Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

HUMAS DAN KEPEMIMPINAN DI LEMBAGA PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :

MANAJEMEN HUMAS PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu :

Dr. H. HASAN BAHARUN, M.Pd.

OLEH :

NAMA: HAIRUN NISAK


NIM: 2252600070

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


UNIVERSITAS NURUL JADID
PAITON PROBOLINGGO
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih dan Maha Penyayang, dengan segala cinta
dan kasih yang tiada terbatas oleh ruang dan waktu, sehingga penulis dapat menyusun dan
mengerjakan sebuah karya tulis berbentuk makalah guna memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Humas Pendidikan Islam.
Dengan segala daya upaya yang kami miliki, kami maksimalkan kemampuan kami
untuk menyusun makalah ini. Tidak lupa penulis menghaturkan salam ta’dzim dan terima
kasih yang dalam kepada :

1. KH. Moh. Zuhri Zaini, BA, selaku pengasuh PP Nurul Jadid yang selalu memberikan
mauidzoh dan nasehat yang menjadi motivator untuk melangkah maju menuju yang
lebih baik.
2. KH. Abd. Hamid Wahid, M.Ag. selaku Rektor Universitas Nurul Jadid Paiton
Probolinggo.
3. Dr. KH. Hasan Baharun, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Nurul Jadid Paiton Probolinggo.
4. Dr. KH. Hasan Baharun, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen
Humas Pendidikan Islam
5. Terimakasih untuk semuanya, semoga budi baik dan pengorbanan mereka diterima di
sisi-Nya dan dibalas dengan balasan yang lebih baik.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi kami mengucapkan
mohon maaf atas kesalahan yang kami lakukan, kami juga mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Paiton, 29 Mei 2023

i
PenulisDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 5
C. Tujuan Masalah .................................................................................................... 5
BAB II : PEMBAHASAN
A. Humas Dalam Konsep Otonomi Pendidikan ...................................................... 6
B. Humas Dalam Konsep Manajemen Berbasis Sekolah .......................................... 7
C. Style Kepemimpinan Dalam Kebijakan Humas ................................................. 9
D. Prinsip Humas Dalam Kepemimpinan Sekolah di Lembaga Pendidikan ...........13
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................................18
B. Saran ........................................................................................................................18

ii
DAFTAR PUSTAKA 19BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen humas sebuah upaya yang dilakukan oleh lembaga organisasi dalam
membangun sebuah komunikasi yang efektif dengan masyarakat sehingga dibutuhkan
jalinan komunikasi yang intensif dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
lembaga. Selain itu juga hubungan dengan masyarakat akan membantu lembaga
dalam mensukseskan program yang telah direncanakannya untuk mencapai tujuan
dari lembaga itu sendiri.1
Maju mundurnya mutu pendidikan di Negara Indonesia, sangat ditentukan oleh
peran strategis dunia pendidikan, sebagaimana perkembangan ilmu pengetahuan juga
tak akan pernah terlepas dan terpisah dari perkembangan dunia pendidikan di lembaga
pendidikan.2 Di lembaga pendidikan misalnya, dalam mengembangkan kiprahnya,
lembaga pendidikan sebagai pusat pendidikan di masyarakat, dituntut untuk
menghasilkan pendidikan yang bermutu, baik dalam segi sistem pendidikan yang
dikembangkan, kompetensi lulusan yang dihasilkan, maupun pada tingkatan
kontribusinya dalam pembangunan masyarakat, terutama bersaing antar lembaga
pendidikan di era otonomi pendidikan sekarang ini.
Peran bagian public relations dalam Islam, dilihat dari landasan filosofis yang
sesuai dengan harkat dan martabatnya, bagian public relations sebagai bagian dari
lembaga pendidikan Islam, haruslah memiliki sifat bijaksana, arif, dan manusiawi,
yang perlu dikaji dan dikembangkan dalam mencapai keberhasilan dari lembaga
pendidikan Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat an-Nahl, ayat: 125,
yang berbunyi:

َ ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َربَّكَ هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
‫ض َّل ع َْن‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬
ُ ‫اُ ْد‬
)125 :16/‫ ( النحل‬١٢٥ َ‫َسبِ ْيلِ ٖه َوه َُو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

1
Parhan, “Manajemen Hubungan Masyarakat dalam Mengembangkan Lembaga Pendidikan Pesantren” (Tesis
Magister, Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2017): 23.
2
Nurul, Strategi Manajemen Humas Dalam Menyampaikan Program Unggulan Madrasah, Al-Tanzim: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, Vol.2, No.1, 2018, 1

1
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk (125)”.

Ayat diatas, mengandung makna bahwa peran bagian public relations di lembaga
pendidikan Islam, tidak saja memberikan informasi ke masyarakat, namun juga
haruslah mampu untuk menyerukan, mengajak, dan membina masyarakat dengan
selalu berpedoman pada landasan al-Qur’an dan as-Sunnah, dengan cara yang
bijaksana; strategi yang digunakan untuk haruslah mampu memberikan bimbingan
dan konseling yang baik dan benar kepada masyarakat, selalu mengedepankan
pendekatan dengan musyawarah dengan cara baik, dan mengetahui batasan-batasan
atas informasi yang disampaikan, karena pada dasarnya kebenaran hanya milik Allah
SWT, hanya Allah SWT yang mengetahui siapa yang tersesat dan siapa yang
mendapatkan petunjuk.3
Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah sarana yang sangat penting dalam

membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik sekolah. Selain itu,

yang semestinya dilakukan sekolah sebagai sistem sosial merupakan bagian integral

dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat.4 Lembaga pendidikan tidak bisa

terpisahkan dari manajemen, karena manajemen merupakan komponen integral yang

tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara umumnya. Tanpa adanya

manajemen, tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal,


efektif dan efisien.
Pada masalah inilah tumbuh kesadaran akan pentingnya memperdayakan

masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah. Yang demikian ini diharapkan agar

tercapai tujuan pendidikan. Hubungan sekolah dengan masyarakat, akan

meningkatkan kinerja sekolah dan tercapainya proses pendidikan disekolah secara

produktif, efektif dan efisien, sehingga menghasilkan lulusan yang produktif dan
berkualitas.5
Dalam memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat tersebut, lembaga
pendidikan perlu membentuk bagian public relations dalam mempromosikan dan

3
Andi Zuchairiny, Human Relations dalam Perspektif Islam, Jurnal Hunafa, Vol. 5, No. 2, Agustus 2008, 198
4
Kurniawati, N. B., & Pardimin, P. (2021). Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat Dalam
Mewujudkan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar. Media Manajemen Pendidikan, 3 (3).
https://doi.org/10.30738/mmp.v3i3.9120
5
Mulyasa, E. (2014). Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional. In Bandung: Remaja Rosdakarya.

2
menginformasikan lembaga pendidikan kepada masyarakat, terutama dalam hal
mengarahkan pada perwujudan sebagai lembaga pendidikan yang bermutu, serta
mempunyai kepedulian pada situasi dan kondisi masyarakat dan fast respon dalam
menjawab perkembangan kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap lembaga
pendidikan.6 Sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhammad Saroni, bahwa:

“Eksistensi lembaga pendidikan di masyarakat, sangatlah bergantung pada


cara yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dalam membina hubungan
dengan masyarakat. Lembaga pendidikan yang maju adalah lembaga yang
mampu menjaga keharmonisan hubungannya dengan masyarakat, sehingga
semua aspek terkait dengan proses belajar mengajar, secara tidak sadar ikut
aktif dalam proses hubungan yang ada”.7

Hubungan masyarakat sangat penting dalam manajemen pendidikan, hubungan


masyarakat mempunyai beberapa fungsi pokok dalam manajemen pendidikan yaitu
dapat menarik perhatian masyarakat umum sehingga meningkatkan relasi serta animo
masyarakat terhadap lembaga pendidikan tertentu yang akhirnya menambah income
bagi lembaga pendidikan agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.8
Oleh sebab itu, sekolah harus mengetahui tujuan-tujuan, program-program,
kebutuhan, serta keadaan masyarakat. Sekolah juga harus mengetahui dengan jelas
apa kebutuhan, harapan dan tuntunan masyarakat terutama terhadap sekolah. 9 Dengan
kata lain, antara sekolah dan masyarakat harus dibina dan dikembangkan suatu
hubungan yang harmonis. Sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
masyarakat. Hubungan serasi, terpadu, serta timbal balik yang diwujudkan dan
dilaksanakan agar peningkatan mutu pendidikan dan pembangunan dapat saling
menunjang.10
Humas penting diterapkan pada pendidikan karena (1) humas merupakan suatu
kegiatan yang sangat diperlukan di sekolah atau lembaga pendidikan sebagai wahana
yang resmi untuk dapat berhubungan dengan masyarakat luas serta menunjukan
kepada masyarakat mengenai kegiatan yang sudah, sedang, dan apa yang dikerjakan;
(2) humas adalah organisasi yang mempunyai berbagai media untuk menyebarkan ide
atau gagasannya kepada organisasi atau badan yang lain; (3) melalui humas, sekolah
6
Ike Devi Sulistyaningtyas, Peran Strategis Public Relations di Perguruan Tinggi, Jurnal Ilmu Komunikasi,
Vol.04, No.02, Desember 2007, 135
7
Asrul Anam, Strategi Hubungan Masyarakat Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Di MTs Darut
Taqwa, Jurnal Al-Murabbbi, Vol.1, No.1, 2015, 1
8
Gunawan, A. H. (2011). Administrasi Sekolah (2nd ed.). Jakarta: Rineka Cipta
9
Abdullah. (2015). Pengembangan Manajemen Berbasis Madrasah. Jurnal Pendidikan Pedagogik, 03 (01).
10
Mulyasa, E. (2011). Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Pelaksanaan. In Solo : Yayasan Kita.

3
dapat meminta bantuan yang diperlukan dari organisasi atau badan lain; (4) humas
mendorong usaha seseorang atau sekolah untuk memperkenalkan diri dan menjalin
hubungan dengan organisasi lain; dan (5) humas dapat memenuhui kebutuhan
sesorang untuk mengembangkan diri.11 Oleh karena itu promosi merupakan salah satu
cara yang harus diterapkan dalam menjalin hubungan antara selolah dengan
masyarakat.
Selain itu, akan memberikan pemahaman kepada masyarakat terhadap sekolah
sebagai lembaga pendidikan. Dengan begitu masyarakat tidak mempunyai pemikiran
bahwa sekolah hanya melahirkan lulusan yang menjadi pengangguran dan
mengurangi persepsi dari tenaga pendidikan yang sebagian tidak memikirkan mutu
pendidikan dan hanya melakukan tindakan kekerasan kepada peserta didik, serta
permasalahan-permasalahan lainnya.12
Pemikiran-pemikiran inilah yang seharusnya tidaklah terjadi. Peram humas
sebagai bagian dari lembaga pendidikan untuk melakukan komunikasi dan pemberian
pemahaman pada masyarakat. Humas dapat melakukannya melalui pemasaran jasa
pendidikan atau promosi jasa pendidikan. Oleh sebab itu, promosi sekolah sangat
berguna dilakukan oleh sebuah lembaga pendidikan. Dengan begitu masyarakat dapat
memahami dan mengetahui perkembangan dari lembaga pendidikan yang terdapat
disekitarnya.13
Dengan demikian dapat dipahami bahwa tujuan humas dalam lembaga pendidikan

adalah untuk mewujudkan kualitas lembaga pendidikan melalui hubungan baik

dengan masyarakat, hubungan baik tersebut dapat dilakukan melalui hubungan


edukatif, kultural, dan institusional. Promosi pendidikan adalah kegiatan

memperkenalkan, menawarkan mutu, visi dan misi serta tujuan sebuah sekolah

kepada masyarakat sebagai konsumennya. Dengan tujuan menarik minat masyarakat

berpasrtisipasi aktif dalam sekolah tersebut. Lockhart memaparkan promosi

pendidikan meliputi aktivitas dan materi yang digunakan sekolah untuk menjangkau

khalayak sekolah, membangun lingkungan internal sekolah yang peduli, serta

11
Pramungkas, P. R. (2020). Peran Humas Pembentuk Opini Publik Dalam Upaya Pencitraan Lembaga
Pendidikan. Kelola: Journal of Islamic Education Management, 5 (1). https://doi.org/10.24256/kelola.v5i1.1411
12
Ariyani, R. (2020). Manajemen Promosi Sekolah Dalam Rangka Meningkatkan Animo Masyarakat Masuk
SMK. Media Manajemen Pendidikan, 3(1). https://doi.org/10.30738/mmp.v3i1.3920
13
Ardhoyo, T. E. (2013). Peran dan Strategi Humas (Public Relations ) Dalam Mempromosikan Produk
Perusahaan. Jurnal ILMIAH Widya, 1 (1).

4
menciptakan kesadaran dari upaya sekolah untuk memenuhi keinginan dan harapan
masyarakat.14

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan


sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Pengertian Analisis Laporan Keuangan
2. Apa Tujuan Analisis Laporan Keuangan
3. Apa saja Pihak-Pihak yang berkepentingan terhadap Analisis Laporan Keuangan
4. Apa Langkah-Langkah Analisis Laporan Keuangan

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian Analisis Laporan Keuangan


2. Untuk mengetahui Tujuan Analisis Laporan Keuangan
3. Untuk mengetahui Pihak-Pihak yang berkepentingan terhadap Analisis Laporan
Keuangan
4. Untuk mengetahui Langkah-Langkah Analisis Laporan Keuangan

14
Juhji, D. (2020). Manajemen Humas pada Lembaga Pendidikan. In Manajemen Humas Sekolah.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Humas Dalam Konsep Otonomi Pendidikan

Pada dasarnya humas hubungan masyarakat dalam istilah ini disebut sebagai
menejemen hubungan masyarakat yang mana humas ini sangat di butuhkan
dalam;.organisasi yang fungsinya untuk komunikasi atau pengikat antara organisasi
dengan publik/masyarakat baik itu organisasi bersifat komersial (perusahaan) maupun
orgnisai non komersial. Pendidikan merupakan wahana penting dan media yang
efektif untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos
kerja di kalangan warga masyarakat.15 Pada dasarnya Hubungan Masyarakat disingkat
dengan akronim “humas“, padanan dari istilah public relation yang sering disingkat
dengan “PR”. Humas seringkali kita fikirkan sebagai hal yang berhubungan dengan
komunikasi, konfrensi pers, informasi, secara gampang dimaknai sebagai
penyampaian segala informasi.
Dalam dunia pendidikan/sekolah tidak terlepas di dalam masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat. Program sekolah akan semakin berkembang dan
lebih maksimal jika mendapat partisipasi masyarakat. Oleh karena itu dengan adanya
bagian humas atau sebagai komunikasi dengan masyarakat yang mana menejem
komunikasi itu di perbaiki sehingga hubungan sekolah dan masyarakat semakin
meningkat dan lebih baik lagi kedepannya.
Dengan adanya otonomi atau aturan dan wewenang yang telah diberikan
sepenuhnya kepada sekolah, maka sekolah harus mampu mengelola lembaga tersebut
dan bisa melaksanakan program-program yang telah ada dalam sekolah dengan
kemampuan yang ada sehingga semakin berkembang, sekolah bisa mengelola sokolah
dengan baik yaitu menyesuaikan dengan lingkungan pada daerah-derah sekitar yaitu

15
Baharun, ‘Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan Kepala Madrasah’, At-Tajdid: Jurnal
Ilmu Tarbiyah, 6 (2017), 1–25

6
juga harus mengembangkan musyawarah dengan masyarakat sehingga apa yang telah
direncanakan tercapai.16
Oleh karena itu dengan adanya otonomi Pendidikan, Pendidikan adalah sangat
penting sekali diadakan peraturan tertentu sehingga jelas dalam suatu pelaksanaan
dari beberapa bidang yang lain. Gelombang demokratisasi dalam pendidikan
menuntut adanya desentralisasi pengelolaan pendidikan, sehingga dari penyamaan
pendidikan telah muncul dinusantara uniformitas. Akan tetapi dengan adanya
uniformitas ini membuat perorangan maupun masyarakat kurang berkembang dalam
pendapat-pendapat maupun inovasi. Dengan mengunjungi rumah-rumah dalam
rangka memecahkan masalah pendidikan atau membina persahabatan.17
Peranan humas di lembaga pendidikan (sekolah) adalah menciptakan hubungan
internal yang kondusif melalui pemeliharaan setiap ikatan kerja dan menjaga
hubungan antara pimpinan, guru, karyawan dan siswa yang harmonis, selain itu untuk
menjalin hubungan, komunikasi, memahami dan perhatian terhadap kebutuhan serta
keluhan konsumen.18 Selain itu, humas di lembaga pendidikan (sekolah) juga
mencakup hubungan eksternal, dimana humas di sekolah harus membangun dan
mempertahankan citra dan reputasi positif sekolah serta membina hubungan baik
dengan media dan menjalin suatu ikatan atau hubungan yang harmonis dengan
pelanggan (siswa dan masyarakat luas) agar sekolah tersebut dapat memperoleh
kepercayaan publik.
Dalam manajemen humas, prinsip yang dipegang oleh pemimpin, diantaranya:
Prinsip Human Relation, Prinsip Komunikasi Interpersonal, Prinsip Gaya Partisipatif,
Prinsip Persuasif, Prinsip Informatif, Prinsip Membina Hubungan. Langkah-langkah
manajemen hubas dalam organisasi pendidikan, diantaranya: memberi informasi (to
inform), Menerangkan (to explain), Menyarankan (to suggest), Membujuk (to
persuade), Mengundang (to invite), Meyakinkan (to convice).
Sebagai praktisi humas harus bisa menjalankan wewenag yang telah diberikan
sepenuhnya dengan adanya otonomi pendidikan, yaitu dengan pemikiran-pemikiran
dan kreatifitas yang dimiliki sehingga lembaga pendidikan lebih berkembang sesuai

16
Baharun, Hasan, ‘Desentralisasi Dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Sistem Pendidikan Islam’, Jurnal
AtTajdid, 1 (2012)
17
Sabrina, Shintia, ‘Pengelolaan Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat (Husemas) Di Sma Negeri 1 2x11
Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman’, Jurnal Administrasi Pendidikan, 2 (2014), 689–95
18
Baharun, ‘Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan Kepala Madrasah’, At-Tajdid: Jurnal
Ilmu Tarbiyah, 6 (2017), 20

7
dengan kemampuan masyarakat pada daerah sekitar sehingga hubungan antara
lembaga pendidikan dan masyarakat tercipta harmonis dan sejahtera.
B. Humas Dalam Konsep Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen dalam bahasa inggris dikenal dengan kata manage yang berarti
mengatur, mengurus, melaksanakan dan mengelola (John M. Echols & Hasan Shadily,
2003:372). Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.S.J.
Poerwadarminata 2007:742) manajemen adalah cara mengelola suatu perusahaan
besar. Pengelolaan atau pengaturan dilaksanakan oleh seorang manajer
(pengatur/pemimpin) berdasarkan urutan manajemen.
Berbasis berarti “berdasarkan pada” atau “berfokuskan”. Sekolah adalah suatu
organisasi atau wadah terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) yang bertugas memberikan pegetahuan tentang kemampuan dasar kepada
peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan sesuai dengan UU SISDIKNAS. Dengan
pengertian di atas, maka pengembangan manajemen berbasis sekolah semestinya
mengakar di sekolah, terfokus di sekolah, terjadi di sekolah, dan dilakukan oleh
sekolah. Untuk itu, penerapan manajemen berbasis sekolah memerlukan konsolidasi
manajemen sekolah.
Manajemen berbasis sekolah bertujuan untuk “memberdayakan” sekolah,
terutama sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua
siswa, dan masyarakat sekitarnya), melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan
sumber daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang
bersangkutan. Tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat antara lain:
1. Meningkatkan kualitas sebuah sekolah di mata masyarakat.
2. Menjadikan hubungan tersebut sebagai pembentuk kualitas sekolah.
3. Memperkokoh rasa keingin tahuan masyarakat akan lembaga pendidikan tersebut.
4. Memasyarakatkan pendidikan.
5. Menjadikan masyarakat tetarik untuk menjalin kerja sama dengan lembaga
pendidikan tersebut.
6. Menyiapkan peserta didik dalam membangun kehidupan di masyarakat.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut, banyak cara yang bisa dilakukan oleh
sekolah dalam menarik simpati masyarakat dengan memberitahu masyarakat
mengenai program-program sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, yang

8
sedang dilaksanakan, maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat
gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.
Hubungan sekolah dan masyarakat yang baik akan menumbuhkan rasa tanggung
jawab serta partisipasi dari masyarakat untuk menunjukkan kualitas dari sekolah
tersebut. Agar hubungan tersebut berjalan baik maka masyarakat perlu mengetahui
gambaran kinerja sekolah tersebut. Kepala sekolah merupakan kunci utama untuk
menjalin hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat dengan menaruh
perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang
dipikirkan orang tua tentang sekolah tersebut. Dikarenakan dengan hubungan yang
harmonis tersebut akan membentuk:
1. Saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-lembaga
lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja;
2. Kualitas masyarakat dan lembaga pendidikan yang baik.
3. Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti
dan pentingnya peranan masing-masing;
4. Adanya kegiatan yang membantu karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya
peranan masing-masing.
5. Kerjasama yang erat antara sekolah dan berbagai pihak yang ada di masyarakat
dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah.
6. Rasa kepercayaan masyarakat kepada lembaga sekolah.
Melalui hubungan yang harmonis tersebut, diharapkan tercapai tujuan hubungan
sekolah dengan masyarakat, yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara
produktif, efektif, dan efisien sehingga menghasilkan lulusan sekolah yang produktif
dan berkualitas. Lulusan yang berkualitas ini tampak dari penguasaan peserta didik
terhadap ilmu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dapat dijadikan bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya atau hidup di masyarakat sesuai
dengan asas pendidikan seumur hidup.

C. Style Kepemimpinan Dalam Kebijakan Humas

Banyak berbagai macam gaya kepemimpinan dalam kebijakan humas. Pemimpin


mempunyai berbagai macam gaya sesuai dengan teori-teori yang mereka gunakan dan
sesuai keahliannya dalam menerapkan pengaruh-pengaruh kepada semua anggota
yang ada. Karena teori pemimpin berpengaruh dalam terjadinya jalinan komunikasi

9
dengan bawahan menjadi lebih harmonis. Dengan teori pemimpin yang sesuai dengan
keadaan anggota dalam organisasi menjadi etos kerja yang baik bagi bawahan karena
pemimpin mengetahui keadaan-keadaan yang di miliki masing anggota anggota yang
ada dalam suatu organisasi.
Dapat diartikan gaya kepemimpinan adalah perilaku dan sifat, sikap yang sering
diterapkan oleh seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja
bawahannya. Dalam mencapai keharmonisan semua anggota, pemimpin harus
melakukan pendekatan secara baik-baik dengan berbagi cara yang tepat bertujuan
agar bawahan tidak melemah etos kerja bawahan. Ada beberapa cara pendekatan yaitu
diantaranya;
1. Teori Sifat Kepribadian
Teori ini mempunyai keyakinan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin
karena ia memang dilahirkan untuk menjadi pemimpin atau dengan kata lain ia
mempunyai bakat dan pembawaan untuk menjadi pemimpin. Dalam pandangan
ini tidak setiap orang bias jadi pemimpin hanya orang mempunyai bakat dan
pembawaan saja yang bias jadi pemimpin.
Teori kedua, mengatakan bahwa, mengatakan seseorang akan menjadi
pemimpin kalau lingkungan, waktu dan kebiasaan memungkinkan menjadi
pemimpin. Setiap orang bias menjadi pemimpin asal diberi kesempatan dan diberi
pembinaan untuk menjadi pemimpin, sekalipun dia tidak mempunyai bakat
pembawaan menjadi pemimpin.
Teori ke tiga, adalah gabungan dari teori pertama dengan teori kedua yaitu
untuk menjadi seorang pemimpin perlu bakat dan bakat itu perlu dibina supaya
berkembang. Kemungkinan untuk mengembangkan bakat ini tergantung pada
lingkungan, waktu dan kebiasaan.
Teori keempat disebut teori situasi. Menurut teori ini setiap orang bisa menjadi
pemimpin tetapi dalam situasi tertentu. Karena ia memiliki kelebihan yang
diperlukan dalam situasi itu. Dalam waktu lain dimana kelebihan-kelebihan itu
tidak diperlukan. Dalam situasi lain ia tidak akan menjadi pemimpin bahkan
mungkin hanya menjadi pengikut saja.
2. Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku memandang kepemimpinan dapat dipelajari dari pola
tingkah laku dan bukan sifat-sifatnya. Studi ini melihat dan mengidentifikasi
perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatanya untuk mempengaruhi

10
anggotanya kelompok atau pengikutnya. Perilaku pemimpin ini dapat berorientasi
pada tugas keorganisasian ataupun pada hubungan anggota kelompoknya.
3. Pendekatan Situasional.
Teori kepemimpinan situasional merupakan perkembangan yang mutakhir dari
teori kepemimpinan dan merupakan hasil baru model keefektifan pemimpin tiga
dimensi. Teori ini mencoba menyiapkan pemimpin dengan berbagai penelitian
mengenai hubungan diantara perilaku kepemimpinan yang efektif dan taraf
kematangan pengikutnya. Teori ini berasumsi bahwa pemimpin yang efektif
tergantung pada taraf kematangan perilaku dan kemampuan pemimpin untuk
memberikan orientasi nya, baik orientasi birokratis maupun hubungan antar
manusia.
Pemimpin adalah orang yang membantu orang lain untuk memperoleh hasil-hasil
yang diinginkan. Pemimpin bertindak dengan cara-cara yang memperlancatr
produktivitas, moral tinggi, respons yang energik, kecakapan kerja yang berkualitas,
komitmen, efisiensi, sedikit kelemahan, kepuasan, kehadiran, dan kesinambungan
dalam organisasi.
Gaya kepemimpinan kepala sekolah merupakan suatu perilaku seseorang
pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih
pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin mempengaruhi anggota kelompok
membentuk gaya kepemimpinan. Disini gaya kepemimpinan yang baik sesuai dengan
anggota bisa menjadikan pemimpin di hormati atau di segani.
Gaya kepemimpinan yang diterapkan pada suatu organisasi atau lembaga
pendidikan pada dasarnya tergantung pada tingkat kematangan atau kedewasaan
bawahan dan tujuan yang ingin dicapai. Bawahan sebagai unsur penting yang terlibat
dalam pencapaian tujuan mempunyai perbedaan dalam hal kemampuan, kebutuhan
dan kepribadian, sehingga pendekatan yang dilakukan pemimpin disesuaikan dengan
tingkat kematangan bawahan. Hersey dan Blanchard mengemukakan bahwa gaya
kepemimpinan yang efektif itu berbeda-beda sesuai dengan - kematangan - bawahan.
Kematangan atau kedewasaan menurutnya bukan dalam arti usia atau stabilitas
emosional melainkan keinginan untuk berprestasi, kesediaan untuk menerima
tanggung jawab, dan mempunyai kemampuan serta pengalaman yang berhubungan
dengan tugas.19

19
Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization), Bandung:
Alfabeta, 2009. p. 123

11
Dalam gaya kepemimpinan authoritarian, pemimpin lebih bersifat ingin berkuasa,
suasana sekolah selalu tegang. Pemimpin sama sekali tidak memberi kebebasan
kepada anggota kelompok untuk turut ambil bagian dalam memutuskan suatu
persoalan. Di sini pemimpin dalam hal ini kepala sekolah mendikte kepada guru yang
ada di bawah kepemimpinannya tentang apa yang harus dikerjakan oleh mereka dan
bagaimana harus mengerjakan.
Sifat kepemimpinan pada gaya Laizzes-faire seolah-olah tidak tampak, sebab pada
gaya ini seorang pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada para anggotanya
dalam melaksanakan tugasnya atau secara tidak langsung segala peraturan,
kebijaksanaan (policy) suatu institusi berada di tangan guru. Guru bekerja menurut
kehendaknya masing-masing tanpa adanya pedoman kerja yang baik. Di sini seorang
pemimpin mempunyai keyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang seluas-
luasnya terhadap bawahan, maka semua usahanya akan cepat berhasil. Apabila hal ini
kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila akan menyelenggarakan rapat guru
dapat dilaksanakan tanpa kontak pimpinan (kepala sekolah), tetapi dapat dilaksanakan
tanpa acara. Rapat dapat dilaksanakan selagi anggota/guru-guru dalam sekolah
tersebut menghendakinya.
Dalam gaya demokratis, seorang pemimpin selalu mengikut sertakan seluruh
bawahannya dalam pengambilan keputusan. Kepala sekolah yang bersifat demikian
akan selalu menghargai pendapat atau kreasi guru yang ada di bawahnya dalam
rangka membina kelasnya. Kepala sekolah memberikan sebagian kepemimpinannya
kepada guru, sehingga para guru merasa turut bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Pada gaya yang efektif terdapat empat gaya antara lain: (1) eksekutif, gaya ini
banyak memberikan perhatian pada tugas tugas pekerjaan dan hubungan kerja, (2)
pencinta pengembangan (developer), gaya ini memberikan perhatian yang maksimum
terhadap hubungan kerja, dan perhatian yang minimum terhadap tugas-tugas
pekerjaan, (3) otokratis yang baik (benevolent autocrat) gaya ini memberikan
perhatian yang maksimum terhadap tugas, dan perhatian yang minimum terhadap
hubungan kerja, (4) birokrat, gaya ini memberikan perhatian yang minimum terhadap
baik tugas maupun hubungan kerja.20
Selain itu terdapat empat gaya kepemimpinan yang tergolong tidak efektif, antara
lain: (1) pencinta kompromi (compomiser). Gaya ini memberikan perhatian yang
20
Miftah Toha, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), p.57.

12
besar pada tugas dan hubungan kerja dalam suatu situasi yang menekankan pada
kompromi, (2) Missionari, gaya ini memberikan penekanan yang maksimum pada
orang-orang dan hubungan kerja, tetapi memberikan perhatian yang minimum
terhadap tugas dengan perilaku yang tidak sesuai, (3) otokrat, gaya ini memberikan
perhatian yang maksimum terhadap tugas dan minimum terhadap hubungan kerja
dengan suatu perilaku yang tidak sesuai, (4) lari dari tugas (deserter), gaya ini sama
sekali tidak memberikan perhatian baik pada tugas maupun pada hubungan kerja.
D. Prinsip Humas dalam Kepemimpinan Sekolah di Lembaga Pendidikan

Pendidikan merupakan proses untuk merubah jiwa anak dengan cara mengarahkan
dan membimbing potensi yang dimilikinya secara optimal. Tugas pendidikan juga
mempersiapkan peserta didik agar mudah berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya,
seperti keluarga, sekolah, masyarakat, bahkan bangsa, dan Negara tempat mereka
hidup serta melakukan semua aktivitasnya.21
Di era ini, masyarakat sangat mudah melihat perkembangan suatu lembaga
pendidikan. Apakah lembaga pendidikan tersebut bermutu atau tidak. kemajuan
lembaga pendidikan juga ditentukan oleh masyarakat. Karena, kemajuan lembaga
pendidikan dapat dilihat dari seberapa jauh masyarakat dapat mempercayai mereka
untuk mengemban tugas dan amanahnya. Sehingga, lembaga pendidikan atau para
pemangku kebijakan dan pelaku pendidikan khususnya harus membuat strategi yang
mampu menciptakan iklim lembaga yang dinamis dan responsif terhadap kebutuhan
masyarakat di sekitarnya.
Jika dikaji terus menerus, maka setiap lembaga pendidikan diharuskan mampu
mensinergikan dan mengikutsertakan masyarakat dalam mengelola dan
mengembangkan proses manajerial di lembaganya. Pernyataan ini disebut sebagai
pendidikan bersama masyarakat, yaitu lembaga berusaha mengikutsertakan
masyarakat di setiap program pemerintah. Hal ini disebabkan karena kebutuhan nyata
yang dihadapi masyarakat merupakan tujuan utama lembaga pendidikan itu berdiri.22
Namun, melihat realita saat ini yang mana sering terjadi hubungan yang kurang
harmonis antara lembaga pendidikan terhadap masyarakat maupun sebaliknya. Hal ini
jelas disebabkan oleh banyak faktor, dan idealnya lembaga pendidikan dan
masyarakat harus terjalin hubungan yang harmonis. Jika organisasi tidak menjalin
hubungan yang baik dengan masyarakat, maka ada rasa enggan untuk memberikan
21
Syarifudin, E. 2011. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Diadit Media.
22
Winarni, F. 2006. Reorientasi Pendidikan Nilai dalam Menyiapkan Kepemimpinan Masa Depan. Cakrawala

13
aspirasi dari masyarakat kepada lembaga tersebut. Sehingga timbul kesenjangan
hubungan antara sekolah dengan masyarakat sebagai pelanggan pendidikan.
Akibatnya, komunikasi di dalam lembaga tidak berjalan dengan baik.23
Minimnya sinergitas antara lembaga dan masyarakat internal maupun eksternal
adalah kurang maksimalnya peran humas dalam sebuah organisasi. Faktor lain adalah
tidak ditempatkannya fungsi humas di dalam lembaga pendidikan secara benar
(Zubair, 2018). Kesenjangan ini mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap citra
lembaga pendidikan dan citra buruknya. Kegiatan humas yang berada di lembaga
pendidikan dapat menyampaikan kesadaran dan pendapat masyarakat yang baik
tentang pendirian sekolah dan lembaga pendidikan.
Partisipasi masyarakat dan hubungan dengan lembaga pendidikan sebagai
kontribusi bagi kemajuan lembaga Islam harus diperhatikan oleh pemerintah.
Masyarakat perlu menyadari bahwa mereka memainkan peran yang sangat penting,
dan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga Islam merupakan salah satu
kunci kemajuan lembaga-lembaga tersebut.
Belum lagi apabila hubungan antara pihak sekolah dan wali murid serta
masyarakat terjalin dengan baik tentu nantinya dapat memberikan kotribusi yang lebih
baik dan signifikan terhadap pengembangan pendidikan maupun pembelajaran
sehingga dapat bersama mewujudkan pendidikan di sekolah yang bermutu.24
Peran humas dalam lembaga pendidikan merupakan salah satu elemen sentral dan
penting dalam manajemen pendidikan. Di sini, proses manajemen kehumasan untuk
pendidikan adalah proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi
program yang berfokus pada interaksi sosial kelembagaan dengan memaksimalkan
pemanfaatan sumber daya. Tingkat manajemen ini tidak dapat dipindahkan secara
independen tanpa fitur lain. Karena setiap kali kita menjalankan fungsi kepemimpinan
tertentu, fungsi kepemimpinan lainnya berlanjut ke tingkat berikutnya.
Pertama, prinsip hubungan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Melalui
kegiatan komunikasi, manusia tidak lepas dari interaksi dengan orang lain. Oleh
karena itu, prinsip hubungan memegang peranan penting. Hal ini dapat dilihat dari
kenyataan bahwa pengelola sekolah dan tenaga kependidikannya sering mengadakan

23
Mundiri, A. 2016. Strategi Lembaga Pendidikan Islam dalam Membangun Branding Image. Pedagogik: Jurnal
Pendidikan, 3(2), 58-72. http://ejournal.unuja.ac.id/index.php/pedagogik/article/view/125.
24
Roskina, M.S. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jurnal el
Hikmah, 8(2), 188. http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/elhikmah/article/view/2243.

14
diskusi-diskusi yang terkoordinasi untuk lebih mengembangkan lembaga pada seluruh
komponennya, Termasuk hubungan masyarakat.
Menurut Risdoyok & Aprison (2021), komunikasi sangat dibutuhkan dalam proses
pendidikan. Melalui komunikasi, hubungan harmonis antara pihak sekolah,
masyarakat dan wali siswa akan terjalin dengan baik. Bahkan, berbagai kerjasama
dalam proses pendidikan anak juga berlangsung efektif melalui jalinan komunikasi
yang baik. Dengan demikian, proses koordinasi dalam upaya pengembangan lembaga
pendidikan dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.25
Kedua, prinsip-prinsip komunikasi interpersonal. Komunikasi yang tercipta ini
bersifat timbal balik dan interaktif. Komunikasi ini merupakan salah satu prinsip
dukungan publik untuk membentuk orang-orang dengan komunitas sebagai pengguna
dan pihak yang mewakili organisasi. menyadari bahwa komunikasi yang baik sangat
dibutuhkan untuk menyelesaikan semua masalah pendidikan yang berkaitan dengan
siswa, keluarga dan sekolah, jadi selalu berkomunikasi secara langsung dan tidak
langsung.
Berkaitan dengan prinsip di atas, Widodo, et.al. (2021) menyebutkan bahwa
komunikasi interpersonal sangat penting dilakukan oleh pihak sekolah terhadap siswa.
Tentunya, ini melalui hubungan interaktif antara guru dan wali siswa, untuk
memperoleh informasi terkait bagaimana pembelajaran dan penguatan materi ajar
bagi siswa, baik di rumah maupun di sekolah. Upaya ini juga dapat dilaksanakan
melalui pemberian layanan bimbingan dan konseling yang berdampak signifikan
terhadap komunikasi interpersonal siswa.26
Ketiga, prinsip gaya partisipatif dilakukan untuk menggali aspirasi, menunjukkan
bahwa para pendidik, tenaga kependidikan, siswa, orang tua, dan masyarakat
semuanya memberikan sumbangan pemikiran dan upaya untuk kelancaran dan
efektifitas pelaksanaan kebijakan sekolah, terutama ketika memilih dan memutuskan
pedoman yang diperlukan.
Keempat, prinsip persuasif. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain.27 Untuk membujuk orang lain, jujur, objektivitas,
25
Risdoyok, R., & Aprison, W. 2021. Kerjasama Guru PAI dan Orang Tua dalam Menghadapi Pembelajaran
Selama Covid-19. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5).
https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/819.
26
Widodo, H., Sari, D.P., Wanhar, F.A., & Julianto, J. 2021. Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan dan
Konseling Terhadap Komunikasi Interpersonal Siswa SMK. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4).
https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/1028
27
Jubaedah, S., Setiawan, H., & Meliasanti, F. 2021. Analisis Kalimat Imperatif pada Pidato Nadiem Makarim
Rekomendasi Sebagai Bahan Ajar Teks Pidato Persuasif. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(6).

15
memikirkan orang lain, memperhatikan layanan, menunjukkan profesionalisme,
pandangan ke depan, dan keramahan, sehingga manajer dapat mempengaruhi
bawahan dan rekan kerja Anda perlu mempercayai manajer dan tenaga kerja.
Kelima, prinsip informatif. Humas sebagai kepala sekolah yang bertanggung
jawab atas kehumasan, mampu mengelola informasi strategis dan
mengkomunikasikannya kepada masyarakat umum di dalam fasilitas dan kepada
masyarakat umum/orang luar di luar fasilitas. Hal ini dibuktikan dengan seringnya
kunjungan orang tua siswa, masyarakat umum.
Keenam, prinsip membina hubungan. Dalam hal ini, pengelola perlu
memunculkan kreativitas dan inovasi untuk membina hubungan masyarakat. Kepala
Sekolah dan Humas berkomitmen untuk menjaga hubungan baik dengan pendidik,
staf dan siswa, serta memberikan dorongan dan motivasi. Dengan mengedepankan
kerjasama yang saling menguntungkan bagi orang tua dan lembaga eksternal.
Beberapa pendekatan untuk membangun komunikasi dengan masyarakat luas. Ini
melibatkan pemilihan waktu yang tepat bagi mereka untuk berkumpul dan melibatkan
komunitas dalam kegiatan sekolah, dan kemudian memilih beberapa orang yang
berpengaruh di komunitas atau institusi untuk mengundang mereka berkolaborasi.
Dengan adanya humas dalam sebuah lembaga pendidikan sangat dibutuhkan
dalam rangka mempertahankan eksistensi kelembagaan, karena sebagian besar
masyarakat memandang semua lembaga pendidikan sebagai lembaga yang kompeten
dalam bidang pendidikan bagi generasi penerus mereka.28
Hal ini senada dengan penjelasan Fauziyati (2018), yang menerangkan perlunya
menerapkan prinsip untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam bidang
pendidikan. Sehingga mengharapkan lembaga pendidikan yang mampu
berkomunikasi secara aktif dengan masyarakat. Adanya partisipasi publik internal
maupun eksternal dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang berkualitas perlu
dimaksimalkan. Upaya-upaya humas dalam peningkatan partipasi masyarakat
terhadap keberhasilan pengembangan pendidikan di sekolah, di antaranya:
Pertama, menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan Orang Tua dan
Masyarakat. Orang tua dan masyarakat akan ikut berpartisipasi jika mereka juga
merasakan manfaat dari keikutsertaannya dalam mengembangkan pendidikan di
sekolah. Manfaat ini dapat diartikan sebagai kepedulian dan kepuasan karena dapat
https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/1246.
28
Umar, M. 2016. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat dalam Pendidikan. Jurnal Edukasi: Jurnal
Bimbingan Konseling, 2(1), 18-29. https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/view/688.

16
menyumbangkan kemampuan mereka bagi kepentingan sekolah. Ini menjadi hal
penting dalam membina hubungan dengan orang tua dan masyarakat dalam
menetapkan komunikasi yang efektif.29
Kedua, mengupayakan partisipasi masyarakat melalui komunikasi langsung
seperti temu wali murid di setiap program yang akan diberlakukan di sekolah. Dan
biasanya ditindak lanjuti melalui grup sosial media.
Ketiga, Melakukan sosialisasi dengan cara dan pendekatan yang berbeda, dan
siswa berpartisipasi dalam semua kompetisi di pedesaan, nasional dan banyak cara
lainnya. Suatu pendekatan yang digunakan untuk tujuan sosialisasi. Keempat, Kerja
sama dengan instansi lain dan juga menerapkan kerjasama yang menjadi program
sekolah. Hal ini didukung dengan sebagian besar program dari organisasi juga
Instansi lain.
Sekolah sebagai lembaga/organisasi yang menghasilkan talenta tingkat tinggi
harus mampu membimbing seluruh peserta didiknya ke tingkat kompetensi yang
tinggi di bidangnya. Sementara itu, masyarakat menentukan tujuan, strategi, dan
perwakilan dalam melaksanakan kebijakan sebagai partisipasi masyarakat dalam
seluruh proses dan pembangunan masyarakat, tergantung pada makna pembangunan
itu sendiri.
Oleh karena itu, humas perlu dilakukan secara harmonis. Lembaga dan
masyarakat perlu bekerja sama dan bahu-membahu untuk membantu tercapainya visi,
misi dan tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Peningkatan kinerja kehumasan
dalam pelaksanaan semua program kehumasan tentunya memerlukan observasi,
modifikasi, evaluasi, dan pelaksanaan program kehumasan selama proses manajemen.
Memungkinkan Anda untuk melihat dengan jelas program mana yang dilaksanakan
dengan baik atau tidak secara optimal. Dan evaluasi itu menitikberatkan pada proses
dalam program dan evaluasi hasil setelah program dilaksanakan.

29
Fauziyati, W.R. 2018. Strategi Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan
Menuju Generasi Maju Indonesia. Qalamuna, 10(1), 173.

https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/qalamuna/article/view/140.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hubungan masyarakat dengan sekolah adalah segenap kegiatan dan teknik/kiat


yang digunakan organisasi atau individu untuk menciptakan atau memelihara suatu
sikap dan tanggapan, baik dari pihak luar terhadap keberadaan dan aktifitasnya. Peran
humas dalam pendidikan antara lain untuk membina hubungan harmonis kepada
publik internal (dalam) dan hubungan kepada eksternal (luar), membina komunikasi
dua arah kepada publik internal dan eksternal dengan menyebarkan pesan, informasi
dan publikasi hasil penelitian dan berbagai kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
pimpinan, mengidentifikasi dan menganalisis suatu opini atau berbagai persoalan baik
yang ada di lembaga pendidikan maupun yang ada di masyarakat
Pelaksanaan humas sekolah merupakan komunikasi dan kerjasama antar orangtua
peserta didik atau masyarakat dengan lembaga pendidikan. Melalui komunikasi dan
kerjasama tersebut sangat penting dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan dalam
suatu lembaga pendidikan. Karena dengan komunikasi dan kerjasama akan dapat
menjalin hubungan yang harmonis, dinamis serta menciptakan kesan dan citra positif
dari lembaga pendidikan tersebut. Meski, dalam pengimplementasiannya belum
secara komplit 100% dan sering terjadi tantangan ataupun hambatan yang
dihadapinya akan tetapi, lembaga pendidikan/sekolah mengupayakan agar proses
penyampaian informasi ke masyarakat dapat terwujud secara optimal.
B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini, terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya:


1. Keterbatasan Jumlah Literatur yang digunakan, dimana dalam menyusun makalah
ini hanya digunakan 5 (lima) literatur berupa buku dan beberapa bahan hasil
penelusuran di internet;
2. Keterbatasan Jumlah Contoh Kasus Humas Dan Kepemimpinan Di Lembaga
Pendidikan yang mampu ditampilkan.

18
Terkait keterbatasan tersebut diatas, kami sangat mengharapkan masukan dan
saran dari Pembaca sehingga makalah terkait Humas Dan Kepemimpinan Di Lembaga
Pendidikan dapat menjadi lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2015). Pengembangan Manajemen Berbasis Madrasah. Jurnal Pendidikan


Pedagogik, 03 01.

Andi Zuchairiny ( 2008) Human Relations dalam Perspektif Islam, Jurnal Hunafa, Vol.
5, No. 2

Asrul Anam (2015) Strategi Hubungan Masyarakat Dalam Upaya Meningkatkan Mutu
Pendidikan Di MTs Darut Taqwa, Jurnal Al-Murabbbi, Vol.1, No.1

Ardhoyo, T. E. (2013). Peran dan Strategi Humas (Public Relations) Dalam


Mempromosikan Produk Perusahaan. Jurnal ILMIAH Widya, 1 (1).

Ariyani, R. (2020). Manajemen Promosi Sekolah Dalam Rangka Meningkatkan Animo


Masyarakat Masuk SMK. Media Manajemen Pendidikan, 3(1).
https://doi.org/10.30738/mmp.v3i1.3920

Baharun, Hasan (2017) “Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan


Kepala Madrasah”, At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, 6

Baharun, Hasan, (2012) ‘Desentralisasi Dan Implikasinya Terhadap Pengembangan


Sistem Pendidikan Islam’, Jurnal AtTajdid, 1

Baharun, Hasan (2017) ‘Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan


Kepala Madrasah’, At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, 6,

Fauziyati, W.R. (2018). Strategi Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Partisipasi


Masyarakat dalam Pendidikan Menuju Generasi Maju Indonesia. Qalamuna, 10(1),
173. https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/qalamuna/article/view/140.

Gunawan, A. H. (2011). Administrasi Sekolah (2nd ed.). Jakarta: Rineka Cipta

Ike Devi Sulistyaningtyas, (2007) Peran Strategis Public Relations di Perguruan Tinggi,
Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol.04, No.02, Desember

Juhji, D. (2020). Manajemen Humas pada Lembaga Pendidikan. In Manajemen Humas


Sekolah.

Jubaedah, S., Setiawan, H., & Meliasanti, F. (2021). Analisis Kalimat Imperatif pada
Pidato Nadiem Makarim Rekomendasi Sebagai Bahan Ajar Teks Pidato Persuasif.
Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(6).
https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/1246.

19
Kurniawati, N. B., & Pardimin, P. (2021). Manajemen Hubungan Sekolah Dengan
Masyarakat Dalam Mewujudkan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar. Media
Manajemen Pendidikan, 3 (3). https://doi.org/10.30738/mmp.v3i3.9120

Miftah Toha (2001) Kepemimpinan dalam Manajemen, (Jakarta: Raja Grafindo Persada

Mundiri, A. (2016). Strategi Lembaga Pendidikan Islam dalam Membangun Branding


Image. Pedagogik: Jurnal Pendidikan, 3(2), 58-72.
http://ejournal.unuja.ac.id/index.php/pedagogik/article/view/125.

Mulyasa, E. (2014). Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional. In Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2011). Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Pelaksanaan. In


Solo : Yayasan Kita.

Nurul, (2018) Strategi Manajemen Humas Dalam Menyampaikan Program Unggulan


Madrasah, Al-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol.2, No.1

Parhan (2017) “Manajemen Hubungan Masyarakat dalam Mengembangkan Lembaga


Pendidikan Pesantren” (Tesis Magister, Program Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.:

Pramungkas, P. R. (2020). Peran Humas Pembentuk Opini Publik Dalam Upaya


Pencitraan Lembaga Pendidikan. Kelola: Journal of Islamic Education
Management, 5 (1). https://doi.org/10.24256/kelola.v5i1.1411

Risdoyok, R., & Aprison, W. (2021). Kerjasama Guru PAI dan Orang Tua dalam
Menghadapi Pembelajaran Selama Covid-19. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan,
3(5). https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/819.

Roskina, M.S. (2011). Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua dalam Penyelenggaraan
Pendidikan. Jurnal el Hikmah, 8(2), 188.
http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/elhikmah/article/view/2243.

Sabrina, Shintia, (2014) ‘Pengelolaan Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat


(Husemas) Di Sma Negeri 1 2x11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman’,
Jurnal Administrasi Pendidikan, 2

Syarifudin, E. (2011) Manajemen Pendidikan. Jakarta: Diadit Media.

Umar, M. (2016). Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat dalam Pendidikan.


Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(1), 18-29. https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/view/688.

Wahyudi, (2009) Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar


(Learning Organization), Bandung: Alfabeta

20
Widodo, H., Sari, D.P., Wanhar, F.A., & Julianto, J. (2021). Pengaruh Pemberian
Layanan Bimbingan dan Konseling Terhadap Komunikasi Interpersonal Siswa
SMK. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4).
https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/1028

Winarni, F. 2006. Reorientasi Pendidikan Nilai dalam Menyiapkan Kepemimpinan Masa


Depan. Cakrawala.

21

Anda mungkin juga menyukai