Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU PENDIDIKAN INKLUSI

ANALISIS BERITA
DUA SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS JADI KORBAN BULLYING TEMAN SEKELAS

Disusun oleh :
Nama : Aprilia Tri Rahminingsih
NIM : 18108244040
Prodi : PGSD

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


TAHUN AJARAN 2018/2019
Dua Siswa Berkebutuhan Khusus Jadi Korban Bullying Teman Sekelas
Jumat, 28 November 2014 09:48

Google
Ilustrasi

TRIBUNSUMSEL.COM, SUNGAI LILIN - Dunia Pendidikan Kabupaten Musi Banyuasin


(Muba) kembali geger, pasalnya di SD Negeri 1 Sungai Lilin ada dua siswa kelas IV
menjadi korban bullying (aksi kekerasan) temannya. Ironisnya, kedua siswa berinisial F
(9) dan siswi berinisial N (9) jadi korban bullying teman-teman sekelasnya merupakan
penderita Tuna Grahita yang juga anak berkebutuhan khusus (siswa inklusif) di
sekolahnya. Meski sudah diselesaikan persoalannnya secara internal namun kasus
tersebut menjadi coretan buruk bagi dunia pendidikan di Muba.
"Keduanya IQ-nya agak lebih kurang dibanding anak-anak biasa makanya masuk anak
berkebutuhan khusus. Mereka sangat pendiam, bahkan saking diamnya mereka tidak
cerita kasus yang dialaminya," ujar Kepala SDN 1 Sungai Lilin Sujiran, Kamis
(27/11/2014).
Terkuaknya kasus bullying tersebut dikatakan Sujiran, ketika salah satu teman korban
bercerita dengan salah satu guru kalau korban sering menjadi korban bullying
temannya. Ketika kita cek ternyata hal itu benar, bahkan F sempat dicakar dan
dipegangi rekan-rekan satu kelasnya, sedangkan N sempat disuruh membuka
pakaiannya dan ditindih-tindih oleh rekannya yang lain.
"Ada satu siswi yang jadi pemicu, dia istilahnya mempremani rekannya. Sudah kita
panggil dan beri sanksi, dia yang provokator kawannya yang lain. Orang tua para siswa
juga sudah kita panggil dan kasusnya sudah kita selesaikan, F dan N juga sudah kita
geser kelas, kini mereka tidak pernah diganggu lagi," ungkapnya
Diceritakan Sujiran, F dan N sendiri ketika kita tanyai hanya diam membisu tak mau
bicara, hingga akhirnya setelah berapa lama mereka mengangguk dan mengatakan
apa yang dialaminya. "Dipegangi dicakar-cakar," kata F yang kemudian mengangguk
soal ancaman dari rekannya supaya tidak bercerita kasus yang dialami.
Begitupun N, dia lebih banyak menjawab dengan isyarat. "Disuruh buka baju, takut pak
sama A (siswi perempuan yang diduga mengancam, red)," kata Sujiran menirukan
ucapan F dan N.
Lebih lanjut, dikatakanya, mereka bukannya tidak mau cerita tapi memang begitu
adanya. Agak diam, mereka juga agak susah menangkap pelajaran karena tadi,
dibilang cacat ya tidak tapi agak kurang daya tangkapnya, seusia mereka harusnya
juga sudah lancar baca tulis tapi kan ini masih susah.
Makanya penilaian kepada mereka juga ada penilaian yang berbeda. Ketika ditanya
bagaimana pengawasannya? Sujiran menegaskan pihaknya mempunyai guru yang
memang sudah dilatih untuk menangani anak berkebutuhan khusus ini. "Kita ada 106
ABK, 60 diantaranya merupakan tuna grahita seperti F dan N. Tapi jangan salah ABK
bukan hanya yang seperti itu, ada juga yang cerdasnya lebih dari temannya yang lain,
mereka juga butuh perlakuan berbeda," pungkasnya.
Kepala UPT Disdikcam Sungai Lilin, Jaka Sartapa menegaskan baru tahun ini ada satu
kasus bullying yang terjadi. "Yang di SD 1 itulah, kalau kasus lainnya belum ada
laporannya. Mengantisipasi terjadi lagi kita menunjuk guru khusus serta melakukan
pengawasan ketat di sekolah," tukasnya.
Pihaknya juga meminta sekolah meningkatkan pengawasan terutama saat jam rawan
seperti istirahat sekolah. "Yang sulit itu di luar jam sekolah karenanya kita meminta pula
peran aktif orang tua dan wali murid untuk melakukan pengawasan kepada anaknya,"
pungkas Jaka.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidkan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Muba,
Drs Yusuf Amilin, mengatakan, ABK memang rentan menjadi korban bullying
temannya, karenanya kita perhatikan betul anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka
anak-anak kurang beruntung karenanya butuh perhatian khusus agar kepercayaan dan
harga dirinya bisa naik," kata Kadisdik Muba HM Yusuf Amilin. (cr10/SP)

Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul Dua Siswa Berkebutuhan Khusus Jadi Korban
Bullying Teman Sekelas, http://sumsel.tribunnews.com/2014/11/28/dua-siswa-berkebutuhan-khusus-jadi-
korban-bullying-teman-sekelas.
Editor: Yohanes Iswahyudi
KESIMPULAN
Terjadi pembulian kepada dua siswa ABK berinisial F dan N oleh teman-teman
sekelasnya di SD Negeri 1 Sungai Lilin. Kedua siswa ABK yang menjadi korban bullying tersebut
merupakan penderita Tuna Grahita. Terkuaknya kasus bullying tersebut yaitu pada saat salah
satu teman korban bercerita dengan salah satu guru bahwa korban sering dibully teman-
temannya. Setelah dicek ternyata hal itu benar. Bahkan F sempat dicakar dan dipegangi teman-
teman satu kelasnya, sedangkan N sempat disuruh mebuka pakaiannya dan ditindih-tindik oleh
teman yang lain.
Maka dari itu, Kepala UPT Disdikcam Sungai Lilin melakukan antisipasi agar hal tersebut
tidak terjadi lagi dengan cara menunjuk guru khusus serta melakukan pengawasan ketat di
sekolah. Pihaknya juga meminta sekolah untuk meningkatkan pengawasan terutama saat jam
rawan seperti istirahat sekolah.

KEKURANGAN

Masih adanya pembulian terhadap ABK yang dilakukan oleh anak normal. Hal ini
disebabkan karena lemahnya pertahanan dari dirinya sendiri, membuatnya menjadi sasaran
empuk bagi anak lain.

CARA MENGATASI

Solusi buat orang tua atau wali orang tua jika anaknya menjadi korban intimidasi (bullying) di

sekolah. Beberapa di antaranya :


1. Satukan Persepsi dengan Istri/Suami. Sangat penting bagi suami-istri untuk satu suara
dalam menangani permasalahan yang dihadapi anak-anak di sekolah.
2. Pelajari dan Kenali Karakter Anak
3. Jalin Komunikasi dengan Anak
4. Jangan Terlalu Cepat Ikut Campur
5. Masuklah di Saat yang Tepat
6. Bicaralah dengan Orang yang Tepat
7. Kalau Perlu, Intimidasilah Pelaku Intimidasi
8. Jangan Ajari Anak Lari dari Masalah
9. Jangan Larut dalam Emosi

Penanganan yang bisa dilakukan oleh guru:


1. Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi. Tekankan bahwa kejadian
tersebut bukan kesalahannya.
2. Bantu anak mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan
mengapa hal itu terjadi. Pastikan anda menerangkan dalam bahasa sederhana dan mudah
dimengerti anak. JANGAN PERNAH MENYALAHKAN ANAK atas tindakan bullying yang ia alami.
3. Mintalah bantuan pihak ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu mengembalikan
anak ke kondisi normal, jika dirasakan perlu. Untuk itu bukalah mata dan hati Anda sebagai
orang tua. Jangan tabu untuk mendengarkan masukan pihak lain.
4. Amati perilaku dan emosi anak anda, bahkan ketika kejadian bully yang ia alami sudah lama
berlalu (ingat bahwa biasanya korban menyimpan dendam dan potensial menjadi pelaku di
kemudian waktu). Bekerja samalah dengan pihak sekolah (guru). Mintalah mereka membantu
dan mengamati bila ada perubahan emosi atau fisik anak anda. Waspadai perbedaan ekspresi
agresi yang berbeda yang ditunjukkan anak anda di rumah dan di sekolah (ada atau tidak ada
orang tua / guru / pengasuh).
5. Binalah kedekatan dengan teman-teman anak anda. Cermati cerita mereka tentang anak
anda. Waspadai perubahan atau perilaku yang tidak biasa.
6. Minta bantuan pihak ke tiga (guru atau ahli profesional) untuk menangani pelaku.
Pencegahan buat anak yang menjadi korban bullying:
1. Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika tidak ada
orang dewasa/ guru/ orang tua yang berada di dekatnya. Ini berguna untuk pertahanan diri
anak dalam segala situasi mengancam atau berbahaya, tidak saja dalam kasus bullying.
Pertahanan diri ini dapat berbentuk fisik dan psikis.
a. Pertahanan diri Fisik : bela diri, berenang, kemampuan motorik yang baik (bersepeda,
berlari), kesehatan yang prima.
b. Pertahanan diri Psikis : rasa percaya diri, berani, berakal sehat, kemampuan analisa
sederhana, kemampuan melihat situasi (sederhana), kemampuan menyelesaikan masalah.
2. Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak menyenangkan yang
mungkin ia alami dalam kehidupannya. Untuk itu, selain kemampuan mempertahankan diri
secara psikis seperti yang dijelaskan di no. 1a. Maka yang diperlukan adalah kemampuan anak
untuk bertoleransi terhadap beragam kejadian. Sesekali membiarkan (namun tetap
mendampingi) anak merasakan kekecewaan, akan melatih toleransi dirinya.
3. Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali kemampuan agar tidak
menjadi korban tindak kekerasan, tetap beritahukan anak kemana ia dapat melaporkan atau
meminta pertolongan atas tindakan kekerasan yang ia alami (bukan saja bullying). Terutama
tindakan yang tidak dapat ia tangani atau tindakan yang terus berlangsung walau sudah
diupayakan untuk tidak terulang.
4. Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan sebaya atau dengan
orang yang lebih tua. Dengan banyak berteman, diharapkan anak tidak terpilih menjadi korban
bullying karena :
a. Kemungkinan ia sendiri berteman dengan pelaku, tanpa sadar bahwa temannya pelaku
bullying pada teman lainnya.
b. Kemungkinan pelaku enggan memilih anak sebagai korban karena si anak memiliki banyak
teman yang mungkin sekali akan membela si anak.
c. Sosialisasi yang baik dengan orang yang lebih tua, guru atau pengasuh atau lainnya, akan
memudahkan anak ketika ia mengadukan tindakan kekerasan yang ia alami.
Penanganan buat anak yang menjadi pelaku Bullying
Segera ajak anak bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa tindakannya merugikan
diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga ahlinya agar masalah tertangani dengan baik
dan selesai dengan tuntas.
Cari penyebab anak melakukan hal tersebut. Penyebab menjadi penentu penanganan. Anak
yang menjadi pelaku karena rasa rendah diri tentu akan ditangani secara berbeda dengan
pelaku yang disebabkan oleh dendam karena pernah menjadi korban.Demikian juga bila pelaku
disebabkan oleh agresifitasnya yang berbeda.
3. Posisikan diri untuk menolong anak dan bukan menghakimi anak.

Anda mungkin juga menyukai