Anda di halaman 1dari 21

KETERAMPILAN BEREKSPRESI SASTRA INDONESIA DI SD (TEKS

FIKSI/ PUISI, PROSA, DRAMA)

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kapita Selekta
Bahasa Indonesia SD, dengan dosen pengampu:
Arifin Ahmad, S. Pd., M. Pd.

Kelompok 10:
Dina Marlina (205060048)
Gracia Mentari (195060162)
Monika Helentina Tamba (195060153)
Nurul Aini Handayani (205060053)

Kelas: 7B

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan
bermanfaat bagi pembaca.

Kami sadari sepenuhnya bahwa makalah yang berjudul “Keterampilan


Berekspresi Sastra Indonesia Di SD (Teks Fiksi/ Puisi, Prosa, Drama)” yang kami
susun ini, masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun
isinya yang masih kurang tepat. Kesalahan demikian adalah karena masih sangat
terbatas ilmu yang kami miliki ini, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
kami harapkan kritik dan saran yang membangun selalu mengalir untuk
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2

C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Pengertian Pembelajaran Sastra .............................................................. 3

B. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Sastra ............................................. 5

C. Ciri-Ciri dan Fungsi Karya Sastra ........................................................... 6

D. Jenis-Jenis Karya Sastra ........................................................................... 7

E. Kemampuan dalam Berekspresi Sastra Indonesia ............................... 15

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17

A. Kesimpulan ............................................................................................... 17

B. Saran ......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia sebagai makhluk berbudaya. Sastra menjadi urgen karena di dalamnya
banyak mengandung dimensi. Dimensi tersebut di antaranya yaitu dimensi
keindahan, dimensi moralitas, etis, serta sejumlah pengetahuan tentang kehidupan
yang menyebabkan sastra bersifat evokatif dan sugestif. Setidaknya terdapat
empat aspek rekomendasi sastra dalam memberikan nilai pendidikan bagi peserta
didik. Keempat aspek tersebut adalah aspek perkembangan bahasa, aspek
perkembangan kognitif, aspek perkembangan kepribadian, serta aspek
perkembangan sosial. Karya sastra secara umum dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu puisi, prosa, dan drama.

Karya sastra pada dasarnya merupakan perwujudan suatu kehidupan, serta


merupakan hasil pengamatan para sastrawan terhadap kehidupan sekitarnya.
Seorang pengarang dalam membuat karya sastra dilandasi pada pengalaman yang
diperoleh dari realitas kehidupan masyarakat yang terjadi pada sosok tokoh di
dunia nyata, kemudian dituangkan dalam bentuk karya sastra. Bahasa dalam karya
sastra menjadi alat untuk menimbulkan rasa khusus yang mengandung nilai
estetik, selain sebagai sarana komunikasi, yang dapat menyampaikan informasi
kepada pembacanya (Istiqomah & Doyin, 2014).

Tujuan pengajaran sastra dikembangkan dalam kompetensi dasar yaitu


peserta didik mampu mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan
mendengarkan, menonton, membaca dan melisankan hasil sastra berupa dongeng,
puisi dan drama pendek, serta menuliskan pengalaman dalam bentuk cerita dan
puisi (KTSP, 2006). Dalam hal ini pembelajaran sastra bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengapresiasi dan berekspresi
karya sastra. Di dalamnya terkandung maksud agar peserta didik dapat
menghargai kesusastraan bangsa sendiri serta dapat menghayati secara langsung
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pembelajaran sastra?
2. Apa tujuan dan manfaat dari pembelajaran sastra?
3. Apa ciri-ciri dan fungsi karya sastra?
4. Apa saja jenis-jenis karya sastra?
5. Apa saja kemampuan dalam berekspresi sastra Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pembelajaran sastra.
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari pembelajaran sastra.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dan fungsi karya sastra.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis karya sastra.
5. Untuk mengetahui kemampuan dalam berekspresi sastra Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Sastra


Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencapai
kompetensi yang dituju. Melalui proses belajar, seseorang dapat memperoleh
pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang lebih baik. Proses belajar pada
dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal
(Benny, 2009). Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, memiliki arti
bahwa proses belajar terjadi dalam diri peserta didik sesuai dengan perkembangan
dan lingkungannya. Untuk dapat berlangsung efektif dan efesien, proses belajar
perlu dirancang menjadi sebuah kegiatan pembelajaran (Bambang, 2008).

Pembelajaran merupakan suatu kombinasi tersusun yang meliputi unsur


manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, serta prosedur saling memengaruhi
untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran. Kunci utama dalam menentukan
tujuan pembelajaran adalah kebutuhan peserta didik, mata pelajaran, dan
pendidik. Beradasarkan kebutuhan tersebut dapat ditetapkan melalui hal-hal yang
ingin dicapai, dikembangkan serta diapresiasi (Oemar, 2005).

Proses pembelajaran ditandai dengan interaksi edukatif yang terjadi. Interaksi


tersebut dilandasi dari seorang pendidik dan kegiatan belajar secara pedagogis
pada peserta didik, memiliki proses secara sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan, serta evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan
melalui tahapan tertentu. Dalam pembelajaran, pendidik memberikan fasilitas
kepada peserta didik untuk dapat belajar dengan baik. Dengan interaksi tersebut,
maka akan menghasilkan proses pembelajaran efektif sesuai dengan apa yang
telah diharapkan. (Muh. Sain Hanafy, 2014).

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran


dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Tugas pendidik adalah mengajar
sedangkan peserta didik adalah belajar. Tugas mengajar dan belajar tidak terlepas
dari materi pelajaran. Dengan demikian, pembelajaran merupakan kegiatan

3
terencana, dengan mengkondisikan maupun merangsang seseorang agar dapat
belajar dengan baik.

Sedangkan sastra merupakan kegiatan kreatif dan produktif dalam


menghasilkan sebuah karya yang memiliki nilai estetika serta dapat
menggambarkan realitas sosial masyarakat. Jika diamati, kata sastra dalam bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yakni akar kata “sas” dalam kata kerja
turunan berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk maupun instruksi.
Akhiran “tra” menunjukan suatu alat ataupun sarana. Oleh karena itu, sastra dapat
berupa alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran
(Teeuw, 2013).

Sastra merupakan hasil karya melalui imajinasi yang terdapat dalam diri
pengarang. Keberadaan sastra dalam kehidupan manusia dapat mengisi
“kedahagaan jiwa” karena membaca karya sastra bukan saja memberikan hiburan,
akan tetapi memberikan pencerahan jiwa. Dengan kata lain, sastra dapat
memberikan hiburan serta manfaat. Dengan membaca karya sastra, seseorang
sejenak dapat mengalihkan duka dengan mengikuti jalan cerita, keindahan, serta
keluwesan bahasa yang ditampilkan pengarang. Manfaat karya sastra diperoleh
melalui nilai-nilai tersirat, dibalik jalinan cerita yang disampaikan. Dengan
membaca karya sastra, nilai-nilai tertentu akan meresap secara tidak langsung,
dibalik alur atau jalinan cerita yang secara apik ditampilkan oleh pengarang
(Yanti, 2015).

Jadi, pembelajaran sastra adalah kegiatan terencana dengan mengkondisikan


maupun merangsang peserta didik agar dapat belajar sastra dengan baik. Dimana
peserta didik dengan karya sastra akan berinteraksi secara langsung.

Pembelajaran sastra sangat penting dalam perkembangan manusia, bukan


hanya penting sebagai sesuatu yang “terbaca” melainkan juga sebagai sesuatu
yang memotivasi seseorang untuk berbuat. Memasukkan materi pembelajaran
sastra di sekolah menjadi sesuatu yang penting, karena pada dasarnya sastra itu
sendiri mampu menjembatani hubungan antara realita dan fiksi. Melalui karya
sastra, pembaca belajar dari pengalaman orang lain untuk direfleksikan dalam
menghadapi masalah dalam kehidupan. Pembelajaran sastra yang selama ini

4
dilakukan di sekolah digabung dengan pelajaran bahasa Indonesia atau yang
sering disebut dengan “Bahasa dan Sastra Indonesia”.

B. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Sastra


1. Tujuan Pembelajaran Sastra

Tujuan pengajaran sastra dikembangkan dalam kompetensi dasar yaitu


peserta didik mampu mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan
mendengarkan, menonton, membaca dan melisankan hasil sastra berupa dongeng,
puisi dan drama pendek, serta menuliskan pengalaman dalam bentuk cerita dan
puisi (KTSP, 2006). Dalam hal ini pembelajaran sastra bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengapresiasi dan berekspresi
karya sastra. Di dalamnya terkandung maksud agar peserta didik dapat
menghargai kesusastraan bangsa sendiri serta dapat menghayati secara langsung
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Pembelajaran sastra di SD pada dasarnya bertujuan membina apresiasi peserta


didik terhadap karya-karya sastra, sehingga peserta didik dapat mengembangkan
kearifan, kejelian, dan ketelitian untuk menangkap isyarat-isyarat dalam
kehidupan yang tercermin dalam karya sastra.

Berdasarkan satu kesatuan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, rumusan


tujuan pembelajaran sastra di sekolah berada dalam satu rangkaian tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia (Depdiknas, 2002), antara lain:

1) Menghargai serta membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan


(nasional) dan bahasa negara;
2) Memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta
menggunakannya dengan tepat dan kreatif dalam berbagai tujuan, keperluan,
sertakeadaan;
3) Memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan emosional, sertakematangan sosial;
4) Memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis);

5
5) Mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra dalam mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa;
6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.
2. Manfaat Pembelajaran Sastra

Manfaat pembelajaran sastra antara lain:

1) Memberikan motivasi kepada siswa;


2) Memberi akses pada latar belakang budaya;
3) Memberi akses pada pemerolehan bahasa;
4) Memperluas perhatian siswa terhadap bahasa;
5) Mengembangkan kemampuan interpretatif siswa; dan
6) Mendidik siswa secara keseluruhan.

C. Ciri-Ciri dan Fungsi Karya Sastra


1. Ciri-Ciri Karya Sastra:
1) Isinya bisa menggambarkan akan manusia dengan berbagai bentuk
permasalahnnya.
2) Terdapat susunan bahasa yang baik dan indah.
3) Cara penyajiannya dapat memberikan kesan dan menarik.
2. Fungsi Karya Sastra:
1) Fungsi reaktif ialah dapat memberikan sebuah kesangan atau hiburan untuk
para pembacanya.
2) Fungis didaktif ialah dapat memberikan sebuah pengetahuan atau wawasan
mengenai persoalan-persoalan yang ada di kehidupan kepada para
pembacanya.
3) Fungsi estetis ialah dapat memberi keindahan bagi para pembacanya.
4) Fungsi moralitas ialah dapat memberi pengetahuan moral antara yang baik
dan yang buruk begi para pembacanya.
5) Fungsi religius ialah dapat menghadirkan nilai ajaran keagamaan di dalamnya
yang dapat di teladani oleh para pembacanya.

6
D. Jenis-Jenis Karya Sastra
1. Puisi

Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat. Hal
itu untuk mempertajam kesadaran orang mengenai pengalaman serta
membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus. Ada
empat unsur yang merupakan hakikat puisi, yaitu: tema, perasaan penyair, nada
puisi, serta amanat.

1) Unsur- unsur puisi:

Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur
fisik puisi terdiri dari:

a. Perwajahan Puisi (Tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak
dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi
yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
b. Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat
mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
c. Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan
pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan
(visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan
pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang
dialami penyair. Pengimajinasian dalam puisi berguna untuk memberi
gambaran yang jelas menimbulkan suasana khusus membuat hidup gambaran
dalam pikiran dan pengindraan serta untuk menarik perhatian dan
memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair menggunakan
gambaran-gambaran angan.
d. Kata Konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra yang
memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan

7
atau lambang. Misalnya kata konkret “Salju" melambangkan kebekuan cinta,
kehampaan hidup, dan lain-lain. Sedangkan kata konkret “Rawa-rawa” dapat
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.
Kata konkret merupakan syarat terjadinya pengimajian atau pencitraan.
e. Gaya Bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan atau
meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna
atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapun macam-
macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi,
sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks,
antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, dan paradoks.
f. Rima atau Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah,
dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
a) Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek
magis pada puisi Sutadji C.B.).
b) Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan
awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata],
dan sebagainya.
c) Pengulangan kata atau ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah,
panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam
pembacaan puisi.
g. Tipografi merupakan teknik penulisan dalam puisi. Tipografi merupakan
pembeda yang paling awal yang dapat dilihat dalam membedakan puisi
dengan prosa fiksi ataupun drama. Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah
periodisitas yang disebut bait. Tipografi merupakan aspek bentuk visual yang
berupa tata hubungan, susunan baris dan ukiran bentuk yang dipergunakan
untuk mendapatkan kesan menarik agar indah dipandang. Tujuan tipografi
dalam puisi adalah untuk keindahan indrawi dan untuk mendukung
pengedepanan makna rasa dan suasana puisi.

Selanjutnya struktur batin puisi terdiri dari:

a. Tema atau makna (sense) adalah pokok persoalan yang disampaikan


pengarang dalam puisinya. Tema sebuah puisi dapat disampaikan secara

8
langsung maupun tidak langsung (makna puisi dapat ditemukan setelah
membacadan menafsirkannya). Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa
adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik
makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
b. Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang
terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan
latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang
pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat,
usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman
pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa,
dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan,
pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar
belakang sosiologis dan psikologisnya.
c. Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema
dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk
memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca,
dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-
lain.
d. Amanat/tujuan/maksud (intention), yaitu pesan yang ingin disampaikan
penyair kepada pembaca.
2) Jenis- jenis puisi :
a. Puisi lama, adalah puisi yang penulisannya masih terikat oleh peraturan
tertentu. Aturan di dalam puisi lama berkaitan dengan jumlah kata atau suku
kata dalam tiap baris, jumlah baris yang terdapat dalam tiap bait, serta rima,
dan irama. Puisi lama umumnya merupakan puisi rakyat yang nama
penulisnya anonim. Penulisan puisi lama masih mengikuti aturan-aturan yang
jelas dan tidak dapat diubah. Aturan ini berhubungan dengan penentuan
jumlah suku kata dalam tiap baris, jumlah baris pada tiap bait, dan
penggunaan sajak. Puisi lama merupakan salah satu jenis sastra lisan yang
disampaikan secara turun-temurun. Gaya bahasa pada puisi lama

9
menggunakan majas dan sifatnya tetap serta klise. Kandungan isi dalam puisi
lama menceritakan tentang sejarah kerajaan, kemegahan istana dan kehidupan
di dalamnya, serta kejadian-kejadian ajaib. Jenis puisi lama yaitu mantra,
pantun, karmina, seloka, gurindam, syair dan talibun.
b. Puisi baru, adalah puisi yang tidak memiliki aturan-aturan tertentu dalam
penulisannya. Kebebasan penulisan dalam puisi baru meliputi jumlah baris,
suku kata, ataupun rima. Penulis dari puisi baru tidak anonim. Perkembangan
puisi baru terjadi secara lisan maupun tulisan. Puisi baru menggunakan majas
yang berubah-ubah. Pesan yang disampaikan di dalam puisi baru biasanya
tentang kehidupan. Penulisan puisi baru lebih rapi dan simetris serta banyak
menggunakan sajak pantun dan syair. Tiap barisnya memiliki kesatuan
sintaksi dengan rima akhir yang teratur.
2. Prosa

Prosa adalah satu di antara bentuk dari karya sastra yang berbeda dengan
puisi. Namun, banyak yang beranggapan keduanya merupakan karya sastra yang
sama. Prosa merupakan karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita atau narasi.
Prosa pada umumnya merupakan cangkokan dari bentuk monolog dengan dialog.

1) Ciri-ciri prosa

Ciri utama dari prosa yaitu penggunaan kata-kata yang tidak memperhatikan
pola irama maupun sajak. Prosa memiiki sifat memaparkan sesuatu dan hanya
mengandung sedikit nilai sastra. Pemaparan prosa dapat dikatakan sebagai karya
sastra apabila di dalamnya terdapat berbagai peristiwa, pengenalan tokoh dan
penggunaan fiksi. Tindakan di dalam satu kesatuan ruang dan waktu menjadi
penanda terjadinya sebuah peristiwa. Keberadaan ruang dan waktu tidak dapat
disebut sebagai peristiwa jika tidak terdapat tindakan di dalamnya. Setiap
perisitiwa selalu melibatkan tokoh di dalamnya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi
secara berurutan dan berkelanjutan merupakan hasil tindakan tokoh. Tokoh-tokoh
dan peristiwa yang diceritakan di dalam prosa bersifat fiktif. Penyampaian prosa
tidak mengutamakan penggunaan unsur-unsur keindahan puisi.

Secara umum, prosa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

10
a. Memiliki alur cerita, prosa punya alur cerita yang menjelaskan tentang
peristiwa di dalamnya.
b. Memiliki tema, prosa mempunyai tema yang menjadi dasar dalam cerita dan
merupakan pokok bahasan di dalamnya.
c. Ada tokoh dan penokohan, seperti karya sastra lain, di dalam prosa juga
terdapat tokoh, baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.
d. Memiliki sudut pandang, prosa mempunyai sudut pandang, yaitu cara seorang
pengarang menceritakan keberadaan tokoh dalam peristiwa.
e. Memiliki latar dalam penceritaan, di dalam prosa tersebut juga terdapat latar
pada masing-masing kejadian, baik tempat, waktu, maupun suasana.
f. Terdapat perkembangan, prosa juga dapat mengalami suatu perkembangan
karena dipengaruhi oleh perubahan yang ada di masyarakat.
g. Memiliki amanat, sama seperti puisi, prosa mempunyai amanat atau pesan
yang bisa diambil dari cerita tersebut.
2) Jenis-jenis prosa:
a. Prosa lama, merupakan karya sastra Indonesia yang belum mendapat
pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang
mula-mula timbul disampaikan secara lisan, disebabkan belum dikenal
bentuk tulisan. Setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia,
masyarakat menjadi akrab dengan tulisan. Bentuk tulisan pun mulai banyak
dikenal. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu juga tokoh
sastra pertama dalam sastra Indonesia mulai muncul. Bentuk-bentuk sastra
prosa lama yaitu:
a) Hikayat. Hikayat ialah cerita, baik sejarah maupun cerita fiktif yang
bertujuan menghibur dan membangkitkan semangat. Contoh, Hikayat
Seribu Satu Malam dan Hikayat Hang Tuah.
b) Kisah. Kisah ialah karya sastra lama berisi cerita mengenai perjalanan
atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Contoh,
Kisah Perjalanan Abdullah Menuju Negeri Kelantan, Kisah Abullah
Menuju Jeddah, dan lainnya.
c) Sejarah/Tambo. Sejarah atau tambo ialah kisah yang berkaitan dengan
peristiwa dan tokoh sejarah. Contoh, Sejarah Melayu.

11
d) Dongeng. Dongeng ialah cerita dari hasil imajinasi pengarang yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Contoh, Pinokio dan Putri Salju.
Dongeng terbagi lagi menjadi fabel atau cerita rekaan tentang hewan
sebagai tokoh cerita, legenda atau dongeng mengenai kejadian alam atau
asal–usul suatu tempat, mite/mitos atau cerita yang berlatar belakang
sejarah atau hal yang dipercayai orang banyak, cerita penggeli
hati/dongeng jenaka yang mengandung unsur komedi dan kemustahilan,
parabel/cerita perumpamaan atau dongeng yang mengandung
perumpaman, dan sage atau kisah yang menceritakan keberanian serta
kehebatan tokoh dalam sejarah.
b. Prosa baru, merupakan karangan prosa yang timbul setelah mendapat
pengaruh sastra atau budaya Barat. Bentuk-bentuk prosa baru adalah sebagai
berikut:
a) Roman. Roman merupakan bentuk prosa baru yang mengisahkan
kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka dukanya. Berdasarkan
kandungan isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain
transendensi, sosial, sejarah, psikologis, dan detektif.
b) Novel. Novel ialah bentuk prosa baru yang melukiskan sebagian
kehidupan pelaku utamanya yang terpenting, paling menarik, dan yang
mengandung konflik. Contoh, Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya
oleh Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer,
Ziarah oleh Iwan Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
c) Cerpen. Cerpen ialah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian
kecil dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik.
Contoh, Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh Asrul
Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, dan Wajah yang Bembah oleh
Trisno Sumarjo
a. Riwayat. Riwayat (biografi) ialah suatu karangan prosa yang berisi
pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa
juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil sampai dewasa atau bahkan
sampai meninggal dunia. Contoh, Soeharto si Desa, Prof. Dr. B.J
Habibie, Ki Hajar Dewantara

12
b. Kritik. Kritik ialah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk
suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk
dengan kriteria tertentu yang bersifat objektif dan menghakimi.
c. Resensi. Resensi ialah ulasan suatu karya, bisa berupa buku, film, drama,
atau lainnya.
d. Esai. Esai merupakan ulasan suatu masalah secara sepintas dan
berdasarkan pandangan pribadi penulisnya.
3. Drama

Drama adalah jenis sastra dalam bentuk puisi atau prosa yang bertujuan
menggambarkan kehidupan lewat kelakuan dan dialog para tokoh. Umumnya,
drama dirancang untuk pementasan panggung. Drama dibedakan berdasarkan
genre tema yang terdapat dalam drama, yaitu komedi, musical, dan tragedi. Jadi,
drama ini tidak hanya tulisan saja melainkan pertunjukan yang dapat di liat saat
para pemain berdialog sesuai dengan tokohnya.

1) Ciri- ciri Drama:


a. Sebuah drama harus memiliki teks naskah yang didalamnya berbentuk
dialog.
b. Drama harus diperankan atau dilakonkan.
c. Panjang drama kurang lebih 3 jam.
d. Tidak ada pengulangan adegan dalam drama.
2) Unsur-unsur Drama:
a. Alur. Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin sedemikian
rupa sehingga menggerakkan jalan cerita, dari awal, tengah, hingga
mencapai klimaks dan akhir cerita.
b. Karakter. Karakter adalah seperangkat sifat yang selalu dikagumi
menjadi tanda-tanda kebaikan, kebajikan dan kematangan moral seorang.
3) Bentuk-bentuk Drama:

Bentuk drama berdasarkan penyajian lakon:

a. Tragedi, drama ini menceritakan kisah yang menyedihkan, tidak


menguntungkan, atau bencana. Tokoh dan nuansa panggung muram.

13
b. Komedi, kebalikan dari tragedi, drama ini menceritakan kisah yang
menyenangkan, menghibur, atau kisah ringan yang biasa terjadi di
kehidupan sehari-hari. Tokoh dan nuasnsa panggung penuh canda, tawa,
dan ejekan konyol yang membuat penonton terhibur.
c. Tragekomedi, drama ini menggabungkan tragedi dan komedi.
Penyampaiannya di atas panggung bisa dalam bentuk akhir yang bahagia
dari sebuah bencana.
d. Opera, drama memadukan dialog dengan seni suara atau musik. Pemeran
bercakap-cakap dengan menggunakan lagu dan iringan musik.
e. Sendratari, drama yang memadukan dialog dengan seni tari. Pemeran
menampilkan tarian untuk mengekspresikan peran yang ia lakoni.
f. Tablo, drama tanpa gerak atau dialog.
g. Melodrama, drama yang mengharukan atau menggugah perasaan.
h. Farce, drama yang mempertunjukkan hal-hal lucu melalui tingkah para
pelakon, hampir menyerupai dagelan.
i. Parodi, drama yang meniru karya lain dengan ditambahi unsur cemooh
dengan efek kejenakaan.
j. Drama heroic, dama yang menceritakan kisah kepahlawanan.
k. Komedi tingkah laku, drama yang menceritakan kisah lucu sehari-hari.
l. Komedi sentimental, drama yang membahas isu sensitif namun dikemas
dengan jenaka.
m. Drama propaganda, drama yang bertujuan untuk mempengaruhi atau
mengajak penonton mengikuti suatu aliran atau pendapat tertentu.
n. Drama sejarah, drama yang menceritakan tentang peristiwa atau kejadian
di masa lampau.
o. Pantomim, drama tanpa kata-kata yang hanya mengandalkan gerak tubuh
dan mimik wajah.
p. Drama misteri, drama yang menyajikan teka-teki dalam alur ceritanya.
q. Drama laga atau action, drama dengan unsur perkelahian atau adegan
yang memicu adrenalin.
r. Operet, disebut juga opera ringan. Nyanyian dan dialog disuguhkan
secara bergantian yang memuat unsur roman dan satir.

14
s. Passie, drama yang mengandung unsur agama atau religiusitas.

Selanjutnya bentuk drama berdasarkan sarana yaitu sebagai berikut:

a. Drama panggung
b. Drama televisi
c. Drama radio
d. Drama film
e. Drama wayang
f. Drama boneka

Bentuk drama berdasarkan keberadaan naskah, sebagai berikut:

a. Drama tradisional: drama yang didominasi oleh improvisasi. Pemeran


hanya bermodalkan pendalaman karakter dan pembagian peran,
selebihnya mereka menampilkan pertunjukan di panggung tanpa diberi
naskah sebelumnya.
b. Drama modern: drama yang dimainkan berdasarkan penulisan naskah
drama. Meski ada impovisasi, intensitas munculnya minim sekali, hanya
digunakan ketika pemeran ingin menutupi atau mengakali kesalahan di
panggung.

E. Kemampuan dalam Berekspresi Sastra Indonesia


Ada empat kemampuan berbahasa yang harus dikuasai oleh peserta didik
yaitu diantaranya sebagai berikut:

1. Menulis

Kemampuan menulis merupakan kemampuan mewujudkan gagasan yang


dilakukan secara tertulis dengan bahasa yang padat dan ekspresif

2. Membaca

Keterampilam membaca sebagai salah satu aktivitas yang sangat komplek.

3. Menyimak

Keterampilan menyimak adalah suatu proses mendengarkan secara lisan


dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk

15
memperoleh informasi, menangkap isi, serta makna komunikasi yang hendak
disampaikan oleh pembicara

4. Berbicara

Keterampilan berbicara adalah kemampuan peserta didik dalam melakukan


berbagai aktivitas motoric berbahasa sosial, emosional, kognitif, dan afektif.

Brown dan Yuledalam Puji Santosa, dkk (Riadi 2006: 34), berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau
menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan secara lisan. Pengertian ini pada
intinya mempunyi makna yang sama dengan pengertian yang disampaikan oleh
tarigan yaitu bahwa berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata.

Tujuan berbicara (wicara) dalam pembelajaran di sekolah adalah untuk


melatih peserta didik dapat bertutur kata dengan lancar dan menggunakan kata
yang sopan serta spontan. Senada dengan hal tersebut, pembelajaran sastra di
sekolah dimaksudkan agar peserta didik lebih meningkatkan kemampuan
mengapresiasi dan mengekspresi karya sastra.

Dalam kegiatan tersebut peserta didik dapat lebih mempertajam perasaan,


penalaran, dan daya imajinasi. Dengan menikmati dan memanfaatkan karya sastra
juga dapat digunakan untuk memperluas wawasan dan memperhalus budi pekerti.
Mengikutsertakan pembelajaran sastra dalam kurikulum berarti akan membantu
peserta didik dalam berlatih keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis.

Semi (2012:24) karya sastra adalah sosok yang dapat diberikan batasan dan
ciri-ciri, serta dapat diuji dengan pancaindra manusia. Melalui karya-karya sastra
peserta didik dibimbing untuk melakukan kegiatan mendengarkan atau
menyimak, misalnya dengan mendengarkan karyasastra yang dibacakan. Pada
saat peserta didik memerankan penggalan cerpen atau drama, berarti mereka
dibimbing melakukan kegiatan berbicara. Pembacaan puisi dan cerpen merupakan
contoh implementasi dalam keterampilan membaca. Sementara itu, ketika peserta
didik harus membuat kritik ataupun resensi, berarti peserta didik dibimbing untuk
melakukan keterampilan menulis.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran sastra adalah kegiatan terencana dengan mengkondisikan
maupun merangsang peserta didik agar dapat belajar sastra dengan baik. Dimana
peserta didik dengan karya sastra akan berinteraksi secara langsung.

Tujuan pengajaran sastra yaitu peserta didik mampu mengapresiasi dan


berekspresi sastra melalui kegiatan mendengarkan, menonton, membaca dan
melisankan hasil sastra berupa dongeng, puisi dan drama pendek, serta
menuliskan pengalaman dalam bentuk cerita dan puisi. Sehingga peserta didik
dapat mengembangkan kearifan, kejelian, dan ketelitian untuk menangkap isyarat-
isyarat dalam kehidupan yang tercermin dalam karya sastra.

Ciri-ciri karya sastra yaitu isinya bisa menggambarkan akan manusia dengan
berbagai bentuk permasalahnnya, terdapat susunan bahasa yang baik dan indah,
dan cara penyajiannya dapat memberikan kesan dan menarik. Selanjutnya, fungsi
karya sastra yaitu fungsi reaktif, fungis didaktif, fungsi estetis, fungsi moralitas,
dan fungsi religius.

Jenis-jenis karya sastra secara umum dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
puisi, prosa, dan drama. Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata
dengan cermat. Prosa merupakan karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita
atau narasi. Dan drama adalah jenis sastra dalam bentuk puisi atau prosa yang
bertujuan menggambarkan kehidupan lewat kelakuan dan dialog para tokoh.

Kemampuan dalam berekspresi sastra Indonesia yaitu menulis, membaca,


menyimak, dan berbicara.

B. Saran
Untuk semua para pembaca khususnya para kalangan Mahasiswa sebagai
calon pendidik (Guru). Semoga makalah ini dapat bermanfaat, berguna dan
menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.

17
DAFTAR PUSTAKA

Eneste, Pamusuk (1988). Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta:


Jambatan.

Eneste, Pamusuk. (1990). Leksikon Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta:


Jambatan.

Kompas.com. (2020). Mengenali Bentuk-Bentuk Drama. Dari:


https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/18/190241969/mengenali-
bentuk-bentuk-drama (Diakses Pada 20 September 2022).

Materi.Co.ID. (2020). Pengertian sastra. Dari: https://materi.co.id/pengertian-


sastra/ (Diakses Pada 20 September 2022).

Nugroho, Faozan Tri. (2021). Jenis-Jenis Karya Sastra yang Populer, Lengkap
Beserta Penjelasannya. Dari:
https://www.bola.com/ragam/read/4663614/jenis-jenis-karya-sastra-yang-
populer-lengkap-beserta-penjelasannya (Diakses Pada 20 September 2022).

Rajudin, Abdullah Aziz. (2021). Prosa: Penjelasan, Jenis, Ciri-Ciri,, dan Contoh.
Dari: https://m.mediaindonesia.com/humaniora/453411/prosa-penjelasan-
jenis-ciri-ciri-dan-contoh (Diakses Pada 20 September 2022).

Tamara, Dita. (2021). 8 Jenis Karya Sastra Beserta Pengertian dan Ciri-Cirinya.
Dari: https://plus.kapanlagi.com/8-jenis-karya-sastra-beserta-pengertian-dan-
ciri-cirinya-19ef64.html (Diakses Pada 20 September 2022).

Widiansyah, Apriyanti. (2020). Pengantar Kapita Selekta Bahasa Indonesia di


SD. Jakarta Selatan: Adhi Sarana Nusantara.

Wikipedia. (2022). Puisi. Dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Puisi (Diakses Pada


20 September 2022).

18

Anda mungkin juga menyukai