FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO 2023 A. Latar Belakang Pendidikan sebagai kebudayaan sarana penerus nilai-nilai dan gagasan-gagasan sehingga setiap orang mampu berperan serta dalam transformasi nilai demi kemajuan bangsa dan negara. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, salah satu yang harus ada adalah guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas ini adalah guru yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Misalnya, dalam melaksanakan kompetensi pedagogik, guru dituntut memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Termasuk di dalamnya penguasaan dalam penggunaan media pembelajaran. Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Ketercapaiannya tujuan tersebut menjadi indikator keberhasilan sistem pembelajaran yang sering disebut hasil belajar. Sudjana (dalam Ni Nyoman dkk, 2018:24) mendefinisikan hasil belajar sebagai suatu perbuatan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Selain itu, menurut Andersen (dalam Harun Rasyid dan Mansur, 2009:13) mengatakan bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendidikan ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar. Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya di dukung juga oleh berbagai faktor lainya seperti tenaga pendidik, media pembelajaran, dan juga metode pembelajaran. Pendidik memiliki peran yang besar dalam terselenggaranya proses pendidikan, sebagai seorang pendidik guru dituntut untuk memiliki kompetensi tinggi yang dapat mendukung dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kurangnya kompetensi dan keterampilan yang dimiliki oleh guru seringkali membuat kegiatan belajar- mengajar jadi membosankan, salah satu masalahnya yaitu penggunaan metode dan media pembelajaran yang kurang dapat membuat siswa menjadi aktif dan cenderung pasif dalam belajar (Fadlillah & Marwan, 2021). Dalam mencapai tujuan pembelajaran, para guru harus di tuntut untuk kreatif dan inovatif dalam merancang pengajaran sebelum mengajar seperti menyiapkan materi pembelajaran (Indah, 2015). Selain itu, mereka juga harus menyiapkan media pembelajaran. Media ini tentunya akan sangat membantu mereka dalam menyampaikan materi, sehingga materi tersebut dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa mereka. Seorang guru yang baik harus mempersiapkan semuanya itu antara lain media dan perangkat pembelajaran. Namun, pada kenyataannya masih saja ada beberapa guru yang belum mampu membuat dan mendesain media pembelajaran terkait dengan mata pelajaran yang mereka ajar (Damayanti, Hastuty, Crestiani, Saruman, & Irwan, 2018). Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah karena sebelumnya mereka belum pernah dibekali cara atau mereka belum pernah belajar/praktek membuat sebuah media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. Dalam hal kegiatan belajar, Rousseau memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. (Sardiman, 2012:96). Agar proses pembelajaran yang diciptakan menjadi menarik, maka salah satu yang harus dilakukan oleh tenaga pengajar saat ini adalah mencoba untuk mengembangkan dan memanfaatkan media pembelajaran yang menarik dalam proses pembelajaran. Adapun media yang harus digunakan sesuai dengan kemajuan Teknologi Pendidikan (Umarella et al., 2018). Perkembangan teknologi dan paradigma pendidikan menuntut guru untuk mampu mengembangkan kompetensi dalam menciptakan inovasi pembelajaran. Diantaranya, mengembangkan media pembelajaran berbasis teknologi (Patih et al., 2021). Pembelajaran yang aktif dapat terjadi dengan adanya bantuan media. Namun pada kenyataannya media yang ada kurang dimanfaatkan oleh guru. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan kebosanan siswa pada saat belajar. Kondisi ini menjadi permasalahan yang terus berkelanjutan, karena guru kurang melakukan inovasi terutama dalam pengadaan media pembelajaran. Kondisi ini sama dengan permasalahan yang ditemukan pada penelitian (Novita, Windiyani, & Fazriani, 2019) bahwa ketidakaktifan siswa disebabkan salah satunya oleh penggunaan media pembelajaran yang masih minim. Oleh sebab itu perlu adanya pengembangan media agar pembelajaran menjadi lebih baik. ` Kurang aktifnya siswa dapat diakibatkan dari rasa jenuh belajar dengan proses pembelajaran yang monoton dan komunikasi yang hanya dilakukan hanya satu arah. Dikatakan demikian karena guru hanya menerangkan atau hanya memberikan tugas mengisi lembar kerja siswa (LKS). Seperti diketahui pada buku pembelajaran kurikulum 2013 muatan materi pembelajaran cenderung sedikit, dapat mengakibatkan ketidakpahaman siswa atau bahkan guru itu sendiri (Nurdiansyah, Faisal, & Sulkipani, 2018; Fajar, Riyana, & Hanoum, 2017). Guru masih bingung dengan materi ajar yang dapat dianggap kurang sehingga untuk menggunakan media yang memiliki tujuan untuk menarik minat atau motivasi siswa pun tidak dapat dilakukan. Ketidakpahaman guru terhadap kurikulum 2013 dan kurangnya penggunaan media pembelajaran dapat berdampak pada proses pembelajaran. Apabila kondisi tersebut terjadi, akibatnya siswa tidak memiliki keinginan untuk belajar, maka kualitas pembelajaran pun akan menurun. Minat siswa dalam belajar akan baik jika didukung kreativitas guru dalam memanfaatkan media yang sesuai dengan materi pelajaran. Cara guru dalam menggunakan media juga harus sesuai dengan metode yang diterapkan. Hal tersebut disebabkan karena media yang dibuat belum tentu sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dengan demikian guru harus lebih kreatif dalam memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang ada. Minat belajar siswa akan terlihat jika guru dapat memanfaatkan penggunaan media, sesuai dengan penelitian yang dilakukan, bahwa media pembelajaran dapat memberikan konstribusi dalam meningkatkan minat belajar siswa Tobamba, Siswono, & Khaerudin, 2019). Berdasarkan analisis situasi yaitu melaksanakan kunjungan ke lokasi tempat Pengabdian Kepada Masyarakat di MTs Bustanul Faizin Blimbing Besuki Situbondo, tim mengobservasi dan penyebaran kuisioner ke MTs yang berada di lingkungan Blimbing Besuki Situbondo, dapat diidentifikasi permasalahan mitra antara lain: 1) keterbatasan fasilitas maupun sarana dan prasarana proses belajar; 2) keterbatasan sekolah dalam pengadaan media pembelajaran yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi yang inovatif; 3) keterbatasan guru yang belum memiliki kompetensi dalam menggunakan media pembelajaran yang efektif; 4) proses pembelajaran harus menerapkan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik, hal ini menuntut guru untuk menguasai IT dalam mendesain perangkat pembelajaran; 5) kemampuan dan penguasaan alternatif model-model pembelajaran inovatif yang harus diterapkan pada kurikulum 2013; 6) kemampuan penguasaan guru Madrasah Tsanawiyah dalam mempersiapkan dan penggunaan media pembelajaran yang berbasis IT. B. Metode Pelaksanaan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 07 Agustus 2023 dimulai pukul 08:00 WIB sampai dengan 12:00 WIB, bertempat di Ruang Guru Mts Bustanul Faizin Blimbing Besuki Situbondo. Sasaran pada kegiatan pengabdian pada masyarakat ini yaitu Guru-guru Mts Bustanul Faizin Kecamatan Besuki Situbondo. Kegiatan pengabdian ini akan dilaksanakan dengan beberapa metode sebagai berikut: Metode pelaksanaan dalam kegiatan ini dilakukan dalam bentuk mengadopsi langkah-langkah dari action research yang terbagi menjadi 4 (empat) tahapan yakni: perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Tahap ini dilaksanakan alam bentuk perencanaan menegenai bagaimana kesiapan mitra yang dilihat dari aspek kesediaan guru, dan dari segi persiapan sarana pendampingan yang akan dilakukan oleh tim pengabdi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, dilakukan menggunakan metode pelatihan dan pendampingan dengan strategi kronologis. Strategi tersebut dilaksanakan menggunakan cara pemberian sesuatu secara tahap demi tahap, yang dimulai dari tahapan yang paling sederhana sampai pada tahap yang lebih tinggi. Metode tindakan yang dilakukan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan materi secara tanya-jawab, pemberian pendampingan, dan mempraktikkan secara langsung. Adapun langkah-langkah tindakan pelatihan pembuatan dan penggunaan media pembelajaran interaktif yang dilaksanakan kepada mitra, antara lain sebagai berikut: a. Tahap I, pada tahap ini beberapa peserta pelatihan diminta untuk menyampaikan pengalaman dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran interaktif pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia; b. Tahap II, pemberian materi dimulai dari pengenalan aplikasi Camtasia dan Microsoft Power Point, sampai dengan menambahkan audio dan video pada slide presentasi. Materi tersebut disampaikan dalm bentuk ceramah. c. Tahap III, praktik pembuatan media pembelajaran interaktif bagi guru bahasa dan sastra Indonesia. Pada tahap ini peserta pelatihan diminta berkelompok untuk praktik pembuatan media pembelajaran interaktif; Tahap observasi telah dilakukan secara langsung oleh tim pengabdi. Observasi ini berupa hasil kerja dari peserta, setelah itu dievaluasi untuk melihat kekurangan serta kendala yang didapatkan dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian tersebut. Refleksi diberikan untuk dapat mengetahui kelebihan atau kekurangan terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka untuk penetapan rekomendasi pada keberlangsungan atau pengembangan kegiatan-kegiatan selanjutnya. Indikator keberhasilan sebuah kegiatan pembelajaran tersebut tentu harus diadakan evaluasi. Dengan maksud bahwa evaluasi dapat terdiri dari evaluasi proses dan hasil yang telah dilakukan disetiap tahapan. Evaluasi tersebut diantaranya yakni tahap persiapan sampai dengan tahap pelaksanaan yang ada hubungannya dengan keberhasilan peserta didik menyerap materi pembelajaran, penyesuaian dan kecepatan pemaparan materi dengan kebutuhan peserta pelatihan, dan pengembangan model pembelajaran interaktif terhadap kegiatan berikutnya. Tujuan akhir dari pelatihan dan pendampingan pembuatan model pembelajaran interaktif pada guru bahasa dan sastra Indonesia adalah peserta pelatihan diharapkan mampu menggunakan dan menerapkan hasil pelatihan dalam proses belajar untuk bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Tsanawiyah Bustanul Faizin dengan baik untuk mendukung guna tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan peserta pelatihan yang memiliki kemampuan membuat model pembelajarn interaktif, maka peserta pelatihan mampu mencipatakan suasana pembelajaran di kelas yang lebih inovatif dan interakti, serta dapat diterapkan dan disajikan dalam proses belajar mengajar di lingkungan Madrasah Tsanawiyah Bustanul Faizin. Berdasarkan latar belakang inilah dapat diduga bahwa guru membutuhkan penyegaran Kembali dan pengenalan media-media pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan profesionalisme guru. Selain itu, dengan penggunaan media pembelajaran diharapkan bahwa guru bisa meningkatkan keterampilan dasar mengajar yaitu terkhusus mengadakan variasi. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan dari Azhar dalam Pelagia (2018:2) mengatakan bahwa dalam suatu proses pembelajaran terdapat dua unsur yang amat penting yaitu metode pembelajaran dan media pembelajaran. Media pembelajaran berperan sebagai alat bantu mengajar yang mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Media pembelajaran sangat berperan penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru.