Anda di halaman 1dari 18

Latar Belakang Masalah

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu diketahui dan diingat. Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa, seorang
guru harus menjalankan tindakan apabila kemampuan pemahaman siswa masih kurang walaupun
telah memanfaatkan buku-buku penunjang serta model pembelajaran. Seorang guru juga harus
teliti dan cerdas dalam memutuskan model pembelajaran yang akan digunakan, karena model
yang diterapkan wajib sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Dalam permasalahan diatas, model pembelajaran yang sesuai dalam menanggulangi hal
tersebut, salah satunya metode discovery learning, dimana metode ini diharapkan untuk
memotivasi siswa untuk aktif dan akan meningkatkan kompetensi siswa. Metode discovery
learning merupakan salah satu dari banyak metode pembelajaran yang ada dalam dunia
pendidikan. Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013), “Discovery Learning
adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajaran
tidak disajikan dengan pembelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa
mengorganisasi sendiri”. Dengan menggunakan metode pembelajaran discovery learning, berarti
guru akan menyampaikan pengantar dan kata kunci dari setiap materi yang diajarkan dan siswa
diminta aktif dalam menentukan sendiri yang akan dipelajari. Guru akan tetap membimbing serta
mengarahkan siswa agar proses pembelajaran sesuai dengan tujuan.
Google Kelas( google classroom) adalah layanan web gratis, yang dikembangkan oleh Google
untuk sekolah, yang bertujuan untuk menyederhanakan membuat, mendistribusikan, dan menilai
tugas tanpa harus bertatap muka. Tujuan utama Google Kelas adalah untuk merampingkan
proses berbagi file antara guru dan siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Berbasis Gooogle Classroom untuk
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa”.
Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan Berfikir Siswa.
2. Menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dengan menggunakan aplikasi Google
Classroom.
Rumusan Masalah
Berdasarkan kepada latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. “Apakah Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan Aplikasi Google
Classroom dapat Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa?"
2. "Bagaimana Penerapan Aplikasi Google Classroom pada Model Pembelajaran Discovery
kepada siswa SD?"
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Apakah Model Pembelajaran Discovery Learning dengan berbantuan Aplikasi
Google Classroom dapat Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa.
2. Mengetahui Respon Siswa terhadap Pembelajaran Model Discovery Learning dengan
Berbantuan Aplikasi Google Classroom.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya :
1. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning
berbantuan aplikasi Google Classroom untuk kemampuan Berfikir siswa SD
2. Manfaat bagi guru
Dapat menjadi referensi sekaligus solusi bagi para guru yang sedang mengalami permasalahan
dalam proses pembelajaran.
3. Manfaat bagi siswa
Siswa dapat memahami tentang materi pelajaran dengan mudah menggunakan model discovery
learning berbantuan aplikasi google classroom.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Operasional
1. Discovery Learning adalah model pembelajaran yang menekankan proses
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan pengalaman belajar secara aktif
yang akan membimbing peserta didik  untuk menemukan dan mengemukakan
gagasannya terkait topik yang dipelajari (Arends, 2015, hlm. 402).
2. Google classroom adalah platform pembelajaran campuran yang dikembangkan oleh
google untuk sekolah yang bertujuan menyederhanakan pembuatan, pendistribusian
dan penetapan tugas dengan cara tanpa kertas (Lawson, 2014: 6).
3. Menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar, misalnya peserta didik dapat
menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau
didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru dan
menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
Model pembelajaran discovery learning didefinisikan oleh Rusman (dalam
Ertikanto, 2016) sebagai sebuah model pembelajaran yang mendukung seorang
individu atau kelompok untuk menemukan pengetahuannya sendiri berdasarkan
dengan pengalaman yang didapatkannya oleh setiap individu.

Menurut Richard dalam Roestiyah N.K. (2012, hlm. 20) Model


pembelajaran discovery learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan peserta
didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar,
membaca sendiri dan mecoba sendiri, agar anak dapat belajar mandiri dengan cara
menemukannya sendiri.

Model Pembelajaran discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran


yang terjadi bila pembelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,
tetapi melalui proses menemukan (Saefuddin & Berdiati, 2014, hlm. 56).

2. Langkah Langkah Model Pembelajaran Discovery Learning

Menurut Syah (2017, hlm. 243) langkah atau tahapan dan prosedur pelaksanaan
Discovery learning adalah sebagai berikut:
a. Stimulation (stimulus),
memulai kegiatan proses mengajar belajar dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah;
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah),
yakni memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara
atas pertanyaan masalah);
c. Data collection (pengumpulan data),
memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaaknya
hipotesis;
d. Data processing (pengolahan data),
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan;
e. Verification (pembuktian),
yakni melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi, dihubungkan dengan hasil data
processing;
f. Generalization (generalisasi),
menarik sebuah simpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

3. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Discovery Learning


Menurut Hanafiah (2012, hlm. 79) kelebihan model pembelajaran discovery
learning adalah sebagai berikut.

Kelebihan:
1. Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif.
2. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan
mengendap dalam pikirannya;
3. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat
lagi;
4. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat
masing-masing;
5. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan
sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat
terbatas.

Kekurangan:
1. Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan
berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. Terkadang terhitung
sangat sulit untuk mewujudkannya.
2. Dalam keadaan di kelas gemuk atau yang memiliki jumlah siswa terlalu banyak, maka
metode ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan. Guru akan kesulitan untuk benar-
benar memperhatikan proses pembelajaran setiap murid.
3. Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan PBM gaya lama maka
metode discovery learning ini akan mengecewakan.
4. Ada kritik yang menyatakan bahwa bahwa proses dalam model discovery terlalu
mementingkan proses pemahaman saja, sementara perkembangan sikap dan keterampilan
siswa dikhawatirkan kurang menjadi sorotan.

Tujuan Model Pembelajaran Discovery Learning

Bell (dalam Hosnan, 2014, hlm. 284) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari model
pembelajaran discovery learning, yakni sebagai berikut.

1. Dalam discovery learning siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam


pembelajaran. Kenyataan lapangan juga menunjukkan bahwa partisipasi banyak siswa dalam
pembelajaran meningkat ketika model pembelajaran ini digunakan.
2. Melalui pembelajaran dengan discovery learning, siswa belajar menemukan pola dalam situasi
konkret maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang
diberikan.
3. Siswa belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab
sebagai alat untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan pengetahuan.
4. Pembelajaran dengan discovery learning membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang
efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mengaplikasikan ide-ide orang lain.
5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui discovery learning lebih bermakna. Keterampilan
yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer
untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru pula.

Ciri Ciri Model Pembelajaran Discovery Learning

Hosnan (2014, hlm. 284) menyatakan bahwa ciri utama pembelajaran menemukan
atau discovery leraning adalah sebagai berikut.

1. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan, dan


menggeneralisasi pengetahuan.
2. Pembelajarannya berpusat pada siswa.
3. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan
pengetahuan yang sudah mapan.

Karakteristik atau Ciri-ciri Model Pembelajaran Discovery Learning

Karakteristik/ciri model pembelajaran penemuan (Hosnan, 2014), diantaranya: 

1. Mendalami dan menyelesaikan masalah untuk membentuk, menggabungkan, dan


mengumumkan pengetahuan.

2. Berfokus kepada siswa

3. Aktivitas meleburkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah ada sebelumnya.

Aplikasi Google Classroom

Google CLASSROOM(Google Kelas) merupakan media pembelajaran online yang


memungkinkan guru dan murid untuk saling terhubung secara online dari mana pun dan kapan
pun. Google Classroom menjadi jembatan para guru dalam membuat tugas, membagikan, dan
menilai tugas tanpa harus bertatap muka. Google Classroom dapat merampingkan proses belajar
mengajar antara guru dan murid melalui internet.
Google Classroom diluncurkan pada tanggal 6 Mei 2014 untuk program Google G Suite For
Education. Kemudian layanan ini dirilis secara publik pada 12 Agustus 2014. Pada tahun 2017,
Google memudahkan pengguna Google untuk bergabung dalam kelas tanpa harus memiliki
Google Apps for Education.

Fungsi dan Manfaat Google Classroom

Menurut Pradana dan Harimurti (2017), beberapa fungsi dan manfaat Google Classroom adalah
sebagai berikut: 

1. Kelas dapat disiapkan dengan mudah. Pengajar dapat menyiapkan kelas dan
mengundang siswa serta asisten pengajar. Kemudian di dalam aliran kelas, mereka dapat
berbagi informasi seperti tugas, pengumuman dan pertanyaan.
2. Menghemat waktu dan kertas. Pengajar dapat membuat kelas, memberikan tugas,
berkomunikasi dan melakukan pengelolaan, semuanya di satu tempat. 
3. Pengelolaan yang lebih baik. Siswa dapat melihat tugas di halaman tugas, di aliran
kelas maupun di kalender kelas. Semua materi otomatis tersimpan dalam folder Google
Drive. 
4. Penyempurnaan komunikasi dan masukan. Pengajar dapat membuat tugas, mengirim
pengumuman dan memulai diskusi kelas secara langsung. Siswa dapat berbagi materi
antara satu sama lain dan berinteraksi dalam aliran kelas melalui email. Pengajar juga
dapat melihat dengan cepat siapa saja yang sudah dan belum menyelesaikan tugas, serta
langsung memberikan nilai dan masukan real-time.
5. Dapat digunakan dengan aplikasi yang anda gunakan. Kelas berfungsi dengan
Google Document, Calender, Gmail, Drive dan Formulir. 
6. Aman dan terjangkau. Kelas disediakan secara gratis. Kelas tidak berisi iklan dan tidak
pernah menggunakan konten atau data siswa untuk tujuan iklan.

Karakteristik Google Classroom 

Google Classroom dirancang untuk membantu guru membuat dan mengumpulkan tugas tanpa
kertas, termasuk fitur yang menghemat waktu seperti kemampuan untuk membuat salinan
Google dokumen secara otomatis bagi setiap siswa.

Google Classroom juga terhubung dengan semua layanan Google For Education yang lainnya,
sehingga pendidik dapat memanfaatkan Google Mail, Google Drive, Google Calendar, Google
Docs, Google Sheets, Google Slides, dan Google Sites dalam proses pembelajarannya.

Adapun beberapa karakteristik yang dimiliki oleh Google Classroom adalah sebagai berikut:

a. Assigmenments (tugas) 

Penugasan disimpan dan dinilai pada rangkaian aplikasi produktivitas Google yang
memungkinkan kolaborasi antara guru dan siswa atau siswa kepada siswa. Dokumen yang ada di
Google Drive siswa dengan guru, file di drive siswa dan kemudian diserahkan untuk penilaian.
Guru dapat memilih file yang kemudian dapat diperlakukan sebagai template sehingga setiap
siswa dapat mengedit salinannya sendiri dan kemudian kembali ke nilai kelas alih-alih
membiarkan semua siswa melihat, menyalin, atau mengedit dokumen yang sama. Siswa juga
dapat memilih untuk melampirkan dokumen tambahan dari drive mereka ke tugas.

b. Grading (pengukuran) 

Google Classroom mendukung banyak skema penilaian yang berbeda. Guru memiliki pilihan
untuk melampirkan file tugas sehingga siswa dapat melihat, mengedit, atau mendapatkan salinan
individu. Siswa dapat membuat file dan kemudian menempelkannya ke tugas jika salinan file
tidak dibuat oleh guru. Guru memiliki pilihan untuk memantau kemajuan setiap siswa pada tugas
di mana mereka dapat memberi komentar dan edit. Mengembalikan tugas dapat dinilai oleh guru
dan dikembalikan dengan komentar agar siswa dapat merevisi tugas dan masuk kembali. Setelah
dinilai, tugas hanya dapat diedit oleh guru kecuali jika guru mengembalikan tugas masuk.

c. Communication (komunikasi) 

Pengumuman dapat diposkan oleh guru ke arus kelas yang dapat dikomentari oleh siswa yang
memungkinkan komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Siswa juga dapat memposting ke
aliran kelas tapi tidak akan setinggi prioritas sebagai pengumuman oleh seorang guru dan dapat
dimoderasi. Beberapa jenis media dari produk Google seperti file video YouTube dan Google
Drive dapat dilampirkan ke pengumuman dan pos untuk berbagi konten. Gmail juga
menyediakan opsi email bagi guru untuk mengirim email ke satu atau lebih siswa di Google
Classroom. Kelas dapat diakses di website atau melalui aplikasi seluler Android dan IOS
Classroom.

d. Time-Cost (hemat waktu) 

Guru dapat menambahkan siswa dengan memberi siswa kode untuk mengikuti kelas. Guru yang
mengelola beberapa kelas dapat menggunakan kembali pengumuman, tugas, atau pertanyaan
yang ada dari kelas lain. Guru juga dapat berbagi tulisan di beberapa kelas dan arsip kelas untuk
kelas masa depan. Pekerjaan siswa, tugas, pertanyaan, nilai, komentar semua dapat diatur oleh
satu atau semua kelas, atau diurutkan menurut apa yang perlu dikaji.

e. Archive Course (arsip program) 

Kelas memungkinkan instruktur untuk mengarsipkan kursus pada akhir masa jabatan atau tahun.
Saat kursus diarsipkan, situs tersebut dihapus dari beranda dan ditempatkan di arsip kelas untuk
membantu guru mempertahankan kelas mereka saat ini. Ketika kursus diarsipkan, guru dan siswa
dapat melihatnya, namun tidak dapat melakukan perubahan apapun sampai dipulihkan.
f. Mobile Application (aplikasi dalam telepon genggam) 

Aplikasi seluler Google kelas, yang diperkenalkan pada bulan Januari 2015, tersedia untuk
perangkat IOS dan android. Aplikasi membiarkan pengguna mengambil foto dan
menempelkannya ke tugas mereka, berbagi file dari aplikasi lain, dan mendukung akses offline.

Cara Menggunakan Google Classroom 

Saat pertama kali menggunakan Google Classroom, terlebih dahulu harus masuk atau membuat
akun google. Selanjutnya adalah mencari produk Google Classroom tersebut melalui Pencarian
Google. Setelah masuk pada akun Google Classroom, kita dihadapakan pada tiga menu utama
yaitu, stream (aliran), classwork (aktivitas siswa), dan people (orang). Penjelasan dari tiga menu
utama tersebut adalah sebagai berikut: 

1. Stream adalah fasilitas google class untuk membuat pengumuman, mendiskusikan


gagasan, atau melihat aliran tugas, materi, quiz dari topik-topik yang diajarkan guru. 
2. Classwork digunakan guru untuk membuat soal tes, pretes, quiz, mengunggah materi, dan
mengadakan refleksi. Materi yang diunggah pada bilah classwork dapat berupa file word,
exel, powerpoint, pdf maupun video. 
3. People digunakan untuk mengundang siswa dengan kode akses yang telah tersedia,
sedangkan untuk mengundang guru lain sebagai kolaborator cukup dengan mengundang
guru melalui email masing-masing.

Cara penggunaan Google Claassroom dapat dibagi menjadi dua kelompok pengguna, yaitu:

a. Penggunaan untuk guru 

Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam menggunakan Google Classroom adalah:

1. Membuat Kelas. Pertama, Login atau masuk ke aplikasi Google Clasroom yang telah
didownload atau buka di laman classroom.google.com. Kedua, lalu pada layar akan
muncul sejumlah pilihan, dibagian layar atas ada menu classes page, kemudian klik Add
lalu klik create class. Ketiga, isi formulir tersebut, lalu klik create maka kelas berhasil
kamu buat. 
2. Mengundang Siswa. Pertama, pilih kelas yang bakal dibagikan. Kedua, lihat bagian kiri
bawah judul kelas ada menu Kode Kelas, klik kode tersebut. Setelah itu, kamu copy kode
tersebut dan bagikan ke para siswa. 
3. Membuat Tugas. Pertama pada menu klik Tugas Kelas, dan pilih Tugas. Kemudian isi
judul tugas beserta petunjuk pengerjaannya. Apabila anda tidak menambahkan materi
atau melampirkan file, kamu klik saja menu Tambahkan. Setelah itu, masuk ke bagian
setting lalu atur ketentuan tugas seperti poin, dan batas waktu pengerjaan. Apabila semua
sudah selesai, klik Tugaskan. 
4. Memposting Materi. Pertama pada menu klik Tugas Kelas, dan pilih Materi. Kemudian
isi judul dan deskripsi materi tersebut. lalu klik Tambahkan untuk melampirkan materi
atau file dari link, file, google drive, atau pun youtube. Kemudian masuk ke bagian
setting dan atur mau ditujukan kepada siapa saja materi dan topik tersebut. 
5. Melihat tugas yang dikirim. Pada menu klik Tugas Kelas, dan pilih atau klik Tugas.
Kemudian pada menu tersebut akan ditampilkan detail tugas, kemudian klik Diserahkan.
Lalu akan muncul data atau file jawaban dari siswa yang telah menyerahkan tugas.
Setelah itu anda tinggal klik file tersebut, dan lalu berikan penilaian atau tanggapan. Jika
telah selesai, klik menu atau tombol Kembalikan.

b. Penggunaan untuk siswa 

Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan oleh siswa dalam menggunakan Google Classroom
adalah: 

1. Bergabung Kelas. Pertama login atau masuk ke aplikasi Google Classroom yang telah
didownload atau masuk ke laman classroom.google.com. lalu pilih tanda + yang berada
di atas sudut kanan dan pilih Gabung Kelas. Setelah itu, masukkan kode kelas yang telah
diberikan guru dan klik Gabung.
2. Mengirim Tugas. Pada menu klik Tugas Kelas, kemudian pilih tugas yang akan kamu
kerjakan. Setelah itu, bakal muncul detail tugas-tugas yang bisa dipilih, lalu klik Lihat
Pertanyaan untuk jawab pertanyaan. Kemudian kamu bakal diarahkan ke halaman
pertanyaan, kamu pun bisa menjawabnya pada kolom yang telah disediakan. Apabila
sudah selesai menjawab atau mengerjakan, klik Serahkan dan selesai.

Kelebihan dan Kekurangan Google Classroom 

Seperti jenis-jenis media dan metode pembelajaran pada umumnya, Google Classroom juga
memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain yaitu sebagai berikut (Iftakhar, 2016):

a. Kelebihan Google Classroom 

Kelebihan atau keunggulan Google Classroom adalah: 

1. Mudah digunakan. Sangat mudah digunakan. Desain Google Kelas sengaja


menyederhanakan antarmuka instruksional dan opsi yang digunakan untuk tugas
pengiriman dan pelacakan, komunikasi dengan keseluruhan kursus atau individu. 
2. Menghemat waktu. Ruang kelas google dirancang untuk menghemat waktu.
Ini .mengintegrasikan dan mengoptimatisasi penggunaan aplikasi google lainnya,
termasuk dokumen, slide, dan spreadsheet, proses pemberian distribusi dokumen,
penilaian, penilaian formatif, dan umpan balik disederhanakan. 
3. Berbasis cloud. Google Classroom menghadirkan teknologi yang lebih profesional dan
otentik untuk digunakan dalam lingkungan belajar karena aplikasi google mewakili
sebagian besar alat komunikasi perusahaan berbasis cloud yang digunakan diseluruh
angkatan kerja profesional. 
4. Fleksibel. Aplikasi ini mudah diakses dan dapat digunakan oleh instruktur dan peserta
didik di lingkungan belajar tatap muka dan lingkungan online sepenuhnya. Hal ini
memungkinkan para pendidik untuk mengeksplorasi dan memengaruhi metode
pembelajaran yang dibalik lebih mudah serta mengotomatisasi dan mengatur distribusi
dan pengumpulan tugas dan komunikasi dalam beberapa milis instruksional.
5. Gratis. google kelas sendiri sudah dapat digunakan oleh siapapun untuk membuka kelas
di google kelas asalkan memiliki akun gmail dan bersifat gratis. Selain itu dapat
mengakses semua aplikasi lainnya, seperti Drive, Document, Spreadsheets, Slides, dll.
Cukup mendaftar ke akun google. 
6. Ramah seluler. Google Classroom dirancang agar responsif. Mudah digunakan pada
perangkat mobile manapun. Akses mobile ke materi pembelajaran yang menarik dan
mudah untuk berinteraksi sangat penting dalam lingkungan belajar terhubung web saat
ini.

b. Kekurangan Google Classroom 

Kekurangan atau kelemahan Google Classroom adalah: 

1. Google Classroom yang berbasis web mengharuskan pendidik dan peserta didik untuk
terkoneksi dengan internet sehingga apabila daerah dengan koneksi internet yang tidak
mumpuni tentu akan kesulitan untuk mengaksesnya. 
2. Pembelajaran yang dilakukan jadi bersifat individul sehingga mengurangi pembelajaran
sosial peserta didik. 
3. Apabila peserta didik tidak kritis dan terjadi kesalahan materi akan berdampak ke
pengetahuannya. 
4. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antar peserta didik
sehingga memperlambat terbentuknya nilai dalam proses belajar mengajar.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
dengan model pembelajaran Discovery Learning. Penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research) merupakan bentuk kajian yang bersifat refleksif oleh pelaku tindakan
yang ditujukan untukmemperdalam pemahaman yang dilakukan selama proses
pembelajaran. Metode penelitian yang dipilih berlandaskan pada keinginan peneliti untuk
melakukan perubahan menuju kea rah yang lebih baik pada proses pembeljaran di kelas
yang dikelola oleh peneliti. Secara ringkas, penelitian tindakan kelas adalah bagaimana
guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri (Wiriaatmadja, 2005 : 13).

Penelitian Tindakan Kelas model spiral Kemmis & Taggart memiliki 4 tahapan, yaitu
perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect). Berikut
ini merupakan penjelasan model penelitian pada setiap tahapnya:
1.     Perencanaan (plan)
Pada tahap perencanaan, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ada di dalam kelas
dan menyusun rencana tindakan yang akan diterapkan untuk memecahkan permasalahan.
2.     Tindakan (act)
Peneliti melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Banyaknya jumlah tindakan tidak dibatasi hingga tercapai hasil penelitian
yang diinginkan. Pada tahap ini peneliti memanfaatkan media Prezi sebagai media
pembelajaran inovatif.
3.     Pengamatan (observe)
Tahap observasi dilakukan pengamatan terhadap motivasi belajar siswa pada saat
pembelajaran berlangsung dengan memanfaatkan media Prezi dalam proses
pembelajaran. Pengambilan data dilaksanakan sesuai dengan instrumen observasi, angket
dan dokumentasi.
4.     Refleksi (reflect)
Tahap refleksi merupakan kegiatan menganalisis dan mencermati seluruh tindakan yang
telah dilakukan. Peneliti melakukan analisis terhadap data-data yang dieroleh selama
kegiatan pembelajaran di setiap siklus.

Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Labuhan Deli. Penelitian ini menggunakan
skala kelas kecil dengan mengambil sebanyak 15 orang siswa sebagai subyeknya.

Prosedur Penelitian
Pada tahap tahap perencanaan ini yang harus dilakukan adalah merencanakan tindakan
yang akan dilakukan peneliti untuk memerbaiki, meningkatkan motivasi, merubah
prilaku dan sikap sebagai solusi.
Data diperoleh dengan menggunakan beberapa metode yaitu pengamatan
langsung/observasi dan tes hasil belajar. Tes hasil belajar adalah suatu cara untuk
mengadakan penelitian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah
laku atau prestasi anak tersebut yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh
anak lain dengan nilai standar yang sudah ditetapkan (Nurkancana, 1990:34). Observasi
adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan
secara langsung dan sistematis (Nurkancana, 1990:51).

Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Instrumen Tes
a. LKS (Lembar Kerja Siswa)
LKS digunakan sebagai panduan pembelajaran atau bahan ajar bagi siswa
secara kelompok. Dalam LKS dimuat permasalahan-permasalahan yang dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat mencerminkan bahan ajar Model Discovery Learning
dan mampu mengasah kemampuan berfikir kritis siswa. Desain atau rancangan LKS
seperti ini akan memudahkan peneliti untuk mengukur kemampuan berfikir kritis
siswa baik secara kelompok maupun individu. Pemberian LKS sebagai bahan ajar
juga dimaksudkan agar guru dapat mengarahkan dan mengorganisasi siswa secara
kelompok.

b. Tes Kemampuan Berfikir Kritis


Tes kemampuan berfikir kritis siswa dilaksanakan di setiap siklus (tes siklus).
Tes ini dilakukan untuk mengukur kemampuan berfikir kritis siswa secara individu
dan melihat ketuntasan belajar setiap siswa pada setiap sub pokok bahasan (setiap
siklus). Selain itu, hasil tes ini juga dapat digunakan untuk merefleksi proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam rangka perbaikan untuk siklus
berikutnya.

b. Instrumen Non Tes


a. Angket
Angket digunakan untuk mengukur sikap dan tanggapan siswa terhadap
pembelajaran matematika dengan Model Discovery Learning dan kemampuan
berfikir kritis siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Pengisian angket dilakukan
setelah berakhirnya pembelajaran pada setiap siklus.

b. Jurnal Pembelajaran
Jurnal pembelajaran diberikan pada akhir pembelajaran dalam setiap siklus.
Dalam jurnal ini, siswa lebih leluasa untuk berperan serta secara tertulis dalam
memberi kesan atau tanggapan terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
dan yang akan dilaksanakan.

c. Format Wawancara
Format Wawancara digunakan sebagai pedoman dalam mewawancarai siswa.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui sejauh mana respon siswa secara lisan.
Tidak seperti dalam jurnal ataupun angket, hasil wawancara merupakan tanggapan
dari beberapa siswa yang sebelumnya dianggap cukup pantas untuk mewakili
kelompok siswa lainnya. Wawancara dilakukan pada setiap siklus setelah proses
pembelajaran dilaksanakan.

d. Lembar Observasi
Lembar observasi ditujukan untuk mengukur sejauh mana aktifitas atau perilaku
siswa yang terjadi selama proses pembelajaran dengan menggunakan Model
Discovery Learning berlangsung. Lembar observasi diisi oleh pengamat yang menjadi
mitra peneliti pada setiap proses pembelajaran di setiap siklus.

e. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dimaksudkan untuk melengkapi data tentang proses
pembelajaran, suasana kelas, aktivitas siswa, dan sebagainya. Catatan lapangan dibuat
oleh peneliti dan pengamat pada setiap siklus.

Teknik Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi dilaksanakan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran,
lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui motivasi siswa dalam
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.
Pelaksanaan observasi pada siswa dilakukan pada saat siswa diberikan tugas
mengenai pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel (SPLTV).
b. Angket
Angket berisi pertanyaan-pertanyaan sebanyak 25 pertanyaan yang membutuhkan
jawaban siswa. Angket dikembangkan berdasarkan indikator motivasi belajar
untuk mengetahui motivasi belajar siswa.
Adapun bentuk angket yang digunakan dengan kriteria sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) = 4
Setuju (S) = 3
Tidak Setuju = 2
Sangat Tidak Setuju (STS)= 1
Angket dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu diawal siklus I dan diakhir siklus II

Teknik Analisis Data


1. Menganalisis data hasil tes.
Data hasil tes kemampuan berfikir kritis siswa dari setiap siklus tindakan

pembelajaran yang telah dilakukan diolah dan dianalisis untuk mengukur tingkat

kemampuan berfikir kritis siswa. Data tersebut dianalisis dengan berpatokan pada sistem

Holistic Scoring Rubrics yang telah diadaptasi dari Sudrajat (2001 : 101). Adapun

penskoran yang digunakan adalah 0, 5, 10, 15, dan 20.

Selain itu, dilakukan analisis terhadap kemampuan kompetensi berfikir kritis

siswa dengan cara melihat persentase tiap skor total yang diperoleh siswa dan dihitung

menggunakan rumus:

Persentase Kemampuan Berfikir Kritis = Jumlah Skor Siswa


x 100%
Jumlah Skor Toal

Untuk mengklarifikasi kualitas kemampuan berfikir kritis siswa, maka data hasil

tes dikelompokkan dengan menggunakan skala lima (Suherman dan Kusumah, 1990 :

272) yaitu sebagai berikut:

Persentase skor total siswa Kategori Kemampuan siswa

90% ¿ A≤ 100% A ( Sangat Baik )

75% ¿ B≤ 90% B ( Baik )

55% ¿ C≤ 75% C ( Cukup )

40% ¿ D≤ 55% D ( Kurang )


0% ¿ E≤ 40% E ( Buruk )

Tabel 3
Kriteria Penentuan Tingkat Kemampuan Siswa

2. Menganalisis angket.

Kriteria penilaian siswa terhadap suatu pernyataan dalam angket terbagi kedalam

4 kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak

Setuju (STS). Untuk menganalisis data angket digunakan rumus sebagai berikut:

f
P = ×100 %
n

Dengan : P = persentase jawaban

f = frekuensi jawaban

n = banyak responden

Setelah dianalisis, kemudian dilakukan interpretasi data dengan menggunakan

kategori persentase berdasarkan pendapat Kuntjaraningrat (dalam Saripah, 2003 : 33).

Besar Persentase Interpretasi

0% Tidak ada

1% - 25% Sebagian kecil

26% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 75% Sebagian besar


76% - 99% Pada umumnya

100% Seluruhnya

Tabel 4
Klarifikasi Interpretasi Perhitungan Persentase

3. Menganalisis Jurnal Pembelajaran

Jurnal pembelajaran dianalisis dengan cara mengelompokkan kesan siswa ke

dalam kelompok pendapat atau komentar positif, negatif, biasa, dan tidak berkomentar,

kemudian dihitung persentasenya dan diinterpretasikan. Klasifikasi interpretasi

perhitungan persentase tiap kategori sama dengan menginterpretasikan angket yaitu

menggunakan kategori persentase menurut Kuntjaraningrat (Saripah, 2003 : 33).

4. Menganalisis Lembar Kerja Siswa

Hasil pekerjaan siswa pada LKS dapat kita analisis untuk mengukur

perkembangan kemampuan berfikir kritis secara berkelompok.

5. Menganalisis hasil wawancara dengan guru dan siswa

Data yang terkumpul dari hasil wawancara dengan guru dan siswa ditulis dan

diringkas berdasarkan permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini. Data ini

dapat memperkuat hasil temuan dari hasil pengolahan nilai tes dan angket siswa dengan

cara melakukan triangulasi data, yaitu mencocokkan data hasil tes, jurnal atau angket dan

hasil wawancara.

6. Menganalisis Lembar Observasi dan Catatan Lapangan


Lembar observasi dan catatan lapangan dianalisis untuk memeriksa totalitas

penerapan Model Discovery Learning dalam pembelajaran. Hal-hal yang terlewat pada

proses pembelajaran yang telah dilakukan dievaluasi dan di refleksikan pada proses

pembelajaran berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.umsu.ac.id/bitstream/handle/123456789/14207/Desi
%20Gustini.pdf;jsessionid=866A5DFA208084D710C3416D1396F622?
sequence=1
https://www.kajianpustaka.com/2021/10/google-classroom.html
https://serupa.id/discovery-learning/
https://www.google.com/search?
q=google+classroom+adalah&rlz=1C1CHBD_idID896ID896&oq=google+classr
oom+adalah&aqs=chrome..69i57j0i512j0i22i30l8.12171j0j7&sourceid=chrome&
ie=UTF-8

Anda mungkin juga menyukai