Anda di halaman 1dari 9

TEMATIK: JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN DASAR

https://doi.org/10.57251/tem.v2i1.1082

Vol. 2, No. 1, 2023 | 115-123

Langkah-Langkah Pengembangan Bahan Ajar PAI (Pendidikan Agama Islam)


Mahfida Inayati*, Institut Agama Islam Negeri Madura, Indonesia
Mulyadi, Institut Agama Islam Negeri Madura, Indonesia

ABSTRACT ARTICLE HISTORY


Learning resources are basically teaching materials used in the learning and learning Received 31/07/2023
process that aims to facilitate the objectives and learning process takes place. Revised 08/08/2023
Interactive multimedia is a learning material that utilizes technological advances and is Accepted 15/08/2023
used to channel learning messages in the form of knowledge, skills and attitudes that Published 18/08/2023
can stimulate mindset, attention, The willingness and feelings of students in the
KEYWORDS
learning process so that intentionally the learning process can occur, be controlled, and
purposeful and can affect learning outcomes. Research steps that can be used in Steps; development; teaching materials; PAI.
multimedia development are using the multimedia development model by Lee & Owen
where there are 5 steps, namely analysis, design, development, implementation, and *CORRESPONDENCE AUTHOR
evaluation. These steps can later conclude that the developed media is not worth using. mahfidainayati99@gmail.com

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kegiatan universal yang berlangsung dalam kehidupan manusia, pada hakikatnya pendidikan
adalah usaha manusia untuk melestarikan dan meningkatkan mutu kualitas hidup yang didapatkan melalui proses
belajar yang panjang (Mulyadi et al., 2023). Pendidikan secara harfiah adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik
terhadap peserta didik, untuk mewujudkan tercapainya perubahan tingkah laku, budi pekerti, keterampilan dan
kepintaran secara intelektual, emosional dan spiritual (Musleh et al., 2022). Di mana pendidikan ini memiliki suatu
yang sangat penting ialah Pendidikan agama Islam yang merupakan pembelajaran wajib dalam sebuah madrasah, baik
dari tingkat dasar, menengah bahkan pada tingkat perguruan tinggi (Inayati & Mulyadi, 2023). Pendidikan agama Islam
merupakan cara paling strategis untuk mentransformasikan nilai-nilai sosial budaya yang berkembang di masyarakat.
Proses pendidikan memiliki makna strategis dalam mentransformasikan nilai-nilai budaya dan sosial (Inayati, 2022a).

Peserta didik pada hakikatnya merupakan makhluk belajar. Ia lahir tanpa memiliki pengetahuan, dan
keterampilan apa pun. Kemudian tumbuh dan berkembang menjadi makhluk yang mengetahui berbagai
pengetahuan, dan menentukan sikap terhadap berbagai pengetahuan yang ia ketahui, dan terampil dalam
melaksanakan berbagai hal yang sesuai dengan berbagai pengetahuan yang ia ketahui. Hal ini terjadi karena ia
belajar dengan menggunakan berbagai potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT (Fajri & Taufiqurrahman,
2017).

Adapun proses belajar mengajar secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan interaksi dan saling
mempengaruhi antara pendidik dan peserta didik, dengan fungsi utama pendidik memberikan materi pelajaran
atau sesuatu yang mempengaruhi peserta didik, sedangkan peserta didik menerima pelajaran, pengaruh atau
sesuatu yang diberikan oleh pendidik. Adanya aktivitas belajar peserta didik yang kurang optimal, jelas
mengindikasikan adanya permasalahan serius dalam kegiatan pembelajaran elektronika dasar yang harus segera
dicarikan solusinya (Inayati, 2022b).

Pencapaian tujuan pendidikan untuk kualitas ialah adanya perubahan dengan suatu proses yang diharapkan
terjadi pada suatu pendidikan yang berkesinambungan untuk mengukur proses-proses yang berlangsung di sebuah
lembaga, maka dengan adanya salah satu strategi yang mulai populer dibidang kualitas dan keunggulan baik dari
tataran administrasi pendidikan maupun proses pendidikan mulai dari tingkat dasar dan menengah sampai pada
tingkat universitas (Inayati & Fadholi, 2023). Kompetensi supervisi secara praktis menjadikan kepala sekolah sebagai
seorang supervisor pendidikan untuk melaksanakan supervisi pembelajaran dalam rangka meningkatkan
profesionalisme guru (Maizah et al., 2023).

© 2023 The Author(s). Tematik: Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar. ISSN: 2829-1476. Published by Medan Resource Center
This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Common Attribution License (https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/),
which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. 115
116 | Mahfida Inayati & Mulyadi

Pada dunia pendidikan sumber belajar memiliki pengaruh yang sangat besar. Sumber belajar pada dasarnya
sebuah bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran yang memiliki tujuan mempermudah proses
pembelajaran tersebut berlangsung. Sumber belajar dibuat agar dapat mendorong proses pembelajaran lebih efektif
dan efisien serta menarik agar pembelajar semangat dalam belajar. Sumber belajar dipahami sebagai seperangkat,
bahan/materi, peralatan, pengaturan dan orang di mana pembelajar dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
sehingga bertujuan untuk memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja. Sumber belajar dapat meningkatkan
keaktifan pada proses pembelajaran, terdapat sumber belajar yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran anta
lain dapat berupa narasumber, lingkungan sekitar, media cetak, media elektronik, dan sebagainya (Ashfahany et al.,
2017).

METODE

Metode penelitian ini bertujuan untuk menguraikan langkah-langkah yang efektif dalam pengembangan bahan ajar
Pendidikan Agama Islam (PAI). Fokus utama dari penelitian ini adalah untuk memastikan kualitas, relevansi, dan
kecocokan bahan ajar dalam konteks pendidikan. Penelitian ini mengadopsi pendekatan kualitatif untuk
mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai sumber, termasuk pendidik, ahli, dan literatur pendidikan.
Metodologi yang diterapkan melibatkan serangkaian langkah yang terdefinisi dengan baik untuk memastikan
pengembangan bahan ajar PAI yang komprehensif.

Salah satu bagian utama dari metode ini adalah penguraian langkah-langkah sistematis dalam mengembangkan
bahan ajar PAI yang berkualitas tinggi. Langkah-langkah ini mencakup penilaian kebutuhan, pemilihan konten yang
sesuai, pengorganisasian konten, penggunaan bantuan visual dan media, pendekatan pedagogis, metode penilaian,
serta proses ulasan dan umpan balik dari pendidik, ahli, dan siswa. Selain itu, etika penelitian akan dijaga dengan
mengikuti pedoman etika dalam penelitian yang melibatkan partisipan manusia, memastikan persetujuan yang
diinformasikan, kerahasiaan data, dan penghargaan terhadap hak-hak partisipan.

PEMBAHASAN

Analisis Kebutuhan

Kebutuhan pengembangan bahan ajar PAI sangat penting untuk diterapkan dalam pendidikan. Baik dalam
pendidikan dasar menengah maupun perguruan tinggi, maka peran pendidik sangat penting untuk dapat dan mampu
mengusai dan menerapkan pengembangan bahan ajar, agar pendidik mampu untuk memberikan materi pelajaran
secara maksimal kepada peserta didik.

Analisis kebutuhan bahan ajar merupakan proses awal yang dilakukan oleh pendidik yang bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi peserta didik, pada analisis kebutuhan bahan ajar terdapat tiga tahapan, diantaranya:

1) Analisis terhadap kurikulum

Kurikulum sebagai perangkat pembelajaran yang diberikan oleh lembaga dari sebuah lembaga pendidikan atau
penyelenggara pendidikan yang berisi acuan pendidik ketika akan melaksanakan pembelajaran dengan peserta didik.
Menurut pandangan yang lampau kurikulum memiliki pengertian kumpulan mata pelajaran yang disampaikan oleh
guru kepada peserta didik. Anggapan tersebut masih mengakar dalam benak masyarakat umum yang menjadikan
gambaran kurikulum. Kurikulum yang menjadi jantungnya Pendidikan, tentunya harus dikenal dengan benar oleh
masyarakat tentang konsepnya yang sebenarnya.

Pandangan lain dari kurikulum menurut al-Shaybani yang dikutip oleh Hasan Langgulung, kurikulum merupakan
kumpulan pengalaman pendidikan, kebudayaan, ilmu sosial, olahraga, serta ilmu kesenian yang disediakan oleh
lembaga pendidikan untuk peserta didik baik di dalam maupun di luar lembaga pendidikan dengan tujuan
mengembangkan secara menyeluruh dalam semua aspek dan merubah tingkah laku sesuai tujuan pendidikan. Bagian
ini juga menyajikan hasil penelitian. Hasil penelitian dapat dilengkapi dengan tabel, grafik (gambar), dan/atau bagan.
Bagian pembahasan memaparkan hasil pengolahan data, menginterpretasikan penemuan secara logis, mengaitkan
dengan sumber rujukan yang relevan (Hermawan, 2020).
Tematik: Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar | 117

2) Analisis terhadap sumber belajar

Sumber bahan ajar adalah salah satu bagian penting dalam pembelajaran, sumber bahan ajar digunakan ketika
dalam pembelajaran yang di pergunakan oleh pendidik kepada murid, bisa berupa buku, video dan audio. Sumber
belajar menurut Dageng adalah segala sesuatu yang berwujud benda dan orang yang dapat menunjang belajar
sehingga mencakup semua sumber yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh tenaga pengajar agar terjadi perilaku
belajar. Sedangkan menurut Januszewski dan Molenda sumber belajar adalah semua sumber termasuk pesan, orang,
bahan, alat, teknik, dan latar yang dapat dipergunakan peserta didik baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk
gabungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar dan meningkatkan kinerja belajar. Sejalan dengan pendapat itu, Seels
dan Richey menjelaskan bahwa sumber belajar adalah segala sumber pendukung untuk kegiatan belajar, termasuk
sistem pendukung dan materi serta lingkungan pembelajaran. Sumber belajar bukan hanya alat dan materi yang
dipergunakan dalam pembelajaran, tetapi juga meliputi orang, anggaran, dan fasilitas. Sumber belajar bisa termasuk
apa saja yang tersedia untuk membantu seseorang belajar (Supriadi, 2015).

3) Analisis terhadap penentuan jenis bahan ajar

Penentuan bahan ajar yang baik dan tepat dalam pembelajaran perlu diperhatikan, penyaluran materi ajar yang
disampaikan oleh guru kepada murid apabila jenis bahan ajarnya tidak tepat maka tidak akan maksimal dalam
pembelajaran. Ketika guru menggunakan bahan ajar yang tepat dan benar dalam materi pelajaran tertentu, maka
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien, dengan bahan ajar yang tepat maka siswa akan lebih cepat memahami
materi ya g diberikan oleh guru. Pemanfaatan bahan ajar dalam proses pembelajaran memiliki peran penting. Peran
tersebut menurut Tian Belawati meliputi peran bagi guru, siswa, dalam pembelajaran klasikal, individual, maupun
kelompok. Adanya bahan ajar, siswa dapat ditugasi mempelajari terlebih dahulu topik atau materi yang akan
dipelajarinya, sehingga guru tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi (Magdalena et al., 2020).

Menentukan Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar yang akan diberikan kepada siswa harus dikuasai materinya terlebih dahulu oleh guru, agar
sistem pembelajaran yang di rancang dalam kurikulum dapat terlaksana dengan baik. Kompetensi dasar adalah
kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh Peserta Didik melalui pembelajaran. Artinya,
kompetensi dasar adalah sekumpulan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu
sebagai penunjuk untuk menyusun indikator kompetensi. Pernyataan unjuk kerja yang diharapkan setelah peserta
didik melaksanakan pembelajaran dalam kompetensi tertentu termuat juga dalam komponen kompetensi dasar yakni
hasil belajar.

Kompetensi dasar menjadi kewenangan pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, karena berpijak pada kesetaraan dan menghindari perbedaan penyediaan materi
pokok pada setiap jenjang satuan pendidikan. Namun dalam perkembangannya, pemerintah daerah melalui Dinas
Pendidikan dan Sekolah diberdayakan untuk mengembangkan standar keterampilan dan kompetensi dasar sesuai
dengan kebutuhan daerah, kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran yang dicapai
akan memberikan makna kepada peserta didik dengan mengembangkan potensinya masing-masing (Fikri, 2021). KD
merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari KI. KD adalah konten atau
kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada KI yang harus dikuasai
peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan
awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran (Rachmawati, 2018).

Menentukan Sistematika Bahan Ajar dan Strategi Pembelajaran

Pada pembelajaran, bahan ajar adalah satu aspek yang perlu diperhatikan karena mempengaruhi terhadap
indikator keberhasilan dalam pembelajaran, begitu pun dengan strategi pembelajaran yang digunakan oleh seorang
guru harus mampu memahami keadaan siswa ketika di dalam kelas dan memahami materi yang akan diberikan,
sehingga efektivitas dalam pembelajaran dapat terlaksana dan siswa dapat lebih mudah memahami materi. Menurut
Bentuk Bahan Ajar Menurut Prastowo dari segi bentuknya, bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
118 | Mahfida Inayati & Mulyadi

1) Bahan ajar cetak (printed), yaitu sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk
keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Contoh: handout, buku, modul, lembar kerja siswa,
brosur, leaflet, wall chart, foto/gambar, model, atau maket.
2) Bahan ajar dengar (audio) atau program audio, yaitu: semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara
langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contoh: kaset,
radio, piringan hitam, dan compact diskaudio.

Menurut cara kerja bahan ajar menurut Prastowo berdasarkan cara kerjanya, bahan ajar dapat dibedakan
menjadi lima macam, yaitu:

1) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan. Bahan ajar ini adalah bahan ajar yang tidak memerlukan perangkat
proyektor untuk memproyeksikan isi di dalamnya. Sehingga, siswa bisa langsung mempergunakan
(membaca, melihat, mengamati bahan ajar tersebut. Contoh: foto, diagram, display, model, dan lain
sebagainya (Magdalena et al., 2020).
2) Bahan ajar yang diproyeksikan. Bahan ajar yang diproyeksikan adalah bahan ajar yang memerlukan
proyektor agar bisa dimanfaatkan dan atau dipelajari siswa. Contoh: slide, filmstrips, overhead
transparencies (OHP), dan proyeksi komputer.

Peran bahan ajar bagi guru:

1) Menghemat waktu guru dalam belajar Adanya bahan ajar, siswa dapat ditugasi mempelajari terlebih
dahulu topik atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga guru tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi.
2) Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator. Adanya bahan ajar dalam kegiatan
pembelajaran maka guru lebih bersifat memfasilitasi siswa dari pada penyampai materi pelajaran.
3) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. Adanya bahan ajar maka
pembelajaran akan lebih efektif karena guru memiliki banyak waktu untuk membimbing siswanya dalam
memahami suatu topik pembelajaran, dan juga metode yang digunakannya lebih variatif dan interaktif
karena guru tidak cenderung berceramah.

Bagi Siswa; bahan ajar bagi siswa memiliki peran yakni:

1) Siswa dapat belajar tanpa kehadiran/harus ada guru.


2) Siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja dikehendaki.
3) Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri.
4) Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri. Membantu potensi untuk menjadi pelajar
mandiri (Magdalena et al., 2020).

Pengumpulan Sumber

Pengumpulan data merupakan pekerjaan yang penting dalam sebuah penelitian. Kesimpulan yang benar hanya
bisa diperoleh dari pengumpulan data yang benar. Oleh karena itu, kesalahan dalam mengumpulkan data akan
memberikan kesimpulan yang salah. Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti,
metode tes, metode observasi, metode interview, metode dokumentasi. Data-data yang didokumentasikan meliputi
daftar nilai ulangan PAI. Tujuan metode ini antara lain untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pembelajaran PAI.
(Fajri & Taufiqurrahman, 2017).

Association for Education and Communication Technology (AECT) dalam Kasful menyatakan bahwa sumber
belajar (learning resources) adalah segala tataan sumber berupa orang, data atau benda) yang bisa digunakan
memberikan layanan belajar bagi pendidik. Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang tersedia di sekitar
lingkungan belajar dan berfungsi untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar siswa dapat
dilihat melalui proses pembelajaran yang berupa interaksi siswa dengan guru dan berbagai sumber belajar yang dapat
memberikan rangsangan untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajari,
oleh karena itu tidak hanya dilihat dari hasil belajar saja. Pemilihan Sumber Pembelajaran harus memperhatikan
kriteria sebagai berikut:
Tematik: Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar | 119

a) Ekonomis: tidak terpatok pada harga yang mahal.


b) Praktis: pengelolaan yang mudah, dan tidak langka.
c) Mudah: terjangkau di sekitar lingkungan.
d) Fleksibel: tidak hanya dimanfaatkan untuk satu tujuan instruksional dan
e) Sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan tercapainya tujuan belajar, dapat memunculkan motivasi
dan minat belajar siswa.

Fungsi dari sumber belajar adalah:

a) Memberi pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada siswa, misalnya karyawisata ke objek
seperti masjid, makam, museum.
b) Menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung, misalnya denah,
sketsa, foto, film, dan majalah.
c) Menambah dan memperluas cakrawala, misalnya buku, teks, foto, narasumber.
d) Memberi informasi yang akurat dan terbaru, misalnya buku bacaan, ensiklopedia, dan koran.
e) Membantu memecahkan masalah pendidikan, baik dalam lingkup makro (belajar sistem jarak jauh seperti
modul) maupun lingkup mikro pengaturan ruang kelas yang menarik, simulasi, penggunaan film, dan
proyektor.
f) Merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut, misalnya buku teks, buku bacaan
ataupun film yang mengandung penalaran sehingga dapat merangsang siswa untuk berpikir, menganalisis,
dan berkembang lebih lanjut.

Setiap kegiatan belajar diperlukan informasi yang kemudian diolah menjadi pengetahuan. Pengetahuan itu
dijadikan sebagai bahan untuk memahami atau menjelaskan suatu fenomena, memecahkan masalah, atau melakukan
prediksi fenomena baru di masa yang akan datang. Informasi dapat disimpan dan dikomunikasikan dalam ragam
rekaman verbal, simbol-simbol tertulis, atau film.

Pengelolaan sumber belajar adalah kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan, pengembangan/produksi,
pemanfaatan sumber belajar (terutama bahan dan alat) untuk kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Pelaksana
pengelolaan sumber belajar dilaksanakan oleh suatu bagian dalam lembaga pendidikan/sekolah yang disebut Pusat
Sumber Belajar. Pusat Sumber Belajar memiliki kegiatan yang meski dioperasikan dalam rangka memberikan dukungan
kegiatan pembelajaran: dalam rangka pengadaan bahan pembelajaran, misalnya: film, buku, slide, dan lain
sebagainya, dalam rangka produksi pengembangan sumber belajar, untuk kegiatan pelayanan bahan belajar, kegiatan
pelatihan untuk pengembangan sumber belajar (Anud, 2019).

Mengembangkan Bahan Ajar

Menurut Borg dan Gall prosedur yang ditempuh dalam tahap define merupakan tahap untuk menetapkan dan
mendefinisikan syarat-syarat yang dibutuhkan dalam pengembangan pembelajaran. Penetapan syarat-syarat yang
dibutuhkan dilakukan dengan memperhatikan serta menyesuaikan kebutuhan pembelajaran untuk peserta didik.
Tahap define mencakup lima langkah pokok, yaitu analisis ujung depan (front-end analysis), analisis peserta didik
(learner analysis), analisis konsep (concept analysis), analisis tugas (task analysis) dan perumusan tujuan
pembelajaran (specifying instructional objectives) (Anud, 2019).

Kegiatan mengajar adalah pekerjaan seorang akademisi yang profesional. Faktanya, banyak sekali pengajar
yang tidak mempunyai karakter seperti itu, mereka pergi ke kelas tanpa membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
sama sekali karena mengajar dianggap sebuah rutinitas dari tahun ke tahun yang membedakan adalah pergantian
siswanya saja. Banyak guru yang menggunakan bahan ajar serta materi yang sama selama bertahun-tahun, mereka
menyampaikan materi menurut ingatan yang ada pada saat itu. Guru semacam ini tidak bisa diharapkan hasil
evaluasinya atas perkembangan yang dialami oleh anak didiknya. Mereka tidak memikirkan apa yang sebenarnya
dibutuhkan oleh siswa-siswanya di kelas maupun mempersiapkan kebutuhan siswanya di masa mendatang
(Mahmudin, 2021).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan guna pengembangan bahan ajar PAI yaitu dengan melakukan
identifikasi terlebih dahulu tentang SK, KD, serta indikator mata pelajaran PAI sendiri. Setelah itu dilanjutkan
120 | Mahfida Inayati & Mulyadi

dengan mengidentifikasi materi yang akan diajarkan kepada siswa apakah berkaitan dengan aspek kognisi, afektif,
ataupun psikomotor.

Setelah itu semua dilalui, baru guru PAI di sana menentukan bahan ajar yang sesuai dengan kondisi dan
situasi murid di kelas. Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran seorang guru juga menggunakan sumber
bahan ajar yang memadai demi keberhasilan proses pembelajaran. Dengan buku-buku penunjang, peserta didik
diharapkan mampu untuk menerima pelajaran dengan mudah. Begitu juga bagi pendidik, tidak merasa kesulitan
dalam menyampaikan materi pelajaran karena telah dipersiapkan secara matang sebelum proses belajar mengajar
terlaksana.

Adapun beberapa langkah yang bisa dilakukan guru mata pelajaran PAI dalam mengembangkan sumber bahan
ajar mata pelajaran PAI adalah: (1) mengetahui terlebih dahulu standar kompetensi, kompetensi dasar berikut
dengan indikatornya; (2) mengidentifikasi apakah materi yang termasuk dalam unsur kognisi, afektif, maupun
psikomotor; (3) setelah itu materi tersebut disusun berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, serta
indikator; langkah terakhir adalah dengan (4) menentukan serta mencari sumber bahan ajar yang sesuai dengan
tema yang akan diajarkan (Mahmudin, 2021).

Langkah guru dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran PAI selanjutnya adalah dengan cara
menentukan sumber bahan ajar yang relevan dengan materi pembelajaran PAI. Jadi guru berupaya untuk
mengembangkan referensi atau rujukan dari buku ataupun kitab lain yang mendukung proses pembelajaran.
Bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, tetapi yang digunakan dalam pembelajaran PAI di
SD Kebonagung Madiun, adalah: a) bahan ajar cetak antara lain, buku paket, modul, lembar kerja siswa, globe,
peta, dan kitab Sirah Nabawi; b) bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video atau film, orang atau
narasumber (Mahmudin, 2021).

Validasi Ahli

Menurut Thiagarajan, dkk, “expert appraisal is a technique for obtaining suggestions for the improvement
of the material. Merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan
ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Penilaian para ahli/praktisi terhadap perangkat pembelajaran
mencakup: format, bahasa, ilustrasi dan isi. Berdasarkan masukan dari para ahli, materi dan rancangan pembelajaran
yang telah disusun direvisi untuk membuat produk lebih tepat, efektif, mudah digunakan, dan memiliki kualitas teknik
yang tinggi (Fajri & Taufiqurrahman, 2017).

Tahap Uji Coba Bahan Ajar

Bahan ajar yang telah dirancang, diujicobakan pada siswa selama kurang lebih 5 bulan (80 jam pelajaran) pada
setiap pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Dalam program ini penulis mengujicobakan rancangan bahan ajar dengan melibatkan siswa sebagai
sasaran/subjek dan guru sebagai penyampai bahan ajar. Dalam kegiatan belajar mengajar ini, dosen menggunakan
bahan ajar hasil rancangan, kemudian setiap akhir program guru mengevaluasi kemampuan siswa dengan
memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang telah diberikan.

Sebelum melakukan uji coba bahan ajar atau treatment selama kurang lebih 3 bulan, peneliti baru memberikan
pre test kepada siswa (Indrawari & Habiburrahman, 2019). Pengambilan keputusan tingkat kualifikasi bahan ajar
digunakan kualifikasi dengan kriteria kelayakan sebagai berikut (Kholidya, 2016):

Tabel 1. Kriteria Kelayakan

No Rentangan Kriteria Kualifikasi


1 81 % - 100 % Sangat Baik Sangat Layak
2 61 % - 80 % Baik Layak
3 41 % - 60 % Cukup Cukup Layak
4 21 % - 40 % Kurang Kurang Layak
5 0 % - 20 % Sangat Kurang Tidak Layak
Tematik: Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar | 121

Hasil Pengembangan

Hasil pengembangan tersaji pada tabel berikut:

Hasil Uji Ahli

Bahan Ajar

Ahli Kriteria Keputusan


Ahli Isi Sangat Baik Sangat Layak
Ahli Desain Baik Layak
Ahli Media Sangat Baik Sangat Layak

Panduan Guru

Ahli Kriteria Keputusan


Ahli Isi Sangat Baik Sangat Layak
Ahli Desain Sangat Baik Sangat Layak
Ahli Media Sangat Baik Sangat Layak

Hasil Uji Coba

Bahan Ajar

Uji Coba Kriteria Keputusan


Perorangan Baik Layak
Kelompok Kecil Sangat Baik Sangat Baik
Lapangan Sangat Baik Sangat Baik

Revisi

Revisi adalah proses mengembangkan materi pembelajaran melalui cara memperbaiki atas karya yang sudah
ada sebelumnya. Misalnya, seorang guru Seni Budaya telah menulis buku pelajaran Seni Budaya yang dikembangkan
dari Kurikulum 1994. Oleh karena sekarang kurikulum itu tidak berlaku lagi, buku pelajaran bahasa seni budaya
tersebut tidak relevan lagi. Guru tersebut kemudian memperbaikinya berdasarkan standar isi yang sekarang digunakan
(Miskiah et al., 2019).

Setelah melalui tahap uji ahli dan uji coba pengembangan pengembang melakukan revisi berdasarkan saran
yang diberikan ahli. Berikut tersaji saran yang dapat diberikan:

Ahli Komponen Hasil


• Kejelasan dan Kesesuaian contoh
Ahli Isi Sudah Revisi
• Kejelasan tujuan pada anduan
• Jenis font sebaiknya Time New Roman (Serif)
Ahli Desain • Kejelasan gambar Font diganti Time New Roman (Serif)
• Cover sebaiknya berbeda
• Kejelasan gambar Sudah Revisi
Ahli Media
• Alokasi waktu pada panduan Sudah Revisi

SIMPULAN

Pada dunia pendidikan sumber belajar memiliki pengaruh yang sangat besar. Sumber belajar pada dasarnya sebuah
bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran yang memiliki tujuan mempermudah proses pembelajaran
tersebut berlangsung. Sumber belajar dibuat agar dapat mendorong proses pembelajaran lebih efektif dan
efisien serta menarik agar pembelajar semangat dalam belajar. Sumber belajar dipahami sebagai seperangkat,
bahan/materi, peralatan, pengaturan dan orang di mana pembelajar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya sehingga bertujuan untuk memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja. Sumber belajar dapat
122 | Mahfida Inayati & Mulyadi

meningkatkan keaktifan pada proses pembelajaran, terdapat sumber belajar yang dapat digunakan untuk proses
pembelajaran anta lain dapat berupa narasumber, lingkungan sekitar, media cetak, media elektronik, dan sebagainya.

Kebutuhan pengembangan bahan ajar PAI sangat penting untuk diterapkan dalam pendidikan. Baik dalam
pendidikan dasar menengah maupun perguruan tinggi, maka peran pendidik sangat penting untuk dapat dan mampu
mengusai dan menerapkan pengembangan bahan ajar, agar pendidik mampu untuk memberikan materi pelajaran
secara maksimal kepada peserta didik. Sumber bahan ajar adalah salah satu bagian penting dalam pembelajaran,
sumber bahan ajar digunakan ketika dalam pembelajaran yang di pergunakan oleh pendidik kepada murid, bisa berupa
buku, video dan Audio.

Penentuan bahan ajar yang baik dan tepat dalam pembelajaran perlu diperhatikan, penyaluran materi ajar yang
disampaikan oleh guru kepada murid apabila jenis bahan ajarnya tidak tepat maka tidak akan maksimal dalam
pembelajaran, Ketika guru menggunakan bahan ajar yang tepat dan benar dalam materi pelajaran tertentu, maka
pembelajaran akan lebih efektif dan efisien, dengan bahan ajar yang tepat maka siswa akan lebih cepat memahami
materi yang diberikan oleh guru.

REFERENSI

Anud, A. (2019). Pengembangan Sumber Belajar Pendidikan Agama Islam (Pai) Berbasis Literasi Di Sekolah
Menengah Pertama (Smp) Negeri 1 Gandusari Kabupaten Blitar. Program Magister Pendidikan Agama Islam
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri.
Ashfahany, F. A., Adi, S., & Hariyanto, E. (2017). Bahan Ajar Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan
Kesehatan Dalam Bentuk Multimedia Interaktif Untuk Siswa Kelas Vii. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan
Pengembangan, 2(2), 11.
Fajri, K., & Taufiqurrahman. (2017). Pengembangan Buku Ajar Menggunakan Model 4d Dalam Peningkatan
Keberhasilan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jpii, 2(1), 2.
Fikri, A. (2021). Analisis Kompetensi Dasar Esensial pada Mata Pelajaran Sejarah Indonesia di Masa Pandemi Covid-
19. Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE), 3(1).
http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/ijsse
Hermawan, Y. C. (2020). Konsep Kurikulum Dan Kurikulum Pendidikan Islam. Jurnal Mudarrisuna, 10(1).
http://dx.doi.org/10.22373/Jm.V10i1.4720
Inayati, M. (2022a). Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Islam (Studi Trhadap Peran Perempuan Sebagai Kepala
Sekolah Di Yayasan Ali Imron Pakamban Laok Pragaan Sumenep Tahun 2022). Kartika: Jurnal Studi Keislaman,
2(2), 99. https://lptnunganjuk.com/ojs/index.php/kartika/article/view/9
Inayati, M. (2022b). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Al Yasini: Jurnal
Keislaman, Sosial, Hukum Dan Pendidikan, 7(2), 144–159.
https://www.researchgate.net/publication/320726603
Inayati, M., & Fadholi, A. N. (2023). Keunggulan manajemen pendidikan perspektif rushdi ahmad tuaimah. Darajat
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 10(1), 51–60. https://ejournal.iai-tabah.ac.id/index.php/Darajat%0Amuncul
Inayati, M., & Mulyadi. (2023). Evaluasi Media Pembelajaran Materi Fikih Madrasah Aliyah. Pedagogika: Jurnal Ilmu-
Ilmu Kependidikan, 3(1), 16–27.
https://www.jurnal.medanresourcecenter.org/index.php/PED/article/view/946
Indrawari, K., & Habiburrahman, S. (2019). Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam Dengan Metode Al-
Qur’an Tematik. Universitas Muhammadiyah, 17(1).
Kholidya, C. F. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Media Pembelajaran PAI di STAI AL-KHAIRAT
Pamekasan Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Teknologi Pendidikan, 4(1).
Magdalena, I., Sundari, T., Nurkamilah, S., Ayu Amalia, D., & Muhammadiyah Tangerang, U. (2020). Analisis Bahan
Ajar. Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 2(2), 311–326.
Mahmudin, A. S. (2021). Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Oleh Guru Tingkat
Sekolah Dasar. Sittah Education, Journal Of Primary, 2(2).
Maizah, S., Abidin, Z., & Inayati, M. (2023). Implementasi Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan Kredibilitas
Tenaga Pendidik Melalui Pendekatan Directiv , Non Directiv dan Kolaboratif. Multiverse: Open Multidisciplinary
Journal, 2(1), 134–140. https://ejournal.iai-tabah.ac.id/index.php/Darajat%0Amuncul
Tematik: Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar | 123

Miskiah, M., Suryono, Y., & Sudrajat, A. (2019). Integration of information and comunication technology into Islamic
religious education teacher training. Cakrawala Pendidikan, 38(1), 130–140.
https://doi.org/10.21831/cp.v38i1.23439
Mulyadi, Inayati, M., & Hasan, N. (2023). Revitalisasi Pendidikan Islam Tradisional Dalam Era Transformasi Digital. Al
Qodiri Jurnal Penidikan, Sosial Dan Keagamaan, 20(3), 486–500.
https://doi.org/10.53515/qodiri.2023.20.3.486-500
Musleh, Inayati, M., & Wardi, M. (2022). Implementasi Metode Takrar Dalam Meningkatkan Daya Ingat Hafalan
Quran Mi Al Imron Pakamban Laok Pragaan Sumenep. Kariman: Jurnal Pendidikan Keislaman, 10(02), 207–
222. https://jurnal.inkadha.ac.id/index.php/kariman/article/view/229
Rachmawati, R. (2018). Analisis Keterkaitan Standar Kompetensi Lulusan (Skl), Kompetensi Inti (Ki), Dan Kompetensi
Dasar (Kd) Dalam Implementasi Kurikulum 2013. 12(1).
Supriadi. (2015). Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran. Lantanida Journa, 3(2).

Ó Mahfida Inayati, Mulyadi, 2023

Anda mungkin juga menyukai