Pada hari Sabtu tanggal Dua Puluh Delapan Maret Dua Ribu Dua Puluh, Dimulai pukul Lima
Belas Tiga Puluh berakhir pukul Tujuh Belas Tiga Puluh, telah berlangsung diskusi kelompok
Mata Kuliah Perencanaan Pendidikan di Kelas Manajemen Pendidikan Islam Dua A, berikut
catatan yang terjadi selama diskusi berlangsung :
Pada bagian kedua ini mahasiswa diperkenakan untuk memberikan saran atau
pertanyaan. Berikut kumpulan saran dan pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta
diskusi:
Pertanyaan-Pertanyaan:
Jawaban Pemakalah:
Dalam ranah perencaan pendidikan ada tiga domain permasalahan yang dihadapi
oleh pendidikan di Indonesia, ekonomi, sosial kemasyarakatan, dan keadaan
demografi di Indonesia... Sejatinya, permasalahan-permasakahan tersebut bisa
dikonversi menjadi faktor-faktor yang dapat menunjang dan mendukung
perkembangan pendidikan di Indonesia secara keseluruhan, jika ditangani dengan
perencanaan yang matang dan tepat secara kondisi dan momentumnya... Terlebih
memasuke era revolusi industri 4.0 dengan indikasi percapatan perubahan yang
sangat masif di segala bidang kehidupan, akan membawa problema tersendiri yang
bisa jadi membuat para pemikir manajemen pendidikan mengerutkan dahi untuk
mencari solusi pengentasannya... Di Indonesia, dengan segala aspek sejarah yang
melatari perkembangan pendidikan, masih berkutat pada kebijakan dikotomi
pendidikan yang membawa "diskriminasi" yang terjadi antara lembaga pendidikan
umum dan keagamaan, khususnya Islam. Dengan demikian, potret buruk pendidikan
di Indonesia dewasa ini sudah mendarah daging dalam sejarah Indonesia itu sendiri,
tentunya, hal ini menjadi tantangan untuk kita semua khususnya mahasiswa
manajemen pendidikan Islam..
Tanggapan Peserta lain atas pertanyaan pak Aep (oleh pak Amal):
Kalo pandangan saya, mohon disanggah ya pak pemakalah, stakeholder masih sibuk
kpd bongkar pasang perencanaan, blm kpd problem solving, sehingga berarti
perencanaan di negri kita blm matang kompak disepakati nasional, supaya tdk perlu
lg bongkar pasang sistem atau perencanaan, namun fokus pada upaya hasil output yg
gemilang utk masa depan bangsa
Jawaban Pemakalah:
Menurut hemat saya, RPP Bebas Merdeka a la Mas Menteri Nadiem Makarim,
realistis, artinya mudah menjangkau pada kenyataan di lapangan... karena, dengan
RPP Bebas Merdeka, para pendidik bebas mengekspresikan pengalaman dan
pengetahuannya terkait materi pelajaran tanpa dibebani oleh faktor-faktor yang
cenderung bersifat administratif-statis.
Jawaban Pemakalah:
Istilah metode mengajar yang dipakai dalam makalah ini adakh metode
pembelajaran, yang dicontohkan melalui pembelajaran tradisional seperti ceramah,
latihan, dan menghapalkan harus disempurnakan dengan metode yang lebih banyak
memberikan inspirasi dan motivasi dalam belajar.
Jawaban Pemakalah:
Benar pak ayi, salah satu paradoks dalam pemberlakuan otonomi daerah adalah
pemerataan pendidikan di seluruh penjuru bumi Indonesia. Hal ini, secara nalar
filosofis dipengaruhi oleh sudut pandang aliran liberalisme positivistik yang penuh
dengan patokan2 standarisisasi dengan nilai-nilai tertentu yang kemudian menjurus
pada pembandingan secara serampangan. Memang, segala sesuatu perlu ada
standarisasinya, namun, jika standarisasi antar satu wilayah dengan wilayah yang
lain diperbandingkan tentunya merupakan hal yang tidak elok. Karena, menurut saya
dalam istilah otonomi terkandung makna pengakuan terhadap potensi dan
kemampuan setiap daerah2 yang berbeda-beda. Kemudian, dalam konteks
perencanaan pendidikan perlu ada gagasan transformatif yang dimaksudkan agar
cara pandang perencana pendidikan yang berkedudukan di pusat sama dengan cara
pandang perencana pendidikan di tingkat daerah agar nilai-nilai nawacita yang
dicanangkan tidak hanya mengendap dalam ranah alam idealisme pemerintah pusat
namun tersalurkan juga oleh masyarakat banyak.
Jawaban Pemakalah:
Ada bu riesca, salah hal mendasar dari pengelolaan pendidikan adalah faktor biaya.
hal yang bisa dilakukan oleh perencana pendidikan adalah memperhitungkan
kemampuan finansial yang dimiliki oleh lembaga pendidikannya untuk kemudian
dijadikan pertimbangan apakah perlu meminta bantuan dana dari pihak pemerintah
maupun swasta baik di dalam atau luar negeri.
Jawaban Pemakalah:
Ya pak joko perencanaan pendidikan yang baik adalah yang dikerjakan.
Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam makalah kami, problematika yang
dihadapi oleh perencana pendidikan adalah pada aspek sosiologis, pedagogis,
ekonomis dan demografis. Pertanyaan pak joko, terkait dengan isu problematika
dalam ranah pedagogis. Memang, secara realita politik di Indonesia adalah
"keniscayaan", bahwa ganti orde juga harus berganti juga kebijakan yang berlaku.
Namun demikian, yang perlu kita cermati di di sini adalah apakah perubahan
tersebut tercakup dalam kebijakan yang ada dalam Undang-undang, keppres, atau
peraturan2 kementerian terkait. Dari situ kita akan mengatahui apakah perubahan
yang dilakukan dalam hierarki peraturan yang ada di Indonesia menunjukkan
pemerintah yang sedang berkuasa sedang "bermain-main" dengan identitas
pendidikan Indonesia.
Jawaban Pemakalah:
betul bu ambarwani, karena dalam perencanan sifatnya mendahului implementasi
pendidikan itu sendiri, sehingga adalah hal yang alamiah jika ada yang tidak
terwujud dari aspek pelaksanaan dalam implementasi pendidikan.
Tanggapan peserta lain atas pertanyaan Pak Joko (oleh Pak Taufiq)