Anda di halaman 1dari 12

PEMBELAJARAN PAIKEM

Dosen Pengampu: Dyan Falasifa Tsani,M.Pd.

Disusun oleh:

CORNELIA DEFFI SAPUTRI

2208056090

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2023
A. Mengenal Pembelajaran PAIKEM
Istilah Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(PAIKEM) mulai dikenal luas sejak akhir tahun 2007, tepatnya ketika mulai ada kegiatan
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) bagi para guru yang belum lolos sertifikasi
(Hidayat, 2012). Mulai populernya istilah PAIKEM tentunya bukan hanya perihal
popular dalam hal istilah, melainkan diikuti oleh penerapan, Strategi, Pendekatan,
Metode Pembelajaran, dan Teknik Pembelajaran.
Pembelajaran PAIKEM yang diadopsi ke dalam berbagai model dan strategi
pembelajaran telah diterapkan oleh guru di sekolah. Pembelajaran ini disinyalir mampu
menunjang proses pembelajaran dengan pendekatan Student Center Learning (SCL).
Pembelajaran dengan pendekatan ini akan mampu meningkatkan peran serta dan motivasi
siswa dalam setiap pembelajaran. Peran serta dan motivasi siswa yang meningkat
tentunya akan menghidupkan suasana pembelajaran.
Pembelajaran PAIKEM akan berlangsung dengan baik ketika guru dan siswa
selalu mampu menjalin hubungan yang harmonis dalam pembelajaran. Siswa mau
terbuka dan menerima pembaharuan dan guru yang selalu menemukan ide-ide baru
berkaitan dengan strategi pembelajaran menjadi hal kunci yang perlu mendapatkan
perhatian. Terlebih dalam penerapan kurikulum saat ini, yaitu kurikulum 2013 yang
berupaya menyeimbangkan antara kompetensi religius, kompetensi sosial, kompetensi
pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Keseluruhan kompetensi nampaknya akan
dapat dicapai oleh siswa apabila model pembelajaran PAIKEM ini dapat diterapkan
secara intensif oleh guru.
B. JenisJenis Pembelajaran PAIKEM
1. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif dapat ditunjukkan dengan adanya peran serta dan interaksi
positif antara guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Bonwell dan
Eison (dalam Sani, 2019) mendefinisikan pembelajaran aktif sebagai pembelajaran
dengan metode yang melibatkan siswa dalam proses belajar, mengharuskan siswa untuk
melakukan aktivitas belajar bermakna dan memikirkan tentang apa yang mereka lakukan.
Hal ini berimplikasi pada kemauan siswa untuk menerima suatu materi pelajaran dengan
menyimpulkan pemahaman secara mandiri daripada hanya menerima penjelasan dari
guru. Pembelajaran aktif akan memposisikan siswa sebagai pusat pembelajaran,
sehingga guru bisa memposisikan diri sebagai mediator dan fasilitator dalam
pembelajaran. Pembelajaran aktif bukan saja dipandang dari keaktifan siswa dalam hal
menyampaikan sesuatu secara verbal, tetapi juga mencakup inisiatif untuk belajar,
berpikir dan menganalisis materi, dan mampu bekerjasama serta berdiskusi dalam kelas.
Pembelajaran aktif sangat cocok diterapkan pada era disrupsi ini, yang mana para siswa
dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi melalui media internet. Siswa yang
menikmati proses pembelajaran aktif akan mampu membentuk dirinya sebagaimana
potensi yang ada pada dirinya. Sedangkan guru hanya akan mengarahkan ketika terjadi
hal yang melenceng dari tujuan pembelajaran.
Menurut Uno(2012),Ciri ciri dari pembelajaran aktif antara lain yaitu sebagai
berikut;
1. Pembelajaran berpusat pada siswa.
2. Pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata.
3. Pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi.
4. Pembelajaran melayani anak dengan membelajaran yang berbeda-beda.
5. Pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah(siswa-guru).
6. Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar.
7. Pembelajaran berpusat pada anak.
8. Penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan
belajar.
9. Guru memantau proses belajar siswa.
10. Guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak.
2. Pembelajaran Inovatif
Berbicara mengenai istilah inovatif, biasanya secara cepat terlintas pemahaman
akan “inovasi”. Inovasi merupakan sebuah proses pembaharuan, baik berupa
penemuan, pengembangan atau perbaikan. Inovasi berkaitan dengan perubahan, yang
mana ada yang menyebutkan bahwa perubahan itu abadi, maka demikianlah halnya
dengan inovasi. Inovasi harus tetap ada untuk memaksimalkan berbagai hal yang ada
dalam kehidupan. Inovasi paling sering terjadi pada teknologi, terlebih di era disrupsi
ini inovasi berlangsung dengan sangat cepat, bahkan terkadang inovasi dilakukan
pada hal-hal yang terdahulu dianggap mustahil.
Inovasi dalam dunia pendidikan salah satunya dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran inovatif berarti pembelajaran yang dilakukan dengan
menerima berbagai kemajuan dan perkembangan baik dalam hal sumber belajar,
metode belajar, maupun media pembelajaran. Pembelajaran inovatif menuntut guru
agar mampu menggunakan bahan ajar yang bermanfaat bagi kehidupan nyata, guru
mampu mengadaptasi pendekatan dan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
siswa, dan juga guru diharapkan mampu menggunakan teknologi informasi guna
menciptakan pembelajaran yang up to date. Disamping peran guru, dalam
pembelajaran inovatif juga mengharapkan peran siswa, yang mana siswa hendaknya
mau membuka diri akan perubahan sistem belajar yang dilakukan guru, mau dan
mampu mencari berbagai sumber belajar secara mandiri, serta menggunakan
teknologi informasi guna menunjang aktivitas belajar.
Ciri-ciri pembelajaran inovatif adalah;
1. Menggunakan bahan atau materi baru yang bermanfaat dan bermartabat.
2. Menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran dengan gaya baru.
3. Memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensioanl menjadi pendekatan
inovatif yang sesuai dengan keadaan siswa, sekolah, dan lingkungan.
4. Meningkatkan perangkap teknologi pembelajaran.
3. Pembelajaran Kreatif
Kreatif berarti menggunakan hasil ciptaan/kreasi baru atau yang berbeda dengan
sebelumnya. Pembelajaran yang kreatif dapat dimaknai bahwa pembelajaran
dilaksanakan bukan semata-mata sebagai pemenuhan akan tuntutan kurikulum.
Seorang guru dan siswa dalam ranah pembelajaran kreatif berupaya menggali
pengetahuan dan pemahaman-pemahaman secara lebih detail bertautan dengan topik
atau materi yang dibahas. Istilah kreatif biasanya merujuk pada sebuah kreatifitas,
yang mana berwujud sebuah tindakan dalam memunculkan sesuatu hal yang baru.
Kreatif dalam pembelajaran berarti guru berani mencoba-coba menerapkan hal baru
dalam pembelajaran yang sifatnya out of the box yang tentunya dijalankan sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kreatif kerap dikaitkan dengan pembelajaran yang berpusat pada
siswa (Student Centered Learning). Pembelajaran ini memiliki tujuh unsur seperti
berikut; (1) guru berperan sebagai fasilitator yang berupaya mengondisikan suasana
belajar dan proses pembelajaran. (2) siswa bersikap aktif dalam upaya
mengembangkan potensinya. (3) dalam prosesnya selalu ada keterlibatan dalam setiap
alur/kejadian pada proses pembelajaran. (4) materi pelajaran kerapkali diambil dari
lingkungan sesuai dengan konteks. (5) waktu pembelajaran lebih leluasa dan tidak
terpaku pada jadwal. (6) tempatnya tidak melulu tentang kelas, tetapi dapat dimana
saja asalkan mampu memberikan kenyamanan. (7) evaluasi dilakukan sendiri oleh
peserta didik dalam diskusi yang dilakukan, tidak ada lagi justifikasi personal oleh
seorang guru (Hidayat, 2012).
Munculnya sikap kreatif bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
dengan menerapkan beberapa metode pembelajaran oleh guru, seperti
mengembangkan ide menggunakan peta pikiran (mind mapping) dan curah pendapat
(brainstorming). Melalui metode mind mapping siswa dapat mengembangkan ide-ide
baru atau menganalisis faktor-faktor yang terkait dengan sebuah permasalahan.
Sedangkan melalui metode brainstorming siswa juga bisa menggali ide-ide baru dari
diskusi yang dilakukan. Dalam konteks brainstorming lebih diutamakan jumlah ide
yang tercetus, bukan kualitas dari tiap ide yang ada (Sani, 2019).
Ciri-ciri pembelajaran kreatif adalah;
1. Memberikan kebebasan pada siswa untuk mengembangkan gagasan dan
pengetahuan yang baru.
2. Bersikap rispek dan menghargai ide siswa.
3. Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa.
4. Penekanan pada proses bukan penilaian hasil karya siswa..
5. Menyampaikan pemikiran dengan bahasa sendiri.
4. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran efektif mengisyaratkan bahwa pembelajaran yang dilakukan dapat
terselenggara sesuai dengan tujuan dan tepat sasaran. Hasil pembelajaran mampu
memberikan perubahan ke arah yang lebih baik pada aspek pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif), maupun keterampilan (psikomotor) siswa. Perubahan ke arah yang
lebih baik yang dimaksud, bahwa setelah terjadinya proses pembelajaran perilaku
kognitif (mengingat, menjelaskan, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan
mencipta), perilaku afektif (nilai, norma, sikap, perasaan dan kemauan), serta perilaku
psikomotor para siswa lebih mampu menjadi insan yang lebih bijak.
Strategi pembelajaran efektif mencakup tiga variabel strategi pembelajaran, yaitu
(a) strategi pengorganisasian (organizational strategy) berkaitan dengan pemilihan
isi/materi, penataan isi, pembuatan daiagram, dan sejenisnya. (b) strategi
penyampaian (delivery strategy) berkaitan dengan cara menyampaikan pembelajaran
pada siswa dan/atau cara untuk menerima serta menanggapi masukan dari siswa, dan
(c) strategi pengelolaan (management strategy) berkaitan dengan cara untuk menata
interaksi antara siswa dan variabel pembelajaran yang lain (Wena, 2016).
Pembelajaran yang efektif tidak terlepas dari peran guru dalam pembelajaran
yang efektif, tercipta kondisi pembelajaran yang efektif, keterlibatan peserta didik
(siswa), dan sumber belajar ataupun lingkungan belajar yang mendukung. Kondisi
pembelajaran yang efektif harus mencakup tiga faktor penting, yakni (a) motivasi
belajar (kenapa perlu belajar), (b) tujuan belajar (apa yang ingin dipelajari), dan (c)
kesesuaian pembelajaran (bagaimana cara belajar) (Sani, 2019).
5. Pembelajaran Menyenangkan
Menyenangkan berarti bahwa sesuatu dilakukan dengan sepenuh hati, tanpa
paksaan dan tiada beban. Demikian halnya dengan pembelajaran yang
menyenangkan, pembelajaran dapat terselenggara dengan penuh keceriaan dan
sukacita. Belajar berlangsung dengan penuh motivasi dan gairah, yang tentunya
dibarengi dengan hasil belajar yang optimal. Mengerjakan sesuatu yang
menyenangkan maka hasilnya akan sangat memuaskan, demikian halnya dengan
belajar. Ketika pembelajaran berlangsung menyenangkan, baik guru maupun siswa
akan memperoleh hasil yang terbaik pada sisinya masing-masing.
Menurut Rose dan Nichols ada enam langkah yang ditawarkan guna menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, yaitu: (a) menciptakan lingkungan belajar tanpa
stress, yang artinya siswa menjadi nyaman, (b) memberikan pelajaran yang relevan
dengan kebutuhan dan urgensi dalam kehidupan, sehingga akan dirasakan lebih
bermakna (c) menjamin suasana belajar berlangsung dengan emosi yang positif,
sehingga meningkatkan motivasi, (d) melibatkan semua indera, pikiran dan otak
secara sadar, (e) memberikan rangsangan agar otak siswa mau berpikir kritis dan
analitis, (f) memperkuat (mengonsolidasi) materi yang sudah dibuat agar lebih sesuai
dengan kebutuhan siswa (Hidayat, 2012).
Ciri-ciri pembelajaran yang menyenangkan adalah;
1. Adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidak membuat tegang, aman,
menarik, dan tidak membuat siswa ragu melakukan sesuatu meskipun keliru
untuk mencapai keberhasilan yang tinggi.
2. Terjaminnya kesediaan materi pelajaran dan metode yang relevan.
3. Terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri dan kanan.
4. Adanya situasi yang menantang bagi siswa untuk berpikir jauh kedepan dan
mengeksplorasi materi yang sedang dipelajari.
5. Adanya situasi belajar emosional yang positif ketika para siswa belajar
bersama, dan ketika ada humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan
dukungan yang antusias.
C. Indikator Pembelajaran PAIKEM
Menurut Ismail (2008), model pembelajaran PAIKEM dalam penerapan prinsip-
prinsipnya, memiliki beberapa indikator, yaitu sebagai berikut:
1. Pekerjaan peserta didik.
PAIKEM sangat mengutamakan agar peserta didik mampu berfikir, berkata-kata,
dan mengungkap sendiri. Guru membimbing peserta didik dan memajang hasil
karyanya agar dapat saling belajar.
2. Kegiatan peserta didik.
Peserta didik banyak diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri.
Bila peserta didik mengalami atau mengerjakan sendiri, mereka belajar meneliti
tentang apa saja. Guru dan peserta didik interaktif dan hasil pekerjaan peserta
didik dipajang untuk meningkatkan motivasi.
3. Ruangan kelas.
Penuh pajangan hasil karya peserta didik dan alat peraga sederhana buatan guru
dan peserta didik. Banyak yang dapat dipajang di kelas dan dari pajangan hasil itu
peserta didik saling belajar. Alat peraga yang sering dipergunakan diletakkan
strategis. Pengamatan ruangan kelas dan dilihat apa saja yang dibutuhkan untuk
dipajang, di mana, dan bagaimana memajangnya.
4. Penataan meja kursi
Meja kursi tempat belajar peserta didik dapat diatur secara fleksibel. Guru
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berbagai cara/metode/teknik,
misalnya melalui kerja kelompok, diskusi, atau aktivitas peserta didik secara
individual. Diskusi, kerja kelompok kerja mandiri, pendekatan individual guru
kepada siswa yang prestasinya kurang baik dan sebagainya.
5. Suasana bebas
Peserta didik memiliki dukungan suasana bebas untuk menyampaikan atau
mengungkapkan pendapat. Peserta didik dilatih untuk mengungkapkan pendapat
secara bebas, baik dalam diskusi, tulisan, maupun kegiatan lain. Guru dan sesama
peserta didik mendengarkan dan menghargai pendapat peserta didik lain, diskusi,
dan kerja individual.
6. Umpan balik guru
Guru memberi tugas yang bervariasi dan secara langsung memberi umpan balik
agar peserta didik segera memperbaiki kesalahan. Guru memberikan tugas yang
mendorong peserta didik bereksplorasi dan guru memberikan bimbingan
individual ataupun kelompok dalam hal penyelesaian masalah. Penugasan
individual atau kelompok; bimbingan langsung; dan penyelesaian masalah.
7. Sudut baca
Sudut kelas sangat baik bila diciptakan sebagai susut baca untuk peserta didik.
Sudut baca di ruang kelas akan mendorong peserta didik gemar membaca.
(peserta didik didekatkan dengan buku-buku, jurnal, koran, dan sebagainya).
Observasi kelas, diskusi, dan pendekatan terhadap orang tua.
8. Lingkungan sekitar
Lingkungan sekitar sekolah dijadikan media pembelajaran. Sawah, lapangan,
pohon, sungai, kantor pos, puskesmas, stasiun dan lain-lain dioptimalkan
pemanfaatannya untuk pembelajaran. Observasi lapangan, eksplorasi, diskusi
kelompok, tugas individual, dan lain-lain.
D. Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAIKEM
Ngalimun(2015:208)mengemukakan prinsip prinsip yang harus diperhatikan guru
dalam pembelajaran berbasis paikem adalah;
1. Mengalami
Peserta didik harus terlibat aktif baik secara fisik, mental, maupun
emosional.Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih memberi
makna dari pada hanya mendengar saja.
2. Komunikasi
Dalam kegiatan pembelajaran harus terwujud komunikasi antara guru dan peserta
didik. Proses komunikasi yang baik adalah dimana antara komunikator dan
komunikan terhadap arah yang sama.
3. Interaksi
Dalam kegiatan pembelajaran harus diciptakan interaksi multi arah. Interaksi
multi arah yang diharapkan terjadi adalah interaksi transaksional, diman proses
interaksi antara guru dengan siswa ,siswa dengan siswa bahkan siswa dengan
lingkungan sekitar.
4. Refleksi
Proses refleksi sangat penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
ketercapaian proses pembelajaran.Kegiatan refleksi ini dilakukan bersama antara
guru dan siswa.
E. Persamaan dan Perbedaan Pembelajaran PAIKEM dengan Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada keterlibatan aktif
siswa dalam proses pembelajaran. Di sisi lain, pembelajaran konvensional adalah
pendekatan pembelajaran yang lebih tradisional, di mana guru memiliki peran yang lebih
dominan dalam mentransmisikan pengetahuan kepada siswa. Berikut adalah beberapa
persamaan dan perbedaan antara keduanya:

Persamaan:
1. Tujuan Pembelajaran: Baik PAIKEM maupun pembelajaran konvensional bertujuan
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, yaitu transfer pengetahuan dan
pemahaman kepada siswa.
2. Materi Pembelajaran: Keduanya menggunakan materi pembelajaran yang sesuai
dengan kurikulum atau materi pelajaran yang ingin diajarkan.
3. Evaluasi: Baik PAIKEM maupun pembelajaran konvensional melibatkan pengukuran
dan evaluasi hasil belajar siswa.

Perbedaan:
1. Peran Guru: Dalam PAIKEM, guru memiliki peran lebih sebagai fasilitator atau
pemandu, mendorong siswa untuk aktif berpartisipasi dan mengeksplorasi materi
pembelajaran. Di pembelajaran konvensional, guru memiliki peran yang lebih
dominan sebagai penyampai informasi.
2. Aktivitas Siswa: Dalam PAIKEM, siswa diajak untuk berpartisipasi aktif dalam
berbagai kegiatan pembelajaran, seperti diskusi, proyek, atau eksperimen.
Pembelajaran konvensional lebih cenderung mengandalkan pendekatan ceramah dan
pembacaan dari buku teks.
3. Interaksi Siswa-Siswa: PAIKEM mendorong interaksi antara siswa, seperti kerja
kelompok atau diskusi, untuk meningkatkan pemahaman kolektif. Pembelajaran
konvensional seringkali bersifat lebih individualistik.
4. Kreativitas dan Inovasi: PAIKEM menekankan kreativitas, inovasi, dan pemecahan
masalah, sedangkan pembelajaran konvensional lebih fokus pada pengetahuan faktual.
5. Motivasi dan Kepuasan Belajar: PAIKEM berupaya menciptakan lingkungan
pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa, sedangkan pembelajaran
konvensional dapat terasa monoton dan kurang menarik bagi beberapa siswa.

Konvensional PAIKEM
Berpusat pada guru Berpusat apada Peserta didik
Menekankan pada pusat penerimaan Penekanan pada penemuan
pengetahuan pengetahuan
Kurang menyenangkan Sangat menyenangkan
Kurang meberdayakan semua indra dan Memperdayakan pada semua indra dan
potensi anak didik potensi anak didik
Menggunakan metode yang monoton Menggunakan variasi metode
Penggunaan media yang terbatas Menggunakan multimedia
Kurang menyesuaikan dengan konteks Menyesuaikan dengan konteks

Pilihan antara PAIKEM dan pembelajaran konvensional tergantung pada konteks


pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan gaya mengajar guru. Banyak pendidik mencoba
menggabungkan elemen- elemen dari kedua pendekatan ini untuk mencapai hasil
pembelajaran yang lebih baik.
DAFTAR PUSAKA
Hidayat, A. (2012). Konsep Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(Paikem). AN NUR: Jurnal Studi Islam, 4(1), 39-50.
Jais, A. (2019). Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM). Journal of Dharmawangsa University, IV (01), 113-123.
Jauhar, Mohammad.2011.Implementasi PAIKEM dari Behavioristik Sampai
Konstruktivistik.Jakarta:Prestasi Pustakaraya.
Kalsum, Umi.2011.Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Paikem. Surabaya: Gena
Pratama Pustaka.
Rudiarta, I. W., & Pramana, I. B. K. Y. (2021, October). Mengembangkan Pembelajaran
Paikem di Pasraman dalam Menyongsong Era Society 5.0. In Prosiding Seminar
Nasional Pascasarjana (pp. 85-96).
Uno, H.B.,dan Mohamad,Nurdin.2012. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta:Bumi
Aksara

Anda mungkin juga menyukai