Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan
Dosen Pengampu : Diah Mulhayatiah, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 13

M. Reksa Sanjaya (1172070044)


Qorry Munifah Assani (1172070061)
Sumi Siti Kulsum (1172070075)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia,
dan kuasa-Nya kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah tentang Wawasan
Dasar dalam Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan tepat pada waktunya. Adapun
dalam pembuatan makalah ini, penulis bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pengelolaan Pendidikan. Makalah ini memaparkan mengenai Manajemen
Mutu Pendidikan, memahami Manajemen Mutu ISO, dan Manajemen Mutu ISO dalam
Pendidikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap para pembaca.

Bandung, 28 Februari 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................. 3
D. Manfaat ........................................................................................................... 4
E. Sistematika ..................................................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................................... 5
KAJIAN TEORI ........................................................................................................ 5
A. Hakekat dan Tujuan Manajemen .................................................................... 5
B. Mutu Pendidikan ............................................................................................ 5
C. Manajemen Mutu Pendidikan ........................................................................ 6
D. Managemen Mutu ISO ................................................................................... 7
BAB III ....................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 10
A. Manajemen Mutu Pendidikan Dalam Pengelolaan Pendidikan ................... 10
B. Manajemen Mutu Pendidikan Indonesia dan Jepang aowkaowkaowk ........ 17
BAB IV ....................................................................................................................... 21
PENUTUP ............................................................................................................... 21
A. Kesimpulan ................................................................................................... 21
B. Implikasi ....................................................................................................... 21
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 22

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mutu pendidikan merupakan salah sau masalah nasioanal dan bahkan telah lama
menjadi perdebatan publik terutama tentang tuntutan akan mutu pendidikan seiring
dengan bergulirnya reformasi di segala bidang. Sejalan dengan sumber keberadaanya
di masyarakat, sekolah di tuntut oleh masyarakat untuk mempertaggung jawabkan
tugasnya. Dengan kata lain pendidikan dan pengajaran di sekolah di tuntut agar
dilaksakan secara efektif, sesuai dengan standar-standar atau syarat-syarat yang
berlaku.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidkan dasar, dan pendidkan
menengah (UU NO.14, 2005). Keterampilan mengajar merupakan suatu keterampilan
yang menuntut latihan yang terporgram unuk dapat menguasainya. Penguasaaan
terhadap keterampilan ini memungkinkan guru unuk mampu mengelola kegiatan
pembelajaraan secara efektif. Keterampilan tersebut bersifat generik yang berarti
keterampiaalan ini perlu dikuasai oleh semua guru baik guru TK, SD, SLTP, SLTA
maupun dosen perguruan tinggi. Dengan pemaham dan penguasaan pengelolaan
pendidikan mengenai mutu pendidikan mahasiswa diharapkan mampu meningkatkan
kualitas pengelolaan sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen mutu pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana manajemen mutu ISO?
3. Bagaimana manajemen mutu ISO dalam pendidikan di indonesia?
4. Bagaimana manajemen mutu pendidikan di Finlandia?

C. Tujuan
1. Memahami manajemen mutu pendidikan di Indonesia
2. Memahami manajemen mutu ISO
3. Memahami manajemen mutu ISO dalam pendidikan di Indonesia
4. Mengetahui manajemen mutu pendidikan di Finlandia

3
D. Manfaat
1. Menjadi sumber pengetahuan bagi mahasiswa untuk memahami mutu
manajemen pendidikan di Indonesia
2. Sebagai rujukan untuk standar mutu Pendidikan
3. Memaparkan konsep mutu pendidikan dan aplikasinya baik di negara
Indonesia maupun Finlandia

E. Sistematika
Dalam penyusunan makalah ini, tim penulis melakukan pencarian berbagai sumber
yang relevan dengan topik yang akan dibahas di makalah. Setelah itu tim penulis
melakukan kajian pustaka terhadapt sumber yang didapat dengan memilah data-data
yang dianggap tepat untuk dimuat dalam makalah. Setelah itu data-data tersebut
disusun menjadi satu kesatuan pokok materi yang teritegrasi satu dengan yang lainnya
sehingga menjadi makalah dengan topik yang sesuai.

4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakekat dan Tujuan Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dengan bekerjasama
melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya. Manajemen mempunyai ciri-
ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi) dan untuk apa
(aksiologi) pengetahuan manajemen itu disusun.

Peran teori manajemen (role) adalah membantu menjelaskan perilaku organisasi


yang berkaitan dengan produktivitas dan kepuasan. Manajemen mengkordinir dan
mengendalikan setiap potensi yang ada dalam sebuah organisasi. Khususnya di sekolah
yang mempunyai struktur yang jelas dan ada potensi yang harus dikendalikan.

Tujuan manajemen menurut Shorde dan Voich (1974) adalah produktivitas dan
kepuasan. Tujuan disini tidak melulu harus tunggal, namun dapat bersinergi dengan
berbagai aspek yang masih berkaitan dengan sebuah tujuan seperti peningkatan mutu
pendidikan dan lulusannya dalam sebuah sekolah. Inti dari tujuan manajemen adalah
untuk mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas sehingga
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat terealisasi.

Dalam konteks sekolah yakni manajemen sekolah sebenarnya aplikasi dari ilmu
manajemen dalam bidang persekolahan. Manajemen sekolah menjadi faktor penting
dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya
diukur oleh prestasi yang didapat. Prestasi itu dapat berupa penghargaan atas suatu
ajang perlombaan yang diikuti peserta didik maupun penghargaan terhadap guru yang
dianggap teladan sampai diterimanya lulusan suatu sekolah disuatu perguruan tinggi
negeri atau sukses dibidang yang lain dan masih banyak hal lainnya.

B. Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan merupakan dua istilah yang berasal dari mutu dan pendidikan,
artinya menunjuk pada kualitas produk yang di hasilkan lembaga pendidikan atau
sekolah. Yaitu dapat di identifikasi dari banyaknya siswa yang memiliki prestasi,
baik prestasi akademikmaupun yang lain,serta lulusan relevan dengan tujuan.
(Komariah & Tiratna , 2005, hal. 5)

Menurut Arcoro, mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki


suatu keluaran yang di hasilkan (Jerome, 2015, hal. 72). Mutu di dasarkan pada akal
sehat. Mutu merupakan keseluruhan ciri ciri dan karakteristik dari sebuah produk.

5
Pemahaman di atas munujukan bahwa mutu tidak dapat di definisikan jika tidak
terkait dengan kontek tertentu.

Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu memenuhi harapan


dan mampu memenuhi keinginkan dan kebutuhan masyarakat,untuk mewujudkan
harapan masyarakat, sekolah dan guru harus mempunyai harapan yang tinggi terhadap
siswa.

C. Manajemen Mutu Pendidikan


Sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri adalah mutu. Mutu bagi
suatu organisaisi merupakan agenda utama dan meningkatkan mutu adalah tugas yang
sangat penting. Namun walaupun seperti itu, ada sebagian orang yang menganggap
bahwa mutu adalah konsep yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu adalah
ide yang sudah ada di hadapan kita dan banyak dibicarakan oleh orang. The citizen’s
Charter, The Parent’s Charter, Investor in People, The European Quality Award,
British Standard BS5750, dan Internasional Standard ISO 9000, merupakan bagian
dari penghargaan dan standar mutu yang telah diperkenalkan beberapa tahun
belakangan untuk promosi mutu dan keunggulan suatu institusi atau organisasi.

Organisasi-organisasi terbaik milik siapapun mulai dari pemerintah sampai swasta


memahami mutu dan menemukan sumber mutu adalah perjalanan yang penting. Para
pelaku pendidikan menyadari betul keharusan mereka untuk meraih mutu tersebut dan
menyampaikannya terhadap peserta didik agar dapat meningkatkan kualitas dan
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Sekolah memiliki “teamwork” yang kompak, cerdas dan dinamis. Kebersamaan


(teamwork) merupakan karakteristik yang dituntut oleh sekolah yang menerapkan
peningkatan mutu, karena output pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah,
bukan hasil individual. Karena itu, budaya kerjasama antar fungsi dalam sekolah, antar
individu dalam sekolah, harus merupakan kebiasaan hidup sehari- hari warga sekolah.
Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian) Sekolah memiliki kewenangan untuk
melakukan yang terbaik bagi sekolahnya, sehingga dituntut untuk memiliki
kemampuan dan kesanggupan kerja yang tidak selalu menggantungkan pada atasan.
Untuk menjadi mandiri, sekolah harus memiliki sumber daya yang cukup untuk
menjalankan tugasnya. Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat
Sekolah yang menerapkan peningkatan mutu, memiliki karakteristik bahwa partisipasi
masyarakat merupakan bagian kehidupannya. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa
makin tinggi tingkat partisipasi, makin besar rasa memiliki; makin besar rasa memiliki,

6
makin besar pula rasa tanggung jawab dan makin besar rasa tanggung jawab, makin
besar pula dedikasinya.

Sekolah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen


Keterbukaan/transparansi dalam pengelolaan sekolah merupakan karakteristik sekolah
yang menerapkan peningkatan mutu. Keterbukaan/transparansi ini ditunjukkan dalam
pengambilan keputusan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan
sebagainya, yang selalu melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol. Sekolah
melakukan evaluasi daperbaikan secara berkelanjutan Fungsi evaluasi menjadi sangat
penting dalam rangka meningkatkan mutu peserta didik dan mutu sekolah secara
keseluruhan dan secara terus menerus. Perbaikan secara terus menerus harus
merupakan kebiasaan warga sekolah. Tiada hari tanpa perbaikan. Karena itu, system
mutu yang baku sebagai acuan bagi perbaikan harus ada. System mutu yang dimaksud
harus mencakup organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya untuk
menerapkan manajemen mutu. Sebagai kelanjutan dari terbitnya UU Nomor 20/2003,
telah terbit juga Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yang didalamnya memuat ketentuan mengenai delapan standar, yaitu:

1. Standar Kompetensi Lulusan


2. Standar Isi
3. Standar Proses
4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
5. Standar Sarana dan Prasarana
6. Standar Pengelolaan
7. Standar Pembiayaan Pendidikan
8. Standar Penilaian Pendidikan

D. Managemen Mutu ISO


Penerapan SMM ISO merupakan trend yang berkembang dalam dunia industri
sudah merambah ke dunia pendidikan. Banyaknya lembaga pendidikan yang berusaha
untuk mendapatkan sertifikat ISO tidak terlepas dari adanya keinginan untuk
mempertahankan eksistensi institusi. Pemikiran seperi ini tidak salah mengingat
tantangan global perlu diaptisi secara cepat dan tepat. SMM ISO bisa menjdi salah satu
pilihan unuk membangun instiusi pendidikan yang kuat dan adaptif terhadap perubahan.
Meskipun demikian memperoleh sertifikat ISO bukanlah langkah akhir dan tidak
secara otomatis institusi menjadi bermutu. Penerapan SMM ISO merupakan pintu
masuk untuk penerapan manajemen mutu terpadu (TQM) yang tujuaan akhirnya adalah

7
untuk memberikan kepuasan terhadap customer, dengan cara melakukan perbaikan
mutu berkelanjutan pada semua aspek dan semua akivitas institusi.

ISO (International Organization For Standardization) didirikan di Ganeva


Switzerland pada tahun 1946. Istilah ISO berasal dari bahasa Mesir yakni ISOS yang
berarti Onenes. SMM ISO sudah digunakan oleh beberapa negara dan sudah menjadi
persyaratan untuk industri dan sebagian institusi nonprofit. Istilah SMM ISO 9000 di
Amerika disebut dengan seri Q90 ANSI (American Nation Standards institute)/ ASQC
merupakan standar internasional terkini bagi manajemen mutu untuk serifikat sistem
mutu (Jemes, 2010). ISO 9001 menyiapkan kerangka kerja untuk membagun praktek
yang konsisten, dan servis. ISO 9000 menggabungkan siklus perbaikan berkelanjutan
sebagaimana dapat dilihat dari klausul-klausul review manajemen, internal audit dan
tindakan korektif (Yasemin, 2011). SMM ISO menurut Kadir membantu institusi
dalam membuat perencanaan, managemen, produksi dan pengembengan sumber daya
manusia unuk menyediakan layanan dan produk sesuai permintaan customer (Daud,
2010).

SMM ISO memfasilitasi pelaksanaan SPM-PT sebagaimana dinyatakan dalam


laporan evaluasi implementasi SPM-PT tahun 2008. Hal penting yaang perlu dikeahui
adalah kerangka pikir, tujuan, dan kriteria dalam SPM-PT berbeda dengan SMM ISO,
terutama fakta bahwa:

a. SPM-PT merancang dan menetapkan standar perguruan tinggi berdasarkan visi


PT, sedangkan ISO merupakan sarana untuk melaksanakan standar yang telah
ada di perguruan tinggi;
b. ISO tidak bertujuan menigkatkan standar yang justru merupakan tujuan utama
SPM-PT;
c. ISO dapat digunakan sebagai salah satu alat kendali implementasi SPM-PT,
namun tidak berarti ISO mampu menggantikan SPM-PT (SPM-PT, 2008).

Pada tahun 2015, terbitlah revisi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yakni
ISO 9001:2015. Adapun alasan perubahan ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015
adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan kerangka kerja yang konsiten untuk jangka panjang.


2. Menjadi persyaratan umum yang tetap relevan untuk semua ukuran dan jenis
organisasi.
3. Mendukung efektivitas proses manajemen dalam rangka mencapai target yang
diinginkan.

8
4. Mempertimbangkan perubahan implementasi sejak revisi versi 2000 dan 2008.
5. Penggunaan istilah-istilah yang lebih sederhana untuk memastikan pemahaman
umum dan interpretasi yang konsisten dari persyaratan.

9
BAB III
PEMBAHASAN
A. Manajemen Mutu Pendidikan Dalam Pengelolaan Pendidikan
Dalam manajemen mutu pendidikan, perlu sebuah sistem untuk melancarkan
tujuan. Tujuan dari sistem manajemen mutu pendidikan adalah meningkatkan mutu
pendidikan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang menjadikan pendidikan
berkembang yang lebih baik (Arikunto & Yulianan, 2008).
Perwujudan sistem tersebut melalui mutu pendidikan. Mutu pendidikan memiliki
arti yaitu kualitas produk yang dihasilkan dari suatu lembaga pendidikan seperti
sekolah. Kualitas tersebut berupa prestasi baik akademik maupun non akademik,
lulusan yang sesuai dengan tujuan dan lain sebagainya (Komariah & Tiratna, 2005).
Produk yang berkualitas dapat dilakukan dengan manajemen. Sehingga perlu
menata dengan sebagai berikut :
1. Terpadu
Secara terpadu dalam kegiatan menata dari berbgai materi yang akan dipelajari
di mata pelajaran melalui berbagai bidang-bidang sehingga menimbulkan
bermakna.
2. Selaras
Secara selaras dalam membentuk peraturan perlu diberlakukan sama setiap
siswa dari sekolah tersebut.
3. Serasi
Serasi adalah suatu kemampuan dan keingginan dalam kehidupan yang akan
dijalani sebagai mana hak dan kewajiban individu di tiga lingkungan, yaitu
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarat.
4. Jenjang pendidikan
Di Indonesia terdapat tingkat jenjang pendidikan yaitu pendidikan dini, dasar
dan menenganah. Contoh dari tingkatan jenjang pendidikan tersebut yaitu SD,
SMP, SMA, Perguruan tinggi
5. Antar daerah
Antar daerah salah satu contoh di Indonesia, daerah Indonesia pendidikan di
jawab dan pendidikan di papua. Pendidikan di jawa lebih tinggi karena
merupakan daerha yang tingkat penduduk yang banyak, jumlah sekolah yang
banyak pula, teknologi yang semakin terus berkembang, fasilitas yang memadai
dan lain sebagainya. Sedangkan di papua, faslitas sekolah masih kurang, jumlah
sekolah yang sedikit dan lain sebagainya. Sehingga setiap daerah memiliki

10
perbedaan tingkat kualitas pendidikan. Semakin baik fasilitas, sarana dan
prasana minat belajar akan bertambah, pendidik yang professional atau ahli di
bidangkanya. Meningkatkan kualitas hasil produk pendidikan tersebut.
(Simmons, 1980)
Dilakukan manajemen, pendidikan akan mutakhir, mutakhir adalah kegiatan
belajar atau pembelajaran yang wajib diberikan oleh pendidik kepada peserta didik.
Efektif, sebagai mana pengukuran dari keberhasilan pendidik dalam mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditentukan, salah satu contohnya adalah suatu pekerjaan dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Efesien, suatu kemampuan untuk melakukan sesuatu
dengan menghasilkan yang tidak membuang waktu, energy dan materi. Contoh efesien
yaitu kemampuan memciptakan seseuatu dengan baik sebagaimana dapat
menggunakan waktu, uang dan hal yang diperlukan dengan efektif.
Sehingga pendidikan akan mengalami peningkatan baik dari peningkatan kualitas
pendidik, produk pendidikan, perluasan wawasan berbagai kemampuan seperti
pendidikan kejuruan, pendidikan profesi serta pendidikan yang wajib dilaksanakan di
Indonesia yaitu wajib belajar Sembilan tahun.
Tujuan pendidikan nasional dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1998 tentang sistem pendidikan nasional, yang melibatkan berbagai bentuk sumber
daya yang tepat. Sumber daya tersebut berupa sumber daya alam, sumber daya manusia
dan sumber daya nonmanusia.
Sumber daya manusia dapat dilakukan dengan cara efektif dan efesien dalam
berkompetensi dengan bertanggung jawab dalam mengola, mengatur, memadukan dan
mengarahkan sumber daya dalam lingkungan pendidikan disebut manajemen
pendidikan. Pengelolaan berarti tindakan dari merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan sampai pengawasan (Basri, 2011, pp. 110-115).
Manajeman mutu pendidikan menggunakan tiga sistem. Sistem makro (pusat),
meso (wilayah) sampai tingkat mikro (satuan pendidikan), yaitu:
1. Sistem pendidikan tingkat makro (pusat)
Sistem pendidikan makro (pusat) , terdapat strategi pembangunan pendidikan
mutu yang bersifat input oriented dan macro oriented, kedua sifat tersebut diatur
oleh birokrasi ditinngkat pusat. Sifat strategi pembangunan pendidikan ini belum
sesuai harapan. Pendidikan mengandalkan pola manajemen lama yang kurang
efektif dan efisien. Pada hal tersebut pendidikan ditingkatkan melalui penerapan
manajemen mutu.
Manajemen mutu menentukan standar mutu materi kurikulum dan standar
evaluasi sebagai alat mencapai standar kemampuan dasar. Menggunakan

11
pendekatan pembelajaran pelajar aktif, kooperatif, kolaboratif, konstruktif dan
pembelajaran tuntas.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasioal yang meingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
yang Maha Esa serta akhak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengen Undang-Undang.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasioal harus mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi
menajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan seseui dengan tuntuntan
perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan
(Presiden, 2003).
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional tidak
memadai lagi dan perlu diganti serta disempurnakan agar sesuai dengan amanat
perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Manajemen Mutu Pendidikan tingkat Meso (wilayah)
Manajemen mutu pendidikan meso (wiliayah) dalam meningkatkan penerapan
manajemen mutu atau total quality management, kualitas pendidikan di daerah
melalui otonomi pendidikan dengan pendekatan yang terarah, jelas, dan berhasil
guna.
Manajemen mutu pendidikan tingkat daerah yaitu mengelola pendidikan sesuai
keinginan dan kemampuanya. Hal ini bersifat multi dimensional, artinya otonomi
dalam aspek kebutuhan dan kehidupan, yaitu kebutuhan untuk individu,
berkeluarga, menentukan jodoh, menentukan tempat tinggal, melakukan perjalanan
ke tempat lain dalam menentukan bentuk jenis dan jenjang pendidikan. (Suti, 2011,
pp. 1-6)
3. Manajemen mutu pendidikan tingkat mikro (satuan sekolah)
Manajemen mutu pendidikan tingakt mikro menggunakan manajemen dan etos
kerja, kualitas, kuantitas guru, kurikulum dan sarana fisik serta fasilitasnya. Posisi
sekolah memiliki masalah yang bersifat casual rekationship, dari probem dana yang
kurang memadai, fasilitas kurang, pendidikan apa adanya, kualitas rendah, kurang
bersemangat, inovasi rendah dan peminat kurang. (Aziz, 2005, pp. 1-14)
Oleh sebab hal tersebut dibutuhkan sepuluh langkah, sebagai berikut :
a. Membentuk kesadasaran akan kebutuhan akan perbaikan dan peluang dan
peluang untuk melakukan perbaikan.

12
b. Menetapkan tujuan pendidikan
c. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
d. Menyediakan pelatihan
e. Melaksanakan proyek yang bertujuan memecahkan masalah
f. Melaporkan perkembangan
g. Memberikan penghargaan
h. Mengkomonikasikan hasil yang dicapai
i. Memelihara dengan melakukan perbaikan dalam siste regular perusahaan.
Tahun 1999 diujicobakan manajemen berbasis pusat menuju berbasis sekolah
(MBS). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 51 ayat 1 menyatakan
pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan
menegah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah. Manajeman mutu pendidikan dengan sistem sekolah
dengan cara seseorang menilai orang lain karena kualitas mendidik untuk
menyelesaikan tujuan yang menjadi tanggung jawab.
Acuan standar mutu pendidikan juga dapat menggunakan ISO 9001 baik yang 2008
maupun 2015. Adapun beberapa istilah yang diganti pada versi ISO 9001:2015.
Diantaranya:
(1) “Supplier” diganti dengan “external provider”
(2) “Purchased Product” diganti dengan “Externally provided products and
services”
(3) “Work Environment” diganti dengan “Environment for the operation of the
process”.
Bila dilihat, perubahan istilah tersebut bertujuan agar istilah yang digunakan tidak
terkesan hanya berkaitan dengan barang saja tetapi juga termasuk jasa. Perubahan
istilah ini bukan berarti perusahaan yang telah menerapkan ISO 9001:2008 wajib
mengganti istilah yang ada. Istilah yang sudah ada masih bisa digunakan sesuai
kebutuhan Manfaat dari implementasi ISO 9001:2015 dapat terbagi menjadi 3 bagian,
sesuai dengan stakeholder dan target dari penggunaannya, seperti pada Tabel 3.

Table 1 Manfaat Bagi Organisasi

Manfaat Proses Pencapaian


Peningkatan efisiensi Proses serta dokumentasi yang ditetapkan secara efektif
tingkat operasional menyebabkan pekerjaan dapat dilakukan secara
konsisten, variasi yang tidak memenuhi standar mutu
dapat diminimalkan dan tingkat kesalahan dapat
dihindarkan

13
Manfaat Proses Pencapaian
Peningkatan efisiensi Implementasi proses tindakan perbaikan dan pencegahan
tingkat organisasi secara efektif menyebabkan solusi permanen terhadap
permasalahan dapat diterapkan. Pekerjaan ulang dan
waste diminimalkan.
Peningkatan ISO 9001:2015 menekankan peningkatan berkelanjutan.
produktivitas Kinerja direview secara teratur dan fokus pada
pencapaian target.
Peningkatan kinerja Penerapan pendekatan proses secara efektif akan
proses secara terus menyebabkan organisasi fokus pada proses bisnis. ISO
menerus. 9001:2015 mempersyaratkan proses pemantauan dan
pengukuran kinerja proses dilakukan secara terus
menerus.
Kepercayaan konsumen, Implementasi dan sertifikasi ISO 9001:2015
mempertinggi posisi menyebabkan penilaian positif dari terhadap reputasi
organisasi dalam perusahaan. Sistem ISO 9001:2015 menekankan pula
persaingan di pasar proses bisnis yang focus pada pelanggan, memahami
kebutuhan pelanggan dan meningkatkan kepuasan
pelanggan.

Tujuan ISO menurut Gaspersz adalah mengembangkan standarisasi dan kegiatan-


kegiatan yang lain yang berhubungan untuk memudahkan pertukaran barang dan jasa,
serta mengembangkan kerjasama dalam suasana yang bersifat scientifik, teknologis
dan ekonomis. Penerapan suatu proses dalam suatu organisasi biasanya memiliki
beberapa langkah, untuk kasus penerapan sistem manajemen mutu menurut Gasperz
urutan-urutan yang diberikan hanya merupakan suatu petunjuk, yang dapat saja
dilakukan bersamaan atau dalam susunan yang tidak harus berurut, tergantung pada
kultur dan kematangan organisasi, tetapi semua langkah ini harus diperhatikan secara
serius dan konsisten. Langkah-langkahnya sebagai berikut: memutuskan untuk
mengadopsi suatu standar sistem manajemen mutu yang diterapkan, yaitu:
1) Menetapkan suatu komitmen pada tingkat pemimpin senior dari organisasi
(top management commitment)
2) Menetapkan suatu kelompok kerja (working group) atau komite pengarah
(steering committee) yang terdiri dari manajermanajer senior
3) Menetapkan tujuan-tujuan mutu dan implementasi sistem
4) Meninjau ulang sistem manejemen mutu yang sekarang
5) Mendefinisikan struktur organisasi dan tanggung jawab

14
6) Menciptakan kesadaran mutu (quality awareness) pada semua tingkat
dalam organisasi
7) Mengembangkan peninjauan ulang dari sistem manajemen mutu dalam
manual (buku panduan) mutu
8) Menyepakatibahwa fungsi-fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh prosedur-
prosedur
9) Mendokumentasikan aktivitas terperinci dalam prosedur operasional atau
prosedur terperinci
10) Memperkenalkan dokumentasi, sekali manual mutu dan prosedurprosedur
telah disepakati, maka implementasi dari praktik-praktik sistem manajemen
mutu pada tingkat manajemen dapatdilakukan
11) Menetapkan partisipasi karyawan dan pelatihan dalam sistem
12) Meninjau ulang dan melakukan audit sistem manajemen mutu.

Sebuah sekolah dapat menetapkan kebijakan mutu dimana kebijakan mutu ini
dibuat oleh kepala sekolah dalam upaya mencapai visi sekolah dan sebagai acuan kerja
seluruh sumber daya manusia di sekolah. Kebijakan mutu ini ditetapkan secara
berkelanjutan. Contohnya dapat berupa komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan dengan memperhatikan nilai-nilai pendidikan, pembentukan karakter,
penanaman nilai serta pengembangan iman dan taqwa, berakhlak mulia dan peduli
akan sesama sehingga dapat mewujudkan visi sekolah yang ada. Adapun manfaat
spesifik bagi sebuah sekolah adalah:

Table 2 Manfaat Bagi Karyawan

Manfaat Proses Pencapaian


Meningkatnya kepuasan Proses bisnis yang sistematis akan menuntun karyawan
karyawan dalam bekerja bekerja secara sistematis pula. Tingkat stress karyawan
yang diakibatkan oleh ketidakjelasan dengan tidak
adanya sistem yang mendukung mereka bekerja
diminimalkan.
Meningkatnya Sertifikasi yang diperoleh dari implementasi akan
kebanggaan terhadap memberikan dampak positif terhadap rasa memiliki dari
perusahaan karyawan terhadap perusahaan.
Timbulnya proses Prosedur terdokumentasi, instruksi kerja yang
pembelajaran bagi informatif, alur kerja yang jelas memberikan
keberhasilan dalam kesempatan bagi karyawan baru untuk secara cepat
bekerja

15
beradaptasi dan karyawan lama mampu meminimalkan
kesalahan dalam bekerja.

Table 3 Manfaat Bagi Konsumen

Manfaat Proses Pencapaian


Produk dan jasa Kesinambungan implementasi akan meningkatkan
bermutu sesuai dengan kemampuan perusahaan lebih fokus pada pelanggan.
harapan konsumen Perusahaan akan berorientasi pada keberhasilan dalam
pemenuhan harapan konsumen secara lebih efektif.
Identifikasi harapan konsumen dapat dilakukan secara
sistematis, serta digunakan masukan dalam sasaran dan
proses bisnis ditingkatkan untuk mendukung sasaran
tersebut.
Meningkatnya kepuasan ISO 9001:2015 memuat persyaratan bagaimana keluhan
pelanggan pelanggan ditindaklanjuti secara efektif. Ketidakpuasan
pelanggan di masa mendatang selalu diupayakan dapat
diminimalkan.
Kepercayaan yang Sertifikasi ISO 9001:2015 merupakan salah satu sarana
tinggi, risiko transaksi bagi perusahaan untuk menanamkan kepercayaan dan
yang rendah reputasi yang tinggi bagi pelanggan. Pengelolaan
proses-proses sistem manajemen yang efektif
menghasilkan masalah terhadap kualitas tidak
ditentukan oleh pelanggan, namun telah dikendalikan
secara efektif oleh perusahaan.

Biasanya sekolah mempunyai sasaran-sasaran mutu dalam rangka untuk mencapai


tujuan sekolah dan untuk perbaikan secara terus menerus yaitu:

1. Peningkatan nilai ujian nasional


2. Peningkatan jumlah lulusan 100%
3. Pencapaian kepuasan pelayanan sekolah
4. Pemenuhan rencana penelitian dan kerja sama dalam bidang karya ilmiah
5. Peningkatan kedisiplinan guru
6. Peningkatan kedisiplinan siswa
7. Peningkatan prestasi akademik dan non akademik

16
Sebuah sekolah dapat menetapkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan kualifikasi
untuk masing-masing personal yang menangani ISO 9001:2015 (Management
Representative, Audior dan Document Control) yang saling terkait dan saling
berpengaruh satu sama lain agar pelaksanaan penerapan ISO 9001:2015 dapat berjalan
secara efektif. Selain itu juga dapat menetapkan proses komunikasi dimana komunikasi
tersebut dapat mendukung efektivitas SMM melalui papan pengumuman, surat
keputusan dan rapat rutin mingguan. Rapat tinjauan manajemen dapat dilakukan 6
bulan sekali untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan efektivitasnya serta
mengevaluasi keperluan untuk perbaikan sistem manajemen mutu. Rapat ini
membahas hasil dari audit internal dan eksternal.
Seperti yang dijelaskan dalam salah satu prinsip Sistem Manajemen Mutu yang
bahwa terapkan PDCA dalam setiap tindakan. Pengendalian dan perbaikan mutu
merupakan kegiatan yang berkelanjutan yang harus dijalankan secara sistematis
dengan menerapkan pendekatan manajemen Plan, Do, Check and Action (PDCA) dari
setiap karakteristik. Jika dihubungkan dengan pendekatan PDCA tersebut maka
tanggung jawab manajemen merupakan bagian dari proses perencanaan (plan), dimana
yang dimaksud dalam plan disini adalah rencana proses mutu yang berorinetasi pada
kebutuhan pelanggan. (Nugroho, 2017)

B. Manajemen Mutu Pendidikan Finlandia


Finlandia merupakan salah satu negara di eropa yang sangat maju pendidikannya.
Kualitas pendidikannya diakui oleh banyak negara di dunia. Finlandia berada pada
peringkat pertama untuk Human Capital Index berdasarkan The Human Capital Report
2015 yang dikeluarkan World Economic Forum. Sistem pendidikan di Finladia sudah
teruji selama 150 tahun. Ada beberapa hal yang menjadi kunci terujinya pendidikan
Finlandia, yaitu:
1. Prinsip-prinsip Fundamental dan Kebijakan Pendidikan Finlandia

Tujuan utama dari kebijakan pendidikan Finlandia adalah memastikan warga


negaranya mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan tanpa
memandang perbedaan umur, domisili, kondisi finansial, gender maupun bahasa.

Setiap provinsi di Finlandia memberikan jaminan penuh bagi setiap warga


negaranya termasuk pendatang untuk mendapatkan pendidikan dasar secara gratis.
Pejabat berwenang juga memastikan jaminan pendidikan bagi setiap penduduk untuk
mendapatkan pendidikan khusus berdasarkan kemampuan fisik dan psikologisnya serta

17
berkebutuhan khusus untuk berkembang bagi yang memiliki kendala ekonomi di luar
pendidikan dasar.

Kebijakan pembangunan pendidikan Finlandia adalah lifelong education. Prinsip


pendidikan tersebut mengisyaratkan bahwa setiap penduduk memiliki ketrampilan dan
kesempatan belajar yang sama untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan
dengan lingkungan yang beragam sepanjang hayat. Berdasarkan sudut pandang
tersebut, kebijakan bidang pendidikan terintegrasi dengan kebijakan publik terutama
yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan. Hal ini bertujuan untuk
menyelaraskan dengan tujuan pemerintah untuk pemerataan pendidikan dan tingkat
pendidikan bagi seluruh penduduk. Kunci kebijakan pendidikan Finlandia adalah
kualitas, efisiensi, kesetaraan dan global. Hal ini diarahkan untuk meningkatkan daya
saing bangsa dan kesejahteraan penduduknya. Pendidikan merupakan salah satu kunci
utama mencapai tujuan tersebut. Disamping itu kebijakan pendidikan Finlandia sejalan
dengan strategi kebijakan Uni Eropa 2020.

Government programme merupakan sebuah action plan yang disepakati dari


seluruh stakeholder pendidikan, sebagai pemangku kebijakan. Dalam action plan
tersebut disepkati bahwa daya saing tenaga kerja memerlukan sistem pendidikan yang
well-functioning. Sistem pendidikan komprehensif yang terbaik di dunia akan
diperkuat untuk menjamin bahwa keuntungan yang sama bagi setiap penduduk. Sistem
pendidikan Finlandia bertujuan untuk menjadikan penduduknya memiliki keahlian
profesional yang tinggi, dalam bidang pendidikan tinggi maupun penelitian, melalui
penelitian dan pengembangan serta inovasi. Jaminan pendidikan bagi pemuda
merupakan bagian jaminan dari pemerintah bagi pemuda untuk melanjutkan
pendidikan atau pelatihan setelah menempuh pendidikan dasar. Program-program
ketrampilan secara berkala diberikan kepada mereka. Hal ini bertujuan agar pemuda
yang berusia kurang dari 30 tahun tidak hanya mendapatkan pendidikan dasar, akan
tetapi juga memiliki vocational qualification yang dibutuhkan dunia kerja. Program ini
diberlakukan sejaka tahun 2013 sebagai bentuk kesetaraan dalam pendidikan.
2. Sistem Pendidikan dan Penelitian di Finlandia

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi perbedaan antara sekolah,
misalnya dengan mengembangkan sistem pembiayaan. Rencana Pembangunan
Pendidikan dan Penelitian mempromosikan kesetaraan dan menjadi dokumen penting
dari kebijakan pendidikan dan penelitian Finlandia. Rencana pembangunan diadopsi
oleh pemerintah setiap empat tahun, dan mengarahkan pelaksanaan tujuan kebijakan
pendidikan dan penelitian dalam pembuatan Program Pemerintah. Rencana

18
Pembangunan mencakup semua bentuk pendidikan mulai dari anak usia dini sampai
dengan pendidikan tinggi serta penelitian yang dilakukan di universitas dan politeknik.
Tujuan utama dari Rencana Pembangunan meliputi:

a. Mempromosikan kesetaraan dalam pendidikan,


b. Meningkatkan kualitas pendidikan di semua tingkatan dan;
c. Mendukung belajar sepanjang hayat

Salah satu prinsip dasar kebijakan pendidikan Finlandia adalah bahwa semua
penduduk harus memiliki akses yang sama terhadap pendidikan dan pelatihan
berkualitas tinggi. Kesempatan pendidikan yang sama harus tersedia untuk semua.
Fokus pada periode 2011-2016 adalah pada pengentasan kemiskinan, ketimpangan
sosial ekonomi, menstabilkan perekonomian masyarakat dan mendorong pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan, ketenagakerjaan dan daya saing warga terlepas dari etnis
asal, usia, domisili dan tingkat sosial mereka.

Investasi Finlandia di lembaga pendidikan mirip dengan rata-rata OECD.


Pengeluaran pada lembaga pendidikan di semua tingkatan adalah 6,5% dari PDB,
sedikit di atas rata-rata OECD 6,3%. Antara tahun 2005 sampai 2010, Finlandia
meningkatkan pengeluaran sebesar 0,5 poin persentase (sedikit di atas rata-rata OECD
0,4 poin persentase). Hampir semua pengeluaran lembaga pendidikan adalah dari
sumber-sumber pemerintah (97,6%, dibandingkan dengan rata-rata OECD dari 83,6%
pada tahun 2010). Penggunaan dana keluarga sangat kecil pada semua tingkat
pendidikan (kecuali di tingkat pre-primary di mana itu dilakukan untuk 9,9% dari
pengeluaran), dan itu merupakan 4,1% dari pengeluaran di tingkat tersier.

Di Finlandia jenis penilaian utama siswa adalah penilaian berkelanjutan


(continuous assessment) selama pendidikan dan ujian akhir. Penilaian berkelanjutan
bertujuan membimbing dan membantu siswa dalam proses belajar mereka. Setiap
siswa menerima laporan minimal sekali setiap tahun dari sekolah. Tidak ada ujian
nasional untuk siswa pada pendidikan dasar di Finlandia. Sebaliknya, guru
bertanggung jawab untuk melakukan penilaian berdasarkan respective subjects
masing-masing siswa sesuai dengan yang tertulis dalam kurikulum. Guru yang juga
memberikan nilai pada ijazah kelulusan, yang diberikan pada akhir tahun 9 oleh guru.
Atas dasar penilaian ini siswa akan memilih untuk jenjang studi lebih lanjut. Oleh
karena itu, kurikulum inti nasional berisi pedoman penilaian dalam semua mata
pelajaran umum. Salah satu tugas pendidikan dasar adalah untuk mengembangkan
kemampuan siswa melakukan self-assessment. Tujuan pendidikan dasar adalah untuk
mendukung pertumbuhan keterampilan pengetahuan diri dan belajar dan untuk

19
membantu para siswa untuk belajar untuk menyadari kemajuan dan proses belajar
mereka. Pendidikan didanai oleh pemerintah

Pada tahun 1965, Departemen Pendidikan membentuk komisi untuk memetakan


reformasi pendidikan guru. Pedoman diusulkan oleh sebuah komite ahli yang
membentuk dasar untuk sistem pelatihan yang berkembang setelah beberapa tahun
kemudian. Di antara rekomendasi komite tersebut antara lain:

a. Semua pendidikan guru harus didasarkan pada pemeriksaan Matriculation


Examination, ujian akhir nasional sekolah menengah atas umum.
b. Pelatihan bagi semua guru harus berlangsung setidaknya tiga tahun dan
menghasilkan minimal gelar sarjana
c. Guru Kelas dan guru mata pelajaran harus diberikan pelatihan pedagogis di
lembaga pendidikan yang sama.
d. Status seorang guru tidak harus ditentukan oleh tingkat kelas mereka mengajar,
dengan usia murid mereka atau dengan mata pelajaran yang diajarkan. Gaji
didasarkan gelar mereka dan bukan institusi tempat bekerja
e. Guru lebih berperan sebagai penasihat dan pemandu belajar daripada seorang
penyampai informasi seperti dosen.
f. Kualitas dan kuantitas pelatihan guru di sekolah harus ditingkatkan.
g. Kesesuaian Seorang guru dengan profesi perlu diperiksa.
h. Pendidikan Guru harus mencakup studi umum, studi subjek, penelitian
pedagogi, dan pelatihan di sekolah-sekolah. Studi subjek kelas guru dibagi
menjadi tingkat umum dan khusus.

Hanya sekitar 10 persen dari sekitar 5.000 pelamar yang diterima setiap tahun untuk
Fakultas Pendidikan di universitas Finlandia . Ini berarti bahwa universitas
departemen-pendidikan guru dapat memilih dari beberapa siswa terbaik di negara itu
pada saat ujian masuk. Seperti disebutkan di atas, semua guru di Finlandia perlu gelar
master untuk memenuhi syarat untuk pekerjaan mengajar permanen.

Kualitas pendidikan Finlandia juga lahir dari pengaruh sistem lain seperti prestasi
dalam ekonomi dan negara terbersih dari korupsi. (Anggoro, 2017)

20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen mutu pendidikan merupakan merupakan suatu usaha untuk
meningkatkan kualitas pendidikan melalui individu pada sebuah organisasi pendidikan
seperti sekolah. Tujuan dari manajemen mutu pendidikan adalah meningkatkan mutu
pendidikan dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang menjadikan pendidikan
berkembang yang lebih baik. Selain menggunakan undang-undang di Indonesia
sebagai acuan mutu pendidikan, juga menggunakan standar internasional yakni ISO
9001 dalam manajemen mutu pendidikan. Sistem lain di luar pendidikan juga
mempengaruhi mutu pendidikan sebuah negara seperti di Finlandia dimana mereka
mempunya kekuatan ekonomi dan lingkungan yang bersih dari korupsi.
B. Implikasi
Pendidikan yang bermutu dapat membuat target yang telah ditetapkan sebagai
tujuan pendidikan akan tercepai. Pendidikan yang bermutu itu tidak akan terealisasikan
apabila tidak ada manajemen mutu yang konsisten dan teruji keefienannya. Karena
manajemen mutu pendidikan penting untuk memastikan suatu proses pendidikan
berjalan dengan semestinya baik dengan faktor eksternal maupun faktor internal dari
suatu lingkup organisasi pendidikan seperti sekolah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, S. (2017). Keberhasilan Pendidikan Finlandia. Researchgate.


Arikunto, S., & Yulianan, L. (2008). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media.
Aziz, A. (2005). Peningkatan Mutu Pendidikan. Bangil: STAI Pancawahana Bangil.
Basri, M. (2011, Oktober). Budaya Mutu Dalam Pelayanan Pendidikan. Otoritas,
1(2), 110-115.
Daud, S. (2010). Percepion On The Effectiveness Of Undergraduatte And Graduae
Proggrammes Management Through An ISO Certication Scope Merger. .
Perbandingan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, Standardi BAN-PT
dan Total Quality Management di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 552.
Jemes, P. (2010). Standar Kualitas Seluruh Dunia . 3.
Jerome, A. (2015, Desember). Qualy In. Jurnal Studi Islam, 10(2), 72.
Komariah, A., & Tiratna , C. (2005). Visnonary Leadershif, Menuju Sekolah Efektif.
Jakarta: Bumi Aksara.
Komariah, A., & Tiratna, C. (2005). Visonary Leadershif. In Menuju Sekolah Efektif.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nugroho, A. W. (2017). Strategi Sekolah Dalam Menerapkan Sistem Manajemen
Mutu (SMM) Berbasis ISO 9001:2015. Manajemen dan Supervisi
Pendidikan.
Presiden. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. In Presiden, UU RI
(pp. 1-26). Jakarta.
Simmons, J. (1980). In Policy Issues For Developing Countries In the 1980s. The
Education Dilemma.
SPM-PT. (2008). Depdiknas . 16.
Suti, M. (2011, Oktober). Strategi Peningkatan Mutu Di Era Otonomi Pendidikan.
Medtek, 3(2), 1-6.
UU NO.14. (2005). 4.

22
Yasemin, P. (2011). ETC Mtsures the Impac of ISO 9002 on Corporate Qualiy
Inform. 85.

23

Anda mungkin juga menyukai