Pendahuluan
Metode Penelitian
Pengertian Pesantren
1
Stoner J.A.F. and Freeman, R.E, Management (New Jersey: Pentice-Hall Inter-National
Editiens, 2000), hal. 5.
kultural dapat dikatakan sebagai pusat pelatihan dan bimbingan bagi generasi
bangsa yang senantiasa mewarnai dinamika kebudayaan bermasyarakat.2
1. Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan
di masa yang akan datang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Di dalam perencanaan mengandung sebuah unsur : sejumlah kegiatan yang
ditetapkan sebelumnya, adanya suatu proses, ada hasil yang ingin dicapai, dan
menyangkut masa depan dalam waktu tertentu. Manfaat perencanaan ini antara
lain : mendapatkan standar pengawasan, dapat memperkirakan pelaksanaan
dan melakukan kontrol, membuat skala prioritas; mengetahui kapan
pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan, mengetahui siapa saja yang
sebaiknya dilibatkan dalam suatu kegiatan, membuat struktur organisasi,
termasuk kualifikasi dan kuantitasnya, mengetahui dengan siapa koordinasi
sebaiknya dilakukan, dapat melakukan suatu penghematan pengeluaran biaya;
meminimalisir kegiatan yang tidak produktif, menghemat biaya serta waktu;
lebih baik dalam penyusunan program dan anggaran, memberikan gambaran
2
Mohammad Takdir, Modernisasi Kurikulum Pesantren, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2018),
hal. 22-23.
menyeluruh tentang kegiatan pekerjaan, mengefisienkan dan memadukan
beberapa kegiatan, memprakirakan kesulitan yang bakal ditemui, dan
mengarahkan pencapaian tujuan. 3
Bagi sebuah pondok pesantren, rencana jangka panjang sangat besar
manfaatnya. Yang jelas berapapun, bekerja berdasarkan cita-cita dan suatu
rencana yang ideal-rasional, dampak terhadap penggarapan perlengkapan fisik
(sarana dan prasarana) dan nonfisik (pendidikan) sehari-hari niscaya akan jauh
lebih baik, terarah dan tepat sasaran.
2. Fungsi Pengorganisasian
Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerjasama untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Organisasi itu merupakan “wadah” bagi
mereka yang ingi mengembangkan suatu kompetensi yang dimiliki pribadi
masing-masing. Tujuan dan manfaat organisai : mengatasi keterbatasan
kemampuan pada individu, pencapaian tujuan yang akan lebih efektif dan
efisien bila diusahakan secara bersama, sebagai wadah berbagai potensi dan
teknologi. Terkait dengan pengorganisasian dalam bentuk pesantren,
diberlkukannya Undang-Undang Yayasan Tahun 2001 dan 2004. Penempatan
dan pemberdayaan sumber daya manusia dalam organisasi (staffing), intinya
mengusahakan secara sungguh-sungguh penerpan the right man on the right
place serta pembinaan dan pengembangan melalui pengarahan, diklat,
penataran atau disekolahan, dan melalui penghargaan dan sanksi seperti
promosi, rolling, mutasi, dan sebagainya. 4
3. Fungsi Pelaksanaan
Fungsi pelaksanaan yakni dengan merealisasikan kegiatan yang telah
direncana disusun menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai suatu tujuan
secara efektif dan efisien, sehingga setiap pelaksanaan dalam organisasi
seharusnya memiliki kekuatan yang lebih mantap dan meyakinkan, sebab jika
tidak memiliki hal tersebut, maka proses pendidikan khususnya di pesantren
akan sulit terealisasikan. Dintara beberapa fungsi manajemen, fungsi
3
Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik Dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara,
2006), hal 65.
4
Manulang, Dasar-Dasar Manajemen, (Makasar : Gadjah Mada University Press, 2012),
hal 133-136.
pelaksanaan ini sangat penting. Dalam hal pelaksanaan, peran yang sangat
penting adalah pimpinan karena akan banyak berkaitan dengan manusia
sebagai subjek kegiatan, sehingga secanggih apapun peralatan yang
digunanakn jika tidak disertai dukungan manusia khususnya seorang
pemimpin, maka akan sia-sia.
Dalam bahasa Arab, kata “pelaksanaan” diartikan “al-taujih” yaitu
mengarahkan. Kata mengarahkan atau menggerakkan sumber daya manusia
disebutkan di beberapa ayat dalam Al Qur’an untuk mencapai tujuan bersama,
seperti “tabsyir” (memberi kabar bahagia) dan “Indzar” (memberi peringatan
atau teguran) sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah/2:213, Allah SWT
menunjuk para Nabi menuntun dan mengarahkan umatnya menuju jalan yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT dengan memberikan kabar gembira dan
peringatan kepada hambanya.
4. Fungsi Pengawsan
Pengawasan atau controlling berasal dari bahasa Perancis yaitu
“contre” berarti melawan. Sedangkan secara etimologis sering diterjemahkan
dengan pengendalian atau pengawasan. Pengawasan pada dasarnya merupakan
ukuran tampilan yang nyata terhadap perencanaan dengan mendeteksi
penyebaran yang secara signifikan antara hasil serta harapan, dan
mengidentifikasi tindakan penyebaran tersebut, hingga dapat mengambil suatu
tindakan perbaikan. Saiful Sagala dalam bukunya mengatakan bahwa
pengawasan meliputi pemeriksaan kesesuaian terhadap apa yang direncanakan,
intruksi yang dikeluarkan, serta prinsip yang telah diterapkan.
Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan tahapan yang telah
ditentukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya serta tidak
bertentangan dengan syariat Islam. Dengan adanya fungsi pengawasan ini
diharapkan lembaga khususnya pesantren dapat berjalan dengan efektif dan
efesien.
Unsur-Unsur Manajemen
1. Manusia (Man)
Manusia memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan beberapa
aktivitas, karena manusia itu yang menjalankan semua program yang sudah
direncanakan. Oleh karena itu tanpa adanya manusia, manajer tidak akan
mungkin bisa mencapai tujuan yang di inginkan.
2. Material (Material)
Material dalam manajemen dapat diartikan sebagai bahan atau data dan
informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan digunakan sebagai
pelaksana fungsi-fungsi dari manajemen serta dalam mengambil keputusan oleh
atasan.
3. Mesin (Machine)
Mesin aalah suatu jenis alat yang digunnakan sebagai proses pelaksana
kegiatan manajemen dengan menggunakan teknologi atau alat bantu berupa
mesin.
4. Metode (Method)
Metode atau cara bisa diartikan pula sebagai sarana atau alat manajemen,
karena untuk mencapai sebuah tujuan yang sudah direncanakan harus
menggunakan metode atau cara yang efektif dan efisien. Namun, metode-
metode yang ada harus disesuaikan dengan perencanaan yang sudah dibuat, agar
metode itu tepat pada sasaran yang dituju.
5. Uang (Money)
Uang digunakan sebagai sarana manajemen dan harus digunakan
sedemikian rupa agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik dan
tidak memerlukan uang yang begitu besar. Apabila dinilai dengan uang lebih
besar yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
6. Pasar (Markets)
Pasar merupakan salah satu sarana manajemen penting lainnya, teruntuk
khusus bagi perusahaan-perusahaan atau badan yang bertujuan untuk mencari
laba atau keuntungan. Karena pasar ini sebagai tempat pendistribusian barang-
barang yang sudah dihasilkan oleh suatu perusahaan. 5
1. Keislaman
Agama Islam sudah termajinalkan dalam bangunan sistem pendidikan,
karena ada anggapan bahwa Islam sebagai penghambat kemajuan. Islam diklaim
sebagai tatanan nilai yang tidak dapat hidup berdampingan dengan sains. Islam
yang dipandang sebagai penyebab kegagalan dan keterbelakangan adalah klaim-
klaim warisan kolonial yang pada masa dahulu digunakan sebagai alat untuk
menghadapi sikap permusuhan non-koperatif kaum Ulama, Kyai, dan santri. 6
Ajaran Islam dengan jelas menunjukkan adanya hubungan organik antara
ilmu dan iman. Hubungan organik itu kemudian dibuktikan dalam sejarah Islam
klasik ketika kaum muslim memiliki jiwa kosmopolit yang sejati. Atas dasar
kosmopolitanisme itu umat Islam membangun peradaban dalam arti yang
sebenar-benarnya yang juga berdimensi universal. Keikutsertaan dunia
pendidikan Islam secara aktif dalam pembangunan Indonesia akan menampilkan
Indonsia dalam bentuk baru. Indonesia yang akan datang seperti sosok santri
yang modern. Keselarasan Indonesia dengan santri, karena pada dasarnya sosok
santri itu sebagai tampilan sikap yang sama, terbuka, kosmopolit, dan
demokratis.
Perpaduan kedua komponen penunjang iptek dan imtaq diupayakan lewat
perpaduan dua sistem pendidikan, tradisional dan memasukkan sistem
pendidikan baru dalam dunia pendidikan Islam bukan berarti melepaskan yang
5
Agustini, Pengelolaan dan Unsur-Unsur Manajemen (Jakarta : Citra Pustaka, 2013), hal.
61.
6
Nurcholis Madjid dan Yasmadi, Isasi Pesantren, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hal. 122.
lama. Karena pada institusi pendidikan pesantren itu justru ada yang perlu
ditumbuh kembangkan kembali. Tidak semua pada yang lama itu mesti di buang.
Pondok pesantren perlu melihat kembali kitab-kitab lama (kitab klasik) untuk
menyikapi agar tidak terjadi kemiskinan intelektual atau kehilangan jejak
riwayat intelektualisme Islam. Konsep dasar ini hanya sebatas bagaimana
menempatkan kembali ilmu pengetahuan dan ke dalam daerah pengwasan nilai
agama, moral, dan etika. Karena prinsipnya, asal mula semua cabang ilmu
pengetahuan itu adalah bersumber dari ilmu agama. Khususnya agama Islam.
2. Keindonesiaan
Lebih jauh lagi pendidikan diharapkan mampu menciptakan suatu lembaga
pendidikan yang mempunyai identitas kultural yang lebih sejati sebagai konsep
pendidikan masyarakat Indonesia baru yang didalamnya juga akan ditemukan
nilai-nilai universitas Islam yang mampu melahirkan suatu peradaban
masyarakat Indonesia di masa depan.7 Di sisi lain, lembaga ini juga mencirikan
keaslian indigenous Indonesia, karena secara kultural terlahir dari budaya
Indonesia yang asli.
Konsep ini adalah upaya isasi dengan tegas dan jelas berlandaskan platform
kean yang berakar dalam keindonesiaan dengan dilandasi keimanan. Pondok
pesantren diharapkan dapat memberikan responsi atas tuntunan era mendatang
yang meliputi dua aspek, universal dan nasional. Aspek universal yaitu ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan dalam skala nasional yaitu pembangunan
di Indonesia. Untuk yang terakhir ini, bahkan peran pondok pesantren semakin
besar dalam menentukan suatu pola pembangunan yang bersifat indigenous asli
sesuai aspirasi bangsa Indonesia sendiri. Karena pondok pesantren adalah
sebuah lembaga sistem penidikan pengajaran asli di Indonesia yang paling besar
dan mengakar paling kuat. Pondok pesantren dinili mampu menciptakan
dukungan sosial bagi pembangunan yang sedang berjalan. Sebab, pembangunan
adalah suatu usaha perubahan sosial. Tujuannya adalah untuk perbaikan dan
peningkatan kehidupan secara keseluruhan.
7
Nurcholis Madjid dalam Yasmadi, Isasi Pesantren, (Jakarta: Ciputat Press, 2022), hal. 126.
3. Keilmuan
Persoalan mendasar yang terjadi hampir merata di dunia pendidikan kaum
muslim kontemporer adalah terpisahnya lembaga-lembaga pendidikan yang
memiliki konsentrasi dan orientasi yang berbeda. Ada lembaga yang
menitikberatkan orientasinya pada ilmu-ilmu dan disisi lain ada lembaga yang
hanya memfokuskan diri pada ilmu-ilmu tradisional. Realitas kelembagaan
pendidikan ini lebih dikenal dengan dualisme pendidikan. Pendidikan dalam
pondok pesantren pada prinsipnya menghilangkan dualisme pendidikan
tersebut. Kedua bentuk lembaga ini sama-sama memiliki sisi positif yang patut
dikembangkan dan juga mempunyai kelemahan yang sama sekali harus dibuang
dan ditinggalkan. Usaha tersebut tertuju pada upaya untuk mengkompromikan
kedua lembaga ini dengan memadukan sisi baik antara keduanya, sehingga pada
gilirannya akan melahirkan sistem pendidikan yang ideal.
Kesimpulan