Anda di halaman 1dari 20

(PRA) PROPOSAL PENELITIAN

TUGAS
MK MANAJEMEN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu (Team) :


Prof.Dr.Slameto
Dr. Bambang Suteng Sulasmono, M.Si
Dr. Bambang Ismanto, M.Si

STRATEGI KEUNGGULAN BERSAING SEKOLAH-SEKOLAH


MILIK YPK PUSAT SALATIGA DALAM UPAYA
MENINGKATKAN JUMLAH PESERTA DIDIK

Disusun oleh:
Paulus.R.Hindrarto
NIM. 942015022
PASCA SARJANA PROGDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

(PRA) PROPOSAL PENELITIAN


TUGAS
MK MANAJEMEN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu (Team) :


Prof.Dr.Slameto
Dr. Bambang Suteng Sulasmono, M.Si
Dr. Bambang Ismanto, M.Si

STRATEGI KEUNGGULAN BERSAING SEKOLAH-SEKOLAH


MILIK YPK PUSAT SALATIGA DALAM UPAYA
MENINGKATKAN JUMLAH PESERTA DIDIK

Disusun oleh:
Paulus.R.Hindrarto
NIM. 942015022

PASCA SARJANA PROGDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015

ABSTRAK

YAYASAN PERGURUAN KRISTEN (YPK) PUSAT SALATIGA yang


beralamat di jalan Dr. Sumardi No. 5 Salatiga adalah sebuah Yayasan yang memiliki
beberapa Sekolah seperti SMA Kristen1 Salatiga, SMA Kristen 2 Salatiga, SMP Kristen
1 Salatiga, SD Kristen 1 Salatiga, SD Kristen Ngampin-Ambarawa. SMA Kristen 1
Salatiga kondisi jumlah peserta didik relatif memadai tetapi sekolah lain di atas,
jumlah peserta didiknya rata-rata tidak memadai bagi standar rombongan belajar per
kelas. Kondisi ini tentu sangat mengancam bagi keberlangsungan sekolah-sekolah yang
bersangkutan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrisikan secara kritis tentang strategi
keunggulan bersaing sekolah-sekolah milik Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat
Salatiga dalam upaya meningkatkan jumlah peserta didik. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif yaitu menggunakan tehnik pengumpulan data berupa
observasi, dokumentasi dan wawancara dengan menggunakan tehnik triangulasi.
Analisis data menggunakan analisis strategi keunggulan bersaing dari Porter yaitu biaya
rendah, deferensiasi dan fokus. Untuk menentukan strategi meningkatkan jumlah
peserta didik tentu membutuhkan analisis lebih intensif yaitu dengan membaca
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari fenomena hasil observasi, dokumentasi
dan wawancara dengan informan. Selain itu penelitian ini juga memanfaatkan model
analisis strategi PEST akronim dari Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi untuk lebih
menguatkan hasil penelitian.
Hasil penelitian ini diaharapkan menjadi rekomendasi dan follow-up terhadap
kebijakan Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat Salatiga dan sekolah-sekolah
miliknya dalam rangka meningkatkan keunggulan daya saingnya agar dapat
memperoleh peserta didik yang lebih signifikan.

BAB .I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah pokok dalam dunia pendidikan adalah peningkatan mutu pendidikan


secara terus-menerus. Hal ini menjadi agenda proritas utama Rencana
Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang (RPPNJP) Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) dan (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang dikenal sebagai NAWA CITA khususnya
pada poin (5) Meningkatan kualitas hidup manusia Indonesia. Agenda
termaksud juga searah sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional Kementrian
Pendidikan dan Kebudaayaan yakni Terbentuknya insan serta Ekosistem
Pendidikan dan Kebudayaan yang berkarakter dengan berlandaskan Gotong
Royong dan Misi Kemendikbud khususnya misi ke tiga (M3) yakni
Mewujudkan Pembelajaran yang bermutu, yang dapat dimaknai meningkatkan
mutu pendidikan sesuai lingkup Standar Nasional Pendidikan (SNP) serta
memfokuskan kebijakan berdasarkan percepatan peningkatan mutu untuk
menghadapi persaingan global dengan pemahaman akan keberagaman dan
penguatan praktik baik dan inovatif. Berikutnya, dalam Arah Kebijakan dan
Strategi Peningkatan Tata Kelola dan Efisiensi Pembiayaan Pendidikan dari
Kementrian Pendidikan Nasional dinyatakan dalam point 2 (d) memperkuat
peran swasta dalam menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas, melalui
strategi (iii) penegakkan aturan secara jelas

tentang jaminan kualitas

penyelenggaraan pendidikan swasta.


Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat Salatiga sebagai lembaga yang
memiliki sekolah-sekolah swasta di bawah naungannya memiliki Visi, Misi,
Strategi dan Arah Kebijakan yang bersifat filosofis internal maupun yang
mengarah pada kebijakan-kebijakan pendidikan nasional di atas. Oleh karena itu
harmonisasi, peninjauan kembali, pengkajian ulang, evaluasi maupun inovasiinovasi strategi dalam rangka peningkatan mutu sekolah tentu menjadi

keniscayaan. Fakta di lapangan sesudah tahun 2000 sebagian besar sekolahsekolah milik Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat Salatiga mengalami
penurunan jumlah peserta didik dari tahun ke tahun berikutnya, dan bahkan ada
sekolah-sekolah miliknya seperti SMP Kristen 3, telah ditutup. Sedangkan TK
Kristen 5, SD Kristen 2 (Laboratorium), SD Kristen 3, SD Kristen 4, SMP
Kristen 2 dan lain-lain telah dikelolala atau dimiliki oleh pihak-pihak lain.
Kondisi seperti saat ini tentu sangat memprihatinkan karena Yayasan Perguruan
Kristen (YPK) Pusat Salatiga pernah berjaya pada masa-masa sebelum tahun
2000 dengan memiliki sekolah-sekolah yang bermutu dan jumlah peserta didik
yang signifikan. Munculnya image di masyarakat bahwa sekolah yang
dipandang bermutu adalah sekolah yang memiliki jumlah peserta didik
memadai bahkan memiliki murid banyak, serta adanya ketentuan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 khususnya
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dimana dalam pasal 2 ayat 1 PP No.
19 tahun 2005 dinyatakan bahwa ruang lingkup SNP meliputi: (1) standar isi; (2)
standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga
kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan sekolah;
(7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan. Juga Keputusan
Mendiknas Nomor. 060/U/2002 Tentang Pedoman Pendirian Sekolah khusunya
tentang Jumlah Rombongan Belajar ; PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru akan
diberlakukan mulai 1 Januari 2016 (rasio siswa per-Rombel dalam satuan pendidikan)
itulah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, penulis ingin memperoleh atau
mengetahui bagaimana gambaran atau deskripsi strategi keunggulan bersaing
sekolah-sekolah milik Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat Salatiga
khususnya dalam hal upaya meningkatkan jumlah peserta didik. Untuk maksud
tersebut, maka masalah penelitian penulis rumuskan sebagai berikut :
Bagaimanakah strategi keunggulan bersaing sekolah-sekolah milik
Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat Salatiga dalam upaya
meningkatkan jumlah peserta didik ?.

Untuk menjawab permasalahan diatas, maka diajukan beberapa pertanyaan:


1. Bagaimana gambaran jumlah peserta didik sekolah-sekolah milik Yayasan
Perguruan Kristen (YPK) Pusat Salatiga tahun 2012 2015 ?
2. Bagaimana gambaran strategi keunggulan bersaing masing-masing sekolah
milik Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat Salatiga dalam upaya
meningkatkan jumlah peserta didiknya?
3. Bagaimana gambaran strategi keunggulan bersaing Yayasan Perguruan
Kristen (YPK) Pusat Salatiga terhadap sekolah-sekolah miliknya dalam
upaya meningkatkan jumlah peserta didiknya?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana gambaran jumlah peserta didik sekolah - sekolah


milik Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat Salatiga tahun 2012 2015.
2. Mengetahui gambaran strategi keunggulan bersaing masing-masing sekolah
milik Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat Salatiga dalam upaya
meningkatkan jumlah peserta didiknya.
3. Mengetahui bagaimana gambaran strategi keunggulan bersaing Yayasan
Perguruan Kristen (YPK) Pusat Salatiga terhadap sekolah-sekolah miliknya
dalam upaya meningkatkan jumlah peserta didik di masing-masing sekolah.

1.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini berguna untuk:


1. Penambahan ilmu dan rekomendasi untuk strategi keunggulan bersaing
masing-masing sekolah milik Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat
Salatiga dalam upaya meningkatkan jumlah peserta didiknya.
2. Rekomendasi untuk Yayasan Perguruan Kristen (YPK) Pusat Salatiga dan
masing-masing sekolah miliknya bagi perbaikan dan penguatan strategi
keunggulan bersaing dalam upaya meningkatkan jumlah peserta didik
mereka.

1.5 Asumsi

Berdasarkan beragam teori dan penelitian dapat dikatakan bahwa strategi


keunggulan bersaing yang tepat mempengaruhi peningkatan (dalam hal ini
peningkatan jumlah peserta didik) dan mutu sekolah karena tujuan dasar dari
strategi keunggulan bersaing adalah untuk membantu sekolah atau yayasan
untuk memperbaiki kinerja mereka sejak dalam hal perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi sehingga target sekolah tercapai (efektif).

Beberapa asumsi yang disusun adalah bahwa:


a. Strategi keunggulan bersaing yang baik, akan lebih kuat memotivasi sekolah /
yayasan memperbaiki mutu kinerjanya.
b.Strategi keunggulan bersaing dan mutu sekolah sebagai input baik
maka partisipasi / minat peserta didik untuk masuk ke sekolah yang
bersangkutan akan meningkat signifikan.

1.6 Hipotesis

Untuk menjawab sementara pertanyaan penelitian diatas maka diajukan


hipotesis:
a. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari strategi keunggulan bersaing
dengan motivasi sekolah / yayasan bagi peningkatan mutu pengelolaan
sekolah.
b. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari strategi keunggulan bersaing,
pengelolaan mutu sekolah terhadap peningkatan jumlah peserta didik.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian deskriptif analitis, karena akan mengukur dan
melihat bagaimana gambaran variabel dengan cara mencari rata-rata masingmasing dari 4 (empat) variabel yakni strategi keunggulan bersaing masingmasing sekolah, strategi keunggulan bersaing Yayasan Perguruan Kristen (YPK)
Pusat Salatiga, motivasi / kinerja pengelola sekolah dan peserta didik.
Kemudian diteliti korelasi antar variabel dengan menghitung koefisien korelasi

untuk melihat apakah ada pengaruh dan arah pengaruhnya. Untuk melihat
seberapa kuatnya pengaruh antar variabel, maka dicari dengan rumus regresi.

1.8 Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kristen 1 Salatiga (hanya sebagai referensi) ,


SMA Kristen 2 Salatiga, SMP Kristen 1 Salatiga, SD Kristen 1 dan SD Kristen
Ngampin-Ambarawa dengan responden adalah Pengurus Yayasan Perguruan
Kristen (YPK) Pusat Salatiga, semua Kepala Sekolah, Guru-guru inti dan Orang
Tua / Wali Peserta Didik, Peserta Didik.
Sebagai tambahan referensi, penulis juga berencana mengadakan survey secara
random sampling (dengan tehnik Wawancara Bebas Terstruktur, Angket)
dengan responden tokoh-tokoh masyarakat di lingkungan sekolah, Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga, dosen FKIP / MMP UKSW, peserta didik
sekolah lain.

BAB II
KERANGKA TEORITIS

A. Konsep Strategi
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi
kurun waktu tertentu.

yang berkaitan dengan


sebuah aktivitas dalam

Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema,
mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan
gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai
tujuan secara efektif.
Kata "strategi" adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, stratgos. Adapun
Stratgos dapat diterjemahkan sebagai 'komandan militer' pada zaman demokrasi
Athena.
Pengertian Strategi Menurut Para Ahli
Yang akan dibahas dalam tulisan ini khusus tentang pengertian strategi yang
dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya :
1. A.Halim. strategi merupakan suatu cara dimana sebuah lembaga atau organisasi akan
mencapai tujuannya sesuai peluang dan ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi
serta kemampuan internal dan sumber daya.
2. Morrisey mengatakan bahwa strategi ialah proses untuk menentukan arah yang harus
dituju oleh perusahaan supaya dapat tercapai segala misinya.
3. Pearce dan Robinson, strategi menurut mereka adalah rencana main dari suatu
perusahaan, yang mencerminkan kesadaran suatu perusahaan mengenai kapan, dimana
dan bagaimana ia harus bersaing dalam menghadapi lawan dengan maksud dan tujuan
tertentu.
4. Rangkuti mengatakan bahwa strategi adalah alat untuk mencapai tujuan.
5. Siagaan. Strategi merupakan serangkaian keputusan dan tindakan yang mendasar
yang dibuat oleh menejemen puncak dan diterapkan seluruh jajaran dalam suatu
organisasi demi pencapaian tujuan organisasi tersebut.

Porters Generic Strategic


Dalam analisanya tentang strategi bersaing ( competitive strategy atau disebut juga
Porters Five Force) suatu perusahaan, Michael A. Porter memperkenalkan 3 jenis
strategi generik, yaitu : Keunggulan biaya (Cost leadership), Perbedaan Produk
(Differentiation), dan Focus.

a). Strategi Biaya Rendah ( Cost Leadership)

Strategi biaya rendah (Cost Leadership) menekankan pada upaya memproduksi produk
standar sama dalam segala aspek dengan biaya per-unit yang sangat rendah. Produk ini
baik harga maupun jasa biasanya ditujukan kepada konsumen yang relatif mudah
terpengaruh oleh pergeseran harga (price sensitive) atau menggunakan harga sebagai
faktor penentu keputusan. Dari sisi perilaku pelanggan, strategi jenis ini amat sesuai
dengan keutuhan pelanggan yang termasuk dalam kategori perilaku lowinvolvement,
ketika konsumen tidak atau terlalu peduli terhadap perbedaan merek, dan cenderung
relatif tidak membutuhkan perbedaan produk, atau jika terdapat sejumlah besar konsumen
memiliki kekuatan tawar menawar yang signifikan. Terutama dalam pasar komoditi,
strategi ini tidak hanya membuat perusahaan mampu bertahan terhadap persaingan harga
yang terjadi tetapi juga dapat menjadi pemimpin pasar (market leader) dalam menentukan
harga dan memastikan tingkat keuntungan pasar yang tinggi diatas rata-rata dan stabil
melalui cara-cara yang agresif dalam efisiensi dan keefektifan biaya. Sumber dari
keefektifan biaya (cost effectiveness) ini bervariasi. Termasuk di dalamnya adalah
pemanfaatan skala ekonomi (economies of scale), investasi dalam teknologi yang terbaik,
sharing biaya dan pengetahuan dalam internal organisasi, dampak kurva pembelajaran
dan pengalaman (learning and experience curve), optimal kapasitas utilitas, dan akses
yang baik terhadap bahan baku atau saluran distribusi. Pada prinsipnya, alasan utama
pelaksanaan strategi integrasi ke hulu (backward integration), ke hilir (forward
integration). Maupun kesamping (horizontal integration) adalah untuk memperoleh
berbagai keuntungan dari strategi biaya rendah ini. Biasanya strategi ini dijalankan
beriringan dengan strategi diferensiasi. (porter, 1980). Untuk dapat menjalankan strategi
biaya rendah, sebuah perusahaan harus mampu memenuhi persyaratan di dua bidang,
yaitu : sumber daya (resources) dan organisasi. Strategi ini hanya mungkin dijalankan
jika dimiliki beberapa keunggulan di bidang sumber daya perusahaan, yaitu : kuat akan
modal, trampil pada rekayasa proses ( Process engineering), pengawasan yang ketat,

mudah diproduksi, serta biaya distribusi dan promosi rendah. Sedangkan dari bidang
organisasi, perusahaan harus memiliki : kemampuan mengendalikan biaya dengan ketat,
informasi pengendalian yang baik, insentif berdasarkan target alokasi insentif berbasis
hasil. (Umar, 1999).

b). Strategi Pembedaan Produk ( Differentiation )


Strategi perbedaan produk (differentiation), mendorong perusahaan untuk sanggup
menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Keunikan produk
(barang dan jasa) yang dikedepankan ini memungkinkan suatu perusahaan untuk menarik
minat sebesar-besarnya dari konsumen potensialnya. Cara pembedaan produk bervariasi
dari pasar ke pasar, tetapi berkaitan dengan sifat dan atribut fisik suatu produk atau
pengalaman kepuasan (secara nyata maupun psikologis) yang didapat oleh konsumen dari
produk tersebut. Berbagai kemudahan pemeliharaan, features tambahan, fleksibilitas,
kenyamanan dan berbagai hal lainnya yang sulit ditiru lawan merupakan sedikit contoh
dari diferensiasi. Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen potensial yang
relatif tidak mengutamakan harga dalam pengambilan keputusannya (price insensitive).
Perlu diperhatikan bahwa terdapat berbagai tingkatan diferensiasi. Diferensiasi tidak
memberikan jaminan terhadap keunggulan kompetitif, terutama jika produk-produk
standar yang beredar telah (relatif) memenuhi kebutuhan konsumen atau jika competitor /
pesaing dapat melakukan peniruan dengan cepat. Contoh penggunaan strategi ini secara
tepat adalah pada produk barang yang bersifat tahan lama ( durable) dan sulit ditiru oleh
pesaing. Resiko lainnya dari strategi ini adalah jika perbedaan atau keunikan yang
ditawarkan produk tersebut ternyata tidak dihargai ( dianggap biasa) oleh konsumen. Jika
hal ini terjadi, maka pesaing yang menawarkan produk standar dengan strategi biaya
rendah akan sangat mudah merebut pasar. Oleh karennya, dalam strategi jenis ini,
kekuatan departemen penelitian dan pengembangan sangatlah berperan. Pada umumnya
strategi biaya rendah dan perbedaan produk diterapkan perusahaan dalam rangka
mencapai keunggulan bersaing (competitive advantage) terhadap para pesaingnnya pada
semua pasar. David, 1998; Fournier and Deighton, 1997; Porter, 1985). Secara umum,
terdapat dua bidang syarat yang harus dipenuhi ketika perusahaan memutuskan untuk
memanfaatkan strategi ini, yaitu : bidang sumber daya (resources) dan bidang organisasi.
Dari sisi sumber daya perusahaan, maka untuk menerapkan strategi ini dibutuhkan
kekuatan-kekuatan yang tinggi dalam hal : pemasaran produk, kreativitas dan bakat,
perekayasaa produk (product engineering), riset pasar, reputasi perusahaan, distribusi,

dan ketrampilan kerja. Sedangkan dari sisi organisasi, perusahaan harus kuat dan mampu
untuk melakukan: koordinasi antar fungsi manajemen terkait, merekrut tenaga yang
berkemampuan tinggi, dan mengukur insentif yang subyektif di samping yang obyektif.
(Umar, 1999)

c). Strategi Fokus (Focus)


Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen
pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen
yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusan untuk membeli relatif
tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam pelaksanaannya terutama pada perusahaan skala
menengah dan besar, strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi
generik lainnya : strategi biaya rendah atau strategi perbedaan karakteristik produk.
Strategi ini biasanya digunakan oleh pemasok niche market (segmen khusus atau khas
dalam suatu pasar tertentu, disebut pula sebagai ceruk pasar) untuk memenuhi kebutuhan
suatu produk barang dan jasa khusus. Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya
besaran pasar yang cukup ( market size), terdapat potensi pertumbuhan yang baik, dan
tudak terlalu diperhatikan oleh pesaing dalam rangka mencapai keberhasilannya (pesaing
tidak tertarik untuk bergerak pada ceruk tersebut). Strategi ini akan menjadi lebih efektif
jika konsumen membutuhkan kekhasan tertentu yang tidak diminati oleh perusahaan
pesaing. Biasanya perusahaan yang bergerak dengan strategi ini lebih berkonsentrasi pada
suatu kelompok pasar tertentu (niche market), wilayah geografis tertentu, atau produk
barang atau jasa tertentu dengan kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen secara
baik, excellent delivery.

Tabel 2.2 Keterampilan, Sumber Daya dan Persyaratan Organisasi dari Tiga Strategi
Bersaing Generik Porter
Strategi

No Strategi
1
Low Strategi

Kemampuan dan Sumber daya


yang Dibutuhkan

1.

2.
3.

Investasi kapital dan akses


kapital yangcukup
Kemampuan dalam
perancangan prose yang efektif
Pengawasan ketat terhadap
pekerja

DibutuhkanSistem Organisasi
yang dibutuhkan

1.

2.
3.

Memonitoring biaya dengan


ketat
Pelaporan yang detail dan
sering
Organisasi dan system
pelaporan yang terstuktur

4. Produk yang mudah dimanufaktur


5. Sistem distribusi berbiaya

4.

kuantitaif

rendah

Differentiation

Focus

1. Kemampuan pemasaran yang


kuat
2. Perancangan produk yang
matang
3. Anggota organisasi yang kreatif
4. Kemampuan dalam penelitian
dasar
5. Reputasi yang baik untuk
menjadi Pionir
6. Tradisi keunikan organisasi
7. Kerjasama yang kuat dengan
channels
Kombinasi dari keduanya;
khusus untuk satu segmen
pasar tertentu

Pembagian insentif disesuaikan


dengan pencapaian target

1.

2.
3.

Koordinasi antara fungsi


R&D, pengembangan produk
dan pemasaran
Pembagian insentif
secarasubjektif
Kemampuan menarik orangorang kreatif untuk bekerja
dalam organisasi

Kombinasi dari keduanya;khusus


untuk satu segmen pasar
tertentu

(Sumber : Porter, 1998: 40-41)

Analisis SWOT
Dalam menyusun strategi biasanya diawali dengan menganalisis situasi internal dan eksternal
perusahaan. Analisis SWOT digunakan untuk memahami kondisi internal dan eksternal
perusahaan. Analisis lingkungan internal perusahaan meliputi analisis kekuatan ( Strength)
dan kelemahan (Weakness). Sedangkan analisis lingkungan eksternal perusahaan meliputi
analisis peluang (Opportunity) dan ancama (Threat). Setiap perusahaan memerlukan analisis
dalam rangka perumusan strategi dan menyusun program. Analisis tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan konsep analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi yang
sistematis dari faktor-faktor internal dan eksternal yang mengacu pada asumsi bahwa suatu
strategi yang efektif memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kekurangan
dan ancaman perusahaan (Pierce & Robinson, 1994: 175).

Analisis PEST
Analisis PEST merupakan akronim dari faktor-faktor politik, ekonomi, sosial dan teknologi
(Oxford University Press, n.d). Faktor-faktor tersebut merupakan beberapa aspek lingkungan
makro yang selalu berubah dan harus diperhatikan dalam kegiatan pengambilan keputusan
oleh suatu manajer atau pemimpin organisasi atau bisnis. Sehingga keputusan yang
diambilpun dapat menyesuaikan keadaan perusahaan dengan keadaan lingkungan makro.
Tiap-tiap faktor tersebut akan dianalisis, yang kemudian akan diteliti pula bagaimana faktor-

faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi satu dengan lainnya untuk
mendapatkan efek terhadap organisasi yang menyeluruh. Manajer juga perlu untuk
mengetahui dari beberapa faktor tersebut, faktor yang mana saja yang paling berpengaruh
terhadap kelangsungan organisasinya, jadi tidak hanya kemungkinan yang terjadi sajalah
yang diukur, melainkan juga besarnya efek yang ditimbulkan oleh faktor tersebut (Oxford
University Press, N.d).
PEST analysis terkait dengan pengaruh lingkungan pada suatu bisnis. PEST merupakan suatu
cara atau alat yang bermanfaat untuk meringkas lingkungan eksternal dalam operasi bisnis.
PEST harus ditindaklanjuti dengan pertimbangan bagaimana bisnis harus menghadapi
pengaruh dari lingkungan politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Penggunaan pendekatan
analisis PEST dapat digunakan sebagai panduan untuk mengetahui faktor-faktor sebagai
berikut :
a). Faktor Politik; menyangkut kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, seperti
seberapa besar intervensi dari pemerintah pada bidang ekonomi. Yangdipertimbangkan
adalah hal-hal seperti barang dan jasa yang ingin disediakan pemerintah untuk rakyatnya, ada
tidaknya subsidi untuk perusahaan dari pemerintah, prioritas pemerintah dalam menyokong
kegiatan bisnis. Keputusan-keputusan bisnis tersebut akan mempengaruhi tindakan
pemerintah yang notabene juga mempengaruhi kegiatan bisnis; seperti pendidikan rakyat
yang mempengaruhi kesiapan konsumen dan tenaga kerja, kesehatan masyarakat, dan
kualitas dari infrastruktur yang disediakan pemerintah yang terkait erat dengan distribusi atau
cakupan kegiatan bisnis.
b). Faktor Ekonomi; termasuk di dalamnya tingkat suku bunga pajak, perkembangan
ekonomi, inflasi dan nilai tukar uang. Dengan adanya suku bunga yang tinggi berarti akan
lebih sulit untuk meminjam uang, dengan nilai tukar uang yang tinggi dibanding negara lain
maka penjual akan kesulitan untuk mengekspor produknya ke negara lain, inflasi dapat
mempengaruhi tingkat kenaikan gaji dan biaya dalam beroperasi, dan dengan perkembangan
ekonomi yang positif maka dapat berpengaruh positif terhadap permintaan barang jika barang
tersebut termasuk barang lux atau berpengaruh negatif jika barang tersebut termasuk barang
inferior.
c). Faktor Sosial Budaya; adanya perubahan dari trend sosial atau struktur sosial akan
berpengaruh terhadap permintaan dari sebuah produk, seperti jenis produk yang diinginkan.
Contohnya adalah banyaknya populasi dengan umur tua di Inggris menyebabkan banyak
pelaku bisnis yang memanfaatkan hal ini dan mulai mempekerjakan karyawan yang berumur
lebih tua untuk mendapat tenaga lebih. Hal ini juga berpengaruh terhadap permintaan produk,

dimana semakin banyak permintaan untuk obat-obatan dan perlengkapan untuk generasi
berumur tua dan penurunan dari permintaan akan barang-barang mainan, pendidikan dan
kesehatan, perubahan demografi dan pendapatan distribusi.

d). Faktor Teknologi; dengan adanya teknologi baru maka hal tersebut
memungkinkan proses-proses bisnis yang baru pula. Seperti adanya internet yang mengubah
teknik pemasaran secara drastis, dapat menekan biaya, memperbaiki kualitas dan
menimbulkan inovasi.

B. Konsep Kinerja Guru dan Mutu Proses Pembelajaran


1. Kinerja Guru
Kinerja atau performance dapat dimaknai sebagai prestasi kerja, pelaksanaan
kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.

2. Mutu Proses Pembelajaran


Mutu proses belajar mengajar berati kualitas ketercapaian tujuan dan target
pembelajaran. Untuk menetukan mutu pembelajaran dilakukan melalui
evaluasi proses pembelajaran yang mencakup tahap: perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran.

C. Konsep Mutu Pendidikan

Pengertian mutu pendidikan menurut Permendiknas No. 63 Tahun 2009 pasal 1


ayat (1) adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari
penerapan sistem pendidikan nasional. Pengertian ini mengarah bahwa mutu
pendidikan di Indonesia akan bisa dicapai jika melaksanakan ketentuan dan
ruang lingkup Sistem Pendidikan Nasional yang ada di Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 yang salah satu penjabarannya adalah Peraturan Pemerintah No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah tersebut
menjelaskan antara lain definisi Standar Nasional Pendidikan (SNP), dan
definisi-definisi istilah dalam ruang lingkup SNP (pasal 1) seperti: Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (ayat 5), Standar Proses (ayat 6),

Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (ayat 7), biaya pendidikan, KTSP,
ujian, ulangan, evaluasi, akreditasi, BNSP dan LPMP.
Secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari suatu
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan
kebutuhan yang diharapkan atau tersirat. Dalam konteks pendidikan pengertian
mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.

Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan
untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan
perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya
proses. Input sumber daya meliputi sumber daya manusia (kepala sekolah, guru
termasuk guru BP, karyawan, siswa/ peserta didik) dan sumber daya selebihnya
(peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dsb). Input perangkat lunak meliputi
struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas,
rencana, program, dsb. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan
sasaran-sasaran yang ingin dicapai sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan
agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya
mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat
kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.

Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain.


Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input,
sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala
mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilam
keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program,
proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan
bahwa proses belajar memliki tingkat kepentingan tertingi dibanding dengan
proses-proses lainnya.

Output pendidikan merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi


sekolah, yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat
diukur

dari

kualitasnya,

efektivitasnya,

produktivitasnya,

efesiensinya,

inovasinya, dan moral kerjanya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan
kegiatan yang saling berhubungan seperti perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan. Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh


pengawas satuan pendidikan antara lain kegiatannya berupa pengamatan secara
intensif terhadap proses pembelajaran pada lembaga pendidikan, kemudian
ditindak lanjuti dengan pemberian feed back. Beberapa hasil mutu pendidikan
adalah hasil nilai Ujian Nasional, Prosentase Kelulusan, Jumlah Rombongan
Belajar dan Rasio Jumlah Peserta Didik tiap rombongan belajar,
Akreditasi Sekolah, Prestasi-prestasi Sekolah dan lain-lain.

Tingkat

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode
Metode penelitian merupakan cara-cara atau pendekatan yang digunakan dalam
keseluruhan tahap penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif analitis, dimana data yang berupa
angka-angka yang akan dideskripsikan dan dianalisa hubungan dan korelasinya
dan kekuatan hubungan tersebut. Selanjutnya analisis korelasi antar variabel
dengan bantuan rumus statistik dicari berapa r1, r2, r3, dan R-nya. Untuk
menganalisis seberapa kuat pengaruhnya antar variabel dibuat skema variabel
penentu (independen) dengan satu variabel dependen.

B. Populasi Dan Sampel

Dasar pemilihan populasi dan sampel adalah adanya kebutuhan penelitian . Oleh
karena itu dilakukan pemetaan. Diharapkan penelitian ini bisa menjadi bagian
dari school review atau evaluasi diri sekolah dan Yayasan Perguruan Kristen
(YPK) Pusat Salatiga, sehingga pada penelitian ini Yayasan Perguruan Kristen
(YPK) Pusat Salatiga dan sekolah-sekolah miliknya dijadikan unit penelitian.
Pada penelitian ini responden merupakan sampel dengan teknik pemilihan
disproportionate stratified random sampling karena populasi berstrata dan
kurang proporsional dan dengan teknik pertimbangan tertentu (purposeful
sampling) yakni orang-orang yang langsung bertanggung jawab melaksanakan
yang memiliki kapasitas atau yang terlibat dibidangnya. Karena jumlahnya
sedikit maka sampel Pengurus Yayasan, Kepala Sekolah, Guru-guru Inti dan
Peserta Didik merupakan juga sebagai populasi (sugiono, 2007: 121).
C. Instrumen.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tiga macam instrument untuk
mengukur strategi keunggulan bersaing yakni melalui instrumen mutu sekolah
yakni instrumen standar kompetensi kelulusan yang disusun berdasarkan
sandingan teori. Instrumen motivasi kinerja guru merupakan modifikasi dari

instrumen yang penulis dapatkan dari web guru pembaharuan yang sesuai
dengan standar pendidik dan standar proses. Instrumen yang paling umum untuk
menilai pendidikan untuk memperbaiki atau menguatkan mutu adalah kuiseoner
yang diperlua dan akan diisi oleh responden. Instrumen Pengurus Yayasan
merupakan modifikasi dari instrumen yang penulis dapatkan dari web tentang
strategi keunggulan bersaing. Instrumen termaksud terdiri dari item pertanyaan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tehnik Observasi Langsung, Wawancara Terstruktur


dan Wawancara Bebas, Dokumentasi, Angket / kuesioner.

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2015), Rencana Strategis Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019, Jakarta
Sugiyono,Prof.Dr (2014), Metode Peneliian Managemen, ALFABETA.CV, Bandung.
Slameto, Prof (2015) Supervisi dan Evaluasi, Materi Kuliah Progi. Magister
Manajemen Pendidikan FKIP, Universitas Kristen Satyawacana, Salatiga
Slameto,Prof. Bambang Suteng.S, Dr,M.Si. Bambang Ismanto, Dr,M.Si (2015) Metode
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Materi Kuliah Progi. Magister
Manajemen Pendidikan FKIP, Universitas Kristen Satyawacana, Salatiga
Bambang Ismanto, Dr,M.Si (2015) Management Pendidikan, Materi Kuliah Progi.
Magister Manajemen Pendidikan FKIP, Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga
http://duniapendidikanobeth.blogspot.co.id/2014/10/contoh-proposal-kualitatif.html
http://www.bimbingan.org/contoh-proposal-penelitian-kualitatif-pendidikan.htm

Anda mungkin juga menyukai