Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses
belajar dimana peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan UU No.
20 tahun 2003. Dalam perencanaan pendidikan yang bermutu diperlukan suatu cara belajar
yang efektif dan menyenangkan. Pembelajaran dari sudut pandang teori interaksional
didefinisikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Berdasarkan konsep ini, pembelajaran dipandang memiliki kualitas
baik jika interaksi yang terjadi bersifat multi arah, yakni guru-siswa, siswa-guru, siswa-siswa,
siswa-sumber belajar, dan siswa-lingkungan belajar (Yunus, 2014).
Seiring pesatnya perkembangan informasi dan teknologi, berdampak memicu
perkembangan media pembelajaran, baik itu software maupun hardware, sehingga peran guru
sebagai sumber belajar pun perlahan-lahan tetapi pasti akan berubah menjadi guru sebagai
fasilitator. Oleh karena itu, katika pola pembelajaran bermedia mulai mendominasi
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, maka peran guru sebagai fasilitator sangat
diharapkan agar dapat mendesain model pembelajaran yang sungguh-sungguh dapat
mengantar peserta didik untuk dapat lebih mandiri dalam memahami materi ajar yang disajikan
dalam kelas maupun di luar kelas (Tayeb, 2017:49). Dalam proses belajar mengajar pemilihan
dan penggunaan metode yang tepat dalam menyajikan suatu materi dapat membantu siswa
dalam mengetahui serta memahami segala sesuatu yang disajikan guru, sehingga melalui tes
hasil belajar dapat diketahui peningkatan prestasi belajar siswa.
Pembelajaran merupakan susatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang
saling berhubungan satu dengan yang lain secara komprehensif. Komponen tersebut meliputi:
tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus diperhatikan oleh guru
dalam memilih dan menentukan pendekatan, dan model-model pembelajaran apa yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Mempelajari model pembelajaran apa saja yang
sesuai untuk proses belajar mengajar di berbagai jenjang pendidikan untuk membelajarkan
siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa
tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena
itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa,
sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Menurut
Yuliastini (2015) Guru sebagai pendidik tidak hanya terfokus pada transfer ilmu saja melainkan
juga harus dapat mengubah perilaku, memberikan dorongan positif sehingga termotivasi,
memberikan suasana belajar yang menyenangkan agar siswa dapat berkembang semaksimal
mungkin.
Model pembelajaran merupakan acuan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan
pola pembelajaran tertentu secara sistematis, model pembelajaran adalah pola umum perilaku
pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan. Seperti
dikatakan Joyce dan Weil, bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian,
model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan pola
pembelajaran tertentu secara sistematis (Adeline, 2018:10). Agar tujuan dari proses
pembelajaran tercapai, perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih
komprehensif dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada dilingkungan
sekitarnya. Selain itu pembelajaran dapat mengaktifkan siswa, dan dapat memperpanjang
ingatan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Hal yang paling penting dalam pendidikan
adalah memasukkan informasi yang berguna, keterampilan, dan sikap kedalam pikiran siswa
dengan cara apapun, sehingga siswa dapat mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka
simpan jika mereka membutuhkan.
Model pembelajaran take and give adalah pembelajaran yang menekankan pada kartu
yang berisi materi pelajaran dan menjadi alat penting dalam proses belajar mengajar. Dengan
kartu tersebut, peserta didik bisa saling tukar menukar materi yang mereka ketahui dengan
teman lainnya yang menjadi pasangannya, dengan begitu bisa merangsang ingatan peserta
didik pada suatu materi yang diberikan pendidik saat pelajaran di kelas, sehingga wawasan
peserta didik menjadi luas, jelas dan kuat dalam ingatan. Take and Give adalah model
pembelajaran yang menekankan peserta didik untuk saling bertukar materi yang didapatkan
dari pendidik, peserta didik juga dilatih supaya berperan aktif dan memaparkan materi yang
diperoleh dari pendidik, dan peserta didik menyampaikan kepada teman lain di kelas baik
secara individu berulang-ulang. Take and Give bisa menjadikan pembelajaran peserta didik
yang tadinya pasif menjadi aktif . Peserta didik bisa lebih mudah mengingat kembali materi
ajar yang telah diberikan, terbukti dari pembelajaran mereka, peserta didik lebih mudah
mengingat materi ajar yang diberikan oleh teman sebayanya (Yanti & Hidayah, 2022:171).
Model pembelajaran tersebut dapat mempengaruhi sikap dan motivasi belajar siswa
terhadap pelajaran bahasa Indonesia perlu diketahui, mengingat pelajaran bahasa Indonesia
merupakan salah satu pelajaran yang diuji pada Ujian Nasional (UN) maupun ketika mengikuti
berbagai tes seperti tes masuk perguruan tinggi maupun berbagai instansi pemerintah dan
swasta. Jika sikap dan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia rendah, maka
perlu dilakukan pembinaan dan peningkatan sikap dan motivasi belajar siswa terhadap
pelajaran bahasa Indonesia (Syahrul, 2013:14). Hal tersebut berkaitan langsung dengan
keaktifan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan aktifitas interaksi antara guru dan
siswa dimana mereka terlibat dalam interaksi yang membutuhkan timbal balik untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman dari penyampaian materi. Dengan kata lain proses
pembelajaran tidak hanya dilakukan satu arah sebagaimana guru yang selalu aktif
menyampaikan materi siswa harus ikut berperan aktif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
aktif diartikan sebagai giat berusaha dan bekerja. Kegiatan berusaha dan bekerja dalam proses
pembelajaran yang dapat dilakukan oleh siswa yaitu aktif merespon penyampaian materi oleh
guru. Menurut Mulyasa, (dalam Anggraini & Wulandari, 2021:296) adapun aktifitas siswa
dapat dibagi menjadi dua, yaitu aktifitas secara fisik dan aktifitas secara psikis. Aktifitas secara
fisik adalah gerak tubuh guna menciptakan suatu gerakan, bermain, bahkan bekerja dalam kelas
maupun lingkungan sekolah, sedangkan aktivitas yang dilakukan dengan jiwa sebanyak-
banyaknya, seperti berpikir dalam rangka pembelajaran. Pembelajaran yang dinilai berhasil
dan berkualitas jika seluruh atau sebagian besar siswa dapat ikut serta secara aktif baik fisik
maupun psikisnya.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran Kadarwati & Malawi,
2017:96)
Model pembelajaran merupakan suatu rangkaian proses belajar mengajar dari awal
hingga akhir, yang melibatkan bagaimana aktivitas guru dan siswa, dalam desain pembelajaran
tertentu yang berbantuan bahan ajar khusus, serta bagaimana interaksi antara guru siswa bahan
ajar yang terjadi. Umumnya, sebuah model pembelajaran terdiri beberapa tahapan-tahapan
proses pembelajaran yang harus dilakukan.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan menurut Joyce & Weil dalam
Mulyani Sumantri, dkk model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar
mengajar (Darmadi, 2017:42).
Model pembelajaran memiliki sintaks (pola urutan tertentu) dari suatu model
pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang
pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari
suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang
harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model
pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model pembelajaran
diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses
pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, di
dalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan
bimbingan guru.
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan
para guru dalam melaksanakan pembalajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik (Trianto, 2010:54).
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih khas luas daripada suatu strategi,
metode, atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus
yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode pembelajaran :
a. Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik
b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
c. Langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran dapat
dilaksanakan secara optimal
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
Ciri dari model pembelajaran yang baik yaitu adanya keikutsertaan siswa secara aktif
dan kreatif yang akan membuat mereka mengalami pengembangan diri. Guru bertindak sebagai
fasilitator, koordinator, mediator dan motivator kegiatan belajar siswa.
Penutup
Model pembelajaran merupakan acuan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan
pola pembelajaran tertentu secara sistematis, model pembelajaran adalah pola umum perilaku
pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Model pembelajaran take and give adalah pembelajaran yang menekankan pada kartu
yang berisi materi pelajaran dan menjadi alat penting dalam proses belajar mengajar. Dengan
kartu tersebut, peserta didik bisa saling tukar menukar materi yang mereka ketahui dengan
teman lainnya yang menjadi pasangannya, dengan begitu bisa merangsang ingatan peserta
didik pada suatu materi yang diberikan pendidik saat pelajaran di kelas, sehingga wawasan
peserta didik menjadi luas, jelas dan kuat dalam ingatan.
Adapun keaktifan siswa dapat dilihat dari berbagai hal seperti memperhatikan (visual
activities), mendengarkan, berdiskusi, kesiapan siswa,bertanya, keberanian siswa,
mendengarkan,memecahkan soal (mental activities).
Dengan langkah-langkah strategi Take and Give dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
diharapkan pembelajaran bahasa Indonesia menjadi lebih menyenangkan, kreatif, dan siswa
lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Referensi
Abdullah, A. (2017). Pendekatan dan model pembelajaran yang mengaktifkan
siswa. EDURELIGIA: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(1), 45-62.
Adeline, D. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Take and Give Berbantuan Media Grafis
Terhadap Hasil Belajar PKN Kelas V MIN 10 Bandar Lampung (Doctoral dissertation,
UIN Raden Intan Lampung).
Anggraini, P. D., & Wulandari, S. S. (2021). Analisis penggunaan model pembelajaran project
based learning dalam peningkatan keaktifan siswa. Jurnal Pendidikan Administrasi
Perkantoran (JPAP), 9(2), 292-299.
Darmadi, H. (2017). Pengembangan model dan metode pembelajaran dalam dinamika belajar
siswa. Yogyakarta: Deepublish.
Dewi, N. L. G. M. P., Asri, I. G. A. S., Wiyasa, I. K. N., & Kes, M. (2014). Model Pembelajaran
Take and Give Berbantuan Media Grafis terhadap Hasil Belajar PKn SD. MIMBAR
PGSD Undiksha, 2(1).
Fathurrohman, M. (2015). Model-model pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz media.
Hartami, P., Abdullah, R., & Safitri, Y. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Take And Give Pada Materi Minyak Bumi Di Kelas X MAN Sabang. Lantanida
journal, 2(2), 170-184.
Huda, M. (2013). Model-model pengajaran dan pembelajaran: Isu-isu metodis dan
paradigmatis.
Ikhsan, M. A., Septyanti, E., & Zulhafizh, Z. (2022). Kemampuan Menulis Teks Prosedur
Siswa Kelas VII SMP Pancasila Kecamatan Tanjung Beringin. JURNAL TUAH:
Pendidikan dan Pengajaran Bahasa, 4(1), 13-18.
Kadarwati, A., & Malawi, I. (2017). Pembelajaran tematik:(Konsep dan aplikasi). Cv. Ae
Media Grafika.
Megawati, Y. D. N., & Sari, A. R. (2012). Model pembelajaran kooperatif tipe team assisted
individualization (TAI) dalam meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar
akuntansi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Banjarnegara Tahun Ajaran
2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 10(1).
Nurdyansyah, N., & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi model pembelajaran sesuai kurikulum 2013.
Paradita, L., Vahlia, I., & ES, Y. R. (2019). Peningkatan kecerdasan intrapersonal dan hasil
belajar melalui model pembelajaran take and give berbasis matematika
realistik. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 8(3), 438-447.
Riani, N., & Supraptono, E. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Take and Give dalam
Materi Ajar Media Komunikasi Data jaringan. Dinamika Pendidikan, 6(2).
Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran. Depok: Raja Grafindo Persada.
Septina, R. K. D. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Take and Give Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Materi Perkalian Siswa Kelas 2 Sd N Demangan
Yogyakarta. E-Jurnal Skripsi Program Studi Teknologi Pendidikan, 7(3), 311-323.
Sundari, N. (2013). Penggunaan media gambar dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran pengetahuan sosial di sekolah dasar. EduHumaniora| Jurnal Pendidikan
Dasar Kampus Cibiru, 5(1).
Syahrul, R. (2013). Kontribusi Sikap dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar Bahasa
Indonesia. Bahasa, Sastra, dan Pembelajaran, 1(2).
Tayeb, T. (2017). Analisis dan manfaat model pembelajaran. AULADUNA: Jurnal Pendidikan
Dasar Islam, 4(2), 48-55.
Trianto, M. P. (2010). Model pembelajaran terpadu: Konsep, strategi, dan implementasinya
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kuala Lumpur: Kemetrian
Pengajaran Malaysia.
Wibowo, N. (2016). Upaya peningkatan keaktifan siswa melalui pembelajaran berdasarkan
gaya belajar di SMK Negeri 1 Saptosari. Elinvo (Electronics, Informatics, and
Vocational Education), 1(2), 128-139.
Yanti, Y., Fauziah, S., & Hidayah, N. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Take And Give
Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Kelas III. AR-RIAYAH: Jurnal
Pendidikan Dasar, 6(2), 167-182.
Yuliastini, N. L. G. S., Tastra, I. D. K., & Sudhita, I. W. R. (2015). Pengaruh Model Take and
Give Berbantuan Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar IPS. Jurnal Edutech
Undiksha, 3(1).
*Data Penulis
Eka Dilla Pahri, lahir di Pekanbaru, 19 Januari 2002. Pada tahun akademik
2021-2022, melanjutkan studi pada strata satu Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia FKIP Universitas Riau melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri). Gemar membaca, menulis, dan menyukai seni digital.
memotivasi dirinya mengikuti beberapa perlombaan Desain Poster. Hingga sekarang
terus mengembangkan diri dengan menjelajahi hal-hal yang digemari.
Kontak
E-mail : eka.dilla1898@student.unri.ac.id