Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HAKIKAT BELAJAR
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran IPA

Dosen Pengampu:

Laila Khusnah, M. Pd.

Disusun oleh:

Fira Fairuz Salma (T201810043)


Salsabila Faradisa Nuris (T201810065)
Rivo Alfarizi Kurniawan (T201810070)

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

MARET 2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Pendidikan ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jember, 3 Maret 2020

Penulis

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2

1.4 Manfaat ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Konsep Belajar .................................................................................................. 3

2.2 Ciri-Ciri Belajar .................................................................................................. 8

2.3 Jenis-Jenis Belajar .............................................................................................. 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 13

3.2 Saran ............................................................................................................... 13

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha
yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar.
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang
dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Dalam
belajar pun kita harus mengetahui hakikat sesungguhnya dari belajar.

Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang


ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses
interaksi yang dilakukan oleh peserta didik diharapkan dapat mengubah
tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang
menjadi salah satu upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu
mengantar peserta didik mencapai fungsi dan tujuan pendidikan.

Fungsi Pendidikan Nasional sesuai yang tercantum dalam UU nomor 20 Tahun


2003 pasal 3 adalah; Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Tercapainya tujuan pendidikan tidak lepas dari peran pendidik dalam


proses belajar mengajar. Proses pembelajaran merupakan komponen utama
yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang berfungsi sebagai
indikator keberhasilan pendidikan. Keberhasilan suatu proses pembelajaran
tergantung pada guru. Peran seorang guru adalah pemimpin belajar dan
fasilitator belajar. Mengajar bukanlah menyampaikan pelajaran, namun suatu
proses membelajarkan siswa.

Dengan demikian, seorang guru harus mempelajari terlebih dahulu apa itu
hakikat belajar yang dapat mempermudah proses mengajar. Karena tanpa adanya
jenis jenis belajar seorang guru akan sulit untuk menyampaikan materi sesui
rancangan yang telah ditentukan.

1
Berkaitan dengan ini, kami membuat suatu makalah yang berisikan tentang
Hakikat Belajar. Dimana disana kami telah menguraikan beberapa konsep yang
mungkin dapat dipahami dan dapat menyelesaikan suatu permasalahan dari seorang
guru yang telah mengajar tanpa ada hambatan apapun. Kami akan menguraikan
konsep belajar, ciri-ciri belajar, dan jenis jenis belajar.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan Konsep Belajar?
b. Apa saja ciri-ciri belajar?
c. Sebutkan jenis-jenis dari belajar?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dalam mata
kuliah Belajar dan Teori Pembelajaran, selain itu ada beberapa tujuan diantaranya :

a. Mampu memahami pengertian konsep belajar


b. Mengetahui dan memahami ciri-ciri dan jenis-jenis belajar

1.4 Manfaat
a. Dapat menjadikan makalah ini sebagai sarana pembelajaran di mata kuliah
Belajar dan Teori Pembelajaran.
b. Sebagai pendengar atau pembaca manfaatnya yaitu mampu mengetahui materi
yang dipaparkan didalam makalah ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Belajar
A. Definisi Belajar
Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan
kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal
ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap
penguasaan siswa atas materi-materi yang telah mereka pelajari. Ukurannya
adalah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin
baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor
atau nilai.
Definisi belajar menurut beberapa ahli yaitu:
1. Arthur J. Gates
(learnig is the modification of behavior through experience and training).
Belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan.

2. L.D. Crow and A. Crow


(learning is an active process that need to be simulated and guided toward
desirable outcome. Learning is the acquisition of habits, knowledge, and
attitudes). Belajar adalah suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan
dibimbing ke arah hasil-hasil yang diinginkan (dipertimbangkan). Belajar
adalah penguasaan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap.
3. Gregory A. Kimble
(learning as a relatively permanent change in behavioral potentiality that
occurs as a result of reinforced practice). Belajar adalah suatu perubahan
yang relatif permanen dalam potensialitas tingkah laku yang terjadi pada
seseorang atau individu sebagai suatu hasil latihan atau praktik yang
diperkuat dengan pemberian hadiah.1
4. Morgan
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

1
Purwa Atmaja Prawira,Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.Jogjakarta,Ar-Ruzz
Media,2013:hlm.224-227.

3
5. Whiterington
Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri
sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
Bertolak dari berbagai pemikiran para ahli tersebut, belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk
meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai
sejumlah pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.2
B. Teori-Teori Belajar
Beberapa teori belajar adalah sebagai berikut:
1. Teori Conditioning
Conditioning adalah bentuk paling sederhana dari belajar. Karena
conditioning sangat sederhana bentuknya dan luas sifatnya, para ahli sering
mengambilnya sebagai contoh untuk menjelaskan dasar-dasar dari semua
proses belajar. Meskipun demikian, kegunaan conditioning sebagai contoh
bagi belajar, masih menjadi bahan perdebatan.

Teori Conditioning ini masih dibagi lagi menjadi 2, yaitu:

a. Conditioning Klasik (Classical Conditioning)


Conditioning klasik adalah suatu kesanggupan untuk berespons
terhadap stimulus tertentu dapat dipindahkan pada stimulus lain. Yang
diutamakan dalam teori ini yaitu hal belajar yang terjadi secara otomatis.

Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses


perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang
kemudian menimbulkan respons. Yang terpenting dalam belajar, menurut
teori ini ialah, adanya latihan-latihan yang kontinu.

Penganut dari teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku


manusia juga tidak lain merupakan hasil dari conditioning, yakni hasil
dari latihan-latihan atau kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat atau
perangsang tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya.

b. Conditioning Operan (Operant Conditioning)


Istilah “operan” berarti operasi (operation) yang pengaruhnya
mengakibatkan organisme melakukan perbuatan pada lingkungannya.
Tidak seperti dalam conditioning respons (yang responnya didatangkan

2
M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 1990:hlm.84.

4
oleh stimulus tertentu), respons dalam conditioning operan terjadi tanpa
didahului stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh
reinforcer. Reinforcer itu sendiri sesungguhnya adalah stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu.
2. Teori Psikologi Gestalt
Belajar menurut pandangan psikologi Gestalt, bukan sekedar proses
asosiasi antara stimulus-respons yang kian lama kian kuat disebabkan adanya
berbagai latihan atau ulangan-ulangan. Menurut aliran ini, belajar itu terjadi
apabila terdapat pengertian (insight).pengertian ini muncul jika seseorang,
setelah beberapa saat, mencoba memahami suatu problem, tiba-tiba muncul
adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara unsur-unsur yang satu
dengan yang lain, kemudian dipahami sangkut-pautnya, untuk kemudian
dimengerti maknanya.3
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Ada dua faktor yang mempengaruhi belajar:
1. Faktor Internal
Faktor ini berasal dari dalam diri anak sendiri yaitu keadaan jasmani dan
rohani. Faktor internal ini terdiri dari dua aspek, yaitu:
1. Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis meliputi hal-hal yang bersifat jasmaniah.
Kondisi jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh
dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak
dalam mengikuti pelajaran.

2. Aspek Psikologis
Aspek psikologis ini meliputi hal-hal yang bersifat rohaniah.
Pada umumnya, faktor-faktor rohaniah yang dipandang lebih esensial
adalah sebagai berikut :

a. Sikap (attitude)
Sikap (attitude) adalah suatu gejala internal yang berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang
relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif. Sikap anak dalam belajar dapat

3
Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung, CV Pustaka Setia, 2003:hlm.223-232.

5
dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan
guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.
b. Kecerdasan/Intelegensi
Pada umumnya, Intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
untuk mereaksi rangsangan atau untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dengan cara yang tepat.
c. Bakat (Aptitude)
Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dalam perkembangan selanjutnya, bakat diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.
d. Minat (Interest)
Minat (interest) diartikan sebagai kecenderungan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sama halnya dengan
kecerdasan, sikap dan bakat, karena memberi pengaruh terhadap
aktivitas belajar, anak akan menjadi tidak bersemangat atau bahkan
tidak mau belajar.
e. Motivasi
Motivasi merupakan pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
hal dalam bidang tertentu sehingga pada akhirnya orang tersebut
dapat menjadi seorang spesialis dalam bidang yang telah dipilihnya
tersebut.
2. Faktor Eksternal
Faktor ini berasal dari luar diri anak. Faktor eksternal ini terdiri dari dua
faktor, yaitu :

1. Faktor Lingkungan Sosial


Yang termasuk dalam faktor lingkungan sosial yaitu :
a. Lingkungan Keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam mau tidak
mau turut serta dalam menentukan bagaimana dan sampai dimana
belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak.
b. Lingkungan Sekolah
Keberadaan para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas
dapat mempengaruhi semangat belajar anak. Para guru atau staf

6
administrasi yang menunjukkan sikap dan perilaku yang
memperlihatkan suri tauladan yang baik dalam hal belajar akan
menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar anak.
c. Lingkungan Masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal anak juga dapat
mempengaruhi tingkat belajarnya. Misalnya, kondisi lingkungan
masyarakat yang kumuh akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar
anak. Kesulitan yang akan dihadapi anak tersebut antara lain adalah
kesulitan untuk mencari teman belajar atau berdiskusi.
2. Faktor Lingkungan Non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan non sosial yaitu :
a. Lingkungan Alamiah
Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas
dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau tidak terlalu
gelap, suasana yang sejuk dan tenang merupakan faktor-faktor yang
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Apabila lingkungan
alamiah mendukung proses belajar anak akan berlangsung dengan
nyaman. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung,
proses belajar anak akan terhambat.
b. Instrumental
Faktor instrumental yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan
dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat
belajar, fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan
sekolah, buku panduan dan sebagainya. Ketersediaan serta
kelengkapan dari kedua perangkat belajar tersebut akan
mempengaruhi aktivitas belajar anak.
c. Materi pelajaran.
Faktor materi pelajaran (materi yang diajarkan) ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan anak begitu juga
dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
4
perkembangan anak.

4
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung,1995:hlm.132-139.

7
2.2 Ciri-Ciri Belajar
1. Perubahan yang bersifat fungsional, perubahan yang dimaksud adalah perubahan
yang terjadi pada aspek kepribadian seseorang yang mempunyai dampak
terhadap perubahan selanjutnya. seperti karena belajar anak dapat membaca,
karena membaca pengetahuanya bertambah dan karena pengetahuanya bertambah
maka akan mempengaruhi sikap dan perilakunya.
2. Belajar adalah perbuatan yang menjadi prioritas suatu waktu akan tetapi
terkadang seseorang tidak menyadarinya namun demikian pula seseorang
tersebut akan menyadarinya setelah peristiwa itu berlangsung seperti seseorang
divonis terkena diabetes karena sering mengkonsumsi minum-minuman manis
setelah periksa ke dokter orang tersebut diberi nasehat oleh dokter untuk
mengkonsumsi makan-makanan yang sehat dengan kadar gula yang rendah
seperti beras jagung, gula jagung dan lain sebagainya dari contoh tersebut
seseorang tidak sadar bahwa orang tersebut sedang belajar apa yang
diprioritaskaya saat ini yaitu untuk sembuh dari penyakitnya.
3. Belajar terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual. belajar hanya terjadi
apabila dialami sendiri oleh yang bersangkutan dan tidak dapat digantikan oleh
orang lain. seperti halnya seseorang ingin mengetahui pupuk yang cocok untuk
tanaman padi kemudian orang tersebut melakukan percobaan dengan
menggunakan sampel tanaman padi yang diberi perlakuan pemberian pupuk yang
berbeda yaitu pupuk urea, pupuk ZA, pupuk Phonska dan pupuk Organik. setelah
beberapa hari ternyata tanaman padi yang diberi pupuk Urea tumbuh dengan
cepat, dari pengalaman itulah seseorang dapat belajar memilih pupuk yang tepat
untuk tanaman padi.
4. Perubahan yang terjadi bersifat menyeluruh dan terintegrasi, yang berubah
bukanlah bagian-bagian dari diri seseorang namun yang berubah adalah
kepribadianya. contoh dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda
dikabupaten jember diadakan diklat kader bela negara dan seluruh sekolah
menengah atas wajib mengirimkan siswa-siswa yang sering berbuat onar
disekolah untuk mengikuti diklat tersebut, diklat dilaksanakan selama 1 bulan dan
selama diklat tersebut peserta akan dilatih oleh tentara dan diberikan materi
tentang cinta tanah air oleh beberapa dinas pemuda dan olahraga, setelah ditempa
dengan pendidikan yang disiplin dan dibekali tentang materi cinta tanah air
diharapkan siswa-siswa yang berbuat onar disekolah tersebut bisa berubah
kepribadianya menjadi lebih baik.

8
5. Belajar adalah proses interaksi. Belajar bukanya penyerapan yang berlangsung
tanpa usaha yang aktif dari yang bersangkutan. Apa yang diajarkan guru belum
tentu menyebabkan perubahan, apabila belajar tidak melibatkan diri dalam situasi
tersebut. Perubahan akan terjadi kalau yang bersangkutan memberikan reaksi
terhadap situasi yang bersangkutan. Contoh didalam kelas guru menerangkan
materi akan tetapi selama guru menerangkan materi terdapat beberapa siswa tidur
di dalam kelas. Dari cerita tersebut dapat dikatakan siswa tersebut tidak belajar
dann tidak mengalami perubahan.
6. Perubahan berlangsung dari yang sederhana ke arah yang lebih kompleks. Seperti
halnya seseorang akan dapat memengerjakan operasi bilangan apabila seseorang
tersebut memahami simbol-simbol yang berkaitan dengan operasi tersebut.5

2.3 Jenis-Jenis Belajar


a. Belajar Menurut Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu teori yang menjelaskan tentang tingkah laku
siswa serta menjelaskan tentang belajar, pandangan Behaviorisme mengenai
belajar membagi beberapa tipe belajar antara lain:
1. Belajar sederhana tanpa asosiasi yang terdiri dari dua macam yaitu habituasi
dan sensitiasi. Habituasi dipengaruhi oleh adanya pengurangan kemungkinan
perilaku respons secara progresif dengan pelatihan-pelatihan dan
pengurangan stimulus. sedangkan belajar sensitiasi yaitu kebalikannya terjadi
penguatan positif terhadap perilaku karena adanya pelatihan atau
pengulangan.
2. Belajar asosiasi adalah suatu proses dimana suatu materi pembelajaran
dipelajari melalui asosiasi dengan bahan-bahan pembelajaran yang terpisah
yang sudah dipelajari sebelumnya. belajar ini lebih mudah dipelajari bila ada
keterkaitan antara materi lama dna materi baru.
3. Pengkondisian klasik adalah belajar sebagai upaya pengkondisian
pembentukan suatu perilaku atau respon terhadap suatu.
4. Pengkondisian operan adalah belajar sebagai upaya memodifikasi perilaku
spontan seperti belajar membedakan.
5. Belajar melalui kesan adalah belajar dengan mengamati dan mempelajari
karakteristik sejumlah stimulus yang muncul pada seseorang (menaruh
kesan).

5
Moh. Suardi. Belajar dan Pembelajar. Sleman, Deepublish, 2018: hlm. 12-13

9
6. Belajar pengamatan adalah belajar yang didasari oleh peniruan dari
seseorang dan diimplementasikan dalam kehidupanya.
7. Belajar melalui bermain adalah belajar dengan bermain sebagai suatu yang
tidak memiliki tujuan tetapi mampu memperbaiki kinerja dikemudian hari
bila dijumpai komdisi yang sama.
8. Belajar tuntas adalah belajar yang menekankan kepada peserta didik untuk
menguasai semua bahan ajar.
b. Belajar Menurut Kognitivisme dan Konstruktivisme
menurut kognitivisme dan konstruktivisme belajar merupakan proses aktif
dengan maksud untuk aktif menyusun makna melalui berbagai interaksi dengan
lingkungan untuk membangun hubungan konsep dengan kejadian yang sedang
dipelajari. menurut aliran kognitivisme dan konstruktivisme belajar terdiri dari
beberapa jenis antara lain:
1) Belajar melalui pembudidayaan adalah proses dimana seseorang nelajar
tentang suatu yang diperlukan oleh budaya yang mengelilingi kehidupannya
sehingga mendapatkan nilai dan perilaku yang sesuai dengan budaya
tersebut.
2) Belajar menurut Ausubel dan Robinson dimana belajar meliputi: a) belajar
menerima sebagai bentuk belajar yang paling tua dimana murid cenderung
pasif. b) belajar menghafal adalah belajar yang mengabaikan pemahaman
yang mendalam dan kompleks dari subjek yang dipelajari, lebih menekankan
kepada aktivitas menghafal, mengulang apa yang didapat. c) belajar
menemukan adalah belajar yang menekankan kepada aktivitas untuk mencari
(inquiry) dan menemukan (discovery). d) belajar bermakna adalah belajar
yang menekankan kepada struktur kognitif dan bahan yang dipelajari
individu.
3) Belajar perkembangan konseptual adalah belajar dengan menekankan kepada
konsepsi (konsep dengan fenomena) awal yang dimiliki peserta didik dan
diintegrasikan kedalam konsepsi yang formal disampaikan guru.
4) Resolusi konseptual adalah belajar yang diawali dari konflik kecil antara
pemahaman peserta didik serta guru dan kemudian ditemukan konsep baru.
5) Pertukaran konseptual adalah belajar yang terjadi adanya perbedaan jauh
konsepsi peserta didik dan guru, tetapi konsep yang berbeda tersebut
mempunyai dasar tersendiri.

10
6) Model generatif adalah belajar yang terjadi ketika konsepsi peserta didik
memilih sensor input dari pengetahuan yang baru dengan berfokus pada input
ini.
7) Perubahan konseptual adalah konsepsi yang dibawa pembelajar dan
berpengaruh pada kemampuan belajar dan berpengaruh pula pada
penerimaan ide baru.
c. Belajar Menurut Robert M. Gagne
Menurut Robert M. Gagne belajar merupakan suatu yang mendasar dalam
pengajaran tentunya perlu perhatian khusus untuk menciptakan belajar yang baik
dan efektif diantaranya yaitu dengan menerapkan teori belajar yang cocok yang
sesuai dengan kebutuhan. Robert M. Gagne membagi belajar menjadi beberapa
jenis antara lain: a) belajar isyarat adalah belajar dengan memperhatikan respon
terhadap isyarat yang muncul contoh mengacungkan jari ke mulut sebagai tanda
diam. b) belajar stimulus respon adalah belajar dengan memperhatikan antara
rangsangan dengan tanggapan misal mendengarkan musik sambil manggut-
manggut. c) belajar rangkaian adalah belajar dengan menekankan kepada suatu
rangkaian kegiatan menjadi satu kesatuan yang utuh misal urutan/rukun wudlu. d)
belajar asosiasi verbal adalah belajar yang berhubungan dengan bentuk verbal
(bahasa) pujian misal senyumnya semanis madu. e) belajar membedakan
(diskriminasi) adalah belajar dengan melihat pembedaan dan persamaan suatu
benda dengan lainya. f) belajar konsep adalah belajar yang terkait dengan
pemahaman dan penggunaan konsep. g) belajar aturan yaitu belajar yang
menekankan kepada kaidah dan hukum ilmiah yang berlaku. h) belajar
pemecahan masalah adalah belajar yang menekankan pada individu dihadapkan
pada masalah-masalah yang harus diselesaikan.
d. Belajar menurut Pengorganisasian
belajar berdasarkan pengorganisasian, belajar dibagi menjadi beberapa jenis
yaitu:
1. belajar informal adalah belajar yang dilaksanakan diluar lingkungan sekolah
dan tidak terorganisasi secara formal, semisal saat berkumpul dengan teman
ataupun keluarga.
2. belajar formal adalah belajar yang berlangsung disekolahan dan dipandu oleh
guru sebagai pengajar kepada peserta didik yang menempuh proses belajar.
3. belajar nonformal adalah belajar yang terorganisasi tetapi berada di luar
sekolah seperti bimbel, privat.

11
4. belajar nonformal tang dikombinasi adalah penggabuangan dari beberapa
jenis belajar baik formal, nonformal ataupun informal semisal mahasiswa
mendapatkan nilai dari hasil KKN, peserta didik SMK praktek di bengkel dan
lainya.6

6
M. Andi Setiawan. Belajar dan Pembelajaran. Bandung, Uwais Inspirasi Indonesia, 2013: hlm.
15-19

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang
ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses
interaksi yang dilakukan oleh peserta didik diharapkan dapat mengubah
tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang
menjadi salah satu upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu
mengantar peserta didik mencapai fungsi dan tujuan pendidikan.

Definisi belajar sendiri adalah suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk
meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah
pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.

Teori belajar yang kita dapatkan ada dua, yaitu teori conditioning dan teori
psikologi gestalt. Sedangkan faktor-faktor belajar ada dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Jenis-jenis belajar sendiri dikupas dari sudut pandang teori-teori
pendidikan.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini kami harapkan kesediaan para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun yang nantinya akan berguna
dalam penyempurnaan makalah kami ke depannya. Kami menyadari dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan karena kemampuan kami yang terbatas.

13
Daftar Pustaka

Alex Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.

M. Andi Setiawan. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Uwais Inspirasi


Indonesia.

M. Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung.

Moh. Suardi. 2018. Belajar dan Pembelajar. Sleman: Deepublish.

Purwa Atmaja Prawira. 2013. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media

14

Anda mungkin juga menyukai