Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“SUPERIORITAS KEPEMIMPINAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM”

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas dosen pengampu :


Dr.H.Abdurrahman,M.Ag

Mata kuliah : manajemen strategis

DISUSUN OLEH

Kelompok 7/kelas E

1. Desril afriza (2011030455)


2. Eliya muzayanah (2011030219)
3. Riyah saputri (2011030246)

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
1444H/2023M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dalam Mata
Kuliah MANAJEMEN STRATEGI .

Dalam makalah ini kami menyajikan materi yang berjudul


“SUPERIORITAS KEPEMIMPINAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM”
yang insyaallah akan menambah ilmu dan wawasan mahasiswa khususnya,
pembaca umumnya. Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Dr.H.Abdurrahman,M.Ag yang telah memberikan tugas ini sehingga kami
dapat memahami dan menyelesaikan makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dan
utamanya kepada kami sendiri. Kami menyadari, bahwa masih banyak kesalahan
dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini karena keterbatasan kemampuan dari
kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.

Bandar lampung, 27 februari 2023

penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Budaya kepemimpinan di Indonesia lekat dengan superioritas.
Seorang pemimpin yang melakukan segalanya dengan benar dan tepat
sangat dihormati, dipatuhi, dan semua perintah dan tugasnya akan
dijalankan pegawai/karyawan. Masalah Kepemimpinan merupakan topik
yang menarik untuk dikaji, karena kehidupan manusia di dunia ini pada
hakikatnya adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban
atasakepemimpinannya kelak. Manusia sebagai pemimpin minimal
mampu memimpin dirinya sendiri agar hidupnya menjadi terarah. Sudah
sejak lama lembaga pendidikan Islam selalu dihadapkan berbagai masalah
kompleks yang membelit percepatan perkembangan dan kemajuannya.
Masalah tersebut meliputi kelembagaan, kepemimpianan, keuangan,
kepegawaian, kurikulum, kesiswaan. dukungan masyarakat, tingkat
kepercayaan, konflik, feodalisme dan sebagainya. Masing- masing
komponen ini menyimpan potensi yang menghambat dan dalam batas-
batas tertentu dapat mengancam eksistensi, keberlangsungan, kemampuan
bersaing dan kemajuan lembaga pendidikan Islam itu sendiri.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan superioritas?
2. Apa yang dimaksud dengan ruang lingkup superioritas pendidikan?
3. Apa yang dimaksud implementasi strategi dalam mengatasi problem
kepemimpinan di lembaga pendidikan islam?
4. Apa yang dimaksud karakteristik kepemimpinan yang relevan dengan
lembaga pendidikan islam?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan superioritas?
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan ruang lingkup superioritas
pendidikan?
3. Mengetahui apa yang dimaksud implementasi strategi dalam mengatasi
problem kepemimpinan di lembaga pendidikan islam?
4. Mengetahui apa yang dimaksud karakteristik kepemimpinan yang relevan
dengan lembaga pendidikan islam?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Superioritas
Kompleks superioritas, kompleks unggul diri, atau kompleks tinggi
diri adalah sebuah gangguan dalam jiwa seseorang yang
dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mencapai kesempurnaan di
dalam setiap aspek kehidupan orang tersebut. Penderitanya melakukan
hal itu karena tidak ingin dipandang rendah oleh banyak orang,
padahal belum tentu orang lain merendahkannya. Orang yang
mengalami kompleks superioritas menyembunyikan perasaan inferior
(rendah diri) yang ada di dalam dirinya. Misalnya orang tersebut selalu
bersikap sombong serta berusaha menguasai orang lain atau berusaha
menjadi yang lebih dominan dalam segala hal, termasuk menguasai
pembicaraan dalam sebuah diskusi. Tetapi sesungguhnya orang itu
justru tersiksa dengan kelemahan atau kekurangan yang ia miliki baik
secara fisik maupun mental karena diabaikan oleh orang-orang yang
ada di sekitarnya. Sehingga penderitanya akan berusaha menarik
perhatian orang lain supaya ia mendapat perhatian, pujian atau
sanjungan dari mereka. Cara yang dilakukan oleh penderitanya antara
lain berlagak kaya, pintar, ataupun cantik; walau sebenarnya ia tidak
seperti itu.1

B. Ruang Lingkup Superioritas


Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal
pokok yaitu: pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai
objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina
atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun
mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik. Secara

1
WIKIPEDIA, “Kompleks Superioritas.”
fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang
dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan
setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan
kepemimpinannya. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh
seorang pemimpin.Seorang pemimpin adalah seseorang yang
mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan
mempengaruhi pendirian pendapat orang atau sekelompok orang
tanpamenanyakan alasan- alasannya. Seorang pemimpin adalah
seseorang yang aktif membuatrencana-rencana, mengkoordinasi,
melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untukmencapai tujuan
bersama-sama.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti
kepemimpinan) padakerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk
memimpin dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan sebagai prilaku
seorang pimpinan dalam mempengaruhi individu dankelompok orang
dapat berlangsung kapan dan di mana saja.
Proses kepemimpinanberlangsung baik dirumah tangga, di
sekolah, di mesjid, di berbagai organisasi yang ada dimasyarakat.
Kepala sekolah adalah pimpinan bagi guru-guru, pegawai dan murid.
Sedangkanguru-guru adalah pemimpin pendidikan yang
mempengaruhi para murid untuk melakukankegiatan belajar dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran.
Kepemimpinan yang merupakan sebagai salah satu fungsi
manajemen merupakan halyang sangat penting untuk mencapai tujuan
organisasi. Dengan amat berat seolah- olahkepemimpinan dipaksa
menghadapi berbagai macam faktor seperti: struktur atau
tatanan,koalisi, kekuasaan, dan kondisi lingkungan organisasi.
Sebaliknya, kepemimpinan rasanyadapat dengan mudah menjadi satu
alat penyelesaian yang luar biasa terhadap persoalan apa saja yang
sedang menimpa suatu organisasi.
Dalam hal ini kepemimpinan dapat berperan didalam melindungi
beberapa isu pengaturan organisasi yang tidak tepat, seperti:
distribusikekuasaan yang menjadi penghalang tindakan yang efektif,
kekurangan berbagai macamsumber, prosedur yang dianggap buruk
(archaic procedure), dan sebagainya yaitu problem problem organisasi
yang lebih bersifat mendasar. Jadi suatu kenyataan bahwa di dalam
situas.
Oleh karena peranan sentral kepemimpinan dalam organisasi
tersebut, dimensi- dimensi kepemimpinan yang bersifat kompleks
seperti defenisi kepemimpinan, tugas dan fungsi kepemimpinan, dan
lain-lain, perlu dipahami dan dikaji secara terkoordinasi, sehingga
peranan kepemimpinan dapat dilaksanakan secara efektif. Pada
dasarnya suatu kepemimpinan muncul bersamaan dengan adanya
peradaban manusia yaitu sejak zaman Nabi dan nenek moyang disini
terjadi perkumpulan bersama yang kemudian bekerja sama untuk
mempertahankan hidupnya dari kepunahan, sehingga perlu suatu
kepemimpinan. Pada soal itu seorang yang dijadikan pemimpin adalah
orang yang paling kuat, paling cerdas dan paling pemberani. Jadi
kepemimpinan muncul karena adanya peradaban dan perkumpulan
antara beberapa
manusia. Kepemimpinan dalam organisasi sekolah adalah
kepemimpinan pendidikan. Adapun kepemimpinan pendidikan
merupakan proses aktivitas peningkatan pemanfaatan sumberdaya
manusia dan material di sekolah secara lebih kreatif, mengintegrasikan
semua kegiatan dalam kepemimpinan, sedangkan manajemen dan
administrasi pendidikan membuat keputusan untuk kelangsungan
pembelajaran secara efektif. Menurut Sue dan Glover sebagaimana
dalam kontek pembelajaran, peran guru adalah menolong murid untuk
mengembangkan kapasitas pembelajaran, yang memungkinkan
aktifitas manajemen, struktur organisasi. Sistem dan proses yang
diperlukan untuk menangani kegiatan mengajar dan peluang belajar
para murid secara maksimal. Jadi yang menjalankan kepemimpinan
dalam pembelajaran adalah guru, karena proses mempengaruhi murid
agar mau belajar dengan sukarela dan senang memungkinkan tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Semakin senangng perasaan
anak dalam mengikuti pembelajaran, diharapkan tujuan pembelajaran
yaitu perubahan tingkah laku siswa tercapai secara optimal.
Memimpin adalah pekerjaan yang dilakukakan guru untuk
memberikan motivasi, mendorong, dan membimbing siswa, sehingga
mereka akan siap untuk mencapai tujuan belajar yang telah disepakati.
Jika seorang guru-manajer memimpin, ia akan berusaha untuk:
a) memperkokoh motivasi siswa
b) memilih strategi mengajar yang tepat, untuk semua umur,
untuk mencapai tujuan-tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

Dalam hal ini kepemimpinan tidaklah terlalu merupakan kualitas


personal, tapi merupakan suatu aspek organisasi. Seorang
pemimpin harus bersifat afektif dan efektifitasnya sebagian besar
tergantung pada sensitivitasnya dan gayanya. Dia harus dapat
menyeimbangkan antara kebutuhan siswa dengan tuntutan dari
tugas belajar dan tetap dapat menjalankannya dengan baik.2

1) Teori sifat
Disebut juga teori genetik, karena menganggap
bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk.
Teori ini menjelaskan bahwa eksistensi seorang
pemimpin dapat dilihat dan dinilai berdasarkan
sifat-sifat sejak lahir sebagai sesuatu yang
diwariskan. Teori ini mengatakan bahwa
kepemimpinan diidentifikasikan berdasarkan atas
sifat atau ciri yang dimiliki oleh para pemimpin.
Pendekatan ini mengemukakan bahwa ada

2
julia rahmawati, “Superioritas Kepemimpinana Lembaga Pendidikan Islam.”
karakteristik tertentu seperti fisik, sosialisasi, dan
intelegensi (kecenderungan) yang esensial bagi
kepemimpinan yang efektif, yang merupakan
kualitas bawaan seseorang. Berdasarkan teori
kepemimpinan ini, asumsi dasar yang dimunculkan
adalah kepemimpinan memerlukan serangkaian
sifat, ciri, atau perangai tertentu yang menjamin
keberhasilan setiap situasi. Keberhasilan seorang
pemimpin diletakkan pada kepribadian pemimpin
itu sendiri.
2) Teori prilaku
Teori ini berusaha menjelaskan apa yang
dilakukan oleh seorang pemimpin yang efektif,
bagaimana mereka mendelegasikan tugas,
berkomunikasi dan memotivasi bawahan. Menurut
teori ini, seseorang bisa belajar dan
mengembangkan diri menjadi seorang pemimpin
yang efektif, tidak tergantung pada sifat-sifat yang
sudah melekat padanya. Jadi seorang pemimpin
bukan dilahirkan untuk menjadi pemimpin, namun
untuk menjadi seorang pemimpin dapat dipelajari
dari apa yang dilakukan oleh pemimpin yang efektif
ataupun dari pengalaman.teori ini mengutarakan
bahwa pemimpin harus dipandang sebagai
hubungan diantara orang-orang, bukan sifat-sifat
atau ciri-ciri seorang individu oleh karena itu,
keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan
oleh kemampuan pemimpin dalam hubungannya
dan berinteraksi dengan segenap anggotanya
3) Teori lingkungan
Teori ini beranggapan bahwa munculnya
pemimpin – pemimpin itu merupakan hasil dari
waktu, tempat dan keadaan. Kepemimpinan dalam
perspektif teori lingkungan adalah mengacu pada
pendekatan situasional yang berusaha memberikan
model normatif. Teori ini secara garis besar
menjelaskan bahwa keberhasilan seorang pemimpin
dalam menjalankan tugasnya sangat tergantung
terhadap situasi dan gaya kepemimpinan yang
dipakainya. Untuk situasi yang berbeda, maka
dipakai gaya yang berbeda pula. Berdasarkan teori
lingkungan, seorang harus mampu mengubah model
gaya kepemimpinannya sesuai dengan tuntutan dan
situasi zaman. Oleh karena itu, situasi dan kondisi
yang berubah menghendaki gaya dan model
kepemimpinan yang berubah. Sebab jika pemimpin
tidak melakukan perubahan yang sesuai dengan
kebutuhan zaman, kepemimpinannya tidak akan
berhasil secara maksimal. Tingkah laku dalam gaya
kepemimpinan ini dapat dipelajari dari proses
belajar dan pengalaman pemimpin tersebut,
sehingga seorang pemimpin untuk menghadapi
situasi yang berbeda akan memakai gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan situasi yang
dialami. Pada teori path-goal menerangkan
bagaimana perilaku seorang pemimpin
memengaruhi motivasi dan prestasi kerja para
bawahannya, dalam situasi kerja yang berbeda-
beda. Teori ini lahir dari teori motivasi pengharapan
(espectancy), di mana motivasi seorang pekerja
tergantung pada pengharapannya bahwa prestasi
tinggi merupakan alat untuk mendapatkan hasil-
hasil positif. Dan untuk menghindari diri dari hasil-
hasil negatif. Teori path menerangkan bagaimana
perilaku (gaya) seorang pemimpin memengaruhi
prestasi kerja bawahannya. Dalam teori path-goal
disebutkan empat gaya kepemimpinan: directive
leadership, tipe ini sama dengan bentuk
kepemimpinan autokratis lipit, dan white. Para
anggita mengetahui secara pasti apa yang
diinginkan pemimpin terhadap dirinya dan
pengarahan yang diberikan. Anggota tidak diberi
kesempatan berpartisipasi dalam mengemukakan
pendapat.
 Supportive leadership, adalah gaya kepemimpinan
yang menunjukkan keramahan seorang pemimpin,
mudah ditemui dan menunjukkan sikap
memerhatikan anggotanya.
 Partisipative leadership, adalah gaya
kepemimpinan yang mengharapkan saran-saran atau
pendapat para anggotanya, tetapi ia yang
menentukan dalam pengambilan keputusan.
 Achievement oriented ledearship, artinya
pemimpin memberikan
kepercayaan para anggota untuk mencapai tujuan
atau hasil dan prestasi yang baik3

C. Implementasi Strategi Dalam Mengatasi Problem Kepemimpinan

3
Syahril, “TEORI -TEORI KEPEMIMPINAN.”
D. Karakteristik Kepemimpinan Yang Relevan Dengan Lembaga
Pendidikan Islam
Desain administrasi yang diterapkan oleh kepala sekolah
pengembangan batas madrasah sangat dipengaruhi oleh desain otoritas
yang diterapkan oleh administrator sekolah/peningkatan batas madrasah
Kepala madrasah juga perlu memiliki kapasitas administrasi dan
administrasi yang memadai, memiliki pilihan untuk mengambil drive dan
drive untuk bekerja pada kualitas dan sifat pelatihan didorong Lembaga
pendidikan Islam membutuhkan pelopor yang dapat membawa dampak
luar biasa, lembaga pendidikan Islam membutuhkan pemimpin yang dapat
membawa dampak luar biasa Dampak ini dapat ditunjukkan dalam
program suatu organisasi, pengembangan. hingga kewibawaan yang
terpuji karena keterampilan yang dipoles dan kualitas administrasi
memiliki hubungan yang sangat besar dengan pencapaian.
Atribut inisiatif adalah gaya ideal yang ditunjukkan oleh seorang
inovator dalam setiap dinamika sehubungan dengan realisasi diri sebagai
bahasa aktivitas dan perilaku, kemudian, pada saat itu, isu-isu organisasi
edukatif dapat dianggap kuat jika itu terjadi kemampuan untuk
meningkatkan tujuan dan kapasitasnya kekuasaan, otoritas, dan strategi
harus didasarkan pada standar kesetaraan, kemurahan hati, dan
kemanusiaan dalam menetapkan orang lain bukan sebagai rekan kerja atau
kaki tangan Kedua pemimpin adalah pelopor yang sangat ramah dengan
individu mereka, membantu kelancaran partisipasi dengan mencapai
tujuan yang ditetapkan Mengemudi tidak hanya memberikan kata-kata
atau perintah, tetapi harus menjadi pelatihan yang saling menguntungkan,
mengakui perbedaan satu sama lain, tidak menentang analisis dan
informasi. dan mendorong sikap lunak terhadap orang-orang.
Menarik dari pandangan dunia di atas, untuk menemukan sifat dan
karakter pelopor yang aplikatif pada landasan pendidikan Islam.
Sebagaimana Ordway Tead dan George R. Terry tentang hipotesis
hipotesis sifat administrasi (hipotesis atribut inisiatif) yang dikutip oleh
Kartini Kartono, merekomendasikan kualitas ideal yang harus dimiliki
seorang perintis antara lain:
1) Energi Fisik dan Kegelisahan Tinjau bahwa kualitas
psikologis melalui jiwa yang berjuang, inspirasi kerja,
disiplin, toleransi, keteguhan dan kapasitas luar biasa harus
digerakkan oleh seorang pelopor untuk mengalahkan setiap
masalah yang dihadapi.
2) Keakraban dengan alasan dan bantalan (Perasaan arah
dan induksi). Seorang pionir harus memiliki keyakinan dan
tujuan yang harus dihadapi. Tujuannya harus didasarkan
pada kebenaran yang khas
3) Kedamaian dan cinta (watak dan persahabatan yang baik)
persahabatan menyiratkan kehangatan, cinta, kasih sayang
yang tulus yang digabungkan dengan keinginan untuk
mengorbankan individu- individunya Karena karakteristik
ini akan menjadi model asli.
4) Kehormatan Seorang pionir harus memiliki standar
berbagi dan berjuang. Karena bantuan dan penebusan dosa
individu-individunya membuat individu- individu
kelompok lebih kuat, dan akan menghargainya.
5) Dominasi khusus Setiap perintis memiliki satu atau
beberapa harus kemampuan khusus yang jelas, yang disebut
sebagai mekanik atau bahan untuk mengatur individu
mereka, untuk mencapai kecukupan dan efisiensi kerja.
6) Keteguhan dalam memutuskan (definitiveness) Para
perintis yang efektif dapat menentukan pilihan secara
akurat tegas dan cepat.
7) Pengetahuan (wawasan). Pengetahuan diperlukan agar
setiap pionir karena kemampuannya dapat melihat dan
melihat dengan baik.
8) Menunjukkan kemampuan Pelopor menyerupai seorang
pendidik yang dapat mengarahkan, mengarahkan,
menggerakkan individu menginstruksikan, menginspirasi
dan Trust (keyakinan) Pencapaian
9) Administrasi pada umumnya secara konsisten dijunjung
tinggi oleh kepercayaan individu- individunya, biasanya
kepercayaan berubah Dengan demikian, pribadi dan pola
pikir seorang pemimpin harus memiliki pilihan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan, perubahan, dan
kesulitan yang berbeda baik di dalam maupun dari jarak
jauh. Kemudian, pada saat itu, variabel alam dalam dan luar
harus diharapkan, diperiksa, dievaluasi dan diingat
sedemikian rupa dalam proses rencana pengaturan
Administrasi secara teratur diartikan sebagai ruang
kekuasaan Sehingga jika kekuatan ini tidak dapat bekerja
seperti yang diharapkan.4

4
Moh Saefudin Zuhri, Adi Saputra, Hani Tria, “Karakteristik Kepemimpin Dalam Islam.”

Anda mungkin juga menyukai