Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bagian bagian dalam Karya Tulis Ilmiah

1. Abstrak

Abstrak merupakan penggambaran dengan kata kata dari suatu fakta Abstrak
disajikan diawal karangan ilmiah, sebelum bagian kata pengantar. Penyajian pada bagian
ini disajikan kata kata dan kalimat kalimat yang mengabstraksi dari penelitian atau kajian
yang dilakukan. Pada bagian ini tidak digunakan data atau angka sebagai fakta,
melainkan uraian abstrak tentang hasil penelitian atau kajian yang disajikan dalam
tulisan. Bagian abstrak karangan ilmiah disajikan dalam bentuk ringkas dan singkat.
Bagian ini hanya terdiri atas satu halaman dan ditulis hanya dengan satu spasi. Pada
bagian ini tidak terdapat bagian identitas penulis, karena merupakan bentuk abstrak dari
penelitian atau kajian yang dilakukan. Abstrak yang bagus hanya terdiri dari 300 kata,
tetapi dapat menyajikan esensi karangan ilmiah secara menyeluruh.

2. Kata Pengantar

Pada hakikatnya, kata pengantar merupakan bagian yang mengantar pembaca pada isi
argument yang terdapat di dalam karangan ilmiah. Pada kata pengantar seharusnya
disajikan antara materi atau gambaran umum tentang bahasan karangan ilmiah. Pada
akhir bagian kata pengantar, disebelah kanan biasanya dicantumkan tempat dan tanggal
serta nama penulis karangan ilmiah tersebut.

3. Daftar isi

Bagian daftar isi dalam karangan ilmiah merupakan pemandu bagi pembaca. Daftar
isi berfungsi sebagai petunjuk isi (Brotowidjojo, 1993: 106). Bagian ini berisi susunan
dan urutan isi karangan ilmiah yang dilengkapi dengan halamannya. Penulisan kata dan
besar kecilnya huruf dari bab dan sub bab yang dicantumkan dalam daftar isi harus sama
seperti kata atau huruf yang tercantum di dalam isi karangan ilmiah.

4. Latar Belakang Masalah

Latar belakang maslaah biasanya mendeskripsikan mengapa masalah itu ada dan
timbul berdasarkan analisis penulis. Latar belakang masalah merupakan paparan tentang
adanya ketimpangan antara suatu ketentuan dengan kenyataan. Pada bagian ini
diungkapkan kedudukan masalah yang akan dikaji atau diteliti dalam perspektif bidang
keilmuan penulis.

5. Rumusan Masalah
Bagian rumusan masalah merupakan bagian yang menjelaskan permasalahan yang
akan dikaji atau diteliti. Rumusan masalah dalam karangan ilmiah biasanya ditulisakan
dalam kalimat interogatif. Kata tanya yang digunakan pada bagian rumusan masalah
misalnya “apakah atau bagaimanakah”.

6. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian disajikan untuk mengeksplisitkan arah penelitian pada target yang
harus didapatkan dari suatu kajian atau penelitian. Dalam jenis karangan ilmiah laporan
penelitian, biasanya tujuan penelitian diarahkan pada pemecahan masalah masalah praktis
yang menjadi ketimpangan atau problematika. Demikian juga dengan manfaat penelitian,
menjelaskan mengenai manfaat dalam karangan ilmiah bagi pembaca

7. Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian dalam karangan ilmiah disajikan bergantung pada pendekatan


penelitian yang digunakan. Jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif,
biasanya tidak menggunakan hipotesis penelitian. Hipotesis peelitian dalam karangan
ilmiah diungkapkan secara lugas, singkat dan padat. Pernyataan hipotesis mendorong
pembuktian dalam pengolahan data.

8. Landasan teori

Bagian landasan teori ditempatkan pada bagian kedua, setelah bagian pedahuluan
penggunaan judul bagian ini disesuaikan dengan isi utama yang disajikan. Landasan teori
merupakan deskripsi lengkap teori teori yang digunakan. Setiap teori yang bertemali
dikupas dalam bagian ini dan disusun menjadi sebuah rangkaian argumen keilmuan.
Untuk menyusun bagian ini diperlukan kemampuan bernalar penulis dalam menghubung
hubungkan teori. (Suherli Kusmana,2012: 102)

Beberapa ketentuan untuk pengetikan karya ilmiah adalah sebagai berikut :

a. Bahan

Bahan yang digunakan untuk pengetikan karya ilmiah adalah kertas HVS 70 gram untuk
isi, dan konstruk atau buffalow untuk sampul (cover) berwarna hijau.

b. Ukuran

Kertas yang digunakan untuk pengetikan ilmiah umumnya menggunakan kuarto atau
letter (279,4 x 215,9) mm, digunakan hanya untuk satu muka (tidak bolak-balik). Posisi
kertas vertikal (tall), kecuali untuk pengetikan tabel bisa digunakan secara horizontal
(wide).

c. Jenis huruf (font)


Huruf yang digunakan harus huruf normal yang sering digunakan secara umum, yaitu
Time New Normal atau Arial.

d. Ukuran huruf (size)

Untuk ukuran pilih yang standar. Pada program Wordstar gunakan ukuran (size) 10 point.
Untuk program lainnya misalnya : Chi-writer, Amipro, Microsoft Word dan Page Maker
menggunakan ukuran 12 point. Jenis huruf (font) maupun ukuran (size) harus dipakai
untuk pengetikan keseluruhan naskah. Kecuali untuk abstraksi, tabel dan judul bisa
memakai huruf dan ukuran yang berbeda. Jumlah halaman minimal 40 halaman termasuk
halaman prancis.

B. Cara Pengetikan

Pengetikan karya ilmiah punya cara tersendiri, antara lain sebagai berikut:

a. Bilangan dan Satuan

Pengetikan bilangan dan satuan harus ditulis dengan angka, kecuali pada permulaan kalimat.
Misalnya, empat puluh juta rupiah dihabiskan untuk penelitian ini (permulaan kalimat).
Penelitian ini menghabiskan dana Rp. 40.000.000 (kalimat biasa). Pengetikan bilangan desimal
ditandai dengan koma (,) bukan titik (.). Misalnya, 16,50 kg beras. Pengetikan jumlah satuan
dinyatakan dengan singkatan resmi yang berlaku tanpa menambah titik di belakangnya. Misalnya
: km, m, cm, 1, dan sebagainya.

b. Spasi Baris

Spasi atau jarak antara dua baris dibuat dengan spasi ganda atau 2 spasi. Kecuali untuk kutipan
langsung yang melebihi 2 baris. Judul dan tabel yang melebihi 2 baris, pengetikannya dengan
spasi tunggal atau 1 spasi.

c. Batas Tepi

Batas-batas pengetikan diukur dari tepi kertas. Ukurannya sebagai berikut: batas atas (top) 40
mm, bawah (bottom) 30 mm, sisi-sisi kiri (left) 40 mm, dan kanan (right) 30 mm.

d. Alinea Baru

Penulisan alinea baru pada karya tulis ilmiah diukur dari sisi kiri batas garis kertas dengan masuk
sampai 5 digit atau ketikan. Jadi huruf pertama tiap alinea baru adalah pada ketikan ke-6 (enam).

e. Pengisian Ruangan

Pada prinsipnya, ruangan yang tersedia pada lembar kertas yang sudah diberi garis batas
halaman, yaitu bagian atas, bawah, kiri, dan kanan, harus diisi penuh dengan naskah karya
ilmiah. Jangan sampai ada ruangan yang kosong, kecuali untuk daftar tabel atau gambar.
f. Judul, Subjudul, dan Anak Judul

1) Judul karya ilmiah harus ditulis dengan huruf besar (capital) semua, ukuran huruf dipilih dan
diatur sedemikian rupa, agar simetris dengan ukuran kertas yang digunakan. Pada akhir kalimat
judul tidak perlu diberi titik.

2) Subjudul. Penulisan subjudul menggunakan huruf yang sama dengan judul, tetapi ukurannya
lebih kecil. Penempatan subjudul berada di bawah judul tanpa diberi garis. Sama seperti judul
pada akhir kalimat sub judul, tidak perlu diberi titik.

3) Anak judul. Anak judul pada umumnya berada di bagian dalam (isi naskah). Penulisannya
dimulai dari garis batas tepi sisi kiri dan diberi garis bawah. Anak judul menggunakan huruf
biasa bukan huruf besar (capital), kecuali huruf pertama pada anak judul.

g. Perincian ke Bawah

Pada penulisan karya ilmiah, yang memiliki naskah kalimat yang harus disusun ke bawah
gunakan nomor urut memakai angka atau huruf. Misalnya 1, 2, 3 dan seterusnya, atau a, b, c dan
seterusnya. Jika masih ada urutan berikutnya bisa memakai 1.1, 1.2, 1.3 dan seterusnya. Atau a.a,
a.b, a.c dan seterusnya. Jangan gunakan kata penghubung garis datar (-), untuk naskah kalimat
tersusun.

h. Sisipan (Insert)

Sisipan (insert) berupa gambar, grafik, tabel, dan sebagainya ditempatkan pada bagian tengah
halaman secara simetris, yaitu sisi kiri dan kanan jaraknya sama.

C. Penomoran

Pemberian nomor pada karya ilmiah penempatannya harus benar. Penomoran ini biasanya ada
dua, yaitu nomor halaman dan nomor tabel.

a. Nomor Halaman

1) Pada bagian awal halaman karya ilmiah dari halaman judul sampai ke daftar pustaka, serta
tabel, gambar dan lampiran menggunakan huruf Romawi, tetapi ditulis dengan ukuran kecil.
Misalnya, i, ii, iii, iv, v, dan seterusnya.

2) Bagian dalam atau halaman isi karya ilmiah, penomorannya menggunakan huruf latin biasa
seperti 1, 2, 3 dan seterusnya. Penempatan nomor halaman terdapat beberapa bentuk, yaitu pada
bagian kanan atas halaman, atau bagian kanan bawah tiap halaman, atau juga di tengah-tengah
halaman bagian bawah. Untuk halaman isi yang ada judul bab, tidak perlu diberi nomor urut
tetapi dilompati. Misalnya halaman 8, 9, dan 10. Pada halaman 9 ada judul bab. Maka
penomorannya 8, kosong dan 10.
b. Nomor Tabel dan Gambar

Semua tabel dan persamaan yang digunakan pada karya tulis ilmiah harus diberi nomor urut
dengan angka biasa. Penempatan nomor pada sisi kanan atas tiap tabel, gambar atau persamaan.

D. Tabel dan Gambar

a. Tabel (daftar)

1) Nomor tabel

Nomor tabel atau daftar seluruhnya ditulis dengan huruf besar (capital), penempatannya
di atas tabel. Nama tabel yang terdiri dari lebih satu baris, digunakan spasi tunggal.
Penempatannya di tengah-tengah halaman naskah. Nomor tabel ditempatkan pada sudut
kanan atas di luar tabel tanpa diakhiri dengan titik.

2) Kolom tabel

Kolom-kolom dalam tabel diberi nama dan dijaga simetrisnya agar pemisahan masalah
satu dengan masalah lainnya dapat jelas. Untuk itu, pemisahan masalah dalam kolom-
kolom perlu diberi garis horizontal atau vertikal.

3) Tabel besar

Tabel besar yang ukurannya melebihi satu halaman, dapat dibuat dalam halaman ganda
(double page), tetapi penempatannya tetap sesuai dengan nomor halaman. Tidak
dibenarkan memisah tabel besar menjadi beberapa halaman.

4) Judul kolom tabel

Judul kolom pada tabel harus tepat di tengah, sehingga ruang yang kosong dalam tabel
dapat memberi pandangan yang lebih luas lagi.

5) Sumber tabel

Sumber tabel yang terdiri dari tulisan sumber serta nara sumber, diberi tempat di bawah
tabel berjarak sekitar 2 spasi.

b. Gambar

1) Nomor gambar yang diikuti dengan judul ditempatkan secara simetris di atas gambar.
Kata-kata dalam judul gambar tidak perlu diberi titik.

2) Penempatan gambar tidak boleh dipenggal, tetapi bisa dilipat dan di tempat dan sesuai
dengan nomor urut halaman ini.
3) Keterangan gambar dituliskan di tempat yang kelihatan kosong di dalam gambar.

E. Kutipan, Footnote, dan Backnote

a. Kutipan

1) Menulis kutipan harus sama dengan aslinya, baik tentang susunan kalimat, ejaan atau
tanda bacanya. Jika kalimat yang dikutip itu tidak menggunakan huruf latin, misalnya huruf
Arab, Kanji, Jawa dan sebagainya, terlebih dulu harus diganti dengan huruf latin.

`2) Kutipan yang menggunakan bahasa selain Bahasa Inggris harus diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia terlebih dahulu. Terjemahan itu ditempatkan di bawha kalimat kutipan
berjarak 2 spasi, dengan cara penulisan yang sama dengan cara penulisan kutipan.

3) Kutipan yang panjangnya kurang dari 5 baris, dimasukkan dalam teks biasa berspasi 2,
ditambah tanda petik pada awal dan akhir kalimat kutipan. Kutipan yang panjangnya 5 baris
atau lebih diketik berspasi 1 dengan mengosongkan 4 karakter dari kiri dengan jarak 1 spasi.

4) Bila mana dalam kutipan perlu menghilangkan beberapa bagian dari kalimat, maka pada
bagian itu diberi titik 3 buah. Misalnya: "… keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah,
sepenuhnya terletak pada kemampuan SDM pada masing-masing daerah…" Undang-undang
nomor 22 tahun 1999 menyebutkan, dst.

5) Apabila kutipan yang dihilangkan itu langsung sampai pada akhir kalimat, maka jumlah
titik di awal kalimat menjadi 4. Misalnya: "….dengan otonomi daerah, pemerintah daerah
tingkat II dcapat dengan leluasa mengelola kekayaan daerahnya masing-masing".

6) Jika yang dihilangkan itu satu kalimat atau lebih dalam kutipan tersebut, maka diketik
titik-titik sepanjang satu baris. Contoh: "Demokrasi yang dituntut oleh gerakan reformasi,
ternyata … yang sangat membingungkan".

7) Panjang kutipan dibatasi jangan sampai melebihi setengah halaman isi buku karya ilmiah.

b. Footnote

Catatan kaki atau footnote dalam halaman karya tulis, bertujuan untuk menyatakan
sumber dari kutipan tersebut, yang berisi pendapat, buah pikiran, fakta-fakta atau statement
yang bersumber dari tulisan orang lain. Bisa juga footnote itu berisi komentar tentang sesuatu
hal, asalkan komentar tersebut dikemukakan dalam teks.

1) Catatan kaki atau footnote diberi nomor. Bila dalam satu halaman terdapat lebih dari satu
footnote, penulisannya diberi jarak 1 spasi.

2) Catatan kaki ditempatkan pada halaman yang sama dengan kutipan tersebut.
3) Jarak catatan kaki atau footnote dengan kalimat pada teks terakhir pada halaman naskah,
adalah 4 spasi dan diberi garis pemisah kurang lebih 3 cm, dari tepi kiri naskah ke tengah-
tengah antara teks dengan footnote.

4) Catatan kaki dapat diambil dari sumber-sumber seperti: buku, majalah, surat kabar, dan
karangan yang tidak diterbitkan, seperti thesis, disertasi atau ensiklopedi.

5) Nomor catatan kaki dapat diangkat sedikit ke atas dari ban footnote, tetapi jangan sampai
mencapai satu spasi. Nomor tersebut jaraknya 6 karakter ketika dari garis tepi sebelah kiri.
Jika footnote lebih dari baris, maka baris kedua diketik pada garis tepi dari teks dengan jarak
satu spasi. Contoh :

` a) Imawan, Riswandha, Metodologi Penelitian, Program Pasca Sarjana Universitas 17


Agustus 1945, Surabaya 1997.

b) Me Quail, Dennis, Mass Communication Theories an Introduction, London Sage


Publication, 1994.

6) Apabila catatan kaki terdiri dari kumpulan tulisan yang berasal dari suatu buku, penulisan
footnotenya sebagai berikut:

Siregar, Ashadi, Analisis atas perspektif genderisme atas majalah wanita di Indonesia,
Lembaga Penelitian UGM, Jogyakarta, 1992. Bejana Wanita, Panitia Dialog Perempuan
dalam Iklan Kalyanamitra, Jakarta, 1996.

7) Jika footnote mengambil dari buku-buku terjemahan, maka disebutkan nama penulis buku,
bukan yang menerjemahkannya. Misalnya : Douglas A. Boyd, Critical Studies in Mass
Communication, terjemahan Sumarsono, BP3U Surabaya, 2000.

8) Dalam footnote penulisan nama pengarang dilakukan menurut urutan nama yang
sewajarnya, sesuai dengan yang tertulis pada buku yang diacu. Pangkat atau gelar seperti
Prof. Dr. Mr. dan sebagainya tidak disebutkan.

9) Keterangan atau penjelasan tentang penerbit, harus disusun secara urut seperti nama, tempat,
tahun penerbitan, nomor halaman dan sebagainya.

10) Bila buku tersebut dicetak berulang kali, maka harus ditunjukkan "Cetakan ke…" di
belakang judul buku yang dirujuk, dengan diberi garis bawah. Antara judul dengan keterangan
tentang cetakan dapat diberi pemisah dengan tanda koma. Contoh: Littlejohn, Stephen W,
Theories of Human Communication, fifth edition, Wardaworth Publishing Company, USA, 1996.

11) Jika yang dijadikan footnote adalah majalah, penulisannya sebagai berikut: Gunawan
Muhammad, Pembreidelan itu, Buku Putih Tempo, Jakarta, 1996.
12) Apabila footnote berasal dari buku-buku yang berjilid, keterangan tentang jilid itu harus
diletakkan sebelum nama penerbit. Contoh: Astrid S., Susanto, teori Komunikasi dan Praktek
Jilid I, Cipta, Bandung, 1977.

13) Apabila yang dirujuk untuk catatan kaki tersebut berasal dari tulisan surat kabar, maka cara
menulisnya sebagai berikut: 'Surabaya Post", 24 Mei, 1997.

14) Menulis footnote tidak perlu ditulis selengkap-lengkapnya. Jika suatu sumber sudah pernah
dituliskan sebelumnya dengan lengkap, maka footnote tersebut dapat dipersingkat dengan
menggunakan singkatan. Misalnya ibid, op. cit atau Loc.cit.

Ibid adalah kependekan dari ibidem artinya pada tempat yang sama. Ibidem dipakai jika suatu
kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang dituliskan pada lembar sebelumnya.

Op.cit., merupakan kependekan dari opere citato" artinya dalam karangan sudah pernah disebut
sebelumnya. Op. cit digunakan untuk merujuk pada karangan atau buku yang telah dituliskan
sebelumnya dengan lengkap pada halaman lain, serta sudah diselingi dengan sumber-sumber
lain.

Loc.cit, adalah kependekan dari Loco Citato yang berarti pada tempat yang telah disebutkan.
Kegunaan loc.cit adalah untuk menunjuk pada halaman yang sama dari sumber-sumber yang
sudah dituliskan sebelumnya.

Contoh penggunaan ibid, op.cit dan loc.cit:

Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1984, hal: 197.

Ibid. hal 29 (berarti sama dengan buku yang disebut sebelumnya)

D. KERANGKA UMUM PENULISAN KARYA ILMIAH

Pada dasarnya karya ilmiah memiliki kerangka umum sebagai berikut :

Namun perlu diperhatikan bahwa muatan dari setiap bagian kerangka umum beragam tergantung
pada permasalahan yang dikaji.

1. Kerangka Umum Penelitian, Pengembangan dan Evaluasi

Kerangka umum penelitian, pengembangan dan evaluasi dapat dirangcang sebagai berikut :

2. Kerangka Umum Laporan Buku


Seorang guru yang membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk laporan buku dapat menggunakan
kerangka umum sebagai berikut :

A. TEKNIK PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang perlu diperhatikan adalah tehnik-tehnik penggunaan
bahasa, tatacara penulisan, pengetikan format laporan, penulisan judul, penyajian gambar dan
tabel, pencantuman kutipan, pembuatan catatan kaki, penataan daftar kepustakaan, penyusunan
nama pada daftar kepustakaan, perbedaan penulisan catatan kaki dan daftar kepustakaan.

1. Penggunaan Bahasa

Bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran menjadi kalimat yang benar dan baik
dalam karya tulis ilmiah di tanah air ini adalah bahasa Indonesia. Karena itu perlu memahami
kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia.

Mesti dicermati sebuah kalimat dalam tulisan sehingga memberi pengertian yang utuh, kait
mengait dengan kalimat lain sampai membentuk paragraf. Paragraf yang terdiri dari beberapa
kalimat, merupakan satuan terkecil dari sebuah karangan. Membangun satuan pikiran sebagai
bahagian dari keseluruhan pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangannya dalam
bentuk bahagian demi bahagian atau bab demi bab. Penulis ilmiah yang baik adalah perangkai
paragraf demi paragraf dengan baik dalam setiap bahagian atau bab.

Paragraf yang baik didahului penataan kalimat yang baik. Kalimat disusun dari deretan kata
sesuai aturan dan kaedah bahasa. Selain kalimat memiliki pokok bahasan, yang disebut sebagai
pokok kalimat (subjek), bahagian kalimat lainnya memberikan pokok bahasan yang dinamai
sebutan (predikat). Pada karangan ilmiah harus digunakan kalimat yang lengkap. Setidak-
tidaknya memiliki kedua unsur kalimat tersebut.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disem-purnakan berdasarkan Kepmen P dan K
Nomor 0543/a/U/1997, menjadi pedoman yang sebaiknya digunakan dalam penulisan karya
ilmiah dalam bahasa Indonesia sepanjang masih berlaku. Pedoman tersebut secara rinci
menjelaskan tata cara pemenggalan kata, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan
kata, ejaan dan peristilahan. Setidak-tidaknya pedoman tersebut dipunyai dan selalu dipakai oleh
seseorang dalam penulisan karya ilmiah yang disajikan dalam bahasa Indonesia.

2. Tata Cara Penulisan

Penilaian karya tulisan ilmiah, disamping memperhatikan isi materi yang disajikan, juga pada
tampilan atau wujud fisik karya tulis tersebut. Tampilan fisik tersebut meliputi format, kerapian
dan kesesuaian penyajian dengan aturan penulisan ilmiah yang berlaku.
Ada beberapa variasi dalam wujud fisik penyajian karya tulis ilmiah. Namun pada prinsipnya
satu sama lain tidak jauh berbeda, yang penting dipegangnya prinsip konsistensi terhadap aturan
yang dipakai.

3. Pengertian Format Laporan

Umumnya laporan penelitian karya tulis ilmiah, ditulis di atas kertas warna putih jenis HVS 80
gram atau 70 gram, ukuran lebar 21,5 cm x panjang 28 cm (sering disebut ukuran kertas kuarto).
Pengetikan dengan jenis huruf tertentu (umumnya jenis Pica) yang dilakukan hanya pada satu
sisi kertas, tidak timbal balik.

Pada bagian pengantar tulisan, yang terdiri dari kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar dan abstrak, diberi nomor halaman dengan angka Romawi kecil (i, ii, iii, ….. dst).
Selanjutnya mulai dari pendahuluan (Bahagian Pertama atau Bab I) sampai halaman terakhir
dengan angka Arab (1, 2, 3, … dst). Nomor halaman dituliskan di tengah atau di sudut kanan atas
halaman. Pada halaman yang mempunyai judul bab dimana judul bab nya dimulai dengan
halaman tersendiri berpisah dari uraian bab sebelumnya, nomor halaman diletakkan pada bagian
bawah halaman baik di tengah maupun di kanan. Bagi nomor yang diketik di tengah halaman di
luar teks, jarak dari atas atau bawah halaman adalah 1,5 cm. Bagi nomor halaman yang
diletakkan di kanan atas atau kanan bawah marjin teks, nomor diletakkan lurus dengan batas
ketikan tepi kanan 1,5 cm.

Batas-batas pengetikan pada kertas ialah: Dari tepi kiri 4 cm; dari tepi kanan 3 cm; dari batas
atas 4 cm; sedangkan dari tepi bawah 3 cm. Jarak antara baris teks adalah 1,5 spasi atau 2 spasi,
kecuali inti kutipan langsung, judul daftar tabel, daftar gambar, dan daftar kepustakaan
menggunakan 1 spasi.

4. Penulisan Judul

Terdapat keragaman dalam tata cara penulisan judul. Hal terbaik yang dapat dilakukan penulis
adalah penyesuaian dengan pedoman penulisan yang telah ditetapkan oleh instansi pemberi tugas
(bila ada). Bila tidak pedoman ini dapat dipakai sebagai pegangan.

Judul bab ditulis dengan huruf besar (kapital), ditebalkan dan diatur sedemikian rupa hingga
letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul diletakkan di halaman baru. Judul antara
judul dengan teks diberi jarak 4 spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda
kutip, garis bawah, dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik.

Semua kata pada kalimat Judul Sub Bab dimulai dengan huruf kapital (huruf besar), kecuali kata
penghubung dan kata depan dan semuanya diberi garis bawah (dengan menggunakan komputer,
pemakaian garis bawah digantikan dengan penebalan huruf pada pengetikan). Kalimat sub judul
tidak diakhiri tanda titik. Terdapat dua pendapat dalam penempatan sub judul, yakni dituliskan
simetris di tengah halaman atau dituliskan rata kiri setelah nomor urut sub judul.
Judul sub-sub bab diketik rata kiri setelah nomor sub judul. Kalimat dimulai huruf besar (hanya
huruf awal kalimat saja yang lainnya huruf kecil), diberi garis bawah atau ditebalkan, serta
diakhiri dengan titik. Kalimat pertama setelah judul, sub judul, maupun sub-sub judul dimulai
dengan alinea baru.

5. Penyajian Gambar dan Tabel

Tulisan ilmiah umumnya dilengkapi dengan gambar, tabel, rumus-rumus atau persamaan-
persamaan yang diletakkan simetris terhadap tepi kiri dan kanan kertas. Setiap tabel dan gambar
harus diberi nomor urut bab judul. Nomor urut menggunakan angka dua Arab yang dipisahkan
oleh tanda titik-titik. Angka pertama menunjukkan pada bab berapa tabel dan gambar itu berada.
Sedangkan angka kedua menunjukkan pada nomor urut atau gambar tersebut di bab yang
bersangkutan. Misalnya: Gambar 2.1 artinya gambar pertama pada bab 2; Tabel 3.4 artinya tabel
keempat ada di bab 3. Nomor persamaan yang berbentuk matematis, ditulis dengan angka Arab
di dalam kurung dan diletakkan di batas tepi kanan.

Judul tabel ditulis setelah nomor tabel dengan huruf kecil dan ditempatkan simetris di atas tabel
tanpa diakhiri dengan titik. Garis atas tabel dibuat rangkap atau tebal, sedangkan garis bawah
hanya satu. Jika tabel itu mempunyai catatan (misalnya menyatakan sumber acuan menjelaskan
singkatan yang tidak umum) dituliskan di bawah tabel, rata kiri. Untuk menghindari kekeliruan
catatan tabel ditandai dengan bintang, asterik, atau huruf. Hanya catatan untuk judul tabel
ditempatkan di tepi bawah halaman.

Usahakan tabel jangan dipenggal. Bila hal itu terjadi, lanjutan tabel yang diletakkan pada
halaman berikutnya, nomor tabel dan kata "lanjutan" atau "bersambung" ke halaman berikutnya
dituliskan. Di halaman tempat sambu-ngan itu dituliskan sambungan tabel sebelumnya (Contoh:
Tabel 3.2 lanjutan). Tabel terdiri kolom-kolom yang harus diberi nama dan pembatas yang tegas.
Kalau jajaran kolom lebih panjang dari lebar kertas, maka bahagian atas tabel sebaiknya
diletakkan di sebelah kiri kertas. Sedangkan tabel yang sangat lebar dan panjang harus dilipat
sehingga seyogyanya diletakkan dalam lampiran.

Laporan penelitian juga sering dilengkapi dengan sajian gambar: Grafik, peta, foto, daftar alir,
skedul dll. Penempatan gambar-gambar diusahakan sedekat mungkin dengan uraian dalam teks
yang berkaitan dengan gambar tersebut. Gambar hendaknya disajikan pada bagian atau pada
halaman sesudah uraian teksnya dan jangan sebaliknya.

Setiap gambar harus mempunyai nomor gambar dan diikuti dengan judul gambar yang dibuat
sedemikian rupa sehingga simetris terhadap gambar dan diletakkan di bawah gambar (Ingatlah:
Nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan nomor dan judul gambar diletakkan di
bawah gambar). Keterangan gambar sebaiknya diletakkan di tempat yang lowong di dalam
gambar. Gambar yang bentuknya memanjang sepanjang kertas, bagian atas gambar ditempatkan
di sebelah kiri kertas.
6. Pencantuman Kutipan

Dalam penulisan karya ilmiah seringkali diperguna-kan kutipan-kutipan untuk memperjelas dan
menegaskan isi uraian atau untuk membuktikan apa yang dituliskan. Kutipan merupakan
pinjaman kalimat atau pendapat dari orang lain. Cukup banyak hal-hal penting dan yang sudah
ditulis dalam buku-buku. Penulis dapat mengutip pendapat tersebut, dengan syarat harus
menyebutkan dari mana dan dimana pendapat itu diambil.

Terdapat dua macam kutipan yaitu kutipan lengkap dan kutipan isi. Kutipan lengkap artinya, teks
asli dikutip secara lengkap kata dan kalimatnya. Sedangkan pada kutipan isi, hanya intisari
pendapat yang dikutip. Kutipan lengkap harus ditulis dengan tanda kutip. Kutipan yang terlalu
panjang, hendaknya diambil yang benar-benar perlu saja.

Kutipan lengkap yang panjangnya tidak lebih dari empat baris dapat langsung dimasukkan dalam
teks dengan diapit oleh tanda kutip. Sedangkan untuk kutipan isi, tidak perlu diberi tanda kutip.
Pada akhir kutipan diberi nomor untuk penunjukan (hal ini dilakukan bila penjelasan kutipan
menggunakan catatan kaki seperti terurai di bawah). Terdapat cara penunjukan kutipan yang lain,
yakni yang dikenal dengan cara Harvard. Menggunakan cara ini, pada akhir atau awal kutipan
dituliskan nama pengarang dan tahun terbitan serta halaman buku acuan. Seringkali nomor yang
dikutip juga dituliskan. Berikut disajikan beberapa contoh: Suhardjono dam Mukidam (1993)
menyatakan bahwa "…….."; Dan Julius, 1992 (dalam Amiuza, 1991:12) menulis "………."
(Mismail, 1984: 119).

8. Penulisan Daftar Kepustakaan

Daftar kepustakaan (bibliography) harus dapat memberikan informasi secara lengkap mengenai
nama penulis, judul kepustakaan, keterangan penerbit dan waktu penerbitan. Dalam
menuliskannya terdapat beberapa cara yang sedikit berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya.

Secara umum cara penulisan daftar kepustakaan adalah sebagai berikut:

a. Jarak penulisan dalam satu sumber daftar kepustakaan dibuat satu spasi, sedangkan antara satu
sumber kepustakaan dengan yang lainnya diberi jarak dua spasi;

b. Huruf pertama rapat sembir kiri, sedang baris berikutnya mundur 5 ketukan dari sembir kiri
sehingga ketukan pertama huruf adalah pada ketukan ke-6;

c. Nama penulis disusun menurut abjad awal nama dan umumnya tidak perlu memberikan nomor
urut;

d. Informasi disajikan sesuai urutan abjad awal nama pengarang, judul kepustakaan, keterangan
penerbitan, tempat terbitnya dan waktu terbitan. Antar informasi itu dipisahkan dengan tanda
titik.
9. Penyusunan Nama pada Daftar Kepustakaan

Penyusunan nama pada daftar kepustakaan, seringkali membingungkan. Bila suatu kepustakaan
mempunyai dua nama pengarang hendaknya diperhatikan cara penulisan nama pengarang
pertama (nama keluarga dituliskan di belakang).

Penulisan nama di daftar kepustakaan tidak perlu dituliskan gelar kesarjanaan atau pangkatnya.
Untuk nama Indonesia yang hanya terdiri dari satu unsur, dituliskan sebagaimana adanya
(misalnya: Suhardjono). Namun banyak nama yang terdiri dari dua unsur atau lebih. Untuk nama
yang diikuti dengan nama ayah (Budiono Ismail), nama keluarga (Mohammad Farid Baradja),
atau marga (Muchtar Lubis), maka nama ayah, nama keluarga, nama marga dituliskan terlebih
dahulu dan disusul dengan unsur nama berikutnya setelah tanda koma.

Saat ini makin sering juga dijumpai nama Indonesia yang terdiri dari dua unsur atau lebih yang
bukan merupakan gabungan nama ayah, keluarga atau marga, misalnya: Riyanto Hariwibowo,
Dwi Anita Rukmanasari, Sri Mulyani. Menuliskannya dilakukan dengan unsur nama terakhir
diletakkan di depan, jadi dituliskan sebagai berikut: Hariwibowo, Riyanto; Rukmanasari, Dwi
Anita; Mulyani, Sri.

Bila nama diikuti dengan gelar (Raden Udiyanto, Andi Adam) atau nama panggilan (Like
Wilardjo) maka nama diri dituliskan terlebih dahulu dari gelarnya atau penggilan-nya (Udiyanto,
Raden; Adam, Andi; Wilardjo, Like).

Namun bila nama tersebut merupakan gabungan dari gelar, nama dan nama keluarga (Andi
Hakim Nasution), maka penulisan nama keluarga dilakukan terlebih dahulu (Nasution, Andi
Hakim). Penulisan nama Bali (I Gusti Ngurah Adipa), dimulai dengan nama diri dan baru disusul
unsur nama yang lain (Adipa, I Gusti Ngurah). Namun bila masih ada nama keluarga di
belakangnya (I Wayan Wija Pagehgiri) dituliskan dengan menempatkan nama keluarga di depan
(Pagehgiri, I Wayan Wija).

Bila kepustakaan yang dirujuk tidak menunjukkan nama penulisnya, dituliskan sebagai
pengganti nama kata "anonim".

Secara umum, cara penulisan informasi tentang judul kepustakaan, keterangan penerbit, dan
waktu penerbitan sama dengan aturan pada penulisan catatan kaki. Baik pada catatan kaki
maupun daftar kepustakaan, nama judul sumber digarisbawahi atau dimiringkan.

10. Perbedaan Penulisan Catatan Kaki dan Daftar Kepustakaan

a. Pada catatan kaki nama diri ditulis terlebih dahulu (Contoh: Budiono Mismail; J.E. Wert;
Bambang Handoyo; dan Stephen Kakisina). Sedangkan pada daftar pustaka, nama keluarga,
marga, ayah, ditulis terlebih dahulu (Contoh: Mismail, Budiono; Wert. J.E.; Handoyo, Bambang
dan Kakisina, Stephen);

b. Pada catatan kaki antar informasi dipisahkan oleh tanda koma (contoh: Sri Harto, Hidrologi
Terapan, Badan Penerbit UGM, Yogyakarta, 1983, hal. 423). Sedangkan pada daftar kepustakaan
dipisahkan oleh tanda titik (contoh: Harto, Sri. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Badan Penerbit
UGM, 1983).

c. Pada daftar kepustakaan perlu mencantumkan nama penerbitnya, misalnya: Gramedia; Mc.
Graw Hill Company; Badan Penerbit UGM; dll. Sedangkan pada catatan kaki tidak terlalu
diperlukan dan kalau dicantumkan juga tidak salah.

d. Pada daftar pustaka tidak perlu menuliskan halaman tempat dimana kutipan pustaka tersebut
diambil, sementara pada kutipan dalam teks atau pada catataan kaki itu perlu.

e. Urutan penulisan daftar kepustakaan mempunyai beberapa variasi, misalnya ada yang
menempatkan tahun terbitan setelah nama penerbit, dan beragam variasi lain. Untuk kita
pedomani saja contoh yang telah ada pada buku ini.

Demikianlah sejumlah tehnik penulisan karya tulis ilmiah untuk pegangan dasar dalam memulai
pembuatan rancangan penelitian, pengembangan, evaluasi serta pelaporannya, pembuatan
makalah, artikel, naskah media elektronik, pembuatan buku, modul, diktat, terjemahan, saduran,
dll.

Anda mungkin juga menyukai