Dosen : Dr. Malpaleni Satriana, M.Pd & Tiara Ferdiyanti, S.Pd, M.Pd
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metode Pengembangan Seni Kriya . Kami tentu menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca atau dosen pengampu untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Masalah................................................................................................2
D. Manfaat............................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Definisi Seni Rupa..........................................................................................3
B. Fungsi Seni Rupa............................................................................................3
C. Unsur-Unsur Seni Rupa...................................................................................4
D. Jenis-Jenis Seni Rupa......................................................................................6
E. Pertimbangan Metodologis dalam Pendidikan Seni Rupa...............................6
1) Pendekatan dalam Pendidikan Seni Rupa.................................................6
2) Metode dalam Pendidikan Seni Rupa untuk Anak Usia Dini.................13
3) Evaluasi...................................................................................................18
BAB III..................................................................................................................23
PENUTUP..............................................................................................................23
A. Kesimpulan.................................................................................................23
B. Saran...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni merupakan salah satu konsep yang sulit untuk didefinisikan. Karena
sulitnya, maka pengertian seni sering merujuk ke arah konsep metafisik, padahal
pada dasarnya konsep seni sendiri dapat diukur. Seni sebagai salah satu
kebudayaan manusia selalu mengalami perkembangan dalam kurun waktu yang
panjang. Dimulai dari bentuk seni prasejarah hingga mencapai bentuk yang
modern pada saat ini. Istilah seni dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Sansekerta yang berarti permintaan atau pencarian, sedangkan dalam bahasa
Inggris berasal dari kata Artyang bermakna kemahiran. Kata art(s) menurut
Sofyan dalam Sumanto (2006: 5) dapat diartikan sebagai “kegiatan atau hasil
pernyataan perasaan keindahan manusia”. Berdasarkan pendapat di atas, dapat
dikatakan bahwa seni memiliki makna yang berkaitan dengan keterampilan atau
kemahiran seseorang dalam menciptakan sesuatu karya yang mewakili perasaan
atau emosinya yang berkenaan dengan aspek keindahan, kreativitas, dan
sebagainya.
“Pendidikan seni merupakan bagian dari komponen kurikulum sekolah
karena kegiatan seni berorientasi pada proses dan mengarah kepada creative
thinking yang akan mencerdaskan anak didik” (Tumurang, 2006: 9). Sebagai
komponen kurikulum di sekolah, maka peran pendidikan seni mengalami
perubahan konsepsi sejalan dengan perubahan institusi sekolah. Pendidikan seni
dipandang sebagai alat untuk mengembangkan dan menghasilkan individu yang
berbudaya dan berdaya kreatif sehingga seni menjadi bermakna untuk memancing
potensi kreatif anak didik.
B. Rumusan Masalah
Apa definisi seni rupa?
Apa pertimbangan metodologis dalam pendididkan seni rupa ?
1
C. Tujuan Masalah
D. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Apa yang dimaksud dengan seni rupa (fine art)? Pengertian Seni Rupa
adalah suatu cabang seni yang menghasilkan karya seni dimana bentuk dan
kualitasnya dapat dirasakan oleh indera manusia, khususnya indera
penglihatan dan indera peraba. Ada juga yang mengatakan pengertian seni
rupa adalah cabang kesenian yang menghasilkan suatu karya yang dapat
dinikmati oleh masyarakat secara umum karena dapat memiliki bentuk dan
wujud nyata dan dapat dilihat.
Dengan kata lain, fine art merupakan suatu karya seni yang fokus pada
keindahan visual dan juga sentuhan. Bagi orang-orang tertentu, karya seni ini
dapat menjadi suatu hiburan tersendiri hanya dengan melihat atau
menyentuhnya saja. Melalui cabang seni ini seseorang dapat menunjukkan
ekspresi dalam dirinya kepada orang lain. Berdasarkan bentuknya, seni rupa
dapat dibagi menjadi dua, yaitu;
Seni 2 Dimensi, yaitu karya seni yang hanya dapat dilihat dari satu sudut
pandang saja dan mempunyai dimensi panjang dan lebar.Contoh; seni
lukisan, seni relief, seni grafis, dan lainnya.
Seni 3 Dimensi, yaitu karya seni yang berbentuk seperti bangun ruang dan
memiliki volume dimana dimensinya terdiri dari panjang, lebar, dan
tinggi. Contoh; seni patung, seni arsitektur, seni kriya, seni keramik, dan
lainnya
Secara umum, fungsi seni rupa dapat dibagi menjadi dua. Adapun fungsi
seni rupa adalah sebagai berikut:
3
1. Fungsi Individu
Seni rupa dapat berfungsi sebagai pemuas kebutuhan individu,
khususnya bagi seorang seniman. Ada kepuasan batin yang dirasakan oleh
seorang seniman ketika dapat mengekspresikan dirinya melalui karya seni
yang mereka ciptakan.
2. Fungsi Sosial
Selain kepuasan individu, kepuasan batin juga dapat dirasakan oleh
masyarakat para pecinta seni dari suatu seni rupa yang mereka lihat. Itu
sebabnya ada banyak orang yang membeli suatu karya seni yang mereka
sukai meskipun harganya mahal.
3. Fungsi Untuk AUD
Untuk mengembangkan kreatifitas, meningkatkan keterampilan,
meningkatkan daya imajinasi anak, dan meningkatkan fungsi otak kiri
pada anak.
Selain fungsi individu dan sosial, seni rupa juga memiliki fungsi lainnya
yaitu;
Sebagai sarana pemenuh kebutuhan emosional individu, misalnya
untuk mengekspresikan diri demi kepuasan batin.
Sebagai sarana peribadatan atau media untuk mendekatkan diri kepada
sang pencipta.
Sebagai sarana komunikasi di dalam suatu kelompok masyarakat.
Memberikan edukasi kepada masyarakat, baik secara tersirat maupun
secara tersurat.
Sebagai media untuk mengenang atau melestarikan budaya bangsa
Indonesia.
a. Unsur Titik
Titik adalah unsur terkecil dan merupakan dasar dari semua ide seni
yang akan dibuat oleh seorang seniman.
b. Unsur Garis
4
Garis adalah unsur yang menggabungkan semua titik-titik menjadi
suatu bentuk tertentu. Garis tersebut akan membentuk ciri khas dan
watak suatu karya seni (kaku, lentur, keras, dan sebagainya.
c. Unsur Bidang
Bidang adalah hasil pengembangan dan penggabungan dari banyak
garis sehingga menghasilkan beberapa sisi dalam suatu karya seni.
d. Unsur Bentuk
Bentuk adalah unsur yang membuat suatu karya seni menjadi lebih
bermakna dan hidup dengan segala detail dan sentuhan yang
membuatnya lebih indah.
e. Unsur Ruang
Unsur ruang merupakan unsur yang mempunyai sifat nyata dan
semu, tergantung pada dimensinya (2D dan 3D).
f. Unsur Warna
Warna merupakan unsur yang sangat penting pada suatu karya seni.
Paduan warna dapat membuat suatu karya seni menjadi lebih indah.
g. Unsur Tekstur
Dalam hal ini tekstur adalah sifat atau keadaan yang terdapat pada
suatu karya seni. Dalam seni, tekstur terdiri dari dua jenis yaitu
tekstur semu dan tekstur nyata.
h. Unsur Terang dan Gelap
Unsur terang-gelap merupakan unsur yang dapat membuat suatu
karya seni terlihat lebih nyata karena berhubungan dengan detail
suatu objek dalam seni rupa.
5
b) Seni Desain
Seni desain adalah cabang seni yang berhubungan dengan proses
kreatif dalam merencanakan atau merancang bentuk. Beberapa yang
termasuk di dalam seni desain adalah sebagai berikut;
Arsitektur
Desain interior
Desain busana
Desain visual
Desain busana
1. Pendekatan Otoritatif
Secara umum pendekatan otoritatif sering dipandang tidak
bak karena cenderung menekan anak ( represif ). Dalam hal
tertentu sesungguhnya pendekatan ini memiliki kekuatan.
Pendekatan ini menekankan pada aspek disiplin dan pendekatan
kegiatan kewibawaan. Pendekatan otoritatif dapat digabungkan
6
dengan pendekatan kompetensi, misalnya untuk melatih warga
belajar menghasilkan sejumlah barang dengan kualitas minimal
tertentu dalam jangka waktu tertentu.
2. Pendekatan Permisif
Pendekatan permisif adalah landasan yang digunakan untuk
memberi kesempatan kepada para siswa untuk berekspresi –
kreatif dalam pelajaran melukis atau membentuk, atau grafis.
Pendekatan permisif berguna untuk menciptakan iklim belajar
yang kondusif bagi penyaluran expresi. Namun pendekatan
permisif secara penuh jarang dilakukan karena ada saja
keharusan menaati aturan kerja atau ada saat-saat warga belajar
memerlukan bimbingan guru. Pendekatan permisif juga tidak
tepat digunakan sebagai kebijakan menyeluruh, karena pada
dasarnya kependidikan itu adalah melakukan, bimbingan sambil
memananamkan nilai-nilai agar manusia dapat hidup rukun, gar
dia tidak berlaku sehendak hati.
3. Pendekatan Demokratis
Pendekatan demokratis bertumpukan pada setiap orang
memiliki hak, berbeda pada pendekatan permisif. Gagasan
demokratis tidak menghendaki kebebasan penuh sebab
kebebasan seseorang harus juga memperhatikan kebebasan
orang lain dalam kehidupan masyarakat, dalam suasana
kondusif - demokratis siswa diharapkan akan senang belajar dan
berkarya.
b) Pendekatan Umum dari Aspek Pisikologis
1. Pendekatan Ikmlim Sosio –Emosional
Pendekatan ini mengutamakan penyediaan iklim belajar yang
kondusif, penerimaan keluarga belajar sebagaimana adanya,
menghargai perbedaan individual.
2. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku
Pendekatan ini menekankan pada pemikiran bahwa
tingkahlaku dapat diubah melalui cara-cara tertenru, ada beberapa
kiat/kunci yang dianjurkan seprti penguatan, penghilangan,
penundaan, penghukuman. Perinsipnya, suatau prilaku atau
7
prestasi yang baik jika diberi penguat baik material maupun non
material (Miaslnya:hadiah, dan penghargaan, kata-kata pujian,
anggukan kepala.)
3. Pendekatan Proses Kelompok
Pendekatan ini menekankan pada pembentukan kelompok
yang erat (kohesip) kelompok bukan sekedar penjumlahan dari
individu-individu tetapi kesatuan yang memiliki kesatuan,
pendekatan-pendekatan ini dapat dipilih secara silih berganti sesua
keperluan atau dapat pula suatu proses kegiatan mengunkan
beberapa pendekatan. Dengan demikian dapat dikatakan
pendekatan elektik ( gabungan) cocok digunakan.
c) Pendekatan dalam Segi Proses Belajar
1. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Menurut Preston, 1086, pendekatan CBSA didasarkan kepada
prinsip-prinsip sebagai berikut :
warga belajar membutuhkan setting belajar yang cocok
motivasi belajar terarah kepada tujuan dapat meningkatkan
efektivitas belajar.
Belajar didukung oleh reinforcement.
Pemahaman (insight) diperoleh melalui penemuan oleh diri
sendiri (discovery).
Warga belajar membutuhkan kesempatan untuk
memperaktikan dan me-rivew apa yang dipelajari.
2. Pendekstan Keterampilan Proses
1) Pendekatan Inspiratif
Pelaksanaan pendidikan seni rupa di sekolah umum,
terutama pada tingkat pendidikan dasar, harus memperhatikan
dan mempertimbangkan bahwa pendidikan seni sebagai wahan
bermain yang bermuatan edukatif dan membangun kreativitas.
a. Stimulasi Klasikal Rutin
Stimulasi ini yang paling memungkinkan ditetapkan dalam
penyusunan,rencana pembelajaran semester atau catur wula
n. Hal ini disebabkan semua anak dalam satu kelas akan
menghayati keadaan, kejadian, atau peristiwa yang sama
(yang dijadikanstimulasi). Kejadian atau peristiwanya dapat
diramalkan, karena datangnya rutin. Acara sekolah yang
8
telah tercatat pada kalender sekolah adalah peristiwa
yangdatang secara rutin dan bersifat klasikal. Begitupun
hari-hari besar kenegaraan yang biasa diperingati si sekolah,
seperti Hari Pahlawan, Hari Pendidikan Nasional,
Lebaran,Proklamasi Kemerdekaan RI, dan lain-lain,
merupakan sejumlah rencana pokok bahasanyang berdasar
pada stimulasi klasikal rutin. Contoh judul-judul dalam
rencana pembelajarannya berbunyi ‘Pameran Kelas’,
‘Kenaikan Kelas’, ‘Merancang Gapura HUT RI’, ‘Lomba
LukisHardiknas’, ‘Membuat Kartu Lebaran’, dan
sebagainya. Yang terpenting ialah bagaimana
kita mengkorelasikan topik tersebut dengan jenis kegiatan
seni rupanya yang mengacu pada GBPP yang berlaku.
Pengolahannya tentu saja akan sangat
tergantung pada kreativitas guru sehingga mampu menstimu
lasi anak-anak dalam berkarya senirupa.
b. Stimulasi Individual Rutin
Stimulasi individual rutin adalah pengalaman atau
peristiwa yang dialami anak secara perorangan. Pengalaman
atau peristiwa itu datang secara rutin. Misalnya hariulang
tahun yang dirayakan keluarga dan mengesankan bagi
siswa. Cerita ibu menjelangtidur, jika sudah menjadi
kebiasaan ibu bercerita pada anak sebelum tidur. Judul
lainseperti pergi ke sekolah, pulang sekolah, kegiatan sore
hari, liburan sekolah di kampunghalaman, bermain di
pantai, membantu ibu di rumah, dan sebagainya, merupakan
contohstimulasi individual rutin. Setiap siswa akan
mengalami peristiwa tersebut, tetapimemiliki kesan dan
pengalaman yang berbeda.
c. Stimulasi Klasikal Insidental
Stimulasi ini dapat menggali kejadian-kejadian atau
keadaan yang akan atautelah dialami oleh anak-anak dalam
9
satu kelas yang terjadi secara insidental (sewaktu-waktu,
yang tidak diduga sebelumnya, tidak berencana jauh
sebelumnya). Misalnya, perkenalan dengan ibu guru baru,
perpisahan dengan Bapak Kepala Sekolah, kawan
barukami, kelas kami juara kebersihan dan keindahan kelas,
dan lain-lain, merupakanserangkaian
Contoh peristiwa yang dialami secara klasikal (seluruh
anak dalam satukelas) namun kejadiannya insidental. Dari
kejadian inilah menjadi titik tolak kita dalammerangsang
daya cipta anak yang dilakukan pada pengantar (introduksi)
proses pembelajaran. Dalam pelaksanaannya dapat berupa
cerita, nyanyian, tarian, atau bentuk lain yang dapat menjadi
pembangkit inspirasi berkarya seni rupa.
d. Stimulasi Individual Insidental
Stimulasi ini berguna untuk menggugah pengalaman
perorangan yang bersifatsewaktu-waktu (insidental).
Seorang anak pada suatu saat mengalami peristiwa
yangtidak terduga dan peristiwa itu tentu saja tidak dialami
oleh orang lain. Misalnya:mendapat hadiah lomba lukis, aku
sakit gigi, ayahku wafat, adik kecilku lahir, dansebagainya.
Stimulasi jenis ini biasanya dilakukan pada kasus
perorangan yangmengalami hambatan ketika diberikan
stimulasi klasikal. Yang mengalami hambatanseperti ini
sebagai gejala inspirasi yang distimulasi oleh guru ke semua
anak (klasikal)tidak dapat berkembang dalam imajinasi
anak tertentu.
Sehingga guru perlu mendekatianak tersebut secara
perorangan. Guru berusaha menggali pengalaman
pribadinya dan minatnya, sehingga anak itu bisa
terinspirasi, walaupun individual/perorangan sifatnya.
Dengan keempat jenis stimulasi daya cipta seni rupa
diharapkan anak didik kita tidak lagi harus melaksanakan
10
instruksi guru tentang “menggambar bebas…” setiap saat,
berhadapan dengan pelajaran seni rupa.
Kebebasan dalam berkarya akan lebih mudahtersalurk
an dengan adanya pengantar pada awal pelaksanaan proses
pembelajarandengan berbagai cara, seperti bercerita,
bernyanyi, menari, atau menggabungkanketiganya, yang
pada intinya melaksanakan rencana pengajaran yang
berstimulasi dayacipta tersebut. Tidak ada pelaksanaan
pembelajaran yang dibiarkan anak berkarya sesukahati,
tanpa batas, bebas tanpa bimbingan, dan tanpa stimulasi
yang berarti. Sebab jikakebebasan tanpa batas maka hasil
belajarnya akan tidak memuaskan, dan prosesnyapuntidak
bisa terkontrol, stimulus daya cipta juga diharapkan dapat
mengembangkan kreatifitas.
2) Pendekatan Analisis
Purwatiningsih (1996:11) menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan pendekatan ini berkaitan dengan proses
pembimbingan pembuatan karya seni rupa (dan kerajinan).
3). Pendekatan Empatik
Pendekatan ini mengajak para siswa untuk mengamati dan
menghayati peristiwa atau benda seni. Para pendidik (guru)
berupaya mengarahkan siswa untuk berkonsentrasi mengamati
karya atau peristiwa seni secara sungguh-sungguh dengan
melibatkan aspek psikisnya sehingga parasiswa turut merasakan
keharuan yang mendalam.
4). Pendekatan Dipandang dari Aspek Sasaran (Tujuan Akhir)
Pendekatan yang kini dipopulerkan adalah pendekatan
berbasis kompetensi. Inti pandangannya adalah tujuan akhir dari
pembelajaran harus tercermin dari kompetensi lulusan. Setiap
bahan ajar yang dipilih serta metode dan media yang digunakan
harus diarahkan kepada pembentukan kompetensi siswa.
11
5). Pendekatan Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan salah satu model atau
pendekatan baru yang banyak dibahas, menjadi isu aktual dan
bahan perdebatan terutama dalam aspek pelaksanaannya.
Pembelajarannya terpadu banyak macam atau modelnya.
Berikut ini dikemukakan tiga model, yaitu: (a) Model Terkait,
(b) Model Terjala, (c) Model Terpadu.
12
itu dipilihlah metode-metode yang penggunannya akan banyak dilakukan.
Metode yang akan dipaparkan ini bersifat khusus dalam pelaksannan
pendidikan seni rupa, diantarnya metode ekspresi bebas, metode kerja
kelompok, metode global, dan metode pembelajaran terpadu
13
atau beberapa orang temannya. Penyempurnaan skesta ini biasanya
dilakukan dengan bahan pewarna yang digunakan berbentuk cairan
(cat poster, cat air, cat akrilik) atau pewarna kering (oil pastel, crayon ,
pensil warna, dan sebagainnya). Sedangkan Kerja kolektif adalah
proses melukis (menggambar) yang dilakukan secara bersama-sama
oleh sekolompokn anak.
3. Metode global
Dalam kegiatan mengambar merupakan metode yang biasa
digunkan pada tahap awal menggambar bentuk. Tujuan utama
pengunaan metode ini ialah agar anak-anak dapat menangkap bentuk
keseluruhan dalam bentuk model yang disediakan . salah satu teknik
dalam metode global ini yang paling cocok digunakan anak-anak
untuk mengahasilkan bentuk keseluruhan melalui objek ialah teknik
siluet. Agar kajian tentang ini lebih jelas, berikut akan dipaparkan
beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan metode
global ini .
a. Model yang dimasukan ini ialah suatu benda atau beberapa benda
yang disediakan untuk diamati, dan digambar secara mirip. Benda
model diletakan di tempat startegis agar mudah diamati oleh
semua siswa. Model yang akan digambar oleh siswa haruslah
dipilih benda yang sederhana sebagai tahap awal. Jikasudah
dikuasai, benda model itu bisa ditingkatkan dengan model benda
yang lebihkompleks (rumit). Yang dimaksud benda model
sederhana adalah yang memeilikitingkap kesukaran yang rendah.
Benda yang kompleks adalah model yang memilikitingkat
kesukaran yang tinggi (misalnya rumit, dan banyak variasi
bentuk).
Benda model yang sederhana adalah benda-benda yang
berbentuk dasar geometris (geometrical form), seperti bentuk bola,
kerucut, prisma, kubis, dan tabung, yang akrab dengan lingkungan
kita. Misalnya bola sepak, globe, kukusan nasi, meja, ember, teko,
gelas, botol, kotak kapur, dan sebagainya. Sedangkan benda model
14
yang kompleks adalah benda-benda yang tidak terikat oleh bentuk-
bentuk geometris, misalnya bentuk flora (tumbuhan), alat-alat
transportasi darat, dan yang paling kompleks adalah bentuk model
manusia dan binatang. Pada saat latihan awal, misalnya siswa
kelas 1 SLTP, usahakan benda model yang digambar adalah bentuk
dasar geometrisnya mudah ditangkap, misalnya ember dan kotak
kapur. Bisa juga benda model yang dijumpai di dapur satu teko
dan cangkir,
atau setumpuk buku tebal dan sepotong tabung paralon/bamboo.
Letakkan model tersebut di atas meja. Meja diletakkan di
suatu sudut ruang kelas, atau di tengahkelas, atau bisa juga
disimpan di halaman sekolah (jika menggambar di luar
kelas).Yang penting model itu disinari matahari atau lampu terang,
sehingga model akan tampak jelas terlihat. Para siswa diharapkan
dapat melihat dan mengamati model itu dari berbagai arah yang
strategis. Pada saat menggambar, temannya tidak menghalanginya,
karena itulah perlu diatur posisi bangku atau letak siswa
(penggambar) dan model itu dengan baik. Pada saat meletakkan
model, perhatikan cahaya yang datang menyinari benda
modeltersebut, apakah cahaya dari sebelah kiri atau kanan atau
depan. Upayakanlah agar cahaya dan gelap terang terlihat jelas
oleh anak atau penggambar, sebab kekontrasan gelap terang akan
membantu memudahkan menggambar bagi siswa pemula.
15
Bentuk siluet positif ini sesuai dengan
tingkat kesulitan latihannya masih dibedakanlagi atas siluet
dengan pulasan tebal (gelap/pekat) dan siluet dengan pulasan tipis.
Siluet dengan pulasan tipis akan digunakan pada saat para siswa
mulai belajar menciptakan kesan volume (kepejalan, ruang) dalam
menggambar bentuk. Agar pelaksanaannya terarah, perhatikan
langkah-langkah berikut ini:
Setelah model diamati dengan cermat, mulailah membuat
noktah (titik) pada bagian tengah kertas yang digambari.
Secara berangsur-angsur noktah itu diperbesar ukurannya
sambil terus menerusmemperhatikan benda yang
dijadikan model.
Pada saat memperbesar ukuran noktah (titik) itu, dan sambil
terus menerusmengamati model, mulailah pemulasan
diarahkan kepada pembentukan gambar sesuai dengan
penampilan model yang disajikan. Sehingga pada
akhirnyaterbentuklah gambar yang bentuk globalnya sesuai
dengan penampilan modelyang disajikan. Dengan demikian,
kontur gambar baru dicapai pada tahap akhir kegiatan
menggambar. Berbeda dengan cara yang lazim ditempuh
dalammenggambar yang dimulai dari penarikan kontur dan
diakhiri denganterbentuknya gambar yang dikehendaki
setelah kontur bersambung ujung pangkalnya.
16
Lengkungan itu secara berangsur-angsur diperkecil
ukurannya sambil mengarahkan menuju bentuk
keseluruhan sesuai dengan modelyang disediakan.
3) Evaluasi
Ada dua sikap yang bertentangan tentang evaluasi dalam pendidikan
seni. Di satu pihak orang berpendapat, namanya saja pendidikan, bukan
pengajaran, jadi apa yang akan dievaluasi. Bukankah yang penting anak
mendapat kepuasan berkarya dan menikmati karya. Jika anak mendapat
kepuasan, untuk apa evaluasi itu? Jika ada anak yang tidak mendapat
kepuasan berekspresi tinggallah kita jadikan anak itu sebagai kasus di
dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan sekolah. Selain itu bukankah
di dalam pendidikan seni pada lembaga pendidikan umum, kita sama
sekali tidak mengukur prestasi yang dicapai anak.
Berbicara tentang pendidikan seni, jika telah sampai pada bagian
evaluasi, maka sampailah kita pada bagian yang paling pelik. Pelik bukan
hanya dalam menentukan tolak ukurnya, tetapi juga dalam memahami
dasar pemikirannya. Disatu pihak lain orang berpendapat, pendidikan seni
dilakukan di lembaga pendidikan formal, dan kegiatan mengevaluasi
merupakan salah satu persyaratan formal dalam kegiatan belajar-mengajar
seperti berlaku untuk setiap bidang studi. Selain itu pelaksanaan
pendidikan seni memerlukan laporan sebagai hasil penilaian terhadap
kemampuan dan perkembangan prestasi anak. Meskipun dalam
pendidikan seni kita tidak akan mengukur prestasi anak dalam seni, akan
tetapi evaluasi tetap diperlukan untuk mengukur perkembangan anak yang
dapat dipantau dan ditafsirkan melalui pengamatan proses dan hasil karya
anak.
1. Pengukuran Prestasi
17
seni yang dilakukan pada kursus-kursus kesenian. Dalam pengajaran
seni dan pengukuran prestasi memang diperlukan. Tolok ukur dalam
pengukuran prestasi lebih mudah ditetapkan.
2. Pengukuran Perkembangan
18
b. Hasil Karya sebagai Sumber Tolok Ukur
1. Goresan
Goresan anak merupakan unsur utama yang membentuk
gambar. Goresan yang tipis, kaku dan berulang-ulang,
menandakan adanya keraguan, ketakutan dan tekanan
berekspresi.
2. Bentuk
Bentuk ialah objek yang digambarkan anak dalam karya
gambar/lukisnya, misalnya bentuk rumah, bunga, binatang,
kendaraan, mainan, dan manusia.
19
3. Warna
Anak-anak pada usia TK dan SD sangat bervariasi dalam
menggunakan warna dan mewarnai gambar. Ada yang
mewarnai gambar secara acak saja. Biasanya anak kelas 1 dan
2 SD menggunakan warna sesukanya dan sama sekali tidak
menirukan warna benda di sekitarnya. Berbeda dengan anak-
anak yang berada di kelas 5 dan 6 SD yang pada umumnya
berusaha mewarnai gambar dengan cara mendekati warna yang
digambarkannya.
4. Kesan Keseluruhan
20
formal dalam kegiatan belajar-mengajar seperti berlaku untuk setiap
bidang studi. Selain itu pelaksanaan pendidikan seni memerlukan laporan
sebagai hasil penilaian terhadap kemampuan dan perkembangan prestasi
anak. Meskipun dalam pendidikan seni kita tidak akan mengukur prestasi
anak dalam seni, akan tetapi evaluasi tetap diperlukan untuk mengukur
perkembangan anak yang dapat dipantau dan ditafsirkan melalui
pengamatan proses dan hasil karya anak.
Agar masalah dilakukan atau tidaknya evaluasi dalam pendidikan seni
segera terpecahkan maka pertama-tama kita harus mendapat kejelasan
tentang pengukuran prestasi dalam seni dan pengukuran perkembangan
anak-anak dalam pendidikan seni. Karena evaluasi dalam pendidikan seni
merupakan penafsiran kita terhadap proses berkarya anak dan karya
sebagai hasil kegiatan itu, maka itu pun merupakan bagian menyeluruh
yang menjadi sumber tolak ukurnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seni Rupa adalah suatu cabang seni yang menghasilkan karya seni
dimana bentuk dan kualitasnya dapat dirasakan oleh indera manusia,
khususnya indera penglihatan dan indera peraba. Ada juga yang
mengatakan pengertian seni rupa adalah cabang kesenian yang
menghasilkan suat karya yang dapat dinikmati oleh masyarakat secara
umum karena dapat memiliki bentuk dan wujud nyata dan dapat dilihat.
Memilih pendekatan pendidikan seni hendaknya mengacu kepada misi
dan tujuan pendidikan seni itu sendiri, maupun tujuan dan jenis atau
21
karakteristik bahan ajar itu sendiri. Misi pendidikan seni yang utama
adalah mengembangkan kepekaan rasa, dengan tujuan agar terbentuk
manusia yang memiliki kepribadian seimbang secara jasmani-rohani,
mental-spiritual, dan intelektual-emosional.
Metode seni rupa, metode yang akan dipaparkan ini bersifat khusus
dalam pelaksanaan pendidikan seni rupa, di antaranya metode ekspresi
bebas, metode kerja kelompok, metode global, metode pengajaran terpadu.
B. Saran
Metode dalam pendidikan seni rupa di Taman Kanak-Kanak
diantarkan pada suatu pemahaman pembelajaran berupa tugas-tugas yang
disajikan secara komperehensif mengenai seni rupa di TK, serta
pemahaman pembelajaran dengan pendekatan terpadu berdasarkan
dimensi sikap, apresiasi, pengetahuan dan kreativitas yang merupakan hal
sangat strategis dan berperan penting bagi tugas guru TK. Mengingat
bahwa anak berkembang secara holistikatau menyeluruh, artinya terdapat
kaitan yang sangat erat antara aspek satu dengan yang lainnya.
Bagi guru, penting memahami pengetahuan ini adalah untuk dasar
dalam mengaplikasikan pemahaman dalam merancang kegiatan
pembelajaran seni yang terencana dan tepat bagi anak didiknya.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://iffadewi017.blogspot.com/2012/07/rangkuman-bukuintisari-
1.htmlnurfitrarahma.blogspot.com/2012/07/pertimbangan-metodologis-
dalam.html
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/seni-rupa.html
http://repository.upi.edu/4953/4/S_PSR_0900126_Chapter1.pdf
23