PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Jika mereka mengunjungi kelas dan mengamati guru yang sedang melaksanakan
proses belajar mengajar, serta mengisi insrtumen yang dibawa, berarti mereka sudah
melaksanakan kegiatan supervisi pengajaran.
Pemahaman konsep supervisi seperti yang ditunjukkan pada contoh di atas perlu
diluruskan. Sebenarnya kegiatan yang dilakukan supervisor dalam contoh tersebut belum
dapat dikatakan kegiatan supervisi pengajaran, sebab belum memberikan pengaruh
terhadap peningkatan kualitas penampilan guru dalam mengajar.
Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, karena itu manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan
tersebut. Begitu pula siswa, sebagai generasi bangsa masa yang akan datang, perlu
dipersiapkan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan yang ada di lingkungannya.
Sekolah sebagai lembaga yang diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan
generasi penerus perlu terlebih dahulu berbenah diri, antara lain membekali guru-guru
dengan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk memperlancar tugas mereka
sebagai guru. Salah satu cara yang dianggap efektif untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru adalah melalui supervisi.
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1. Hakikat individu
Guru adalah manusia biasa, pada hakekatnya manusia biasa tidak ada yang
sempurna.Begitu pula guru, biasanya guru-guru mempunyai kelebihan dan
kekurangan,baik dalam hal pengetahuan maupun dalam kemampuan profesional.
Kelebihan dan kekurangan tersebut perlu dibina dan ditingkatkan melalui kegiatan
supervisi.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi,karena itu manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
Begitu pula siswa, sebagai generasi bangsa masa yang akan datang,perlu dipersiapkan
sedemikian rupa,sehingga mereka mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang
ada di lingkungannya.
Sekolah sebagai lembaga yang diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan
generasi penerus perlu terlebih dahulu berbenah diri,antara lain membekali guru-guru
dengan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk memperlancar tugas mereka
sebagai guru.Salah satu cara yang dianggap efektif untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru adalah melalui supervisi.
3. Pertumbuhan jabatan
Pertumbuhan jabatan merupakan salah satu aspek yang diduga ikut mempengaruhi
motivasi kerja guru. Karena itu, pertumbuhan jabatan perlu mendapat perhatian agar
mereka dapat berkembang sesuai dengan kemampuan profesionalnya. Salah satu wujud
perhatian terhadap pertumbuhan jabatan guru tersebut ditunjukkan dengan memberikan
bantuan, bimbingan dan motivasi kepada guru terutama yang mengalami kesulitan dalam
pertumbuhan jabatannya.
1. Tujuan supervisi
Secara garis besar tujuan supervisi dapat dibedakan atas tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum menurut Rifai (1982) adalah membantu guru meningkatkan
kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik. Selanjutnya Bafadal (1992)
mengatakan bahwa tujuan supervisi adalah untuk membantu guru mengembangkan
kemampuannya mencapai tujuan yang ditetapkan bagi murid-muridnya.
a. Membantu guru agar dapat lebih mengerti tujuan dan fungsi sekolah dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan.
b. Membantu agar guru lebih menyadari dan mengerti kebutuhan-kebutuhan siswa
serta masalah yang dihadapinya.
c. Melaksanakan kepemimpinan efektif dengan cara yang demokratis dalam rangka
meningkatkan kegiatan profesional di sekolah dan menjaga hubungan staf yang
kreatif untuk meningkatkan kemampuan masing-masing.
d. Menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru dan memanfaatkan dan
mengembangkan keampuan tersebut.
e. Mambantu guru meningkatkan kamampuan mengajar di depan kelas.
f. Membantu guru baru dalam masa orientasinya supaya cepat dapat menyesuaikan diri
dengan tugasnya dan dapat mendayagunakan kemampuannya secara maksimal.
g. Membantu guru menemukan kesulitan belajar siswa dan menemukan tindakan
perbaikannya.
2. Peranan supervisi
Menurut Rifai (1982) peranan supervisi ada 7 macam :
a. Supervisi sebagai kepemimpinan
Supervisor sebagai pemimpin hendaklah mempunyai kemampuan menggerakkan
atau mempengaruhi guru agar mau menigkatkan kemampuan profesionalnya,
sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih baik dan efektif. Tanpa adanya
kepemimpinan dari supervisor, kegiatan supervisi tidak akan efektif.
b. Prinsip negatif
Soetopo dan Soemarto (1988) mengemukakan beberapa prinsip negatif supervisi yaitu :
1) Supervisor tidak boleh bersikap otoriter,
2) Supervisor tidak boleh mencari-cari kesalahan pada guru
3) Supervisor bukan inspektur yang ditugaskan untuk memeriksa apakah peraturan-
peraturan dan instruksi-instruksi yang telah diberikan dilaksanakan atau tidak,
4) Supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih dari guru-guru oleh karena
jabatannya,
5) Supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal-hal kecil dalam cara-cara
guru mengajar
6) Supervisor tidak boleh lekas kecewa bila ia mengalami kegagalan
Supervisi menurut Rifai (1982) merupakan suatu proses, yaitu serangkaian kegiatan
yang teratur dan beraturan serta berhubungan satu sama lain dan diarahkan kepada suatu
tujuan. Secara garis besar kegiatan dalam proses supervisi dapat dibagi atas tiga, yaitu
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Mengingat perencanaan merupakan pedoman dan arah dalam pelaksanaan, maka ada
bebrapa hal yang harus dicantumkan dalam perencanaan supervisi, yaitu :
a) Tujuan supervisi
b) Alasan mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan.
c) Bagaimana (metode/teknik) mencapai tujuan yang telah dirumuskan
d) Siapa yang akan dilibatkan/diikutsertakan dalam kegiatan-kegaitan yang akan
dilakukan
e) Waktu pelaksanaan
f) Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksaannya serta cara memperoleh hal-hal tersebut.
b) Penilaian
Data yang sudah dikumpulkan diolah, kemudian dinilai. Penilaian ini dilakukan
terhadap keberhasilan murid, keberhasilan guru, serta faktor-faktor penunjang dan
penghambat dalam proses belajar mengajar.
c) Deteksi kelemahan
Pada tahap ini supervisor mendeteksi kelemahan atau kekurangan guru dalam
mengajar. Dalam rangka mendeteksi kelemahan, supervisor memperhatikan
beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas guru yaitu : penampilan guru
di depan kelas, penguasan materi, penggunaan metode, hubungan antar personil dan
administrasi kelas.
d) Memperbaiki kelemahan
Jika melalui deteksi ditemukan kelemahan dan kekurangan, maka pada tahap ini
dilakukan perbaikan atau peningkatan kemampuan.
Dilihat dari jumlah orang yang disupervisi, teknik supervisi dapat dibedakan atas
dua yaitu : teknik individual dan teknik kelompok. Sedangkan dilihat dari langsung
tidaknya supervisor menghadapi orang yang disupervisi, teknik supervisi dibedakan atas
dua pula yaitu teknik langsung dan teknik tidak langsung.
1. Teknik individual
Ada beberapa teknik supervisi yang tergolong ke teknik individual, yaitu kunjungan kelas.
Supervisor datang ke kelas dan memperhatikan guru yang sedang mengajar. Melalui
kunjungan kelas,supervisor akan memperoleh banyak informasi mengenai pelaksanaan
proses belajar mengajar di kelas.
1) Kunjungan kelas yang direncanakan/di persiapkan terlebih dahulu. Kunjungan kelas
yang dipersiapkan ini dapat dibedakan atas tiga yaitu :
Kunjungan kelas yang direncanakan oleh kepala sekolah dan diberitahukan kepada guru.
Kunjungan kelas yang direncanakan oleh kepala sekolah tetapi tidak diberitahukan kepada
guru.
Direncanakan oleh guru dan mengundang kepala sekolah untuk mengunjungi kelas.
2) Kunjungan kelas tanpa perencanaan/persiapan. Tujuan kunjungan kelas seperti ini
bermacam-macam.
3) Observasi kelas. Supervisor mengamati suasana kelas selama pelajaran berlangsung.
Menurut sahertian (1981) observasi kelas dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a) observasi langsung dan tidak langsung.
b) Percakapan pribadi.
Adam dan Dickey yang dikutip oleh Sahertian (1981) mengatakan bahwa salah satu
alat yang penting dalam supervisi adalah percakapan pribadi.
c) Saling mengunjungi kelas
Guru-guru saling mengunjungi antara satu dengan yang lain yang sedang mengajar.
Ini dapat dilakukan di sekolah sendiri atau mengunjungi guru di sekolah lain.
1. Fase Perencanaan
Penyusunan perencanaan supervisi memerlukan berbagai data dan informasi, terutama
yan berkaitan dengan guru dan proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Dalam hal ini
diperlukan keterbukaan dan kesediaan guru-guru untuk memberikan data dan informasi
mengenai permasalahan dan kesulitan yang mereka temui dalam melaksanakan tugasnya
sebagai guru.
2. Fase Pelaksanaan
Perlaksanaan supervisi memerlukan kerja sama yang baik antara guru dan supervisor.
Guru-guru perlu menyadari bahwa kehadiran supervisor di sekolah bertujuan membantu
dan membina kemampuan guru, bukan mencari-cari kesalahan.
3. Fase Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan supervisi memberikan manfaat bagi supervisor dan guru. Supervisor
dapat mengetahui target yang sudah dicapai dalam pelaksanaan peningkatan
kemampuannya. Dalam hal ini guru diharapkan dapat menerima hasil evaluasi secara
terbuka, dan bersedia menerima saran dan arahan supervisor untuk perbaikannya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahannya, kami mengharapkan saran
dan kritiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Buku 1). Jakarta:
Depdiknas.
Fullan & Stiegerbauer.1991. The New Meaning of Educational Change. Boston: Houghton
Mifflin Company.
Sapari, Achmad. 2002. Pemahaman Guru Terhadap Inovasi Pendidikan. Artikel. Jakarta:
Kompas (16 Agustus 2002).
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sucipto. 2003. Profesionalisasi Guru Secara Internal, Akuntabiliras Profesi. Makalah
Seminar Nasional. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Supriadi, Dedi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya
Nusa.
Supriadi, Dedi. 2002. Laporan Akhir Tahun Bidang Pendidikan & Kebudayaan. Artikel.
Jakarta : Kompas.
Suprihatin, MD. 1989. Administrasi Pendidikan, Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala
Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah. Semarang: IKIP Semarang Press.
Surya, Mohamad. 2002. Peran Organisasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Wardani, IGK. 1996. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Jakarta: Dirjen Dikti.
Townsend, Diana & Butterworth. 1992. Your Child’s Scholl. New York: A Plime Book.
Usman, Moh Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.