Anda di halaman 1dari 35

MANAJEMEN SARANA PRASARANA

Disusun guna memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Dosen Pengampu:.Dr. Ganung Anggraini, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Rizka Hikmawati (16144600243)
2. Tri Kusuma Wijaya (16144600248)
3. Bimantara Putra P (16144600254)
4. Krisna Anik Suryani (16144600255)
5. Ratnaningsih (16144600263)
6. Leni Pratiwi Anggraini (16144600277)
7. Anisa Wulansari (16144600285)
8. Ozza Tizara (16144600296)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami diberi
kelancaran untuk menyusun makalah ini. Tak hanya itu, berkat izin-Nyalah
makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Makalah dengan judul Manajemen Sarana Prasarana disusun sebagai
bentuk pemenuhan salah satu tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan, yang
membahas mengenai pengertian, prinsip-prinsip, penggunaan, klasifikasi,
perencanaan kebutuhan, pengadaan, pengaturan, dan penghapusan sarana
prasarana. Dalam penyusunan makalah ini penyusun melibatkan banyak pihak
yang berkontribusi secara positif dalam proses penyusunan baik secra langsung
maupun tidak langsung. Maka perkenakanlah kami untuk mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah bersedia membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.
Sekiranya hanya itu yang dapat kami sampaikan. Namun, sebagai
penyusun kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat bagi para
pembaca. Meskipun begitu kami yakin makalah ini masih mempunyai banyak
kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
kami butuhkan demi perbaikan dalam penyusunan makalah untuk waktu yang
akan datang.

Bantul, 29 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Sarana dan Prasarana ........................................... 3
B. Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana .................................... 4
C. Penggunaan Sarana dan Prasarana ............................................................ 5
D. Klasifikasi Sarana dan Prasarana .............................................................. 6
E. Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana ........................................ 8
F. Pengadaan Sarana dan Prasarana ............................................................ 15
G. Pengaturan Sarana dan Prasarana ............................................................ 20
H. Penghapusan Sarana dan Prasarana ......................................................... 26

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat vital dan hal yang
sangat penting dalam menunjang kelancaran atau kemudahan dalam proses
pembelajaran, dalam kaitannya dengan pendidikan yang membutuhkan
sarana dan prasarana dan juga pemanfaatannya baik dari segi intensitas
maupun kreatifitas dalam penggunaannya oleh guru maupun oleh siswa
dalam kegiatan belajar mengajar. Sarana pendidikan adalah semua fasilitas
yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak
maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan
dengan lancar, teratur, efektif dan efisien
Dalam perkembangan dunia pendidikan saat ini setiap lembaga
pendidikan baik formal maupun non formal berusaha untuk memberikan
dan melengkapi fasilitas yang ada di lembagannya untuk memenuhi
kebutuhan semua warga sekolah baik itu guru, staf-staf, peserta didik dan
orang tua murid. Dalam upaya melengkapi fasilitas yang ada sebuah
lembaga pendidikan dikatakan maju apabila ketersediaan sarana dan
prasarananya memadai berkaitan dengan proses belajar peserta didik.
Proses belajar mengajar dapat meningkat dengan didukung adanya sarana
dan prasarana yang memadai.
Karena sarana dan prasarana yang ada dapat memberikan
kontribusi dalam proses belajar mengajar, maka sekolah harus dapat
menyediakan dan melengkapi sarana prasarananya. Bila suatu sekolah
kurang memperhatikan fasilitas atau sarana dan prasara pendidikan, maka
siswa-siswanya kurang bersemangat untuk belajar dengan sungguh-
sungguh. Hal ini mengakibatkan prestasi anak menjadi rendah.
Kelengkapan sarana dan prasarana sebagai salah satu penunjang
keberhasilan pendidikan, seringkali menjadi kendala dalam proses
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
1
Untuk memaksimalkan pengadaan sarana prasarana, maka pihak
sekolah memerlukan manajemen sarana prasarana. Dengan adanya
manajemen sarana dan prasarana pendidikan, maka sekolah akan mampu
mengelola sarana dan prasarana pendidikan secara lebih terkonsep dan
terarah

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apa pengertian manajemen sarana dan prasarana?
2. Bagaimana prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana?
3. Bagaimana penggunaan sarana dan prasarana?
4. Apa saja klasifikasi sarana dan prasarana?
5. Bagaimana cara merencanaan kebutuhan sarana dan prasarana?
6. Bagaimana cara pengadaan sarana dan prasarana?
7. Bagaimana pengaturan sarana dan prasarana?
8. Bagaimana penghapusan sarana dan prasarana?

C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan pembahasan dalam
makalah ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian manajemen sarana dan prasarana,
2. Mengetahui prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana,
3. Mengetahui penggunaan sarana dan prasarana,
4. Mengetahui klasifikasi sarana dan prasarana,
5. Mengetahui perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana,
6. Mengetahui pengadaan sarana dan prasarana,
7. Mengetahui pengaturan sarana dan prasarana,
8. Mengetahui penghapusan sarana dan prasarana.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengetian Manajemen Sarana dan Prasarana


Beberapa pengertian manajemen sarana dan prasarana menurut
para ahli:
1. Menurut Rohiat (2012, hlm. 26) manajemen sarana dan prasarana
merupakan kegiatan yang mengatur untuk mempersiapkan segala
peralatan/material bagi terselenggaranya proses pendidikan di
sekolah.
2. Menurut International Facility Management Association (IFMA)
mendefinisikan manajemen sarana dan prasarana sebagai praktek
orang dalam mengkoordinasi pekerjaan organisasi ke dalam kerja
fisik. Maksudny adalah sebuah proses terpadu yang
mempertimbangkan orang, proses dan tempat dalam konteks
organisasi.

Dalam konteks luas manajemen sarana dan prasarana merupakan


suatu kegiatan untuk mengatur dan mengelola sarana dan prasarana
pendidikan secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Manajemen sarana dan prasarana dibutuhkan untuk
membantu kelancaran proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana di
sekolah harus mencrminkan kurikulum di sekolah. Hal ini karena sarana
dan prasarana di sekolah sengaja diadakan untuk menunjang terlaksananya
kurikulum. Dengan demikian, kualitas sarana dan prasarana merupakan
symbol kualitas pendidikan yang ada di sekolah tersebut. Sarana dan
prasarana sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah. Oleh karena
itu perlu di pahami prinsip-prinsip apa saja yang harus dipegang dalam
melaksanakan manajemen sarana dan prasarana . adapun kegiatan
manajemen sarana dan prasarana meliputi :
1. Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana
2. Pengadaan sarana dan prasarana
3. Pengaturan sarana dan prasarana
3
4. Peggunaan saran dan prasarana
5. Penghapusan sarana dan prasarana .
B. Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana
Menurut Hunt Pierce dalam Endang H. dan Sukarti N. (2001: 113-
114), prinsip dasar dalam manajemen sarana dan prasarana sekolah adalah
sebagai berikut.
1. Lahan bangunan dan perlengkapan perabot sekolah harus
mengembangkan cita dan citra masyarakat seperti halnya yang
dinyatakan dalam filsafat dan tujuan pendidikan.
2. Perencanaan lahan bangunan, dan perlengkapan-perlengkapan
perabot sekolah hendaknya merupakan pancaran keinginan bersama
dan dengan pertimbangan suatu tim ahli yang cukup cakap yang ada
di masyarakat.
3. Lahan bangunan dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah
hendaknya disesuaikan dan memadai bagi kepentingan anak-anak
didik, demi terbentuknya karakter mereka dan dapat melayani serta
menjamin mereka ketika belajar, dan bermain sesuai dengan bakat
mereka masing-masing.
4. Lahan bangunan dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah
serta alat-alatnya, hendaknya disesuaikan dengan kepentingan
pendidikan yang bersumber dari kepentingan serta kegunaan atau
manfaat bagi anak-anak atau murid dan guru.
5. Penanggug jawab harus membantu program sekolah secara efektif,
melatih para petugas serta memilih alatnya dan cara
menggunakannya agar mereka dapat menyesuaikan diri serta
melaksanakan tugasnya sesuai fungsi dan profesinya.
6. Penanggung jawab sekolah harus mempunyai kecakapan untuk
mengenal, baik kualitatif maupun kuantitatif serta menggunakaan
dengan tepat fungsi bangunan dan fungsi perlengkapan.
7. Penanggung jawab harus mampu memelihara dan menggunakan
bangunan dan tanah sekitarnya sehingga ia dapat membantu

4
terwujudnya kesehatan, keamanan, kebahagian, dan keindahan serta
kemajuan dari sekolah dan masyarakat.
8. Penanggung jawab sekolah bukan hanya mengetahui kekayana
sekolah yang dipercayakan kepadanya, melainkan harus
memperhatikan seluruh keperluan alat-alat pendidikan yang
dibutuhkan oleh anak didiknya.
9. Pembuatan kode barang
Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan inventarisasi perlengkapan
pendidikan di sekolah adalah membuat kode barang dan
menuliskannya pada badan perlengkapan pendidikan di sekolah,
terutama yang tergolong sebagai barang invetaris. Kode barang
adalah sebuah tanda yang menunjukkan pemilihan barang. Kode
tersebut ditulis pada barang yang sekiranya mudah dilihat dan
dibaca. Tujuan pembuatan dan penulisan kode adalah untuk
memudahkan semua pihak dalam mengenal kembali semua
perlengkapan pendidikan di sekolah.
10. Kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan laporan.
Semua perlengkapan pendidikan disekolah yang tergolong barang
invetaris harus dilaporkan. Laporan tersebut seringkali disebut
dengan istilah laporan mutasi barang. Pelaporan dilakukan dalam
periode tertentu, misalnya sekali dalam satu triwulan.

C. Penggunaan Sarana dan Prasarana


Penggunaan sarana dan prasarana adalah kegiatan pemanfaat
sarana dan prasarana pendidikan untuk mendukung proses pendidikan
demi mencapai tujuan pendidikan. Ada dua prinsip yang harus
diperhatikan dalam pemakaian perlengkapan pendidikan, yaitu prinsip
efektivitas dan efisiensi. Prinsip efektifitas berarti semua pemakaian
perlengkapan pendidikan di sekolah harus ditunjukan semata-mata untuk
mempelancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Prinsip efisiensi berarti pemakaian semua
perlengkapanpendidikan hendaknya digunakan secara hemat dan hati-hati

5
sehingga semua perlengkapanpendidikan yangada tidak mudah habis dan
rusak (Depdiknas, 2008: 42)
Penggunaan sarana dan prasarana di sekolah adalah
tanggungjawab kepala sekolah. Namun ,kepala sekolah dapat
melimpahkan pekerjaannya kepada wakil kepala sekolah. Wakil kepala
yang menangani sarana dan prasarana seing disebut Wakasek Bidang
Sarana dan Prasarana. Apabila kondisi sekolah tidak memungkinkan untuk
mengangkat wakil kepala sekolah sebaiknya kepala sekolah menunjuk
petugas tertentu yang dapat menangani masalah tersebut.
Kepala sekolah harus dapat menjamin sarana dan prasarana telah
digunakan secara optimal oleh warga sekolah. Menurut Endang Herawan
dan dan Sukarti Nasihin (2001: 123), hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan sarana dan prasarana.
1. Pembuatan jadwal penggunaan agar dapat dihindari benturan
pemakaian dengan kelompok lainnya, dan pembedaan antara
kegiatan ekstrakulikuler dengan ekstrakulikuler secara jelas.
2. Kegiatan-kegiatan pokok sekolah hendaknya merupakan prioritas
utama.
3. Waktu / jadwal penggunaan hendaknya diajukan pada awal tahun
ajaran.

D. Klasifikasi Sarana dan Prasarana


Sarana Pendidikan dapat diklarifikasi menjadi tiga macam yaitu
berdasarkan habis tidaknya, bergerak tidaknya, dan berdasarkan hubungan
dengan proses pembelajaran ( Barnawi & M. Arifin, 2012: 49-51).
Berikutnya ini dikemukakan macam-macam sarana dan prasarana
Pendidikan.
1. Klasifikasi sarana Pendidikan berdasarkan habis tidaknya dipakai :
a. Sarana Pendidikan habis dipakai
Sarana Pendidikan habis dipakai adalah alat ataupun bahan yang
digunakan dapat habis dalam waktu yang relative singkat.

6
Contohnya kapur tulis, spidol, kertas tulis, tinta printer, dan
bahan kimia untuk praktikum.
b. Sarana Pendidikan tahan lama adalah bahan atau alat yang bisa
digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang
relative lama. Misalnya kursi, computer, glode, buku, dan alat
olahraga, alat-alat praktikum biologi

Menurut kelompok kami klasifikasi sarana Pendidikan berdasarkan


habis tidaknya adalah sarana yang digunakan dalam Pendidikan
untuk menunjang proses pembelajaran yang harus ada karena bisa
digolongkan penting dalam dunia Pendidikan. Jika sarana tersebut
tersebut habis/rusak maka harus ada pembaharuan lagi dari pihak
Lembaga Pendidikan, sedangkan sarana tahan lama disini yaitu
sarana yang mungkin habis/ rusak dalam waktu yang lama dan
biasanya harganya mahal.
2. Klasifikasi sarana Pendidikan berdasarkan bergerak atau tidaknya
saat pembelajaran:
a. Sarana Pendidikan bergerak
Sarana Pendidikan bergerak adalah sarana yang dapat
digerakkan atau dipindah-pindahkan tempatnya sesuai dengan
kebutuhan. Misalnya meja, kursi, almari, arsip, dan alat-alat
praktik.
b. Sarana Pendidikan tidak bergerak
Sarana Pendidikan tidak bergerak adalah sarana Pendidikan
yang tidak dapat dipindahkan atau sangat sulit dipindahkan
misalnya saluran dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),
sakuran kabel listrik, dan LCD yang dipasang permanen.
3. Klasifikasi sarana Pendidikan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran:
a. Alat Pelajaran
Alat pelajaran adalah alat yang dapat digunakan siswa langsung
dalam proses pembelajaran. Misalnya buku, alat-alat tulis, dan
alat praktikum.
7
b. Alat Peraga
Alat peraga merupakan alat bantu Pendidikan yang dapat berupa
perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang dapat membuat
kongkrit materi pembelajaran. Kegunaan alat peraga adalah
untuk membuat kongkrit materi pembelajaran sehingga siswa
lebih mudah memahami pelajaran.
c. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah sarana Pendidikan yang berfungsi
sebagai perantara atau media dalam proses pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan efektifitas san efisien dalam
mencapai tujuan Pendidikan.
Prasarana Pendidikan dapat juga diklarifikasikan menjadi dua
macam, yaitu prasarana langsung dan prasarana tidak langsung. Prasarana
langsung adalah prasarana yang secara langsung diguanakan dalam
pembelajaran, misalnya ruang kelas, ruang laboratorium, ruang praktik,
dan ruang computer. Prasarana tidak langsung adalah prasarana yang tidak
digunakan dalam proses pembelajaran. Misalnya ruang kantor, kantin
sekolah, tanah, dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang UKS, ruang
guru, ruang kepala sekolah, taman, dan tempat praktik kendaraan.
Sebagaimana telah dikemukakan di muka, kegiatan manajemen sarana dan
prasarana meliputi :
1. Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana
2. Pengadaan sarana dan prasarana
3. Pengaturan sarana dan prasarana
4. Penggunaan sarana dan prasarana
5. Penghapusan sarana dan prasarana

E. Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana


Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses
perancangan, meliputi upaya pembelian, penyewaan, peminjaman,
penukaran, daur ulang, rekondisi/rehabilitasi, pembuatan peralatan dan
perlengkapan, yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Proses ini

8
hendaknya melibatkan unsur-unsur penting di sekolah, seperti kepala
sekolah dan wakilnya, dewan guru, kepala tata usaha, bendahara, dan
komite sekolah. Hal ini perlu dilakukan untuk membuka masukan dari
berbagai pihak dan meningkatkan tingkat kematangan dari sebuah rencana.
Perencanaan yang matang dapat meminimalisasi kemungkinan terjadinya
kesalahan dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengadaan sarana
dan prasarana. Kesalahan dalam tindakan dapat berupa kesalahan membeli
barang yang tidak sesuai kebutuhan, jumlah dana yang tersedia, tingkat
kepentingan, dan tingkat kemendesakan. Akibat dari kesalahan yang
dilakukan ialah tingkat efektifitas dan efisiensi menjadi rendah. Hasil
perencanaan akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan dan pengendalian,
bahkan penilaian untuk perbaikan selanjutnya. Oleh karena itu,
perencanaan sarana dan prasarana harus dilakukan dengan baik dengan
memperhatikan persyaratan dari perencanaan yang baik.
Menurut Depdiknas ada beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan dalam kegiatan perencanaan sarana dan prasarana
pendidikan.
1. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan harus
dipandang sebagai bagian integral dari usaha peningkatan kualitas
belajar mengajar.
2. Perencanaan harus jelas. Kejelasan suatu rencana dapat dilihat pada
hal-hal berikut.
a. Tujuan dan sasaran target yang harus dicapai serta ada
penyusunan perkiraan biaya/harga keperluan pengadaan.
b. Jenis dan bentuk tindakan/kegiatan yang akan dilaksanakan.
c. Petugas pelaksana, misalnya guru, karyawan, dan lain-lain.
d. Bahan dan peralatan yang digunakan.
e. Kapan dan dimana kegiatan dilaksanakan.
f. Harus diingat bahwa suatu perencanaan yang baik adalah
realitas, artinya rencana tersebut dapat dilaksanakan.
3. Berdasarkan atas kesepakatan dan keputusan bersama dengan pihak-
pihak yang terlibat dalam perencanaan.

9
4. Mengikuti pedoman jenis, kuantitas dan kualitas sesuai dengan skala
prioritas.
5. Perencanaan pengadaan sesuai dengan platform anggaran yang
disediakan.
6. Mengikuti prosedur yang berlaku.
7. Mengikutsertakan unsur orang tua murid.
8. Fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan keadaan, perubahan
situasi, dan kondisi yang tidak disangka-sangka.
9. Dapat didasarkan pada jangka pendek (1 tahun), jangka menengah
(4-5 tahun), dan jangka panjang (10-15 tahun) (Barnawi & M. Arifin,
2012: 52).
Mengingat sarana dan prasaran dalam dunia pendidikan cukup
kompleks, maka dalam perencanaan perlu dipikirkan lebih mendalam
terhadap hal-hal yang dibutuhkan oleh sekolah. Barnawi dan M. Arifin
mengatakan perlunya perencanaan sarana dan prasarana sebagai berikut.
1. Perencanaan barang bergerak
a. Syarat perabot sekolah
1) Ukuran fisik pemakai/murid agar pemakainya fungsional
dan efektif
2) Bentuk dasar yang memenuhi syarat-syarat, antara lain:
a) Sesuai dengan akifitas murid dalam PBM,
b) Kuat, mudah pemeliharaannya, dan mudah dibersihkan,
c) Memiliki pola dasar yang sederhana,
d) Mudah dan ringan untuk disimpan/disusun, dan
e) Fleksibel sehingga mudah digunakan/dapat berdiri
sendiri.
3) Konstruksi perabot hendaknya
a) Kuat dan tahan lama,
b) Mudah dikerjakan secara masal,
c) Tidak tergantung keamanan pemakainya, dan
d) Bahan yang mudah didapat di pasaran dan disesuaikan
dengan keadaan setempat.

10
b. Syarat perlengkapan sekolah
1) Keadaan bahan baku atau material harus kuat, tetapi ringan
tidak membahayakan keselamatan peserta didik.
2) Konstruksi harus diatur agar sesuai dengan kondisi peserta
didik, misalnya besar kecilnya siswa.
3) Dipilih dan direncanakan dengan teliti dan baik serta benar-
benar disesuaikan dengan usia, minat, dan taraf
perkembangan peserta didik.
4) Pengadaan pengaturan harus sedemikian rupa sehingga
benar-benar berfungsi bagi penanaman, pemupukan, serta
pembinaanhal-hal yang berguna bagi perkembangan anak.

Selain memperhatikan hal-hal di atas, perlu memperhatikan tahapan


perencanaan yaitu:
a. Penyususnan daftar kebutuhan
b. Estimasi biaya yaitu penaksiran biaya yang dibutuhkan.
c. Menetapkan skala prioritas, penetapan skala prioritas
berdasarkan dana yang tersedia dan urgensi kebutuhan.
d. Penyusunan rencana pengadaan dibuar teiwulan, dan kemudian
pertahun.
2. Rencana pengadaan barang tidak bergerak
a. Tanah
Menurut J. Mamusung (Barnawi & M. Arifin, 2012.: 56), syarat-
syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan tanah untuk
bangunan sekolah meliputi hal-hal berikut:
1) Mudah dicapai dengan berjalan kaki ataupun berkendara.
2) Terletak di suatu lingkungan yang memiliki banyak
hubungan dengan kepentingan pendidikan (sekolah).
3) Cukup luas bentuk maupun topografisnya sehingga akan
memenuhi kebutuhan.
4) Mudah kering jika digenangi air, bebas dari pembusukan,
dan tidak merupakan tanah yang konstruksinya adalah hasil
buatan/timbangan/urugan.
11
5) Tanahnya yang subur hingga mudah ditanami dan indah
pemandangan alam sekitarnya.
6) Cukup air, tinggi rendahnya biaya jika harus menggali
sumur dengan pipa-pipa perairan.
7) Disamping persediaan air cukup harus pula merupakan air
yang bersih (berkualitas).
8) Memperoleh sinar matahari yang cukup selama waktu
sekolah berlangsung sehingga kelancaran dan ketersediaan
terjamin.
9) Tidak terletak ditepi jalan/persimpangan jalan yang raman
dan berbahaya dan tidak berdekatan dengan rumah sakit,
kuburan, pabrik-pabrik yang membisingkan, pasar, dan
tempat-tempat lain yang dapat memberikan pengaruh-
pengaruh yang negative.
10) Harganya tidak terlalu mahal.
b. Bangunan
Dalam membangun gedung sekolah, peru perencanaan dengan
prosedur sebagai berikut.
1) Merancang sesuai dengan peruntukan, yaitu merencakanan
bangunan berdasarkan analisis kebutuhan secara lengkap
dan teliti. Misalnya, fungsi bangunan, jumlah pemakai
(guru, karyawan, dan siswa), kurikulum sekolah, dan jenis
serta jumlah perlengkapan yang akan ditempatkan pada
bangunan tersebut.
2) Melakukan survey terhadap tanah yang akan didirikn
bangunan.
3) Menyusun atau mengecek rencana konstruksi dan arsitektur
bangunan berdasarkan kebutuhan dan hasil survey.
4) Menyusun rencana anggaran biaya sesuai harga standar di
daerah yang bersangkutan.
5) Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang
disesuaikan dengan pelaksanaan secara teknis, serta

12
memperkirakan anggaran yang akan disediakan seriap
tahun, dengan memerhatikan skala priorotas yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Bangunan atau gedung sekolah dapat memberi gambaran yang


jelas bagi masyarakat tentang baik buruknya pelayanan
pendidikan yang ada di dalamnya. Gedung sekolah yang terawat
dengan baik akan memberi gambaran pada mayarakat tentang
pelayanan pendidikan yang tertib dan teratur. Namun kalau
geddung sekolah tidak terawatt, rusak, halaman penuh rumput
yang tidak teratur akan memberi kesan bahwa mutu pendidikan
yang ada di dalamnya tidak baik.
Menurut J. Manusung (Barnawi & M. Arifin, 2012: 58), syarat-
syarat bangunan sekolah yang ideal harus memenuhi kebutuhan
dan syarat pedagogis. Pemenuhan kebutuhan dan syarat
pedagogis, dalam arti:
1) Ukuran dan bentuk setiap ruangan disesuaikan dengan
kebutuhan;
2) Masuknya sinar matahari harus diperhatikan, yaitu dari arah
sebelah kiri;
3) Tinggi rendahnya tembok, letak jendela, dan kusen
disesuaikan dengan kondisi anak-anak;
4) Penggunaan warna yang cocok;
5) Aman, artinya material dan konstruksi bangunannya benar-
benar dapat dipertanggung jawabkan, baik
kekuatan/kekukuhan bangunan itu sendiri, maupun
pengaruh erosi, angina, getaran, petir, dan pohon yang
berbahaya;
6) Menurut syarat kesehatan, sinar matahari cukup bagi setiap
ruangan, memungkinkan adanya pergantian udara yang
segar selalu;

13
7) Menyenangkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
pendidikan dan tidak saling mengganggu (vavourable-
comfortable).
8) Dapat memungkinkan untuk memperluas tanpa memakai
biaya lagi yang besar.
9) Fleksibel artinya melihat kebutuhan selanjutnya dan dapat
diubah-ubah setiap saat diperlukan.
10) Memenuhi syarat keindahan (esthetic).
11) Ekonomis.

Perencanaan gedung atau bangunan tidak dilakukan manakala


gedung atau bangunan itu sudah ada sebelumnya, sehingga
warga sekolah tinggal memakai dan merawatnya.

Berikut ini adalah tipe-tipe sekolah yang menunjukkan jumlah


siswa yang ditampung sehingga perlu dipertimbangkan jumlah
ruang kelasnya.

1) Sekolah Dasar ditetapkan 4 macam tipe:


a. Tipe A, mempunyai daya tampung maksimal 12
kelompok belajar @ 40 orang siswa atau 480 siswa,
minimal 360 orang siswa
b. Tipe B, mempunyai daya tampung antara 6 sampai 9
kelompok belajar @ 40 orang siswa, maksimal 360
orang siswa dan minimal 181 orang siswa
c. Tipe C, mempunyai daya tampung 6 kelompok belajar
@ 30 orang siswa maksimal 180 orang siswa dan
minimal 91 orang siswa
d. Tipe D, mempunyai daya tampung 6 kelompok belajar,
maksimal 90 orang siswa, minimal 60 orang siswa
2) Sekolah Menengah Pertama ditetapkan 4 macam tipe:
a. Tipe A, mempunyai daya tampung maksimal 33
kelompok belajar @ 40 orang siswa dengan jumlah

14
minimal 1200 orang siswa dan maksimal 1400 orang
siswa
b. Tipe B, mempunyai daya tampung maksimal 23
kelompok belajar @ 40 orang siswa dengan jumlah
minimal 800 orang siswa dan maksimal 900 orang
siswa
c. Tipe C, mempunyai daya tampung maksimal 12
kelompok belajar @ 40 orang siswa dengan jumlah
minimal 400 orang siswa dan maksimal 480 orang
siswa
d. Tipe D, mempunyai daya tampung maksimal 7
kelompok belajar @ 40 orang siswa dengan jumlah
minimal 250 orang siswa dan maksimal 280 orang
siswa
3) Sekolah Menengah Atas ditetapkan 3 macam tipe:
a. Tipe A, mempunyai daya tampung maksimal 33
kelompok belajar @ 35 orang siswa dengan jumlah
minimal 850 orang siswa dan maksimal 1150 orang
siswa
b. Tipe B, mempunyai daya tampung maksimal 24
kelompok belajar @ 35 orang siswa dengan jumlah
minimal 400 orang siswa dan maksimal 850 orang
siswa
c. Tipe C, mempunyai daya tampung maksimal 12
kelompok belajar @ 35 orang siswa dengan jumlah
minimal 200 orang siswa dan maksimal 400 orang
siswa

F. Pengadaan Sarana dan Prasarana


Pengadaan merupakan kegiatan menyediakan berbagai jenis
saranadan prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan
sarana dan prasarana berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah,

15
waktu, tempat, dan harga, serta sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan rencana sebelumnya. Tujuannya untuk menunjang
proses pendidikan agar berjalan efektif dan efisien sesuai dengan tujuan
yang diinginkan.
Agar sekolah dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam
rangka menunjang proses pendidikan yang baik, diharapkan ada sarana
dan prasarana yang yang diadakan sebagai berikut:
1. Ruang Belajar
Ruang belajar adalah ruangan yang di pergunakan untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
2. Ruang Perpustakaan
Ruang perpustakaan merupakan tempat koleksi buku, majalah,
koran, dan lain-lain yang berfungsi sebagai media pendidikan.
3. Ruang Laboratorium / Tempat Praktek
Ruang laboratorium / tempat praktek adalah tempat siswa
mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan, serta tempat
meneliti, dengan menggunakan media yang ada untuk memecahkan
sesuatu masalah atau konsep pengetahuan atau untuk penerapan
teknologi.
4. Ruang Ketrampilan
Ruang ketrampilan merupakan tempat melaksanakan proses belajar
mengajar, tempat siswa melaksanakan latihan-latihan mengenai
ketrampilan tertentu.
5. Ruang Kesenian
Ruang kesenian merupakan tempat berlangsungnya kegiatan-
kegiatan seni meliputi, seni patung, seni tari, seni lukis / gambar,
seni vokal, seni sastra, seni drama dan sebagainya.
6. Ruang dan atau Fasilitas Olahraga
Ruang dan atau fasilitas olahraga adalah tempat berlangsungnya
latihan-latihan olahraga.
7. Ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

16
Ruang UKS merupakan tempat untuk melaksanakan pendidikan
kesehatan bagi siswa.
8. Ruang Bimbingan dan Konseling (BK)
Ruang bimbingan dan konseling (BK) merupakan tempat
melaksanakan bimbingan dan konseling kepada siswa. Untuk SD
belum biasa ada ruang BK.
9. Ruang Kepala Sekolah
Ruang kepala sekolah adalah tempat atau ruangan tempat kepala
sekolah melaksanakan tugasnya sehari-hari.
10. Ruang Administrasi
Ruang administrasi adalah ruang untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan administrasi sekolah yang bersangkutan.
11. Ruang Guru
Ruang guru merupakan ruang khusus tempat untuk guru-guru
berkumpul dan beristirahat.
12. Ruang-Ruang lain sesuai dengan kebutuhan
13. Ruang Koprasi / Kafetaria / Warung Sekolah
Ruang koprasi / kafetaria / warung sekolah adalah tempat untuk
menjual alat-alat dan bahan-bahan penunjang proses belajar
mengajar serta makanan yang dibutuhkan oleh tenaga kependidikan,
siswa dan staf administrasi tertentu.
14. Gudang
Gudang adalah tempat untuk menyimpan barang.
15. Kamar Kecil dan Kamar Mandi
16. Pagar Sekolah
17. Bak / Tempat Sampah
18. Halaman Sekolah
19. Tiang Bendera

Ada beberapa cara dalam pengadaan sarana dan prasarana


pendidikan.
1. Pembelian

17
Caranya, sekolah menyerahkan sejumlah uang kepada penjual untuk
memperoleh sarana dan prasarana sesuai dengan kesepakatan kedua
belah pihak.
2. Produksi Sendiri
Produksi sendiri adalah cara pemenuhan kebutuhan sekolah melalui
pembuatan sendiri baikoleh guru,siswa, ataupun karyawan. Cara ini
efektif untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang
sifatnya ringan, seperti alat peraga, media pembelajaran, hiasan
sekolah, buku sekolah.
3. Hibah
Hibah adalah menerima pemberian suka rela dari pihak lain.
Penerimaan hibah berasal dari pemerintah ataupun pihak swasta.
Kalau hibah berupa tanah, maka harus melalui penyerahan akta serah
terima hibah yang dibuat oleh notaris / PPAT hingga menjadi
sertifikat tanah.
4. Sewa
Sewa adalah cara memanfaatkan sementara barang milik pihak lain
untuk kepentingan sekolah dan sekolah membayarnya berdasarkan
perjanjian sewa menyewa. Cara ini digunakan jika kebutuhannya
bersifat sementara.
5. Pinjaman
Pinjaman adalah cara pemanfaatan barang pihak lain secara suka rela
dengan perjanjian pinjam meminjam. Cara ini cocok untuk
kebutuhan sarana dan prasarana yang sifatnya sementara atau
temporer.
6. Daur Ulang
Daur ulang adalah cara pemenuhan kebutuhan dengan jalam
memanfaatkan barang bekas agar dapat digunakan.
7. Tukar menukar
Tukar menukar adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana yang dilakukan dengan jalan menukarkan barang yang

18
dimiliki sekolah dengan barang yang dimiliki oleh pihak lain.
Penukaran dilakukan manakala menguntungkan kedua belah pihak.
8. Rekondisi / Rehabilitasi
Rekondisi adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
yang dilakukan dengan perbaikan. Perbaikan dapat dilakukan
melalui penggantian bagian-bagian yang telah rusak sehingga sarana
dan prasarana yang rusak dapat digunakan kembali.
Dalam pengadaan sarana dan prasarana harus mengacu aturan
yang ada. Dewasa ini aturannya yaitu Permendiknas Nomor 24 Tahun
2007 tentang Standar dan Sarana dan Prasarana. Pada umumnya,
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melewati prosedur berikut ini.
1. Menganalisis kebutuhan sarana dan prasarana beserta fungsinya.
2. Mengklarifikasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
3. Menyusun proposal pengadaan sarana dan prasarana. Proposal dari
sekolah negeri ditujukan kepada pemerintah melalui dinas terkait
dan proposal dari sekolah swasta ditujukan kepada yayasan
penyelenggara sekolah.
4. Menerima kunjungan sebagai peninjauan dari pihak yang dituju
untuk menilai kelayakan sekolah memperoleh sarana dan prasarana.
5. Setelah ditinjau dan dikunjungi, sekolah akan menerima kiriman
sarana dan prasarana yang diajukan.

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana meliputi perabot,


peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan
http://bsnp-indonesia.org/standar-sarana-dan-prasarana/ diunduh 3-2-
2018. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik,
ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel
kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat
berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan
ruang atau tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
19
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan http;//bsnp-
indonesia.org/standar-sarana-dan-prasarana/ diunduh 3-2-2018. Berikut
ini, Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang
berkaitan dengan Standar Sarana dan Prasarana.
1. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Repoblik Indonesia No.24
Tahun 2007. Tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk sekolah
Dasar / Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama /
Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas /
Madrasah Aliyah (SMA/MA).
2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.40
Tahun 2008. Tentang Standar Sarana Prasarana untuk sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
33 Tahun 2008. Tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah
Luar Biasa.

G. Pengaturan Sarana dan Prasarana


Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengaturan, yaitu
inventarisasi, penyimpanan, dan pemeliharaan.
1. Inventarisasi
Inventarisasi adalah kegiatan mencatat dan menyusun sarana
prasarana secara teratur, tertib, dan lengkap berdasarkan ketentuan
yang berlaku. Sarana dan prasarana yang berasal dari pemerintah
(milik negara) wajib diadakan inventarisasi sesuai dengan format-
format yang telah ditentukan. Kepala sekolah bertanggungjawab atas
kegiatan inventarisasi. Melalui inventarisasi akan diketahui dengan
mudah jumlah, jenis barang, kualitas, tahun pembuatan,
merk/ukuran, dan harga barangbarang yang ada di sekolah. Secara
umum, inventarisasi dilakukan untuk usaha penyempur- naan
pengurusan dan pengawasan yang efektif terhadap sarana dan
prasarana yang dimiliki suatu sekolah. Inventarisasi dilakukan
dengan tujuan' minim sebagai berikut:

20
a. Untuk menjaga dan menciptakan tertib administrasi sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah.
b. Untuk menghemat keuangan sekolah, baik dalam pengadaan,
maupun untuk pemeliharaan dan penghapusan sarana dan
prasarana sekolah.
c. Sebagai bahan atau pedoman untuk menghitung kekayaan
suatu sekolah dalam bentuk materi yang dapat dinilai dengan
uang.
d. Untuk memudahkan pengawasan clan pengendalian sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah, (Depdiknas, dalam
Barnawi 8: M. Arifin 2012: 67-68).

Dalam kegiatan inventarisasi, kegiatan-kegiatan yang harus


dilakukan oleh pengelola sarana dan prasarana pendidikan adalah
sebagai berikut (Barnawi & M. Arifin, 2012: 67-69)
a. Mencatat semua barang inventaris di dalam ”Buku Induk
Barang Inventaris” dan buku pembantu ”Buku Golongan
Barang Inventaris”. Buku induk barang inventaris adalah buku
tempat mencatat semua barang inventaris milik negara dalam
lingkungn sekolah menurut urutan tanggal penerimaannya.
Sementara buku golongan barang inventaris adalah buku
pembantu tempat mencatat barang inventaris enurut golongan
barang yang ditentukan.
b. Mencatat semua barang non-inventaris dalam ”Buku Catatan
Barang Non-inventaris”. Buku catatan non-inventaris adalah
buku tempat mencatat semua barang habis pakai, seperti kapur,
pensil, penghapus, papan tulis, dan lainIain.
c. Memberikan koding (coding) pada barang yang
diinventarisasikan. Kode yang digunakan untuk
melambangkan nama atau uraian kelompok atau jenis barang
adalah berbentuk angka bilangan atau numeric yang tersusun
dengan pola tertentu, agar mudah di'mgat dan dikenali. Pada
umumnya, nomer kode barang terdiri dari tujuh buah angka
21
yang tersusun menjadi dua bagian yang mana masing-masing
berjumlah tiga dan empat angka. Kedua bagian tersebut
dipisahkan oleh sebuah tanda titik. Angka pertama dari sususan
tiga angka untuk menyatakan jenis formulir yang digunakan.
Dua angka berikutnya merupakan sandi pokok untuk
kelompok barang menurut ketentuan di dalam masing-maing
formulir. Angka keempat sesudah tanda titik diperuntukan bagi
nomer kode spesifikasi masing-masing barang dari atau di
dalam sub-sub kelompok yang bersangkutan. Misalnya, sandi
barang bergerak 100.000 dan sandi barang tidak bergerak
200.000.
d. Membuat laporan triwulan tentang mutasi barang yaitu laporan
tentang bertambah atau berkurangnya barang selama triwulan
yang bersangkutan. Laporan ini tersusun berdasarkan jenis
barang dan pada masing-mas'mg golongan mventaris.
e. Membuat daftar isian inventaris, yaitu tempat tempat mencatat
semua barang inventaris menurut golongan barangnya.
f. Membuat daftar rekapitulasi barang inventaris, yaitu daftar
yang menunjukkan jumlah barang inventaris menurut keadaan
pada tahun anggaran.
2. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan sarana dan prasarana
pendidikan disuatu tempat agar kualitas dan kuantitasnya terjamin.
Kegiatan penyimpanan meliputi menerima barang menyimpan
barang, dan mengeluarkan atau mendistribusikan barang. Dalam hal
ini dibutuhkan gudang sebagai tempat untuk menyimpan
barangbarang yang perlu disimpan dalam suatu tempat.
Tata letak gudang perlu diperhatikan untuk memudahkan
penerimaam, penyimpanan, dan pengeluaran barang. Gudang
sebaiknya tidak disekat-sekat. Letak pintu dan posisi dinding diatur
agar memudahkan dalam pergerakan. Lorong gudang dapat ditata
berdasarkan sistem garis lurus, atau huruf U, atau huruf L. Selain itu,

22
gudang harus memiliki sirkulasi udaya yang cukup, kelembaban
udara yang cukup dan pencahayaan yang memadai. Pengelola
gudang dapat menggunakan rak atau pallet untuk menjaga barang-
barang tetap memperoleh sirkulasi udara, pencahayaan, perlindungan
terhadap banjir, dan serangan hama serta efisiensi penanganan.
Untuk barang-barang yang berbahaya, memerlukan perlakuan
khusuS dan barang-barang yang berukuran terlalu besaf perlu
dilakukan penyimpanan khusus. Misalnya, untuk obat dan vaksin
perlu perlakuan khusus dengan cara disimpan dilemari pendingin
dan harus dilindungi dari pu tusnya aliran listrik, untuk bahan kimia
disimpan dalam bangunan khusus yang terpisah dari gudang induk,
dan peralatanbosar memorlukdn tcmpat khusus untuk ponyimpanan
dan pomeliharaan. Janis barang ini biasanya 6|ch pada sckolah-
sckolah yang sudah molakukan kerja laboralorium.
Sarana pendukung pergudangan seperti alat angkutan (missalnya
kendaraan roda dua dan roda empat), alat dokumentasi administrasi
(misal komputer, printer, brankas, lemari arsip, dan lainlain, alat
komunikasi (telepon), alat pengatur suhu, sarana administrasi (missal
buku induk, buku pembantu, surat bukti barang masuk, dan keluar,
dan alat tulis kantor) clan peralatan. Faktor pendukung berikutnya
ialah keamanan gudang. Gudang harus aman dari bencana (misal
banjir dan tanah longsor). Bahan-bahan yang terdapat di gudang
harus ditata agar tidak terjadi penumpukan bahan-bahan yang mudah
terbakar. Untuk menanggulangi kebakaran dengan cepat, perlu
dipasang alarm dan alat-alat pemadam kebakaran dengan cukup.
Sementara itu, utnuk menjaga keamanan gudang jadi jangkauan
pencuri, perlu dipagar keliling dan dipasang alat pemantau.
3. Pemeliharaan
Sarana dan prasarana mengalami penyusutan dari waktu ke waktu.
Sejak barang diterima, sejak itu pula barang tersebut akan
mengalami penyusutan. Baik kualitas maupun kuantitas sarana dan

23
prasarana pendidikan akan menurun drastis jika tidak dilakukan
upaya pemeliharaan sarana dan prasarsana tersebut secara kontinu.
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan untuk
melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan
prasarana selalu dalam Keadaan Dan Siap untuk digunakan secara
berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai tujuan pendidikan
Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari
kerusakan suatu barang sehinggga barang tersebut kondisinya baik
dan siap digunakan. Pemeliharaan mencakup daya upaya yang terus
menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam
keadaan baik.
Tujuan pemeliharaan yaitu:
a. Mengoptimalkan usia pakai peralatan. Hal ini sangat penting
terutama jika dilihat dari aspek biaya karena untuk membeli
suatu peralatan akan jauh lebih mahal jil<a dibandingkan
dengan merawat bagian dari peralatan tersebut.
b. Untuk menjamin kesiapan operasional paralatan demi
mendukung kelancaran pekeljaan sehingga diperoleh hasil
yang optimal.
c. Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan
melalui pengecekan secara rutin dan teratur.
d. Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa saat
menggunakan alat tersebut (Depdiknas, 2007: 31-32).

Dalam kegiatan pemeliharaan, terdapat beberapa macam pekerjaan,


yaitu perawatan rutti/berkala, perawatan darurat, dan perawatan
preventif. Perawatan rutin yaitu perawatan yang dilakukan setiap
kurun waktu tertentu, misalnya harian, mingguan, bulanan, dan
triwulan bahkan tahunan. Contohnya pembersihan kaca, lantai, meja
dan kursi, serta toilet, pembersihan ruangan dan halaman dari
sampah, dan pengecatan gedung dan Peralatan. Perawatan Darurat
adalah perawatan mug mk tvrdugn suhvlumnya karma ada kcrusakan
atau tanda bahaya. Perawatan scperti ini merupakan perbaikan yang
24
sifamya sementara dan harus cepat selcsai supaya kerusakan tidak
bcrlambah parah dan agar proses pembelajaran tidak torganggu.
Sementara perawatan preventif adalah perawatan rutin yang
dilakukan pada selang waktu tertentu dengan beberapa criteria yang
ditentukan sebelumnya. Tujuan perawatan ini adalah untuk
mencegah kemungkinan sarana dan prasarana tidak dapat berfungsi
pada saat digunakan.
Pekerjaan yang termasuk dalam perawatan preventif ialah melihat,
memeriksa, menyetel, mengkalibrasi, meminyaki, mengganti suku
cadang, dan sebagainya (Depdiknas, 2007:34). Berikut langkah-
langkah dalam perawatan preventif.
a. Menyusun program perawatan preventif di sekolah.
b. Membentuk tim pelkasana perawatan preventif sekolah terdiri
atas : kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala tata usaha,
komite sekolah.
c. Menyiapkan jadwal tahunan kegiatan perawatan untuk setiap
peralatan dan fasilitas sekolah.
d. Menyiapkan Iembar evaluasi untuk menilai hasil kerja
perawatan pada masing-masing bagian sekolah.
e. Memberi penghargaan bagi mereka yang berhasil
meningkatkan kinerja peralatan sekolah untuk meningkatkan
kesadaran dalam merawat sarana dan prasarana sekolah.

Menurut J. Mamusung, faktor-faktor yang mengakibatkan kerusakan


pada bangunan, perabot, dam perlengkapan sekolah, yaitu:
a. Kerusakan yang disebabkan pemakaian dan pengrusakan, baik
yang disengaja maupun tidak oleh pemakai.
b. Kerusakan disebabkan oleh pengaruh udara, cuaca musim
maupun keadaan lingkungan.
c. Keusangan (out of date) disebabkan modernisasi di bidang
pendidikan serta perkembangannya.

25
d. Kerusakan karena kecelakaan atau bencana disebabkan
kecerobohan dalam perencanaan, pemeliharaan, pelaksanaan,
Penggunaan yang salah.
e. Keruskan karena timbulnya bencana alam, seperti banjir, tanah
longsor, gempa, dan lain sebagainya (Endang Herawan dan
Sukarti Nasihin, 2001: 122).

Masalah yang sering terjadi justru pengrusakan yang sengaja


dilakukan oleh para siswa itu sendiri. Hal ini selain merupakan
tindakan indisipliner, juga akan membebani anggaran sekolah karena
harus menambah jumlah pengeluaran yang seharusnya tidak terjadi.

H. Penghapusan Sarana dan Prasarana


Penghapusan sarana dan prasarana adalah kegiatan mengeluarkan,
menghilangkan, memusnahkan sarana dan prasarana dari daftar
inventaris karena sarana dan prasarana di anggap tidak berfungsi
terutama untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran sekolah.
Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, bertujuan untuk :
1. Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi
kerugian/pemborosan biaya pemeliharaan sarana dan prasarana
yang kondisinya semakin buruk berlebihan atau rusak dan sudah
tidak dapat di pergunakan lagi;
2. Meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris
3. Membebaskan ruangan dari penumpukan barang-barang yang
sudah tidak dipergunakan lagi
4. Membebaskan barang dari tanggung jawab pengurusan kerja
(Depdiknas, 2007:52-53)

Barang-barang yang akan dihapus harus memenuhi syarat-syarat


tertentu. Menurut Suharsimi, Arikunto dan Lia Yuliama ( 2009:281-282),
barang-barang yang dapat di hapuskan dari daftar inventaris harus
memenuhi salah satu atau lebih syarat-syarat di bawah ini :

26
1. Dalam keadaan rusak berat yang sudah dipastikan tidak dapat
diperbaiki lagi atau di pergunakan lagi.
2. Perbaikan akan menelan biaya yang sangat besar sehingga
merupakan pemborosan uang negara.
3. Secara teknis dan ekonomis kegunaan tidak seimbang dengan biaya
pemeliharaan.
4. Penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang (biasanya bahan
kimia).
5. Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini, seperti mesin tulis
biasanya diganti dengan komputer.
6. Barang-barang yang jika disimpan lebih lama akan rusak dan tidak
dapat dipakai lagi.
7. Ada penurunan efektivitas kerja, misalnya dengan mesin tulis baru
(misalnya komputer) sebuah konsep dapat diselesaikan dalam 2
hari, tetapi dengan mesin tulis yang hampir rusak harus
diselesaikan dalam 10 hari.
8. Dicuri, dibakar,diselewengkan, musnah akibat bencana alam dan
lain sebagainya.

Secara umum, penghapusan barang dapat dilakukan dengan cara


lelang atau pemusnahan. Namun, dalam penghapusan harus melewati
tahap-tahap tertentu. Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana
(2009:281-282), penghapusan barang dapst melalui tahap-tahap berikut
ini :
1. Pemilihan barang yang dilakukan tiap tahun bersamaan dengan
waktu memperkirakan kebutuhan.
2. Memperhitungkan faktor-faktor penyingkiran dan penghapusan
ditinjau dari segi nilai uang.
3. Membuat perencanaan.
4. Membuat surat pemberitahuan kepada yang akan diadakan
penyingkiran dengan menyebutkan barang-barang yang akan di
singkirkan.

27
5. Melaksanakan penyingkiran dengan cara (a) mengadakan lelang,
(b) menghibahkan kepada badan/oranglain, (c) membakar, (d)
penyingkiran disaksikan oleh atasan.
6. Membuat berita acara tentang pelaksaan penyingkiran.

Penghapusan barang inventaris dengan cara lelang merupakan


pemghapusan barang-barang sekolah melalui kantor Lelang Negara
prosesnya sebagai berikut :
1. Kepala Dinas Pendidikan membentuk panitia perjualan barang.
2. Melaksanakan sesuai dengan prosedur lelang yang sudah
ditetapkam.
3. Mengikuti acara perlelangan.
4. Kantor lelang membuat “Risalah lelang” dengan mencantum
banyaknya nama barang, dan keadaan barang yang dilelang.
5. Uang hasil lelang disetorkan kekas negara selambat-lambatnya 3
hari kerja setelah lelang.
6. Biaya lelang dan lain-lain menjadi beban pembeli.

Penghapusan barang inventaris dengan cara pemusnahan


(Depdiknas, 2017 54-55) adalah penghapusan barang inventaris yang di
lakukan dengan menghitungkan faktor-faktor pemusnahan ditinjau dari
segi uang. Oleh karena itu, penghapusan dibuat dengan perencanaan yang
matang dan dibuat surat pemberitahuan kepada atasan dengan
menyebutkan barang-barang apa saja yang hendak disingkarkan.
Tugasnya sebagai berikut :
1. Membentuk panitia penghapusan oleh kepala Dinas Pendidikan.
2. Sebelum barang di hapuskan perlu dilakukan pemilihan barang
yang dilakukan tiap tahun bersamaan dengan waktu
memperkirakan kebutuhan.
3. Panitia melakukan penelitian barang yang akan di hapus.
4. Setelah mengadakan penelitian secukupnya barang-barang yang di
usulkan untuk di hapus sesuai surat keputusan dan disaksikan oleh
pejabat pemerintah setempat dan kepolisian, pemusnahannya

28
dilakukan oleh unit kerja yang bersangkutan dengan cara di bakar,
dikubur, dan sebagainya.
5. Menyampaikan berita acara ke atasan/menteri sehingga dikeluarkan
keputusan penghapusan.
6. Kepala sekolah selanjutnya menghapuskan barang tersebut dari
buku induk dan buku golongan inventaris dengan menyebut nomor
dan surat keputusan (SK) penghapusannya.

29
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:
1. Manajemen sarana prasarana adalah kegiatan mengatur segala
peralatan/material bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah.
Manajemen sarana dan prasarana dibutuhkan untuk membantu kelancaran
proses belajar mengajar.
2. Prinsip-prinsip manajemen sarana prasarana sebagaimana dikatakan
Endang H dan Sukarti N. (2001:113-114) meliputi sarana prasarana yang
merupakan sebuah pengembangkan dari cita dan citra masyarakat,
pancaran keinginan bersama, memadai bagi peserta didik, sesuai dengan
kepentingan pendidikan, penanggung jawab mampu membantu program
sekolah secara efektif, mempunyai kecakapan untuk mengenal sarana dan
prasarana, memelihara dan menggunakan bangunan dan tanah sekitarnya
dengan baik, memperhatikan seluruh keperluan alat-alat pendidikan,
pembuatan kode barang, dan pembuatan laporan dari saran dan prasarana.
3. Penggunaan saran dan prasaran merupakan kegiatan pemanfaatan sarana
dan prasarana pendidikan untuk mendukung proses pendidikan demi
mencapai tujuan pendidikan. Dalam menggunakan saran dan prasarana
harus memperhatikan prinsip penggunaan sarana dan prasarana yaitu
prinsip efektivitas dan efisiensi.
4. Klasifikasi sarana dan prasarana dibagii menjadi tiga macam yaitu:
a. Habis tidaknya dipakai
b. Bergerak atau tidaknya saat pembelajaran
c. Berdasarkan ubungan dengan proses pembelajaran
5. Perencanaan sarana dan prasarana merupakan proses perancangan meliputi
upaya pembelian, penyewaan, peminjaman, penukaran, daur ulang,
rekondisi/rehabilitasi, pembuatan peralatan dan perlengkapan, yang sesuai
dengan kebutuhan sekolah dengan melibatkan unsur-unsur penting di
sekolah untuk meningkatkan tingkat kematangan dari sebuah rencana.
Dalam merencanakan sarana dan prasarana harus memenuhi beberapa

30
syarat dalam kegiatan perencanaan penggunaan saran dan prasarana.
Syarat penggunaan sarana dan prasaran ditujukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan maksimak.
6. Pengadaan sarana dan prasaran merupakan kegiatan menyediakan berbagai
jenis sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan.
Kebutuhan sarana dan prasarana berkaitan dengan jenis dan spesifikasi,
jumlah, waktu, tempat, dan harga, serta sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan rencana sebelumnya. Pengadaan sarana dan
prasarana tersebut dapat melalui beberapa cara seperti pembelian, produksi
sendiri, hibah, sewa, pinjaman, daur ulang, tukar menukar, dan
rekondisi/rehabilitasi.
7. Proses pengaturan sarana dan prasaran meliputi kegiatan inventarisasi,
penyimpanan, dan pemeliharaan. Inventarisasi adalah kegiatan mencatat
dan menyusun sarana prasarana secara teratur, tertib, dan lengkap
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Penyimpanan adalah kegiatan
menyimpan sarana dan prasarana pendidikan disuatu tempat agar kualitas
dan kuantitasnya terjamin. Sedangkan pemeliharaan adalah kegiatan untuk
melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan
prasarana selalu dalam keadaan siap untuk digunakan secara berdaya guna
dan berhasil guna untuk mencapai tujuan pendidikan.
8. Penghapusan sarana dan prasarana adalah kegiatan mengeluarkan,
menghilangkan, memusnahkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris
karena sarana dan prasarana di anggap tidak berfungsi terutama untuk
kepentingan pelaksanaan pembelajaran sekolah. Barang yang akan dihapus
dari inventaris sekolah harus memenuhi beberapa syarat penghapusan
sarana prasarana. Terdapat beberapa cara dalam melakukan penghapusan
barang inventaris seperti pelelangan dan pemusnahan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyono, T dan Maisaroh, Siti. 2018. Merajut Kembali Manajemen Pendidikan.


Yogyakarta: CV Istana Agency.
Tim Dosen AP. 2011. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

32

Anda mungkin juga menyukai