Anda di halaman 1dari 9

Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan

Dalam Memahami Konsep Tawjid di SMPIT Qaryatul Qur’an Pidie

Mirzatul Qhadri, S.Pd


Mahasiswa Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh
elllqadry@gmail.com

Abstract
There are many learning models that are developing in Indonesia including: the
Jigsaw model, the Make a Match Model, the Number Head Together Model, and
the Discovery Learning Model. However, not all models are suitable to be applied
to the students in every subject. The teacher's role is very influential in improving
students' ability to understand the concept of recitation, because there are still
many students who cannot understand the concept of recitation properly and
correctly. The focus of this research are: What Model of learning is being used by
the teacher to improve the Student’s understanding ability to the concept of
recitation at SMPIT Qaryatul Qur'an Pidie, what is implemented by the teacher to
improve the ability to understand the concept of recitation at SMPIT Qaryatul
Qur'an Pidie, what are the factors that support the Discovery learning model to
improv the student’s understanding ability to the concept of recitation at SMPIT
Qaryatul Qur'an. The type of research that used in this research is descriptive
qualitative research. Related to this research, the sources of the data are teacher
and student at SMPIT Qaryatul Qur'an Pidie. Techniques of Data collection in
this research are observation, interviews, and class action.
Key words: Learning Model, Ability, Concept Understanding, Tajwid.
A. PENDAHULUAN
Model pembelajaran adalah suatu rancangan pembelajaran yang dapat di
gunakan untuk mendesain pola mengajar dengan menentukan perangkat
pembelajaran seperti buku, media, tipe, dan kurikulum (sebagai kursus untuk
belajar).1 Guru sebagai tenaga pengajar atau pendidik mempunyai peran penting
dalam menentukan keberhasilan peningkatan kualitas belajar peserta didik. Salah
satu cara untuk mewujudkan keberhasilan kegiatan belajar mengajar adalah
melalui penerapan model pembelajaran yang tepat, agar peserta didik dapat
menerima dan memahami materi pelajaran dengan mudah. Keberhasilan
penerapan model pembelajaran salah satunya diharuskan adanya relevansi dengan
materi serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Hal ini sebagaimana di

1
Ngalimun, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Penerbit Parama Ilmu, 2017), h. 37.

1
katakan oleh Dahlan bahwa model yang dipilih harus relevan dan mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran.2
Di karenakan model pembelajaran ini digunakan untuk membuat siswa
lebih aktif dalam belajar.3 juga menjadi salah satu cara dalam mentransfer ilmu
kepada peserta didik. Ketika pembelajaran menyenangkan dan adanya suatu
relevansi antara materi dengan model pembelajaran, tentunya materi akan cepat
diserap dan dipahami oleh peserta didik sehingga tercapai suatu tujuan
pembelajaran.4
Model pembelajaran ini terkesan seperti permaian.5 dimana juga tetap
tidak lepas dari prinsip pembelajaran yang jelas, yaitu menjadikan model ini
sebagai jembatan untuk mentransfer ilmu, agar selama pembelajaran berlangsung
peseta didik mampu memahami dan meguasai materi pembelajaran.
Strategi Discovery Learning merupakan suatu komponen dalam
pendekatan konstruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam dunia
pendidikan. Ide pembelajaran penemuan (discovery learning) muncul dari
keinginan untuk memberi rasa senang kepada anak/siswa dalam "menemukan"
sesuatu oleh mereka sendiri, dengan mengikuti jejak para ilmuwan.6
Dalam pembelajaran Discovery Learning, pembelajaran berpusat pada
siswa dimana siswa mencari dan menemukan sendiri konsep pengentahuannya
sehingga anak berperan aktif dalam belajar dikelas. Dalam penerapan discovery
learning, guru harus memposisikan diri sebagai pembimbing peserta didik dalam
proses pembelajaran. Guru juga diharuskan memberikan banyak kesempatan

2
Dahlan, Model-Model Mengajar, (Bandung: Diponegoro, 1984), h. 15.
3
Sarinarulita, Effendi Nawawi, A. Rachman Ibrahim, Penerapan Model Pembelajaran
Index Card Match Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas, (FKIP
Universitas Sriwijaya: Jurnal Pendidikan Kimia, 2014), h. 77.
4
Syahrir. Application of cooperative learning Model Index Card Match Type In
Improving Student Learning Results On composition And Composition Functions Of Functions
Invers In Man 1 Mataram, (IKIP Mataram: Jurnal Pendidikan, 2017), h. 415.
5
Uswatun Khasanah, Pengaruh Pembelajaran Make A Match dan Index Card Match
Terhadap Pemahaman Siswa Kelas X SMA Institute Indonesia Semarang Tahun ajaran
2010/2011, h. 145.
6
Antonius Jhonwilson Neno, Strategi Pembelajaran Discovery Learning,
(Salatiga:2022), hal. 1.

2
kepada peserta didik untuk secara aktif bereksplorasi dalam menemukan
pengetahuannya.
Sebisa mungkin dalam pembelajaran ini, peserta didik dapat menjawab
keingintahuannya tentang konsep yang dipelajari. Artinya guru harus menerapkan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik bukan berpusat pada guru dan
pembelajaran yang pasif menjadi aktif serta kreatif. Namun, seorang pendidik
harus tetap memberikan bimbingan pada peserta didik agar pembelajaran tetap
sesuai dengan tujuan sehingga tetap terfokus pada konsep pengetahuan yang ingin
dipelajari. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan dapat mencapai kompetensi
dan pengetahuannya.
Karakteristik:

1. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,


menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan artinya siswa berinisiatif
untuk lebih mendalami dan meneliti dari setiap pembelajaran yang diberikan,
sehingga menghasilkan kesimpulan sendiri dari suatu masalah yang diselidiki.
2. Berpusat kepada siswa atau Student Center, artinya siswa yang berperan aktif
dan mandiri dalam proses pembelajaran dan guru hanya berperan sebagai
fasilitator. Sehingga pembelajaran akan menjadi sangat bermakna, karena
dalam proses pembelajaran discovery learning lebih berpusat pada kebutuhan
siswa, minat, bakat dan kemampuan siswa.
3. Aktivitas menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya merupakan upaya yang dilakukan siswa bagaimana caranya kreatif
dan imajinatif dalam menghubungkan pengetahuan baru yang diterima dengan
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
Tujuan Model Discovery Learning
1. Siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
2. Siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga
siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
3. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan
menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat
dalam menemukan.

3
4. Pembelajaran ini membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif,
saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang
lain.
5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan,
konsepkonsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih
bermakna.
Kelebihan dan Kelemahan Model Discovery Learning
1. Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilanketerampilan serta proses kognitif.
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian dan transfer.
3. Menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
4. Metode ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat sesuai
dengan kecepatan sendiri.
5. Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6. Metode ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7. Berpusat pada peserta didik dan guru yang sama-sama aktif mengeluarkan
gagasangagasan. Bahkan guru pun dapat bertindak sebagai peserta didik dan
sebagai peneliti dalam situasi diskusi.
8. Membantu didik dalam menghilangkan skeptisisme peserta (keragu-raguan)
karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9. Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.7
B. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan rasional dan tindakan pendidik dalam

7.
Erwin Widiasworo, Strategi Dan Metode MENGAJAR SISWA DI LUAR KELAS
(OUTDOOR LEARNING) Secara Aktif, Kreatif, Inspiratif, Dan Komunikatif (Yogyakarta: AR-
RUZZ MEDIA, 2017), hal.163-164.

4
melaksanakan tugas sehari hari, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-
tindakan yang di lakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Menurut Masnur Munslich, dengan PTK guru akan berupaya untuk
memperbaiki praktik pembelajaran agar menjadi lebih afektif. Karena itu guru
tidak boleh mengorbankan proses pembelajaran karena PTK tdiak boleh
menggangu proses pembelajaran.guru tidak perlu mengbah jadwal pembelajaran
karena PTK tidak boleh mengubah kegiatan rutin pembelajaran.8
Adapun teknik pengumpulan data penelitian yang dapat peneliti gunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi Aktivitas peserta didik
Observasi adalah instrumen yang digunakan untuk mengamati setiap
kegiatan yang dilakukan peneliti dan siswa selama proses pembelajaran. Lembar
observasi digunakan untuk mengamati kegiatan siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan peneliti dengan cara
melakukan pengamatan mengenai pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan
model Index Card Match. Hal yang diamati berupa kegiatan siswa selama proses
pembelajaran yaitu mendengarkan penjelasan guru, mengacungkan pertanya dan
menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi pembelajaran Al-Qur’an
Hadits.
2. Observasi Aktivitas Guru
Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati kegiatan peneliti pada
saat bproses pembelajaran berlangsung observasi dilakukan oleh guru bidang
studi dengan melakukan pengamatan mengenai pelaksanaan pembelajaran melalui
penerapan model Index Card Match. Aktivitas peneliti yang diamati adalah
memberikan appersepsi dan motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
menggunakan model Index Card Match, menjelaskan materi, memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan menjawab pertanyaan,
member penguatan, membagikan kelompok, memberi reward kepada peserta
didik, mengalokasikan waktu menyimpulkan dan menutup pembelajaran.

8
Masnur Muslich, Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Itu Mudah, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2010), hal. 13

5
3. Tes Hasil Belajar
Tes adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan peserta didik. Tes merupakan sejumlah soal yang diberikan kepada
peseta didik terpilih sebagai subjek penelitian menurut kelas yang diteliti. Tes
digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.
C. DATA LAPANGAN
1. Aktivitas Guru dalam Penerapan Model Discovery Learning pada Mata
Pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMPIT Qaryatul Qur’an Pidie.

Pengamatan terhadap aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran


diamati oleh ibu Nurhasanah S.Pd.I (guru Al-Qur’an Hadits) berdasarkan
pengamatan beliau pada setiap kriteria siklus terhadap guru sangat baik. Pada
siklus l taraf keberhasilan aktivitas guru termasuk ke dalam kriteria sangat baik.
Adapun faktor yang menyebabkan adanya peningkatan aktifitas guru dalam
pembelajaran karena guru penelitian selalu malakukan evaluasi Pembelajaran
setelah berlangsungnya proses pembelajaran dimana guru peneliti dinilai oleh
guru bidang studi Al-Qur’an Hadits melalui lembar observasi aktivitas guru.
Hasil observasi tersebut di jadikan alat ukur guru peneliti untuk
mempertahankan yang sudah sangat baik, dan meningkatkan pada aspek yang
dianggap baik saja. Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses untuk
menentukan manfaat dan peningkatan dari kegiatan pembelajaran melalui
kegiatan penilaian sebagaimana yang di kemukakan oleh dimyati dan mudjino
bahwa tujuan utama dari evaluasi pembelajaran adalah sejumlah evaluasi atau
data tentang jasa, nilai atau mamfaat pmbelajaran. Sejumlah informasi atau data
diperoleh melalui evaluasi inilah kemudian ditujukan untuk pengembangan
pembelajaran. Berdasarkan hal demikian maka kemampuan guru akan meningkat
dengan memperbaiki kekurangan-kekuragan dalam pembelajaran.
2. Aktivitas Peserta Didik Dalam Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning pada Pelajaran Al-Qur’an Hadits di SMPIT Qaryatul Qur’an Pidie.
Pengamatan aktivitas belajar peserta didik selama pembelajaran dengan
Penerapan model pembelajaran Discovery Learning, diamati oleh bapak
kamaruzzaman S.Pd.I berdasarkan hasil pengamatan aktivitas peserta didik pada

6
waktu pembelajaran di ketahui bahwa aktifitas peserta didik tidak efektif karena
peserta didik belum terbiasa dengan model Discovery Learning oleh karena itu
guru mengarahkan supaya peserta didik fokus dan berkonsentrasi untuk
memahami dengan mencocokan kartu.
3. Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Nun Sukun/Tanwin di SMPIT
Qaryatul Qur’an Pidie.
Melihat hasil belajar peserta didik pada materi nun sukun/tanwin melalui
penerapan model Discovery Learning maka diadakan tes pada setiap akhir
pertemuan. Tes diadakan setelah pembelajaran berlangsung bertujuan untuk
mengetahui keberhasilan pembelajaran yang sudah dilaksanakan, setelah hasil tes
terkumpul maka data tersebut diolah dengan melihat kriteria KKM SMPIT
Qaryatul Qur’an yaitu 70.
Berdasarkan hasil tes pada siklus I terdapat 7 (35%) peserta didik dari 20
peserta didik belum tuntas hasil belajarnya dan yang tuntas belajarnya 13 peserta
didik (65%). Kategori ketuntasan peserta didik dalam pembelajaran adalah jika
mencapai 70%. Ketuntasan secara klasikal pada siklus I belum tercapai. Hal ini
terjadi karena kurangnya kemampuan konsentrasi dan peserta didik belum
terbiasa dengan model pembelajaran Discovery Learning, pemahaman peserta
didik dalam memahami konsep tajwid sehinga hasil belajar peserta didik rendah.
Jadi untuk mengatasi hal ini, guru harus meningkatkan motivasi belajar peserta
didik sehingga peserta didik selalu aktif, dan mandiri dalam pembelajaran.

D. KESIMPULAN
Model pembelajaran discovery learning menjadi solusi untuk pemecahan
masalah bagi guru dan murid dalam proses belajar mengajar khususnya dalam hal
transfer knowledge. Kendati demikian sebagus apapun modelnya ketika guru yang
menerapkan model tersebut tidak maksimal dalam menerapkan langkah-langkah
model Discovery Learning, maka ini juga menjadi kekurangan dalam proses
belajar mengajar ketika ingin mencapai tujuan dari pada pembelajaran.
Dan jika dilihat dari tinjauan persentase penerapan model Discovery
learning pada siklus satu, maka membutuhkan penerapan sekali lagi di siklus dua

7
agar lebih maksimal terutama pada kemampuan peserta didik menyesuaikan dan
menguasai pembelajaran dengan model Discovery Learning.

8
Daftar Pustaka

Ngalimun, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Penerbit Parama Ilmu,


2017).
Dahlan, Model-Model Mengajar, (Bandung: Diponegoro, 1984).
Sarinarulita, Effendi Nawawi, A. Rachman Ibrahim, Penerapan Model
Pembelajaran Index Card Match Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar Kimia Siswa Kelas, (FKIP Universitas Sriwijaya: Jurnal Pendidikan
Kimia, 2014).
Syahrir. Application of cooperative learning Model Index Card Match
Type In Improving Student Learning Results On composition And Composition
Functions Of Functions Invers In Man 1 Mataram, (IKIP Mataram: Jurnal
Pendidikan, 2017).
Khasanah Uswatun, Pengaruh Pembelajaran Make A Match dan Index
Card Match Terhadap Pemahaman Siswa Kelas X SMA Institute Indonesia
Semarang Tahun ajaran 2010/2011.
Jhonwilson Neno Antonius, Strategi Pembelajaran Discovery Learning,
(Salatiga:2022).

Widiasworo Erwin, Strategi Dan Metode MENGAJAR SISWA DI LUAR KELAS


(OUTDOOR LEARNING) Secara Aktif, Kreatif, Inspiratif, Dan Komunikatif
(Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2017).
Muslich Masnur, Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Itu
Mudah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010).

Anda mungkin juga menyukai