuat rumusan tujuan yang hendak
dicapai setelah pelaksanaan kurikulum yang mengandung hasil-hasil yang hendak
dicapai berkenaan dengan aspek-aspek deduktif, administratif, dan sosial.

b. Identifikasi sumber-sumber yaitu komponen ini memuat secara rinci sumber-


sumber yang diperlukan untuk melaksanakan kurikulum.

c. Peran pihak-pihak terkait yaitu komponen memuat tentang unsur-unsur ketenagaan


yang bertindak sebagai pelaksanaan kurikulum, seperti tenaga kerja.

5
Di dalam kamus besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa ” Evaluasi adalah
Penilaian” (Depdikbud, 2005:310). Menurut Sukmadinata (2005) bahwa Evaluasi
merupakan kegiatan yang luas, kompleks, dan terus-menerus untuk mengetahui proses
dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan dalam :mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi dapat diartikan sebagai proses sistematis
untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses,
orang, objek, dan yang lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian.

C. Kurikulum 13 (K-13)
Berkaitan dengan perkembangan kurikulum, kurikulum 2013 lebih
menekankan pada pendidikan karakter, dengan harapan melahirkan insan yang
produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter. Dengan melalui implementasi kurikulum
2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter. Muatan karakter adalah
kebajikan seperti kejujuran, keadilan, keberanian, dan belas kasih adalah watak untuk
berkelakuan baik secara moral kebajikan dengan kualitas manusiawi yang baik secara
objektif di masyarakat dan agama (Munandar: 2018: 58).

Dalam implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan


dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat pada kurikulum.
Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang
studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan
seharian. Dengan demikian kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi
pengetahuan, keterampilan dan sikap anak didik secara holistik. Kompetensi
pengetahuan, keterampilan dan sikap ditentukan dalam rapor dan merupakan penentuan
kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik. Kompetensi pengetahuan yang dimiliki
peserta didik meliputi mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban. Kompetensi
keterampilan peserta didik yang dikembangkan meliputi mengamati, menanya,
mencoba mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta agar menjadi pribadi yang
berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah konkret dan
abstrak (Munandar: 2018: 58).

D. Kurikulum Merdeka Belajar (IKM)


Kurikulum merdeka bukan berarti peserta didik dibebaskan untuk tidak
melakukan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah serta melakukan segala tindakan

6
dan perbuatan dalam pembelajaran . Menurut Saryanto, dkk (2022: 147)
mengemukakan bahwa kurikulum pemulihan pembelajaran karena kurikulum ini
merujuk pada pandemi yang memiliki banyak kendala serta hambatan.

Menurut Saryanto, dkk (2022: 157) mengemukakan bahwa Strategi dan


dukungan KemDikBud dalam implementasi kurikulum merdeka (IKM) yaitu:

1. Guru dan kepala sekolah belajar mandiri melalui platform merdeka belajar.

2. Guru dan kepala sekolah belajar kurikulum merdeka dengan mengikuti webinar.

3. Guru dan kepala sekolah belajar kurikulum merdeka dalam komunitas belajar.

4. Guru dan kepala sekolah praktik melalui narasumber yang direkomendasikan oleh
KemenDikBud ristek untuk memperoleh informasi detail dan dapat bekerjasama
dengan mitra pembangunan dalam IKM.

Menurut Saryanto, dkk (2022: 157) mengemukakan bahwa keunggulan


kurikulum merdeka yaitu:

1. Kurikulum merdeka lebih sederhana dan mendalam di dalam pembelajaran yang


disampaikan merupakan materi esensial serta perkembangan peserta didik
berdasarkan fase-fase dalam satuan pendidikan.

2. Guru mengajar berdasarkan tahapan capaian serta perkembangan peserta didik.

3. Lebih interaktif karena ditekankan pada projek sehingga peserta didik aktif dalam
mengeksplorasi isu-isu yang ada di lingkungan seperti isu lingkungan dan isu
moral sehingga pembelajaran lebih bermakna.

4. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pengajaran berdiferensiasi adalah


pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi
murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama dengan
melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal pada satuan pendidikan.

E. Isu - Isu Manajemen Kurikulum

1. Permasalahan Implementasi Kurikulum 2013

Implementasi Kurikulum 2013 akan menemui sejumlah masalah


dilapangan. Selain persoalan paradigmatik, seperti mengubah mindset guru, ada
pula problem teknis yang berkaitan dengan adanya perubahan struktur

7
kurikulum yang menyebabkan adanya pelajaran yang hilang maupun bertambah
jam. Semuanya itu akan berimplikasi pada nasib guru. Pada pelaksanaannya
Kurikulum 2013 di setiap daerah masih menyisakan berbagai persoalan. Meski
tujuan kurikulum baru itu baik, namun pada pelaksanaan di lapangan harus
mendapat banyak perbaikan. Persoalan - persoalan yang muncul antara lain;

a. Guru sebagai manajer di kelas belum memahami benar implementasi


kurikulum 2013.

b. Kurang nya buku panduan pelajaran dari Pemerintah Pusat.

c. Buku siswa yang ideal juga dimiliki peserta didik dengan komposisi satu
buku satu peserta didik masih belum dapat disediakan dengan cukup.

d. Sistem rapor.

e. Terdapat beberapa daerah yang memaksakan diri dalam pelaksanaan


kurikulum 2013.

f. Penghapusan mata pelajaran TIK (teknologi informasi dan komputer)

g. Penjurusan/peminatan di sekolah yang dimulai begitu peserta didik


masuk yang menimbulkan persoalan manajerial baru persyaratan
pemilihan jurusan.

h. Persoalan penambahan jam pelajaran di semua jenjang pendidikan juga


inkonsisten antara latar belakang penambahan dan penerjemahannya
dalam struktur kurikulum.

Terkait dengan permasalahan yang dijumpai dalam implementasi


kurikulum tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
menjabarkan tiga hal yang menjadi point monitoring dan evaluasi (monev)
dalam kurikulum 2013 yaitu; pertama mengenai buku, kedua tentang proses
pelaksanaan pembelajaran dan ketiga menyangkut kemampuan guru.

2. Permasalahan yang dihadapi Sekolah

Penerapan Kurikulum 2013 di beberapa sekolah yang dimulai pada


tahun ajaran 2016/2017. Secara keseluruhan dapat dikatakan sudah cukup baik,
sudah ada revisi dalam pengembangan kurikulum 2013, kalender akademik,
program tahunan, program semester dan silabus serta RPP. Permasalahan

8
utamanya pada beberapa sekolah masih menggunakan dua kurikulum 2013
untuk kelas X dan kelas XI, sedangkan di tingkat XII masih menggunakan
kurikulum lama. Pada penerapan dua kurikulum yang berbeda secara bersamaan
dalam satu sekolah cukup menyulitkan bagi kepala sekolah dan peserta didik,
hal ini menuntut adanya perubahan managemen sekolah baik dari segi
pembiayaan, pola pikir dan budaya sekolah yang harus menyesuaikan masing -
masing kurikulum. Dari segi pembiayaan, bertambahnya jam pembelajaran
menyebabkan dana operasional sekolah bertambah. Manajemen sekolah
mengalami perubahan, dengan pergantian kurikulum yang artinya sekolah
dituntut untuk lebih banyak persiapan dalam menyesuaikan aturan. Perubahan
budaya sekolah sesuai tuntutan Kurikulum 2013, perubahan pola pikir tidaklah
sangat mudah dan membutuhkan waktu dan kecermatan dalam pengelolaannya
serta kesadaran dari semua pihak baik tenaga pendidik maupun kependidikan.

Permasalahan lainnya adalah berganti - gantinya regulasi dari


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, revisi peraturan yang berulang, baik
seperti perubahan standar dalam kurikulum 2013, perubahan standar isi, standar
proses, standar penilaian, standar sapras dll, yang berdampak pada perubahan
manajemen sekolah, perubahan budaya dan perubahan pola supervisi yang
membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan waktu untuk masa transisi. Belum
lama menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di tahun 2004, pada
tahun 2006 menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mulai
pada tahun 2016 menerapkan Kurikulum 2013 dengan beberapa revisi. Secara
tidak langsung dapat berdampak kepada perubahan secara administratif seperti
perubahan, kalender akademik, mata pelajaran, silabus, dan penjadwalan yang
tentunya tidak mudah untuk dapat dilaksanakan secara singkat.

Perubahan standar isi konsekuensi nya adalah perubahan spektrum


keahlian, struktur kurikulum dan mata pelajaran, yang berdampak dengan
adanya pengadaan buku pegangan guru dan buku pegangan siswa sesuai dengan
kurikulum 2013 yang masih terus direvisi dan jumlahnya masih terbatas di
sebagian sekolah. Dengan perubahan standar proses, menuntut pemenuhan
sarana prasarana pembelajaran yang lebih lengkap dan modern. Peralatan
praktik siswa, perangkat media pembelajaran dengan LCD, internet/Wifi yang
harus disiapkan sekolah untuk pengembangan pembelajaran. Pengadaan

9
peralatan, media digital dan elektronik diadakan untuk menunjang
keberlangsungan Kurikulum 2013. Perubahan standar proses juga dapat
merubah kebijakan akademik dan budaya akademik yang membutuhkan
komitmen dan kompetensi guru yang profesional dan tenaga kependidikan yang
memadai.

Pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) sesuai amanat


Permendikbud nomor 23 tahun 2015 untuk menumbuhkan minat baca dan
kecakapan literasi siswa, baru disosialisasikan disekolah dan baru dilaksanakan
beberapa guru, dengan cara membiasakan membaca, sekaligus menerapkan
pendekatan saintifik, karena paling tidak siswa dituntut mengamati dengan
membaca buku pegangan siswa, dan nantinya akan dilanjutkan menalar,
menanya dan mengkomunikasikan.

Supervisi dari pihak internal dan eksternal masih belum optimal, baik
supervisi traktik maupun dinamis, supervisi belum menyentuh permasalahan -
permasalahan yang substansial dari kurikulum 2013. Supervisor atau pengawas
dari dinas pendidikan dan kebudayaan dan supervisor internal dari kepala
sekolah sesekali masuk keruang kelas untuk melihat kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional guru dalam kelas, ada kesan lebih banyak toleransi pada
guru yang belum optimal dalam menerapkan kurikulum 2013 dengan alasan
perlu waktu untuk belajar lagi. Supervisor internal yang dilakukan kepala
sekolah sudah dilaksanakan secara periodik, namun dalam pelaksanaanya
sering dilaksanakan oleh wakil kepala sekolah yang sering ewuh pakewuh
dalam melakukan supervisi yang dalam hal ini membantu guru untuk
memperbaiki kinerjanya sesuai tuntutan kurikulum 2013.

3. Permasalahan yang dihadapi Guru

Belum semua guru ikut pelatihan kurikulum 2013, mengakibatkan guru


belum banyak memahami substansi kurikulum 2013, seperti standar kompetensi
lulusan (SKL), standar isi (SI), standar proses (SP) dll, guru juga belum
memahami tentang perangkat pembelajaran kurikulum 2013 terutama tentang
hakekat silabus dan format rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
beberapa kali mengalami revisi, ditambah lagi pada proses penyusunan RPP,
guru belum banyak yang memahami tentang tujuan, indikator, pendekatan dan

10
model pembelajaran, tahapan kegiatan, proses penilaian dan media & sumber
belajar pada kurikulum 2013.

Perkembangan kurikulum semakin berkembang sehingga kurikulum


2013 belum tuntas dijalani dan terbaru saat ini adalah kurikulum merdeka yang
diperuntukkan untuk setiap sekolah, akan tetapi tidak semua sekolah
menerapkan kurikulum merdeka dan masih banyak juga yang menggunakan
kurikulum 2013 dalam pembelajaran. Guru dituntut harus dapat memberikan,
menjalankan kurikulum terbaru ini di dalam pembelajaran, sedangkan banyak
guru yang belum memahami dengan baik. Adanya istilah yang digunakan
dalam kurikulum merdeka adalah promes diganti menjadi prosem (Program
Semester), silabus diganti ATP (Alur Tujuan Pembelajaran), kompetensi inti
diganti CP (Capaian Pembelajara), RPP diganti menjadi modul, kompetensi
dasar diganti TP (Tujuan pembelajaran), KKM diganti KKTP (Kriteria
Ketercapaian Tujuan Pembelajaran), IPK diganti menjadi IKTP (Indikator
Ketercapaian Tujuan Pembelajaran), PH diganti sumatif, PTS diganti STS
(Sumatif Tengah Semester), PAS diganti SAS (Sumatif Akhir Semester),
Indikator soal diganti Indikator assemen, dan penilaian kinerja peserta didik
diganti Formatif.

4. Permasalahan yang dihadapi Siswa

Dalam proses belajar dan mengajar terhadap peseeta didik dengan


kesadaran pendidikannya masih kurang, sehingga dukungan orang tua dalam
proses belajar mengajar masih juga kurang, yang berimbas pada kurang aktifnya
peserta didik. Peserta didik terbiasa pasif mendengarkan penjelasan guru,
dituntut menjadi aktif mencari dan mempelajari materi dari buku pegangan
peserta didik yang masih terbatas, peserta didik masih kesulitan dalam
menyelesaikan masalah sendiri walaupun difasilitasi guru, guru harus telaten
mendampingi peserta didik. Apalagi proses belajar mengajar dengan
pendekatan saintifik dan model pembelajaran Kurikulum 2013 juga terkendala
oleh kepasifan peserta didik. Keingintahuan peserta didik dalam merespon
pelajaran yang disampaikan masih kurang. Menurut peserta didik, masih ada
temannya yang lebih senang jika gurunya demontrasi dan penjelasan (ceramah),
namun sebagian merasa bosan, semua tergantung guru yang menyampaikan,

11
jika guru variatif menggunakan metode mengajar dan menarik dalam
menyampaikan materi pelajaran peserta didik akan tertarik.

Perkembangan kurikulum semakin berkembang sehingga kurikulum


2013 belum tuntas dijalani dan terbaru saat ini adalah kurikulum merdeka yang
diperuntukkan untuk setiap sekolah, akan tetapi tidak semua sekolah
menerapkan kurikulum merdeka dan masih banyak juga yang menggunakan
kurikulum 2013 dalam pembelajaran. Kurikulum merdeka menggunakan IKM
dan HOTS yang dimana peserta didik berpikir kritis dari permasalahan
kehidupan sehari-hari dan harus terbiasa literasi untuk menambah wawasan
berpikir peserta didik. Tantangan kurikulum merdeka saat ini yang masih
kurang adalah budaya literasi dan karakter peserta didik yang semakin menurun
yang harus dibina lebih rutin oleh guru ataupun di rumah.

5. Tantangan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM)

Penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah tidak lepas dari berbagai


tantangan. Salah satunya adalah kesiapan mindset para pendidik. Direktur
Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto,
menjelaskan kurikulum yang diterapkan Indonesia pada era 1970-an hingga kini
mengadopsi sistem Jerman. Sementara negara tersebut sudah berubah pesat
namun Indonesia masih menggunakan pola yang sama (detik.com, 11 Mei
2022). Hal ini menjadi tantangan bagi para pendidik.

Dalam Kurikulum Merdeka, terdapat perubahan fungsi pendidik yang


semula mengajar dengan pendekatan yang diseragamkan atau satu ukuran untuk
semua (one size fits all), menjadi seseorang yang mampu menciptakan siswa
sebagai pembelajar mandiri sepanjang hayat. Dalam hal ini, guru harus menjadi
mentor, fasilitator, atau coach dalam kegiatan belajar yang berbasis proyek
(project based learning) secara aktif. Untuk mengubah mindset tenaga pendidik,
Kemendikbudristek melakukan pelatihan berbasis proyek dan kompetensi
pedagogik untuk guru dan dosen (detik.com, 11 Mei 2022).

Pada pergantian kurikulum selama ini, guru tetap saja mengajar dengan
cara yang sama (ceramah) dan pembelajaran tidak berpusat pada siswa sehingga
perubahan kurikulum tidak memberikan dampak signifikan terhadap
keberhasilan pendidikan. Sebenarnya Kurikulum Merdeka tidak jauh berbeda

12
dengan Kurikulum 2013. Penggunaan istilahistilah baru pada Kurikulum
Merdeka sebenarnya merangkum apa yang ada dalam kurikulum sebelumnya
tetapi dengan istilah berbeda. Tantangannya adalah ketika guru
mengembangkan sendiri tujuan pembelajaran. Guru diberi kemerdekaan, tetapi
dari sisi kemampuan masih banyak guru yang belum siap. Kenyataan yang
terjadi, bahkan masih banyak guru yang belum mampu menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran yang baik.

Oleh karena itu, penguatan untuk kepala sekolah, guru, dan pengawas
sekolah menjadi penting. Selain itu, Kemendikbudristek juga perlu memberikan
pedoman pelaksanaan kurikulum yang berisi kerangka kurikulum untuk diacu
oleh sekolah, agar keleluasaan sekolah dalam IKM dapat terpantau dan
terpetakan kualitasnya.

Hal lain yang menjadi tantangan adalah kesiapan siswa dalam IKM,
terutama berkaitan dengan keleluasaan siswa untuk memilih sendiri apa yang
akan mereka pelajari. Hal ini perlu menjadi perhatian agar siswa benar-benar
memilih apa yang akan dipelajari berdasarkan bakat dan minatnya, bukan
sekedar ikut-ikutan pilihan temannya atau bahkan karena tekanan. baik dari
guru maupun orang tua siswa. Di sinilah penguatan peran dan kerja sama
pendidik dan orang tua siswa sangat penting dalam mendorong dan
mengarahkan siswa belajar sesuai dengan minat dan potensinya untuk mencapai
hasil belajar yang optimal dan bermakna.

Perubahan kurikulum maupun penerapan kurikulum baru dalam


penyelenggaraan pendidikan merupakan sebuah kebutuhan ketika kurikulum
sebelumnya sudah tidak relevan atau ketika ada kebutuhan mendesak untuk
percepatan pemulihan pendidikan. Namun, perubahan kurikulum yang kurang
matang, tergesa, dan terlalu cepat berganti akan sangat memberatkan satuan
pendidikan sebagai pelaksana. Terutama bagi sekolah yang masih memerlukan
banyak bantuan dan berada di daerah tertinggal. Tanpa persiapan yang matang,
bukan hasil pendidikan maksimal yang dicapai tetapi hanya hasil percobaan
semata, dan pelaksana pendidikan justru direpotkan dengan tuntutan
penyesuaian secara terus-menerus. Hal ini karena kurikulum yang satu belum
diimplementasikan dengan baik sudah diganti dengan kurikulum baru.

13
Tantangan dan kritik dari pihak-pihak terkait perlu menjadi
pertimbangan bagi Kemendikbudristek dalam IKM. Meskipun belum
dilaksanakan secara serentak, tetapi IKM secara mandiri sudah akan
dilaksanakan secara merata di berbagai wilayah di Indonesia. Oleh karena itu,
Kemendikbudristek juga perlu memastikan kesiapan IKM. Beberapa hal yang
perlu menjadi perhatian antara lain, Pertama, berkaitan dengan payung hukum.
Perlu dipastikan bahwa IKM dilaksanakan dengan dasar hukum yang jelas.
Kedua, dari sisi SDM. Perlu persamaan pemahaman antara guru, kepala
sekolah, komite sekolah, pengawas sekolah, dinas pendidikan, serta pihak
terkait mengenai Kurikulum Merdeka secara jelas dan rinci. Perlu adanya
panduan agar IKM dilaksanakan dengan keleluasaan bagi sekolah tetapi tetap
bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Guru dan kepala
sekolah juga perlu mendapat pelatihan untuk memahami perannya dalam
kegiatan belajar serta mengembangkan kompetensi dan keterampilan dalam
IKM. Ketiga, dari sisi sarana dan prasarana. IKM tentunya memerlukan sarana
dan prasarana pendukung, terutama karena menggunakan platform digital yakni
Platform Merdeka Mengajar. Dibutuhkan dukungan sarana dan prasarana yang
memadai agar dapat diakses dengan meminimalisasi hambatan. Keempat, dari
sisi anggaran. Pendanaan untuk IKM perlu dianggarkan dengan tepat agar tidak
membebani sekolah. Mengingat jumlah BOS yang diterima sekolah
berdasarkan jumlah siswa, maka penggunaan BOS untuk pembelian buku-buku
dan kegiatan lainya yang berkaitan dengan IKM akan sangat memengaruhi dana
operasional sekolah, terutama bagi sekolah yang bukan pelaksana Sekolah
Penggerak.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem implementasi kurikulum terdiri dari beberapa komponen yang saling


berinterelasi dan berinteraksi. Komponen tersebut yaitu, rumusan tujuan, identifikasi
sumber-sumber, dan peran pihak-pihak yang terkait. Masing-masing komponen
disusun dan dirancang secara bertahap dan berkesinambungan yang berorientasi pada
pelaksanaan kurikulum di lapangan.

Di Indonesia sendiri isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah terkait


kurikulum K-13 yang belum lama ini berganti menjadi IKM atau yang lebih sering
disebut dengan Kurikulum Mandiri Belajar. Kedua kurikulum tersebut tentunya
dirancang oleh Pemerintah Pusat sebagai ikhtiar dalam menyiapkan peserta didik yang
siap menghadapi Revolusi Industri 4.0 dan Peradaban 5.0. Berfokus pada pendidikan
karakter dan pembelajaran esensial.

Namun, pada kenyataannya implementasi kurikulum tersebut masih memiliki


tantangan. Hal ini dikarenakan keberagaman dan kesiapan masing-masing sekolah,
guru, dan siswa.

B. Saran

Setiap pihak yang terlibat dalam perancangan kurikulum tentunya perlu melihat
keberagaman karakter guru dan peserta didik. Hal ini dikarenakan Indonesia sebuah
negara kepulauan yang mana setiap daerah memiliki geografis dan kebudayaan yang
berbeda-beda.

Penulis berharap melalui makalah ini dapat menjadi pemantik diskusi bagi
pembaca. Serta kritik dan saran yang diberikan tentunya dapat menjadi pembelajaran
bagi semuanya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014) hal,


20

Aedi, Nur. (2016). Manajemen Kurikulum Sekolah. Yogyakarta:Gosyen Publishing.

Hamalik, Oemar, Manajemen Implementasi Kurikulum (Bandung: Sekolah Pasca


Sarjana UPI, 2006).

Mulyasa, E. (2014). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Napitupulu, Ester Lince. “Kurikulum Merdeka Dilaksanakan secara Mandiri di Tahun


Ajaran Baru 2022/2023”, 30 April 2022,
https://www.kompas.id/baca/dikbud/2022/04/30/kurikulummerdeka-dilaksanakan-
secaramandiri-di-tahun-ajaranbaru-20222023, diakses 11Mei 2022.

Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya) hal, 20

Pawiyatan. 2019. Journal Implementasi K-13 dan Permasalahannya, Vol 26 No 01.

Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta, Depok: PT Raja Grafindo Persada, cetakan


ke-4 2012) hal, 4

Saryanto, dkk. (2022). Inovasi Pembelajaran Merdeka Belajar. Bandung: Media Sains
Indonesia.

Sukmadinata, N.S, 2005, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung, Rosda
Karya.

Widaningsih. 2014. Manajemen dalam Implementasi Kurikulum di Sekolah, Vol. 1 No.


2

Widyastono, Herry. 20014. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah: dari


kurikulum 2004, 2006, ke kurikulum 2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai