Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan alat penentu atas keberhasilan suatu proses pendidikan.

Berdasarkan Pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, yaitu kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelanggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran ialah berdasarkan sistem pendidikan

yang diberlakukan saat itu. Kurikulum bersifat dinamis karena kurikulum erat

hubungannya dengan perubahan serta perkembangan kehidupan masyarakat yang tidak

terlepas dari pengaruh global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni

dan budaya. Oleh sebab itulah kurikulum di Indonesia saat ini mengalami perubahan, dari

KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi kurikulum tahun 2013.

Kurikulum 2013 merupakan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang

telah dirintis sejak tahun 2004 dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) lalu

diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP). Berdasarkan komponen-komponen yang

terdapat dalam kurikulum 2013 dapat dilihat bahwa kurikulum 2013 lebih ditekankan

pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan

pengetahuan. Pada kurikulum 2013 menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan

dan mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah

mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi.

Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada
lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan

berfikir kritis.

Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran tematik. Dimana dalam satu

proses pembelajaran merupakan penggabungan beberapa mata pelajaran menggunakan

sebuah tema.

Menurut Poerwadarminta ( dalam Majid 2014:80):

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk


mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman bermakna
kepada murid. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan”. Proses pembelajaran tematik memungkinkan siswa untuk lebih aktif
dalam menggali informasi, menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan
secara holistik, bermakna, dan otentik.

Selanjutnya Rusman (2011:254) menambahkan:

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu


(integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali
dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna
dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktik pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.
Pada dasarnya proses pembelajaran terpadu dalam pelaksanaannya ialah

menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk

memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Sebab dalam pembelajaran tematik,

siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman

langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahami. Pembelajaran

tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama

siswa dengan memerhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema adalah

pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Tema ditujukan

agar terdapatnya keterkaitan konsep-konsep dari beberapa mata pelajaran.


Senada dengan Majid (2014:126):

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik


memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa, 2)
Memberikan pengalaman langsung, 3) Pemisahan mata pelajaran tidak jelas, 4)
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, 5) Bersifat fleksibel, 6)
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain.
Di dalam setiap proses pembelajaran guru dituntut untuk menyajikan materi

pembelajaran secara lengkap dan tidak terpisah antara satu mata pelajaran dengan mata

pelajaran lainnya melalui sebuah tema pembelajaran yang terdekat dengan siswa.

Pelaksanaan pembelajaran tematik akan berjalan dengan semestinya jika dalam

proses pelaksanaannya ciri-ciri dari pembelajaran tematik tersebut terlaksana.. Adapun

yang menjadi ciri-ciri pembelajaran tematik menurut Depdiknas (2006:6), yaitu:

Pembelajaran tematik memiliki beberapa ciri khas antara lain: (1) Pengalaman dan
kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak
usia sekolah dasar; (2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; (3) Kegiatan belajar
akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan
lebih lama.; (4) Membantu mengembangkan keterampilan berfikir siswa; (5)
Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan
yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; (6) Mengembangkan keterampilan
sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap
gagasan orang lain.

Selain itu proses pembelajaran kurikulum 2013 yang ideal menurut Ahmadi (2014:

80) yaitu “Berpusat pada peserta didik, sifat pembelajaran yang kontekstual, buku teks

memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompentensi yang

diharapkan”.

Tidak hanya guru yang berperan penting dalam proses pembelajaran tematik

terpadu namun siswa juga ikut serta mengsukseskan proses pembelajaran. Menurut

Abdul (2014: 189) “Siswa sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran tematik terpadu

harus di kondisikan dengan baik sehingga: 1) Siswa harus siap mengikuti kegiatan
pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara

individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal, 2) Siswa harus siap mengikuti

kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi

kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah”.

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di SDN 08 Campago Ipuh Kota

Bukittinggi, penulis menemukan beberapa masalah pembelajaran baik dari perencanaan,

siswa maupun dari guru yang tidak sesuai dengan kriteria proses pembelajaran efisien

dan efektif pada kurikulum 2013.

Berdasarkan perencanaan pembelajaran, guru hanya menyalin apa yang ada di buku

guru, guru kurang mengaitkan pembelajaran dengan masalah yang ada di sekitar siswa,

guru kurang mengembangkan indikator dari kompetensi dasar serta minimnya

pengembangan model yang akan digunakan dalam pembelajaran sehingga pencapaian

tujuan pembelajaran siswa belum optimal.

Dari segi siswa yaitu 1) siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran 2) siswa

kurang memahami konsep materi karena pembelajaran yang disampaikan guru kurang

mengaitkan dengan kehidupan nyata, 3) karena guru kurang kreatif dalam menciptakan

suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan membuat siswa menjadi kurang

semangat dan suasana kelas menjadi monoton, 4) siswa kurang mampu memecahkan

masalah secara sendiri, 5) siswa kurang berfikir kritis dalam pembelajaran.

Dari segi guru yaitu 1) proses pembelajaran masih berpusat pada guru atau teacher

centered learning, 2) guru kurang memberikan konsep yang nyata terhadap materi yang

diajarkan karena pembelajaran yang hanya berpedoman pada buku teks, 3) guru kurang

melatih kemampuan siswa untuk memecahkan suatu masalah nyata yang ada di
sekitarnya sehingga proses pembelajaran tidak bermakna bagi siswa, 4) guru kurang

mengarahkan siswa untuk bertanya, 5) guru kurang melatih siswa untuk berfikir kritis

dalam pembelajaran.

Untuk mengatasi kondisi di atas perlu diadakan penambahan model mengajar guru

yang lebih kreatif dan menyenangkan selain pendekatan scientific yang telah digunakan.

Menurut Imas dan Berlin (2014: 64) menyatakan bahwa:

Untuk mengimplementsikan kurikulum 2013, yang notabene menitik beratkan pada


keaktifan peserta didik atau siswa, maka beberapa model pembelajaran yang
dipandang sejalan dan cocok dengan prinsip prinsip pendekatan scientific antara
lain model pembelajaran: Discovery Learning, Problem Based Learning, Project
Based Learning dan model pembelajaran Kooperatife.
Salah satu alternatif tindakan yang dapat dilakukan penulis adalah dengan

menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Menurut Istarani (2011: 32)

“Problem Based Learning adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik dengan cara menghadapkan para peserta didik tersebut dengan berbagai

masalah yang dihadapi dalam kehidupannya”.

Model Probem Based Learning (PBL) bertujuan untuk membantu siswa agar

memperoleh berbagai pengalaman dan mampu mengubah tingkah laku siswa. Perubahan

tingkah laku meliputi pengetahuan keterampilan bahkan nilai norma terhadap perilaku

siswa.

Problem Based Learning (PBL) membuat siswa terbiasa untuk berfikir kritis

terhadap memecahakan masalah yang ada sehingga lebih menjadikan siswa mandiri.

Kelebihan Problem Based Learning (PBL) ini dipertegas oleh Istarani (2011: 34) “Model

ini membuat pendidikan di sekolah menjadi relevan, proses mengajar membiasakan siswa

menghadapai masalah secara terampil dan dapat merangsang pengembangan kemampuan

berfikir secara kreatif dan inovatif “.


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk

memperbaiki proses pembelajaran tematik terpadu melalui penelitian tindakan kelas

dengan judul Peningkatan Proses Pembelajaran Tematik Terpadu menggunakan Model

Problem Based Learning (PBL) di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 08 Campago Ipuh

Kota Bukittinggi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas. Maka, secara umum rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah peningkatan proses pembelajaran

tematik terpadu dengan menggunakan model problem based learning (PBL) di kelas IV

SDN 08 Campago Ipuh Kota Bukittinggi?

Adapun rumusan masalah secara khusus dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dalam Peningkatan Proses

Pembelajaran Tematik Terpadu dengan menggunakan model Problem Based

Learning (PBL) di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 08 Campago Ipuh Bukittinggi?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dalam Peningkatan Proses Pembelajaran

Tematik Terpadu dengan menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) di

Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 08 Campago Ipuh Bukittinggi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan yang telah dikemukakan dalam rumusan masalah di atas tujuan dari

penelitian ini secara umum untuk mendeskripsikan: Penggunaan model PBL dalam

Peningkatan Proses Pembelajaran di Kelas IV SD Negeri 08 Campago Ipuh Bukittinggi.

Sedangkan secara khusus tujuan peneliti adalah untuk mendeskripsikan:


1. Rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dalam Peningkatan Proses Pembelajaran

Tematik Terpadu dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) di

Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 08 Campago Ipuh Bukittinggi.

2. Pelaksanaan pembelajaran dalam Peningkatan Proses Pembelajaran Tematik Terpadu

dengan menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) di Kelas IV Sekolah

Dasar Negeri 08 Campago Ipuh Bukittinggi.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan, hasil penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain:

1. Bagi siswa

Agar lebih meningkatkan proses pembelajaran serta mengembangkan berbagai aspek

yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran tematik

2. Bagi peneliti

Meningkatkan semangat profesional peneliti dalam membelajarkan siswa pada

bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai pembelajaran tematik

dan dapat menerapkan langsung disekolah dasar nantinya.

3. Bagi guru

Bermanfaat sebagai masukan pengetahuan dalam mengimplementasikan

Pembelajaran Tematik dengan penerapan model PBL.

4. Bagi sekolah

Bermanfaat sebagai bahan masukan dan solusi untuk perbaikan proses pembelajaran

tematik yang sesuai dengan peningkatan proses pembelajaran.


BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA TEORI

A. Kajian Teori

1. Hakikat Proses Pembelajaran

a. Pengertian Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi antara guru dengan

siswa di dalam kelas. Usman (dalam Suryosubroto, 2002:19) menyatakan bahwa

proses pembelajaran adalah “Suatu proses yang mengandung serangkaian

perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

dalam situasi untuk mencapai tujuan tertentu”.

Selanjutnya Bruner (dalam Nasution, 2010:9-10) Proses pembelajaran


dibedakan pada tiga fase yaitu:
(1) Informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi,ada
yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki ,ada yang
memperhalus dan memperdalamnya,ada ,pula informasi yang
bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, (2)
Transformasi, informasi itu harus di analisis ,di ubah atau di transformasi
ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan
untuk hal-hal yang lebih luas,dalam hal ini bantuan guru sangat
diperlukan, (3) Evaluasi, Kemudian kita nilai hingga manakah
pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan
untuk memahami gejala-gejala lain.

Dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran adalah proses interaksi

yang terjadi diantara guru dengan peserta didik dalam rangka penyampaian

informasi tertentu demi tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang hendak

dicapai.

b. Karakteristik Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran di sekolah dasar memiliki


karakteristik. Sagala (2011:63) mengatakan bahwa:

Proses pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu: (1) dalam proses


pembelajaran melibatkan proses mental peserta didik secara maksimal,
bukan hanya menuntut peserta didik sekedar mendengar, mencatat, akan
tetapi menghendaki aktivitas peserta didik dalam proses berpikir; (2)
dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab
terus menerus diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan berfikir peserta didik, yang pada gilirannya kemampuan
berfikir itu dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan
yang mereka konstruksi sendiri.

Sedangkan Gagne (dalam buku Rusman 2011:139) menyatakan:

Ada delapan fase proses pembelajaran yaitu: (1) Motivasi, fase awal
memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu
tindakan dalam mencapai tujuan tertentu (motifasi interaksi dan
ektrinsik) ; (2) Pemahaman, individu menerima dan memahami motifasi
yang di peroleh dari pembelajaran. Pemahaman dapat melalui perhatian;
(3) Pemerolehan individu memberikan maksna/mempersepsi segala
imformasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan
dalam memori peserta didik; (4) Penahanan, menahan imformasi/hasil
belajar agar dapat digunakan untuk jangka panjang. Proses mengingat
jangka panjang; (5) Ingatlah kembali, mengeluarkan kembali imformasi
yang telah disimpan, bila rangsangan; (6) Generilisasi, menggunakan hasil
pembelajaran untuk keperluan tertentu; (7) Perlakuan, perwujutan
perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran; (8) Umpan balik,
individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya.

Berdasarkan pendapat yang dikemukanan dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran adalah suatu proses yang melibatkan mental siswa dalam

membangun dan memperbaiki proses kemampuan berfikir dalam pemerolehan

pengetahuan.

2. Hakikat Pembelajaran Tematik Terpadu

a. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang mengaitkan

beberapa mata pelajaran dengan sebuah tema pembelajaran. Dimana satu tema

terdiri dari empat subtema serta enam pembelajaran di masing-masing subtema


yang ada. Senada dengan Majid (2014:80) “Pembelajaran tematik adalah

pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata

pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid”.

Menurut Majid (2014:80):

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu


(integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif
menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara
holistik, bermakna, dan otentik”.

Pembelajaran tematik terpadu sifatnya memandu peserta didik mencapai

kemampuan berfikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan

berfikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah

proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan. Kemendikbud (2014:15)

Pembelajaran tematik terpadu adalah strategi pembelajaran yang

menggabungkan beberapa mata pelajaran yang memiliki keterkaitan satu sama

lain dengan menggunakan tema sebagai media penggabungnya. Tema

pembelajaran mampu memandu siswa berfikir dari hal yang konkret kepada hal

yang bersifat abstrak terkait konsep pembelajaran yang meraka terima. Strategi

pembelajaran tematik terpadu bisa mengajak siswa baik itu secara berkelompok

maupun secara individu untuk belajar aktif serta antusias dalam proses

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa agar lebih optimal.

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu


Pembelajaran tematik terpadu di sekolah dasar merupakan pembelajaran yang

sesuai dengan kebutuhan peserta didik, berikut karakteristik pembelajaran tematik

terpadu.

Ahmadi (2014:91):

Pembelajaran tematik integratif memiliki cirri-ciri atau karakteristik sebagai


berikut:1) berpusat pada siswa, 2) memberikan pengalaman langsung kepada
siswa, 3) pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak,4) menyajikan konsep dari
berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, 5) bersifat luwes
(fleksibel) ,6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa.

Menurut Kemendikbud ( 2013: H-03 ):

Ciri pembelajaran tematik terpadu yaitu 1) Berpusat pada anak, 2) memberikan


pengalaman langsung pada anak, 3) Pemisahan antar muatan pelajaran tidak
begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses
pembelajaran, 5) Bersifat luwes, 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak.

Majid dalam bukunya (2014:89-90) menyatakan beberapa karateristik

pembelajaran tematik terpadu:

1) Berpusat pada siswa, 2) Memberikan pengalaman langsung, 3)


Memisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari
berbagai mata pelajaran, 5) Bersifat fleksibel, 6) Menggunakan prinsip-
prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Adapun uraian dari karakteristik pembelajaran tematik terpadu adalah

sebagai berikut:

Pembelajaran tematik terpadu pada dasarnya berpudat pada siswa (Student

centre) dimana siswa dijadikan sebagai subjek pembelajaran sedangkan guru

sebagai fasilitator. Selama pembelajaran berlangsung siswa dituntut untuk

menemukan sendiri pemecahan dari sebuah masalah sehingga dapat memberikan

pengalaman langsung terhadap siswa sehingga pembelajaran memberikan prinsip


belajar sambil bermain. Penyajian materi dan konsep dari berbagai materi

pelajaran bersifat luwes bahkan berkaitan dengan keadaan lingkunagn siswa.

Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik terpadu menurut TIM

Pengembangan PGSD, 1997 (Majid, 2014:90) adalah:

1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang akan menjadi pusat perhatian
dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang bekotak-kotak. 2) Otentik,
pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung
konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. 3) Bermakna, pengkajian suatu
fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya
semacam jalinan antar skemata yang dimiliki oleh siswa, yang pada
gilirannya nanti akan memberikan dampak kebermaknaan dari materi
yang dipelajari. 4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan
berdasar pada pendekatan inquiry discovery dimana siswa terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran, mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga
proses evaluasi.
Jadi, pembelajaran tematik terpadu memiliki karakteristik dimana siswa

merupakan pusat dalam proses pembelajaran (student centered). Dalam

pembelajaran tematik terpadu siswa dalam kelompok maupun individu dituntut

lebih aktif dan antusias hingga pada tahap proses evaluasi. Setiap aktifitas yang

dilakukan mampu memberikan pengalaman bermakna bagi siswa dalam

mengembangkan pola fikir siswa secara konkret kepada hal yang bersifat abstrak

terkait dengan konsep materi pembelajaran. Oleh karena itu setiap konsep

pembelajaran yang diberikan dituangkan kepada hal yang terdekat dengan siswa

sehingga mereka bisa memahami secara langsung setiap konsep-konsep

pembelajaran tersebut. Pengembangan pembelajaran tematik terpadu di tingkat

sekolah dasar memiliki sebuah prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

bagi siswa sebab hasil belajar bergantung pada minat serta kebutuhan siswa

terhadap pembelajaran.
c. Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu

Tujuan pembelajaran tematik terpadu untuk memudahkan siswa dalam

memahami pelajaran. Menurut Depdiknas (2014:16) tujuan pembelajaran tematik

terpadu yaitu:

1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu, 2)


mempelajari pengetahuan dan mengembangkan kompetensi muatan
pelajaran dalam tema yang sama, 3) memiliki pemahaman terhadap materi
pelajaran lebih mendalam dan lebih berkesan, 4) mengembangkan
kompetensi berbahasa, 5) lebih bergairah belajar karena mereka dapat
berkomunikasi dalam situasi nyata, 6) lebih merasakan manfaat dan makna
belajar, 7) guru dapat menghemat waktu, 8) budi pekerti peserta didik dapat
ditumbuhkembangkan.

Menurut Kemendikbud (2014:15) dalam implentasi pembelajaran tematik

terpadu memiliki beberapa tujuan:

1) Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik, 2) Mempelajari


pengetahuan dan pengembangan berbagai kompetensi muatan pelajaran
dalam tema yang sama, 3) memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran
lebih mendalam dan berkesan, 4) Mengembangkan kompetensi berbahasa
lebih baik dengan mengaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan
pengalaman pribadi peserta didik, 5) lebih bergairah belajar karena mereka
dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya,
menulis sekaligus mempelajari pelajaran lain, 6) Lebih merasakan manfaat
dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang
jelas, 7) Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang
disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2
atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan dan 8) Budi pekerti dan
moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat
sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Tujuan pengembangan pembelajaran tematik terpadu untuk jenjang sekolah

dasar agar memiliki acuan bagi guru dalam pelaksanaannya. Sejalan dengan

pendapat Trianto (2010:9) menyatakan bahwa:


Secara rinci, pengembangan model ini diantaranya bertujuan untuk:
pertama,memberikan wawasan bagi guru tentang apa, mengapa, dan
bagaimana pembelajaran terpadu pada tingkat pendidikan dasar dan
menengah; kedua, memberikan bekal keterampilan kepada guru untuk dapat
menyusun rencana pembelajaran (memetakan kompetensi, menyusun
silabus, dan menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan
pembelajaran) penilaian; ketiga memberikan bekal kemampuan pada guru
agar memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran terpadu; keempat,
memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait
(misalnya kepala sekolah dan pengawasan) sehingga mereka dapat
memberikan dukungan terhadap kelancaran dan ketepatan pelaksanaan
pembelajaran terpadu.

Pada dasarnya tujuan pengembangan pembelajaran tematik terpadu adalah

agar proses pembelajaran terpusat pada satu tema yang menjadi acuan dalam

pengembangan materi dan konsep pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik

terpadu adalah untuk mengaitkan konsep materi pembelajaran dalam beberapa

muatan yang berbeda. Dengan penggunaan tema siswa akan lebih mudah dalam

memahami pembelajaran sebab tema dikembangkan berdasarkan pengalaman

nyata serta lingkungan yang terdekat dengan siswa. Dilihat dari segi efesiensi

waktu tentu pembelajaran terpadu memiliki tujuan untuk lebih meminimalisasi

waktu namun dengan konsep pembelajaran yang tersampaikan secara efektif serta

mampu dipahami oleh siswa.

3. Hakikat Model Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Model

Berbagai defenisi istilah model pembelajaran banyak dikemukakan oleh

para ahli berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing.


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:923) model adalah pola

(contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau

dihasilkan. Begitupun dengan istilah model pembelajaran tidak akan terlepas dari

pola, contoh, atau acuan yang dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan

pembelajaran.

Menurut Trianto (2011:51) model pembelajaran adalah suatu perencanaan

atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran

mengacu pada pendekatan pembelajaran yang digunakan, termasuk di dalamnya

tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Menurut Joyce dan Weil dalam Rusman (2011:133) menyatakan bahwa

“Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-

bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Merujuk kepada pendapat yang telah dikemukakan, Sudrajat (dalam Iif dan

Sofan, 2014:57) menyatakan bahwa “Model pembelajaran pada dasarnya

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan secara khas oleh pengajar”. Model pembelajaran merupakan bungkus

atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan

taktik/gaya pembelajaran.

Pada dasarnya model pembelajaran merupakan bentuk atau pola yang digunakan dalam
proses pembelajaran. Model merupakan sebuah acuan dalam merencanakan,
mengembangkan serta melaksanakan konsep-konsep pembelajaran yang ingin
dibelajarkan kepada siswa. Dengan demikian model pembelajaran dapat membimbing
guru dalam pengembangan proses belajar mengajar dari tahap awal hingga kepada tahap
evaluasi.
b. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) merupakan

model pembelajaran yang menyajikan masalah sehingga merangsang peserta

didik untuk belajar. Dengan model ini, dapat digunakan untuk mendorong

rasa ingin tahu peserta didik pada pembelajaran. Menurut Arends (dalam

Hosnan,2014:295) model Problem Based Learning (PBL) adalah “model

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik

sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh

kembangkan keterampilan yang lebih tinggi, dan memandirikan siswa dan

meningkatkan kepercayaan diri sendiri”.

Lebih lanjut Kemendikbud (2014: 25) mengemukakan bahwa

pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan sebuah

pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga

merangsang peserta didik untuk belajar dimana peserta didik bekerja dalam

tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).

Selain itu, menurut Kunandar (2010:354) menyatakan bahwa “Problem

Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan

masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara

berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran”.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang dirancang dan
dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam

memecahkan masalah yang ada di sekitarnya sehingga peserta didik mampu

untuk berpikir kritis, merumuskan, menganalisis dan memecahkan masalah.

c. Tujuan Model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Kurniasih dan Sani (2014:75) “Tujuan utama pembelajaran

berbasis masalah bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada

peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berfikir kritis dan

kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan

peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri.”

Menurut Rusman (2011:238) “Tujuan PBL adalah penguasaan isi belajar

dari disiplin heuristic dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. PBL

juga berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih luas (lifewide

learning), keterampilan memaknai informasi, kolaboratif dan belajar tim, dan

keterampilan berpikir reflektif dan evaluatif”.

Hosnan (2014:298) menyatakan bahwa tujuan utama model PBL bukanlah

penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada

pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah

dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif

membangun pengetahuan sendiri.

Pengembangan model pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk

mengembangkan cara berfikir siswa dalam memecahkan masalah yang

menyangkut dengan permasalahan lingkungan terdekat mereka. Dimana dengan

PBL siswa bukan hanya dibekali dengan ilmu dan teori-teori pembelajaran namun
siswa di ajarkan bagaimana menelaah suatu permasalahan kemudian menemukan

solusi melalui cara berfikir kritis, memahami berbagai informasi yang diperoleh

hingga lahirlah sebuah solusi permasalahan yang mereka hadapi.

d. Keunggulan Model Problem Based Learning (PBL)

Berbagai hal maupun tindakan tentu memiliki keunggulan atas

pelaksanaannya, sama halnya dengan model PBL yang juga memiliki keunggulan

dalam pengembangannya terhadap pembelajaran. Dalam menelaah keunggulan

dari PBL beberapa ahli mengemukakan pendapat mereka mengenai keunggulan

tersebut berdasarkan persepsi dan sudut pandang mereka masing-masing.

Arends (dalam Riyanto, 2010:287) mengidentifikasi 6 keunggulan

pembelajaran berbasis masalah, yaitu:

(1) Siswa lebih memahami konsep yang dijabarkan, sebab mereka sendiri
yang menemukan konsep tersebut, (2) Menuntut keterampilan berfikir
tingkat tinggi untuk memecahkan masalah, (3) Pengetahuan tertanam
berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih
bermakna, (4) siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab
masalah yang dikaji merupakan masalah yang dihadapi dalam kehidupan
nyata, (5) Menjadikan peserta didik menjadi lebih dewasa, termotivasi,
mampu memberi aspirasi dan pendapat orang lain, menanamkan sikap
sosial yang positif diantara siswa, (6) Pengkondisian peserta didik dalam
belajar kelompok yang saling berinteraksi, baik dengan guru maupun
teman akan memudahkan peserta didik mencapai ketuntasan belajar.

Sementara itu menurut Djamarah dan Zain (dalam Istarani, 2012:34)

bahwa yang menjadi kelebihan pembelajaran berbasis masalah ini adalah:

1) Model ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan


dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja, 2) Proses belajar
mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa
menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila
menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga,
bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat
bermakna bagi kehidupan manusia, 3) Model ini merangsang kempuan
berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses
belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti
permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan dapat

disimpulkan bahwa pengembangan model PBL dalam proses pembelajaran

memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah siswa dapat memahami konsep

pembelajaran dengan baik sebab merekalah yang menemukan konsep

pembelajaran bahkan menyangkut masalah nyata yang ada di sekitar mereka.

Pembelajaran berbasis masalah mampu melatih siswa agar lebih kreatif maupun

inovatif dalam memecahkan suatu permasalahan. Proses pembelajarn

menggunakan PBL dapat membimbing siswa bekerjasama dalam kelompok baik

dengan mengemukakan ide yang mereka miliki.

e. Langkah-langkah Model Problem Based Learning (PBL)

Dalam pengembangannya terhadap proses pembelajaran, model

pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa langkah pelaksanaan yang

dikemukakan oleh beberapa ahli berdasarkan pada sudut pandang berbeda.

Hosnan dalam bukunya (2014:301) menyatakan bahwa penerapan model

pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima langkah utama yang dimulai

dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan

penyajian dan analisis hasil kerja siswa.

1) Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,


menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat
pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 2) Mengorganisasi siswa
untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut. 3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah. 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru
membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai,
seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagai tugas dengan
temannya. 5) Menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah. Guru
membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
dan proses-proses yang mereka gunakan.

Menurut Riyanto (2010:307) langkah-langkah model PBL secara

sederhana adalah sebagai berikut:

1) Guru mempersiapkan dan melempar masalah kepada siswa. 2)


Membentuk kelompok kecil, masing-masing kelompok mendiskusikan
masalah tersebut dengan memanfaatkan dan merefleksi pengetahuan/
keterampilan yang mereka miliki. 3) Siswa mencari (hunting) informasi
dan data yang berhubungan dengan masalah yang sudah dirumuskan. 4)
Siswa berkumpul dalam kelompoknya untuk melaporkan data apa yang
sudah diperoleh. 5) Kegiatan diskusi penutup sebagai kegiatan akhir.

Langkah yang dikemukakan oleh Riyanto dapat diuraikan sebagai berikut:

Langkah-langkahPembelajaran PBL

Langkah-langkah PBL Kegiatan

Langkah 1: Pada tahap ini Guru menjelaskan


Mempersiapkan dan
tujuan pembelajaran, membuka
melemparkan masalah
kepada siswa skemata siswa tentang permasalahan
yang akan dibahas, lalu memotivasi
siswa untuk ikut serta dalam
memecahkan masalah

Langlah 2: Membentuk Pada tahap ini Guru membentuk siswa


kelompok kecil menjadi beberapa kelompok, guru
menetapkan nama dan ketua untuk
masing- masing kelompok, guru
menjelaskan tugas yang akan
dikerjakan masing-masing kelompok

Langkah 3: Siswa Pada tahap ini siswa mencari informasi


mencari informasi dan dan data yang berhubungan dengan
data yang berhubungan permasalahan yang dibahas
dengan masalah
Langkah 4: Siswa Pada tahap ini siswa menyampaikan
berkumpul dalam dan mendiskusikan informasi dan data
kelompok untuk yang telah diperoleh, siswa meninjau
melaporkan informasi ulang informasi yang telah diperoleh
dan data yang sudah
diperoleh

Langkah5: Kegiatan Pada tahap ini siswa mempresentasikan


diskusi penutup hasil diskusi kelompoknya, lalu
menyempurnakan hasil kerja
kelompoknya

Berdasarkan langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran berbasis

masalah yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa

proses pembelajaran yang menggunakan PBL menuntut siswa untuk bekerjasama

dalam kelompok. Di dalam kelompok siswa harus mampu berfikir secara kritis

dan inovatif. Sebab model pembelajaran berbasis masalah ini di awali dengan

pengenalan siswa terhadap masalah. Kemudian siswa dibimbing untuk

mendefinisikan serta menelaah permasalahan yang berhubungan dengan

lingkungan sekitar mereka. Untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut

siswa harus menemukan informasi-informasi yang terkait. Sehingga mereka

menemukan penjelasan atas pemecahan masalah. Setelah ditemukan sebuah

solusi, siswa dibimbing untuk membuat laporan pemecahan masalah. Pada

kegiatan akhir siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan

masalah.

Berdasarkan langkah-langkah model Problem Based Learning yang telah

dikemukakan, peneliti tertarik untuk menggunakan model Problem Based

Learning dalam pembelajaran berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan

Riyanto.
B. Kerangka Teori

Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang bisa memberikan

pengalaman bermakna terhadap siswa. Pembelajaran ini menggunakan sebuah tertentu

yang dapat mengaitkan beberapa mata pelajaran dalam suatu pembelajaran. Sesuai

dengan pembelajaran tematik terpadu yang bertujuan memberikan pengalaman bermakna

pada siswa dimana pengalaman tersebut dimulai dari lingkungan terdekat dengan siswa.

Maka tema yang digunakan dalam pembelajaran ialah tema yang memiliki keterkaitan

dengan lingkungan siswa.

Pembelajaran tematik terpadu dapat membantu cara berfikir siswa yang berangkat

dari hal yang konkret yang ada di sekitar mereka kepada hal yang bersifat abstrak. Fokus

utama dalam pembelajarn tematik terpadu adalah proses yang dialami siswa selama

pembelajaran saat mereka berusaha memahami konsep-konsep pembelajaran yang

diberikan serta berbagai keterampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran.

Untuk dapat mengimplementasikan pembelajaran tematik dengan maksimal maka

guru harus menggunakan model-model maupun metode-metode pembelajaran yang

efektif dan sesuai dengan pembelajaran. salah satu model pembelajaran yang sesuai

adalah model Problem Based Learning (PBL). Dengan menggunakan model yang tepat

dapat meningkatkan proses pembelajaran siswa serta dapat mengembangkan berbagai

aspek keterampilan siswa. Sebab PBL bersangkutan dengan intelegensi siswa serta

proses berfikir yang kritis dalam memecahkan permasalahan nyata di lingkungan mereka

secara ilmiah.

Ketepatan penggunaan model pembelajaran dapat meningkatkan proses serta hasil

belajar yang lebih maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Adapun langkah-langkah pembelajaran model PBL yang peneliti kembangkan dalam

penilitian tindakan kelas ialah berdasarkan pendapat Riyanto (2010:307) tahap-tahap

tersebut adalah: (1) guru mempersiapkan dan melemparkan masalah kepada siswa, (2)

membentuk kelompok kecil, (3) siswa mencari (hunting) informasi dan data yang

berhubungan dengan masalah, (4) siswa berkumpul dalam kelompoknya untuk

melaporkan data yang sudah diperoleh, (5) kegiatan diskusi penutup sebagai kegiatan

akhir, apabila sudah memperoleh solusi yang tepat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada bagan berikut:


Bagan 2.1. Kerangka Teori Peningkatan Proses Pembelajaran Tematik Terpadu

dengan Model Problem Based Learning (PBL)

Proses pembelajaran tematik di kelas IV SDN 08


Campago Ipuh Kota Bukittinggi belum maksimal

Pelaksanaan
Perencanaan Penilaian
Langkah-langkah model PBL
1. Merencanakan sebagai berikut: 1. RPP
Jadwal Penelitian
1. Guru mempersiapkan dan 2. Pelaksanaan
2. Mengkaji melemparkan masalah
Kurikulum Tematik  Aspek guru
kepada siswa
2013
 Aspek siswa
2. Membentuk kelompok
3. Merancang RPP kecil 3. Penilaian
4. Menentukan Materi 3. Siswa mencari (hunting)
Pembelajaran  Sikap
informasi dan data yang
5. Memilih Media berhungan dengan masalah  Pengetahuan
4. Siswa berkumpul dalam  Keterampilan
kelompoknya untuk
melaporkan data yang
diperolehnya
5. Kegiatan diskusi penutup
sebagai kegiatan akhir
Proses dan hasil pembelajaran dengan menggunakan model
PBL di kelas IV SDN 08 Campago Ipuh Kota Bukittinggi
sudah maksimal

Anda mungkin juga menyukai