Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MODEL-MODEL CLASSROOM ACTION RESEARCH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Penelitian Tindakan Kelas


Dosen Pembimbing : Dr. A. Suhardi, S.T., M.Pd

Disusun oleh :

1. Ken Ismi Zanuba Wahidah (T201810045)


2. Fitriyah Heni Dwi N. I (T201810059)
3. Nur Intan Fibriana (T201810061)
3. Andi Hartono (T201810074)

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM
APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Penelitian Tindakan
Kelas.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Jember, 23 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3. Tujuan Masalah .......................................................................................... 2
1.4. Manfaat ...................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian ekosistem perairan akuatik ......................................................... 4
2.2. Jenis-jenis ekosistem perairan akuatik ......................................................... 5
2.2.1 Model Kemmis dan Mc Taggart ......................................................... 5
2.2.2 Model Kurt Lewin ............................................................................... 7
2.2.3 Model John Ellion ............................................................................... 8
2.2.4 Model Cohn ........................................................................................ 10
2.2.5 Model Mc Kernan ............................................................................... 11
2.2.6 Model Hopkins .................................................................................... 13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15
3.2 Saran ........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Guru sekolah luar biasa memikul tangung jawab sangat besar berkaitan dengan
keberhasilan dan kemajuan belajar anak-anak didiknya di sekolah, khususnya dalam
proses pembelajaran di kelas. Guru seyogyanya memiliki jiwa kearifan, profesional dalam
bidang pendidikan luar biasa, mampu mendidik dan mengajar atau membelajarkan anak
didiknya sesuai dengan latar belakang sosial budaya bangsa Indonesia. Hal tersebut di
atas, pada dasarnya merupakan manifestasi dari tugas, fungsi, dan peran guru, yakni
kecuali sebagai pendidik dan pengajar, fasilitator, administrator, evaluator, guru juga
sebagai peneliti. Kemampuan guru pendidikan luar biasa dalam melaksanakan penelitian
bukan saja kemampuan penelitian dalam rangka menunjang sifat keilmuan bidang karya
dan praksis yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi juga bahkan mungkin yang paling
penting adalah kemampuan guru melaksanakan penelitian dalam rangka untuk selalu
memperbaiki dan mengmebangkan kemampuannya sebagai guru yang efektif dan efisien.
Seorang guru ketika mengajar hendaknya senantiasa berintrosepksi atau bertanya pada
diri sendiri: apakah saya mengajar sesuai dengan kemampuan siswa untuk memahami
bahan ajar yang disampaikan, apakah siswa belajar dengan benar, dan apakah hasil
belajar tersebut sesuai dengan yang diharapkan baik oleh guru maupun siswa itu sendiri.
Dengan kata lain, apakah guru dalam melaksanakan tugasnya efektif dan efisien.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, dan senantiasa berupaya untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya, maka ia menjadi seorang guru yang reflektif
(reflective teacher), senantiasa menggunakan kelasnya termasuk dirinya sebagai sarana
penelitian, selalu merasa tidak puas dengan hasil kerja yang telah diperolehnya serta
selalu ingin meningkat dan berkembang. Baginya, teaching is research. Guru yang baik
senantiasa menginginkan siswanya mengalami kemajuan atau berhasil dalam belajarnya,
senantiasa introspeksi dan sekligus menjadi peneliti bagi dirinya sendiri dalam konteks
pembelajaran di kelasnya. Kemampuan guru melakukan penelitian tidak cukup hanya
dengan memahami dan menguasai landasan: prinsip-prinsip, konsep-konsep, metodologi,
dan prosedur penelitian tersebut. Kemampuan untuk meneliti dirinya pada saat
melaksanakan tugas memerlukan kemampuan khusus. Kemampuan penelitian khusus ini

1
biasa disebut practical inquiry, yang biasanya dilakukan oleh praktisi dalam berbagai
profesi, bahkan terkadang bekerjasama dengan peneliti, dalam rangka memecahkan
masalah yang dihadapinya atau memperbaikinya. Sebagaimana sesuai dengan prinsip
penelitian tindakan kelas, metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat
sesuai dengan model-model classroom action research yang digunakan dalam
pelaksanaannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)?
2. Apa saja Model-model Classroom Action Research ?
3. Bagaimana Model-model Classroom Action Research menurut Kurt Lewin ?
4. Bagaimana Model-model Classroom Action Research menurut Kemmis Mc Taggart ?
5. Bagaimana Model-model Classroom Action Research menurut John Elliot ?
6. Bagaimana Model-model Classroom Action Research menurut Cohen ?
7. Bagaimana Model-model Classroom Action Research menurut Mc Kernan ?
8. Bagaimana Model-model Classroom Action Research menurut Hopkins?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui definisi Classroom Action Research
2. Untuk mengetahui Model-model Classroom Action Research
3. Untuk memahami bagaimana Model-model Classroom Action Research menurut Kurt
Lewin
4. Untuk memahami bagaimana Model-model Classroom Action Research menurut
Kemmis Mc Taggart
5. Untuk memahami bagaimana Model-model Classroom Action Research menurut John
Elliot
6. Untuk memahami bagaimana Model-model Classroom Action Research menurut
Cohen
7. Untuk memahami bagaimana Model-model Classroom Action Research menurut Mc
Kernan
8. Untuk memahami bagaimana Model-model Classroom Action Research menurut
Hopkins

2
1.4 Manfaat
Dalam manfaat penulisan ini, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pribadi dan para pembaca makalah ini. Sehingga pembaca mampu
a. Menjadikan makalah ini sebagai salah satu sarana pembelajaran di mata kuliah Kimia
Lingkungan
b. Mengetahui dan memahami materi yang dipaparkan didalam makalah ini dengan baik
sehingga wawasan pembaca semakin luas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)


Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yakni selaku sesuatu
aktivitas inkuiri sistematis yang dicoba oleh guru buat mereflesikan diri dalam upaya buat
tingkatkan mutu proses serta hasil pendidikan di kelas. Dalam Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), guru berfungsi selaku periset di dalam kelas yang yang dikelolanya sendiri. Riset
Aksi Kelas pula dimaksud dengan sesuatu aktivitas riset yang berkonteks kelas yang
dilaksanakan buat membongkar masalah- masalah pendidikan yang dialami oleh guru,
membetulkan kualitas serta hasil pendidikan serta hal- hal baru dalam pendidikan demi
kenaikan kualitas serta hasil pendidikan. PTK ialah aktivitas riset yang bisa dicoba secara
orang ataupun kolaboratif. PTK individual ialah riset di mana seseorang guru
melaksanakan riset di kelasnya ataupun di kelas guru lain. Sebaliknya PTK kerja sama
ialah riset di mana beberpa guru melaksanakan riset secara sinergi dikelasnya dengan
anggota yang lain berkunjung ke kelas buat mengamati aktivitas. Dave Ebbutt,
sebagaimana dikutip Hopkins (1993), menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah
kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh sekelompok
masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan melalui refleksi atas hasil
tindakan tersebut.
Penelitian mengacu pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara atau aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting
bagi peneliti. Tindakan mengacu pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian tindakan kelas tindakan itu berbentuk rangkaian
siklus kegiatan untuk siswa. Kelas mengacu pada pengertian yang tidak terikat pada
ruang kelas, tetapi pada pengertian yang lebih spesifik. Istilah kelas mengacu pada
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru
yang sama. Kelas bukan wujud ruang, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang
belajar. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang
kelas, tetapi di mana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak belajar.
Pembelajaran dapat terjadi di laboratorium, di perpustakaan, di lapangan olahraga, di
tempat kunjungan, atau tempat lain.
4
Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan
bisa saja bersifat kuantitatif. Penelitian tindakan kelas (PTK) pada hakekatnya
merupakan penelitian kualitatif berupa rangkaian riset-tindakan. Riset tindakan yang
dilakukan secara siklik untuk memecahkan masalah pembelajaran sehari-hari yang
dialami oleh guru dan meningkatkan mutu pembelajaran dengan memperbaiki atau
meningkatkan mutu praktik pembelajaran di kelas. (Djajadi, 2019)
Penelitian tindakan kelas merupakan kajian secara sistimatis yang berupa upaya
perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dalam melakukan
tindakan-tindakan dalam proses pembelajaran, yang berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Disisi lain dapat dipahami, bahwa Model
PTK (Classroom Action Research) adalah sebagai bentuk model atau metode kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana
praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Secara ringkas, penelitian tindakan
kelas adalah bagaimana sekolompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek
pembelajaran mereka dan belajar dari pengalaman mereka sendiri dengan berbagai
model-model classroom action research yang ada.

2.2 Model-model Classroom Action Research


Pada prinsipnya dterapkannya PTK dimaksudkan untuk mengatasi suatu
permasalahan yang terdapat di dalam kelas. Berikut Model-model Classroom Action
Research.
2.2.1 Model Kemmis dan Mc Taggart
Tahapan menurut Mc Taggart (1991) juga Kemmis dan Mc Taggart (1997)
bahwa PTK dilakukan siklus demi siklus, sebelum memulai dengan siklus pertama
diawali dengan (a) refleksi awal untuk melakukan penyidikan dalam upaya
menetapkan topik area (thematic concern) yang akan diteliti, kemudian dilanjutkan
dengan (b) perencanaan secara keseluruhan, (c) implementasi tindakan dan
observasi, dan (d) refleksi. Memasuki siklus berikutnya dimulai dengan (a) tahap
perencanaan lanjut sebagai revisi atas perencanaan yang disusun sebelumnya
dengan memanfaatkan hasil refleksi, (b) pelaksanaan tindakan dan observasi lanjut ,
dan (c) refleksi lanjut. (Widayati, 2014). Berikut langkah-langkahnya secara lebih
jelas :

5
1. Refleksi Awal
Refleksi awal merupakan kegiatan penjajakan yang dimanfaatkan untuk
mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema
penelitian. Peneliti bersama timnya melakukan pengamatan pendahuluan untuk
mengenali dan mengetahui situasi yang sebenarnya. Berdasarkan hasil refleksi
awal dapat dilakukan pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan
menjadi masalah penelitian. Berdasar rumusan masalah tersebut maka dapat
ditetapkan tujuan penelitian. Sewaktu melaksanakan refleksi awal paling tidak
calon peneliti sudah menelaah teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah
yang akan diteliti. Oleh sebab itu setelah rumusan masalah selesai dilakukan,
selanjutnya perlu dirumuskan kerangka konseptual dari penelitian.
2. Penyusunan Perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagaan refleksi awal.
Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan
sebagai solusi dari permasalahan. Dan perencanaan ini bersifat fleksibel dalam
arti dapat diubah sesuaikan disinyata yang ada.
3. Penelitian Tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa aja yang dilakukan peneliti sebagai
upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman
pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya
selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empiric agar hasil yang
diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.
4. Observasi (Pengamatan)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti
mengamati hasi latau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan
terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan
melalui teknik observasi.
5. Refleksi
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisi, sintesis,
interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh pada saat kegiatan
tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan

6
hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Refleksi merupakan bagian peting dari
PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa
perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.

Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart

2.2.2 Model Kurt Lewin


Model ini menjadi acuan pokok dari model PTK yang lain. Kurt Lewin inilah
yang pertama kali memperkenalkan adanya penelitian tindakan. Konsep penelitian
tindakan Kurt Lewin terdiri dari 4 komponen, yaitu perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Hubungan
keempat komponen tersebut dapat dipandang sebagai suatu siklus. (Ani Widayati,
2008)
1. Menyusun Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini kegiatan harus dilakukan adalah membuat RPP,
mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan dikelas,
mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalis data mengenai
proses dan hasil tindakan. Contoh: Bagaimana saya dapat membuat para siswa
speak up dalam matakuliah speaking?. Mungkin saya perlu memberikan reward
atau penghargaan kepada siswa yang mau berbicara.
2. Melaksanakan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini adalah melakukan tindakan-tindakan yang telah dirumuskan
RPP, dalam situasi yang actual, yang meliputi kegiatan awal, inti dan penutup.
7
Contoh: Saya memberikan penghargaan atau reward kepada siswa yang mau
berbicara.
3. Melaksanakan Pengamatan (Observing)
Pada tahap ini yang dilaksanakan adalah mengamati perilaku siswa yang
sedang mengikuti kegiatan pembelajaran. Memantau kegiatan diskusi atau
kerjasama antar kelompok mengamati pemahaman tiap-tiap siswa dalam
penguasaan materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai dengan PTK.
Contoh: Bersamaan dengan itu, saya mengamati apakah dengan penghargaan
tersebut para siswa mau berbicara.
4. Melakukan Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah mencatat hasil observasi,
mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat
kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus
berikutnya sampai tujuan PTK tercapai. Contoh: Para siswa mulai mau
berbicara. Namun mereka tampak masih malu-malu. Saya perlu merencanakan
suatu tindakan agar siswa mau berbicara tanpa malu-malu lagi. (Ekawarna,
2011)

Siklus PTK menurut Kurt Lewin

2.2.3 Model John Elliott


Model ini lebih menekankan pada proses untuk mencoba hal-hal yang baru
dalam proses pembelajaran menurut Elliot langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menentukan dan mengembangkan rencana atau gagasan umum yang
dilanjutkan dengan melakukan eksplorasi, Yakni untuk mempertajam gagasan atau
ide. Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci karena di setiap siklus
dimungkinkan terdiri atas beberapa tindakan atau aksi yaitu antara 3 sampai 5
tindakan, sementara setiap aksi kemungkinan terdiri atas beberapa langkah yang

8
terealisasi dalam kegiatan belajar mengajar menurut Elliot mengenai model PTK
bahwa apapun masalahnya yang akan diangkat dalam penelitian hendaknya tetap
berada dalam lingkup permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan
pembelajaran sehari-hari di kelas dan merupakan sesuatu yang ingin diperbaiki atau
diubah.
Desain PTK John Elliot menunjukkan bahwa satu tindakan atau acting terdiri
atas beberapa langkah tindakan, yaitu langkah tindakan satu, langkah tindakan dua,
dan langkah tindakan tiga. langkah-langkah untuk setiap tindakan ini diam bila
berdasarkan pemikiran bahwa dalam satu mata pelajaran terdapat beberapa pokok
bahasan dan setiap pokok bahasan terdiri atas beberapa materi yang tidak dapat
diselesaikan dalam satu kali tindakan. Oleh karena itu untuk menyelesaikan suatu
pokok bahasan tertentu diperlukan beberapa kali tindakan yang terealisasikan dalam
suatu kegiatan belajar mengajar. (Muhamad Anugrah, S.Pd.I., S.Sos., n.d.1985).

Siklus PTK menurut John Elliot

9
2.2.4 Model Cohen
Saat melaksanakan PTK, peneliti harus mengikuti langkah-langkah tertentu
agar proses yang ditempuh tepat, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
beberapa langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah
Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dianggap penting dan kritis
yang harus segera dicarikan penyelesaian dalam pembelajaran sehari-hari antara
lain meliputi ruanglingkup masalah, identifikasi masalah dan perumusan
masalah, berikut adalah penjelasannya:
a) Ruang lingkup masalah
Dalam bidang pendidikan PTK telah digunakan untuk pengembangan
kurikulum dan program perbaikan sekolah. Contoh PTK dalam
pembelajaran berkaitan dengan metode atau strategi pembelajaran, dan
media pembelajaran.
b) Identifikasi masalah
Masalah yang akan diteliti memang ada dan sering muncul selama
proses pembelajaran sehari-hari sehingga perlu dicarikan penyelesaian. Ada
beberapa criteria dalam menentukan masalah yaitu:
- Masalahnya memang penting dan sekaligus signifikan dilihat dari segi
pengembangan kelas dan sekolah
- Masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan
- Pernyataan masalahnya harus mengungkap beberapa dimensi
fundamental mengenai penyebab dan faktor sehingga pemecahannya
dapat dilakukan berdasarkan hal fundamental ini daripada berdasarkan
fenomena dangkal.
2. Perumusan Masalah
Pada intinya rumusan masalah seharusnya mengandung deskripsi tentang
kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Dalam merumuskan masalah
PTK. Ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan yaitu:
a) Masalah hendaknya dirumuskan secara jelas dalam arti tidak mempunyai
makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan dalam kalimat Tanya,
b) Rumusan masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan
dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain.

10
c) Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya dengan
rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab
pertanyaan tersebut.
3. Analisis Masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-dimensi
problem yang ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek pentingnya sehingga
dapat memberikan penekanan tindakan.
4. Merumuskan Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam PTK bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan
hipotesis tindakan.Rumusan hipotesis tindakan memuat jawaban sementara
terhadap persoalan yang diajukan dalam PTK. Jawaban itu masih bersifat
teoritik dan dianggap benar sebelum terbukti salah melalui pembuktian dengan
menggunakan data dari PTK.
5. Membuat Rencana Tindakan dan Pemantauan
Rencana tindakan memuat informasi-informasi tentang hal-hal sebagai
berikut:
a) Apa yang diperlukan untuk menentukan kemungkinan pemecahan masalah
yang telah dirumuskan.
b) Teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan data.
c) Rencana pencatatan data dan pengolahannya.
d) Rencana untuk melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil (Pinton dkk, 2020)

2.2.5 Model Mc Kernan


Dari model classroom action research oleh Mc Kernan, telah menekankan
model penelitian tindakan yang penting janganlah dilakukan terlalu kaku dalam soal
waktu. Hal ini mencakup menentukan fokus permasalahan, penyelesaian masalah
yang rasional, dan kepemilikan penelitian yang demokratis.
a. Definisi Masalah
Guru atau peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi masalah yang
memerlukan tindakan untuk mengatasinya.
- Assesmen Kebutuhan
Setelah masalah ditetapkan dilakukan analisis kebutuhan untuk
menetapkan tindakan yang digunakan dan perangkat-perangkat yang

11
diperlukan untuk memecahkan masalah termasuk juga pemahaman peneliti
terhadap teori atau filosofi atau langkah-langkah penerapan tindakan.
b. Hipotesis
Setelah kebutuhan pemecahan tindakan teridentifikasi peneliti membuat
hipotesis tindakan agar upaya pemecahan tindakan dapat dilakukan. Misalnya :
“Jika pembelajaran matematika dilaksanakan dengan metode pemecahan
masalahmaka hasil belajar siswa akan lebih baik”.
c. Impelmentasi
Pada tahap implementasi ini guru melaksanakan apa yang telah
direncanakan dalam bentuk tindakan pada proses pembelajaran.
d. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan sebelum mengambil keputusan terhadap pelaksanaan
siklus yang telah berlangsung.
e. Pengambilan keputusan
Dari pengambilan keputusan yang dilakukan dapat menjurus pada
kesimpulan “Apakah melanjutkan pada pelaksanaan siklus selanjutnya? Atau,
kembali untuk mengevaluasi kegiatan awal siklus yang dilakukan yaitu
mendefinisikan masalah?”. Kegiatan ini mungkin disebabkan pelaksanaan siklus
yang telah dilalui tidak terlaksana sebagaimana yang telah direncanakan. (Drs.
Iding Tarsidi, 2012.)

Siklus PTK menurut Mc Kernan

12
2.2.6 Model Hopkins
Hopkins menyusun desain tersendiri sebagai berikut : start – audit –
perencanaan kosntruk – perencanaan tindakan (target, tugas, kriteria keberhasilan) –
implementasi dan evaluasi : implementasi (menompang komitmen; cek kemajuan;
mengatasi problem) – cek hasil – pengambilan stok – audit dan pelaporan.

Kemudian pada model ini, penelitian dilakukan dengan membentuk spiral


yang dimulai dari merasakan adanya masalah, melakukan observasi dan melakukan
refleksi serta melakukan rencana ulang dan seterusnya.
Prosedur penelitian Hopskins dilaksanakan dengan menggunakan siklus-
siklus tindakan (daur ulang). Daur ulang dalam penelitian diawali dengan
perencanaan (planning), tindakan (action), mengobservasi (observation), dan
melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai adanya peningkatan yang
diharapkan tercapai. Prosedur penelitian tindakan seperti itu dapat digunakan
sebagai berikut : (Asrori, 2020)

13
Siklus PTK menurut Hopkins

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) pada hakekatnya
merupakan penelitian kualitatif berupa rangkaian riset-tindakan. Riset tindakan yang
dilakukan seacara siklik untuk memecahkan masalah pembelajaran sehari-hari yang
dialami oleh guru dan meningkatkan mutu pembelajaran. Pada prinsipnya diterapkan
PTK dimaksudkan untuk mengatasi suatu pemasalahan yang terdapat di dalam kelas.
Disisi lain dapat dipahami, bahwa Model PTK (Classroom Action Research)
adalah sebagai bentuk model atau metode kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan
yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran
tersebut dilakukan. Secara ringkas, penelitian tindakan kelas adalah bagaimana
sekolompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka dan
belajar dari pengalaman mereka sendiri dengan berbagai model-model classroom action
research yang ada. Ada beberapa model yang telah diterapkan yaitu Model PTK Kurt
Lewin dan Mc Taggart, Model PTK John Elliot, Model PTK Cohn, Model PTK Mc
Kernan dan Model PTK Hopkins.

3.2 Saran
Kami sekali penulis mengharapkan kritik dan saran apabila terdapat kesalahan
kata dalam penulisan ini. Kritik dan saran yang membangun akan menjadikan evaluasi
bagi penulis agar lebih baik lagi kedepannya dalam menulis makalah, harapan penulis
terhadap makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan
pengetahuan tentang kimia lingkungan

15
DAFTAR PUSTAKA

Ani Widayati. (2008). Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Akuntansi – Universitas Negeri
Yogyakarta 87. JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI No. 1 –
Tahun 2008 Hal. 87 - 93 PENELITIAN, VI(1), 87–93.

Asrori, rusman. (2020). Classroom Action Research pengembangan kompetensi Guru. Jawa
tengah : penerbit CV Pena Persada. Halaman 37

Djajadi, M. (2019). Pengantar Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)


(IssueApril).https://www.researchgate.net/publication/340412200_PENELITIAN_TIND
AKAN_KELAS_CLASSROOM_ACTION_RESEARCH

Drs. Iding Tarsidi, M. pd. (n.d.2012). Model, Bentukm Dan Penyusunan Desain Penelitian
Tindakan Kelas. 1–17.

Muhamad Anugrah, S.Pd.I., S.Sos., M. P. (n.d.1985). Penelitian Tindakan Kelas (Langkah-


Langkah Praktis Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas). Penerbit LeutikaPrio.

Pinton Setya Mustafa, Hafidz Gusdiyanto, Andif Victoria, Ndaru Kukuh Masgumelar, Nurika
Dyah Lestariningsih, Hanik Maslacha, Dedi Ardiyanto, Hendra Arya Hutama, Matheos
Jerison Boru, Iwan Fachrozi, Estrado Isaci Selestiano Rodriquez, Taufan Bayu Prasetyo,
S. R. (2020). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Tindakan
Kelas dalam Pendidikan Olahraga. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Malang.

Widayati, A. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia,


6(1), 1–18. https://doi.org/10.21831/jpai.v6i1.1793

16

Anda mungkin juga menyukai