Anda di halaman 1dari 27

IMPLEMENTASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE

BELLBOY DALAM MENANGANI BARANG BAWAAN TAMU


DI HOTEL SHERATON SENGGIGI BEACH RESORT

MARETA ANINDILA PUTRI


A0E 013 059

KONSENTRASI HOTEL DAN RESTORAN


PROGRAM DIPLOMA III PARIWISATA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MATARAM
2017
TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH BAIK DAN BENAR

Berbeda dengan tulisan artikel yang cara pengetikannya dilakukan sekehendak


penulisnya, pengetikan karya ilmiah harus disusun secara sistematik. Pada penulisan
artikel, naskah masih melalui proses pengeditan oleh redaktur surat kabar atau
majalah yang akan memuatnya. Tetapi pada penulisan karya ilmiah, penulisnya
sendiri yang bertindak sebagai editor. Karena itulah pemilihan jenis huruf, spasi,
baris, batas tepi, alinea baru, permulaan kalimat, judul, sub judul, bilangan dan satuan
harus ditata, sehingga mudah dibaca. Beberapa ketentuan untuk pengetikan karya
ilmiah adalah sebagai berikut :
1. Bahan dan Ukuran
a. Bahan yang digunakan untuk pengetikan karya ilmiah adalah kertas HVS 70
gram untuk isi, dan konstruk atau buffalow untuk sampul (cover) berwarna
hijau.
b. Ukuran kertas untuk pengetikan ilmiah umumnya menggunakan kuarto atau
letter (279,4 x 215,9) mm, digunakan hanya untuk satu muka (tidak bolak-
balik). Posisi kertas vertikal (tall), kecuali untuk pengetikan tabel bisa
digunakan secara horizontal (wide).
c. Jenis huruf (font), pada dunia modern sekarang ini, penulisan karya ilmiah
tidak lagi pantas menggunakan mesin tik biasa (manual). Pengetikan harus
memakai komputer, atau paling tidak dicetak. Untuk pengetikan dengan
komputer, huruf yang digunakan harus huruf normal yang sering digunakan
secara umum, yaitu time, time new normal atau arial. Jangan menggunakan
huruf-huruf aneh, yang pada akhirnya akan menyulitkan pembaca.
d. Ukuran huruf (size) pilih yang standar. Pada program Wordstar gunakan
ukuran (size) 10 point. Untuk program lainnya misalnya : Chi-writer, Amipro,
Microsoft Word dan Page Maker menggunakan ukuran 12 point. Jenis huruf
(font) maupun ukuran (size) harus dipakai untuk pengetikan keseluruhan
naskah. Kecuali untuk abstraksi, tabel dan judul bisa memakai huruf dan
ukuran yang berbeda. Jumlah halaman minimal 40 halaman termasuk halaman
prancis.
2. Cara Pengetikan
Pengetikan karya ilmiah punya cara tersendiri, antara lain sebagai berikut:
a. Bilangan dan Satuan
Pengetikan bilangan dan satuan harus ditulis dengan angka, kecuali pada
permukaan kalimat. Misalnya, empat puluh juta rupiah dihabiskan untuk
penelitian ini (permulaan kalimat). Penelitian ini menghabiskan dana Rp.
40.000.000 (kalimat biasa). Pengetikan bilangan desimal ditandai dengan
koma (,) bukan titik (.). Misalnya, 16,50 kg beras. Pengetikan jumlah satuan
dinyatakan dengan singkatan resmi yang berlaku tanpa menambah titik di
belakangnya. Misalnya : km, m, cm, 1, dan sebagainya.
b. Spasi Baris
Spasi atau jarak antara dua baris dibuat dengan spasi ganda atau 2 spasi.
Kecuali untuk kutipan langsung yang melebihi 2 baris. Judul dan tabel yang
melebihi 2 baris, pengetikannya dengan spasi tunggal atau 1 spasi.
c. Batas Tepi
Batas-batas pengetikan diukur dari tepi kertas. Ukurannya sebagai berikut:
batas atas (top) 40 mm, bawah (bottom) 30 mm, sisi-sisi kiri (left) 40 mm, dan
kanan (right) 30 mm.
d. Alinea Baru
Penulisan alinea baru pada karya tulis ilmiah diukur dari sisi kiri batas garis
kertas dengan masuk sampai 5 digit atau ketikan. Jadi huruf pertama tiap
alinea baru adalah pada ketikan ke-6 (enam).
e. Pengisian Ruangan
Pada prinsipnya, ruangan yang tersedia pada lembar kertas yang sudah diberi
garis batas halaman, yaitu bagian atas, bawah, kiri, dan kanan, harus diisi
penuh dengan naskah karya ilmiah. Jangan sampai ada ruangan yang kosong,
kecuali untuk daftar tabel atau gambar.
f. Judul, Subjudul, dan Anak Judul
1) Judul karya ilmiah harus ditulis dengan huruf besar (capital) semua,
ukuran huruf dipilih dan diatur sedemikian rupa, agar simetris dengan
ukuran kertas yang digunakan. Pada akhir kalimat judul tidak perlu diberi
titik.
2) Subjudul. Penulisan subjudul menggunakan huruf yang sama dengan
judul, tetapi ukurannya lebih kecil. Penempatan subjudul berada di bawah
judul tanpa diberi garis. Sama seperti judul pada akhir kalimat sub judul,
tidak perlu diberi titik.
3) Anak judul. Anak judul pada umumnya berada di bagian dalam (isi
naskah). Penulisannya dimulai dari garis batas tepi sisi kiri dan diberi
garis bawah. Anak judul menggunakan huruf biasa bukan huruf besar
(capital), kecuali huruf pertama pada anak judul.
g. Perincian ke Bawah
Pada penulisan karya ilmiah, yang memiliki naskah kalimat yang harus
disusun ke bawah gunakan nomor urut memakai angka atau huruf. Misalnya
1, 2, 3 dan seterusnya, atau a, b, c dan seterusnya. Jika masih ada urutan
berikutnya bisa memakai 1.1, 1.2, 1.3 dan seterusnya. Atau a.a, a.b, a.c dan
seterusnya. Jangan gunakan kata penghubung garis datar (-), untuk naskah
kalimat tersusun.
h. Sisipan (Insert)
Sisipan (insert) berupa gambar, grafik, tabel, dan sebagainya ditempatkan
pada bagian tengah halaman secara simetris, yaitu sisi kiri dan kanan jaraknya
sama.
3. Penomoran
Pemberian nomor pada karya ilmiah penempatannya harus benar. Penomoran ini
biasanya ada dua, yaitu nomor halaman dan nomor tabel.
a. Nomor Halaman
1) Pada bagian awal halaman karya ilmiah dari halaman judul sampai ke
daftar pustaka, serta tabel, gambar dan lampiran menggunakan huruf
Romawi, tetapi ditulis dengan ukuran kecil. Misalnya, i, ii, iii, iv, v, dan
seterusnya.
2) Bagian dalam atau halaman isi karya ilmiah, penomorannya
menggunakan huruf latin biasa seperti 1, 2, 3 dan seterusnya. Penempatan
nomor halaman terdapat beberapa bentuk, yaitu pada bagian kanan atas
halaman, atau bagian kanan bawah tiap halaman, atau juga di tengah-
tengah halaman bagian bawah. Untuk halaman isi yang ada judul bab,
tidak perlu diberi nomor urut tetapi dilompati. Misalnya halaman 8, 9, dan
10. Pada halaman 9 ada judul bab. Maka penomorannya 8, kosong dan
10.
b. Nomor Tabel dan Gambar
Semua tabel dan persamaan yang digunakan pada karya tulis ilmiah harus
diberi nomor urut dengan angka biasa. Penempatan nomor pada sisi kanan
atas tiap tabel, gambar atau persamaan.

4. Tabel dan Gambar


a. Tabel (Daftar)
1) Nomor table
Nomor tabel atau daftar seluruhnya ditulis dengan huruf besar (capital),
penempatannya di atas tabel. Nama tabel yang terdiri dari lebih satu baris,
digunakan spasi tunggal. Penempatannya di tengah-tengah halaman
naskah. Nomor tabel ditempatkan pada sudut kanan atas di luar tabel
tanpa diakhiri dengan titik.
2) Kolom table
Kolom-kolom dalam tabel diberi nama dan dijaga simetrisnya agar
pemisahan masalah satu dengan masalah lainnya dapat jelas. Untuk itu,
pemisahan masalah dalam kolom-kolom perlu diberi garis horizontal atau
vertikal.
3) Tabel besar
Tabel besar yang ukurannya melebihi satu halaman, dapat dibuat dalam
halaman ganda (double page), tetapi penempatannya tetap sesuai dengan
nomor halaman. Tidak dibenarkan memisah tabel besar menjadi beberapa
halaman.
4) Judul kolom table
Judul kolom pada tabel harus tepat di tengah, sehingga ruang yang
kosong dalam tabel dapat memberi pandangan yang lebih luas lagi.
5) Sumber table
Sumber tabel yang terdiri dari tulisan sumber serta nara sumber, diberi
tempat di bawah tabel berjarak sekitar 2 spasi.
b. Gambar
1) Nomor gambar yang diikuti dengan judul ditempatkan secara simetris di
atas gambar. Kata-kata dalam judul gambar tidak perlu diberi titik.
2) Penempatan gambar tidak boleh dipenggal, tetapi bisa dilipat dan di tempat
dan sesuai dengan nomor urut halaman ini.
3) Keterangan gambar dituliskan di tempat yang kelihatan kosong di dalam
gambar.

5. Kutipan, Footnote, dan Backnote


a. Kutipan
1) Menulis kutipan harus sama dengan aslinya, baik tentang susunan
kalimat, ejaan atau tanda bacanya. Jika kalimat yang dikutip itu tidak
menggunakan huruf latin, misalnya huruf Arab, Kanji, Jawa dan
sebagainya, terlebih dulu harus diganti dengan huruf latin.
2) Kutipan yang menggunakan bahasa selain Bahasa Inggris harus
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia terlebih dahulu. Terjemahan itu
ditempatkan di bawha kalimat kutipan berjarak 2 spasi, dengan cara
penulisan yang sama dengan cara penulisan kutipan.
3) Kutipan yang panjangnya kurang dari 5 baris, dimasukkan dalam teks
biasa berspasi 2, ditambah tanda petik pada awal dan akhir kalimat
kutipan. Kutipan yang panjangnya 5 baris atau lebih diketik berspasi 1
dengan mengosongkan 4 karakter dari kiri dengan jarak 1 spasi.
4) Bilamana dalam kutipan perlu menghilangkan beberapa bagian dari
kalimat, maka pada bagian itu diberi titik 3 buah. Misalnya: "
keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah, sepenuhnya terletak pada
kemampuan SDM pada masing-masing daerah" Undang-undang nomor
22 tahun 1999 menyebutkan, dst.
5) Apabila kutipan yang dihilangkan itu langsung sampai pada akhir
kalimat, maka jumlah titik di awal kalimat menjadi 4. Misalnya:
".dengan otonomi daerah, pemerintah daerah tingkat II dcapat dengan
leluasa mengelola kekayaan daerahnya masing-masing".
6) Jika yang dihilangkan itu satu kalimat atau lebih dalam kutipan tersebut,
maka diketik titik-titik sepanjang satu baris. Contoh: "Demokrasi yang
dituntut oleh gerakan reformasi, ternyata yang sangat
membingungkan".
7) Panjang kutipan dibatasi jangan sampai melebihi setengah halaman isi
buku karya ilmiah.
b. Footnote
Catatan kaki atau footnote dalam halaman karya tulis, bertujuan untuk
menyatakan sumber dari kutipan tersebut, yang berisi pendapat, buah pikiran,
fakta-fakta atau statement yang bersumber dari tulisan orang lain. Bisa juga
footnote itu berisi komentar tentang sesuatu hal, asalkan komentar tersebut
dikemukakan dalam teks.
1) Catatan kaki atau footnote diberi nomor. Bila dalam satu halaman
terdapat lebih dari satu footnote, penulisannya diberi jarak 1 spasi.
2) Catatan kaki ditempatkan pada halaman yang sama dengan kutipan
tersebut.
3) Jarak catatan kaki atau footnote dengan kalimat pada teks terakhir pada
halaman naskah, adalah 4 spasi dan diberi garis pemisah kurang lebih 3
cm, dari tepi kiri naskah ke tengah-tengah antara teks dengan footnote.
4) Catatan kaki dapat diambil dari sumber-sumber seperti: buku, majalah,
surat kabar, dan karangan yang tidak diterbitkan, seperti thesis, disertasi
atau ensiklopedi.
5) Nomor catatan kaki dapat diangkat sedikit ke atas dari ban footnote, tetapi
jangan sampai mencapai satu spasi. Nomor tersebut jaraknya 6 karakter
ketika dari garis tepi sebelah kiri. Jika footnote lebih dari baris, maka
baris kedua diketik pada garis tepi dari teks dengan jarak satu spasi.
Contoh :
1. Imawan, Riswandha, Metodologi Penelitian, Program Pasca Sarjana
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya 1997.
2. Me Quail, Dennis, Mass Communication Theories an Introduction,
London Sage Publication, 1994.
6) Apabila catatan kaki terdiri dari kumpulan tulisan yang berasal dari suatu
buku, penulisan footnotenya sebagai berikut:
Siregar, Ashadi, Analisis atas perspektif genderisme atas majalah wanita
di Indonesia, Lembaga Penelitian UGM, Jogyakarta, 1992. Bejana
Wanita, Panitia Dialog Perempuan dalam Iklan Kalyanamitra, Jakarta,
1996.
7) Jika footnote mengambil dari buku-buku terjemahan, maka disebutkan
nama penulis buku, bukan yang menerjemahkannya. Misalnya : Douglas
A. Boyd, Critical Studies in Mass Communication, terjemahan
Sumarsono, BP3U Surabaya, 2000.
8) Dalam footnote penulisan nama pengarang dilakukan menurut urutan
nama yang sewajarnya, sesuai dengan yang tertulis pada buku yang diacu.
Pangkat atau gelar seperti Prof. Dr. Mr. dan sebagainya tidak disebutkan.
9) Keterangan atau penjelasan tentang penerbit, harus disusun secara urut
seperti nama, tempat, tahun penerbitan, nomor halaman dan sebagainya.
10) Bila buku tersebut dicetak berulang kali, maka harus ditunjukkan
"Cetakan ke" di belakang judul buku yang dirujuk, dengan diberi garis
bawah. Antara judul dengan keterangan tentang cetakan dapat diberi
pemisah dengan tanda koma. Contoh: Littlejohn, Stephen W, Theories of
Human Communication, fifth edition, Wardaworth Publishing Company,
USA, 1996.
11) Jika yang dijadikan footnote adalah majalah, penulisannya sebagai
berikut: Gunawan Muhammad, Pembreidelan itu, Buku Putih Tempo,
Jakarta, 1996.
12) Apabila footnote berasal dari buku-buku yang berjilid, keterangan tentang
jilid itu harus diletakkan sebelum nama penerbit. Contoh: Astrid S.,
Susanto, teori Komunikasi dan Praktek Jilid I, Cipta, Bandung, 1977.
13) Apabila yang dirujuk untuk catatan kaki tersebut berasal dari tulisan surat
kabar, maka cara menulisnya sebagai berikut: 'Surabaya Post", 24 Mei,
1997.
14) Menulis footnote tidak perlu ditulis selengkap-lengkapnya. Jika suatu
sumber sudah pernah dituliskan sebelumnya dengan lengkap, maka
footnote tersebut dapat dipersingkat dengan menggunakan singkatan.
Misalnya ibid, op. cit atau Loc.cit.
Ibid adalah kependekan dari ibidem artinya pada tempat yang sama.
Ibidem dipakai jika suatu kutipan diambil dari sumber yang sama dengan
yang dituliskan pada lembar sebelumnya.
Op.cit., merupakan kependekan dari opere citato" artinya dalam karangan
sudah pernah disebut sebelumnya. Op. cit digunakan untuk merujuk pada
karangan atau buku yang telah dituliskan sebelumnya dengan lengkap
pada halaman lain, serta sudah diselingi dengan sumber-sumber lain.
Loc.cit, adalah kependekan dari Loco Citato yang berarti pada tempat
yang telah disebutkan. Kegunaan loc.cit adalah untuk menunjuk pada
halaman yang sama dari sumber-sumber yang sudah dituliskan
sebelumnya.
Contoh penggunaan ibid, op.cit dan loc.cit:
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosda Karya,
Bandung, 1984, hal: 197.Ibid. hal 29 (berarti sama dengan buku yang
disebut sebelumnya)

KERANGKA UMUM PENULISAN KARYA ILMIAH

Pada dasarnya karya ilmiah memiliki kerangka umum sebagai berikut :


Namun perlu diperhatikan bahwa muatan dari setiap bagian kerangka umum beragam
tergantung pada permasalahan yang dikaji.
1) Kerangka Umum Penelitian, Pengembangan dan Evaluasi
Kerangka umum penelitian, pengembangan dan evaluasi dapat dirangcang
sebagai berikut :
a. Kerangka Umum Laporan Buku
Seorang guru yang membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk laporan
buku dapat menggunakan kerangka umum sebagai berikut :

Download Aplikasi Android


Info Terkini

Pengertian Teknologi Pengertian Internet

Harga HP Nokia Makalah Ilmu Jiwa Belajar


BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
Seorang guru yang ingin berdedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan,
tidak boleh tidak mereka harus berupaya untuk melakukan pengembangan
profesi. Pengembangan profesi berguna untuk mempertehankan pembinaan atau
merubah berbagai hal dalam sistem kelembagaan pendidikan dan juga untuk
promosi jenjang karir guru itu sendiri.
Supaya dapat melaksanakan tugas mulia itu, guru dari celah-celah tugas
rutinitas mereka yang melelahkan dan hampir-hampir makan cukup waktu itu,
mestilah jeli dan aktif melihat realita berupa fakta kependidikan agama dan
berbagai faktor yang berhubungan dengan itu dan mengangkatnya menjadi data
dalam berbagai penelitian, kegiatan pengembangan dan penelitian.
Dari sini, mereka melahirkan berbagai karya ilmiah, berupalaporan, makalah,
artikel, naskah, buku, modul, diktat, terjemahan, saduran, editing, dan lain-lain,
baik akan dibawa ke diskusi, lokakarya, workshop, seminar, penerbitan,
penyiaran, dll. Kesemuanya ini sangat diharapkan oleh pihak pengambil
kebijakan dan keputusan politik dan pelaksanaan dalam pengembangan
pendidikan.
B. SARAN-SARAN
Bagi guru yang telah membaca makalah ini sebaiknya diskusikan sesama
teman sejawat untuk memahaminya dan mempraktekkannya. Sehingga
pengembangan profesi dimaksud segera terrealisasi.
Apabila terdapat hal-hal yang dipandang lebih meningkatkan kualitas dan
mempermudah, mohon segera kirimkan kirimkan ke DITMAPENDA ISLAM
Departemen Agama, agar segera dicarikan jalan keluar dan menjadi masukan
berarti pada perbaikan selanjutnya.
1. Contoh : Halaman Judul

PEDOMAN PENULISAN
KARYA TULIS/KARYA ILMIAH
UNTUK GURU

DISUSUN
DALAM RANGKA MEMENUHI
SALAH SATU PERSYARATAN KENAIKAN
PANGKAT JABATAN GURU

OLEH
.
NIP:

KANTOR DEPARTEMEN AGAMA


KABUPATEN/KOTA
..
2004
2. Contoh : Lembar Pengesahan

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini
Telah diperiksa dan disyahkan
Untuk diajukan kepada Tim Penilai
Penetapan Angka Kredit Jabatan
Guru Pendidikan Agama Islam Pusat

Disyahkan di:
Pada Tgl:.thn.

Mengetahui:
Kepala Kandepag
Kab/kota Kepala Madrasah

() ()
NIP: . NIP: .
3. Contoh : Rekomendasi dari Pengelola Perpustakaan Sekolah

SURAT KETERANGAN
NOMOR:

Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan dengan sebenarnya bahwa


karya tulis/karya ilmiah:
Saudara : ..
Judul : ..
Dibuat tahun : ..
Telah didokumentasikan di perpustakaan sekolah, dengan nomor induk
inventaris: dan nomor klasifikasi
Demikian surat ini dibuat agar dapat digunakan seperlunya

Pengelola
Mengetahui: Perpustakaan Sekolah/Madrasah
Kepala Sekolah/Madrasah ...

() ()
NIP: .. NIP: ..
4. Contoh : Keterangan Panitia Seminar, Lokakarya dll

PANITIA LOKAKARYA/SEMINAR

Menerangkan dengan sebenarnya bahwa makalah saudara: dengan


judul : .. telah dipresentasikan dalam seminar tentang :
yang dilaksanakan dari Tgl s/d di

Demikian keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.


Ketua Panitia
Loka Karya/Seminar ..
..

(..)
NIP:
5. Contoh : Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga karya tulis/karya ilmiah dengan judul: "PENULISAN KARYA TULIS
ILMIAH" ini dapat disusun dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari disusunnya naskah ini, antara lain adalah: Pertama, untuk
memenuhi salah satu syarat untuk kenaikan pangkat/jabatan guru setingkat lebih
tinggi. Kedua, untuk mengembangkan wawasan melalui tulisan sehingga dapat
dibaca dan dikembangkan oleh tenaga kependidikan lainnya.
Sangat disadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu
kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan dari para pembaca. Akhirnya
penulis berharap semoga karya yang kecil ini memberi manfaat yang besar bagi
kita semua, Amin.


Penulis

()
NIP:
6. Contoh : Daftar Isi

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KETERANGAN PERPUSTAKAAN
KETERANGAN PANITIA SEMINAR (Bila makalah diseminarkan)
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan dan Saran
C. Ruang Lingkup
BAB II. PENGEMBANGAN PROFESI
A. Pengembangan Profesi
B. Karya Tulis Ilmiah
C. Macam-macam Karya Tulis
D. Rincian Angka Kredit Karya Tulis
BAB III. PEDOMAN PENULISAN
A. Persyaratan Administrasi
B. Tehnik-tehnik Penyusunan Karya Tulis
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN PENULISAN
KARYA TULIS/KARYA ILMIAH
A. TEKNIK PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang perlu diperhatikan adalah tehnik-
tehnik penggunaan bahasa, tatacara penulisan, pengetikan format laporan,
penulisan judul, penyajian gambar dan tabel, pencantuman kutipan, pembuatan
catatan kaki, penataan daftar kepustakaan, penyusunan nama pada daftar
kepustakaan, perbedaan penulisan catatan kaki dan daftar kepustakaan.

1. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran menjadi kalimat
yang benar dan baik dalam karya tulis ilmiah di tanah air ini adalah bahasa
Indonesia. Karena itu perlu memahami kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia.
Mesti dicermati sebuah kalimat dalam tulisan sehingga memberi pengertian
yang utuh, kait mengait dengan kalimat lain sampai membentuk paragraf.
Paragraf yang terdiri dari beberapa kalimat, merupakan satuan terkecil dari
sebuah karangan. Membangun satuan pikiran sebagai bahagian dari
keseluruhan pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangannya dalam
bentuk bahagian demi bahagian atau bab demi bab. Penulis ilmiah yang baik
adalah perangkai paragraf demi paragraf dengan baik dalam setiap bahagian
atau bab.
Paragraf yang baik didahului penataan kalimat yang baik. Kalimat
disusun dari deretan kata sesuai aturan dan kaedah bahasa. Selain kalimat
memiliki pokok bahasan, yang disebut sebagai pokok kalimat (subjek),
bahagian kalimat lainnya memberikan pokok bahasan yang dinamai sebutan
(predikat). Pada karangan ilmiah harus digunakan kalimat yang lengkap.
Setidak-tidaknya memiliki kedua unsur kalimat tersebut.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disem-purnakan
berdasarkan Kepmen P dan K Nomor 0543/a/U/1997, menjadi pedoman yang
sebaiknya digunakan dalam penulisan karya ilmiah dalam bahasa Indonesia
sepanjang masih berlaku. Pedoman tersebut secara rinci menjelaskan tata cara
pemenggalan kata, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata,
ejaan dan peristilahan. Setidak-tidaknya pedoman tersebut dipunyai dan selalu
dipakai oleh seseorang dalam penulisan karya ilmiah yang disajikan dalam
bahasa Indonesia.
2. Tata Cara Penulisan
Penilaian karya tulisan ilmiah, disamping memperhatikan isi materi yang
disajikan, juga pada tampilan atau wujud fisik karya tulis tersebut. Tampilan
fisik tersebut meliputi format, kerapian dan kesesuaian penyajian dengan aturan
penulisan ilmiah yang berlaku.
Ada beberapa variasi dalam wujud fisik penyajian karya tulis ilmiah. Namun
pada prinsipnya satu sama lain tidak jauh berbeda, yang penting dipegangnya
prinsip konsistensi terhadap aturan yang dipakai.
3. Pengertian Format Laporan
Umumnya laporan penelitian karya tulis ilmiah, ditulis di atas kertas
warna putih jenis HVS 80 gram atau 70 gram, ukuran lebar 21,5 cm x panjang
28 cm (sering disebut ukuran kertas kuarto). Pengetikan dengan jenis huruf
tertentu (umumnya jenis Pica) yang dilakukan hanya pada satu sisi kertas, tidak
timbal balik.
Pada bagian pengantar tulisan, yang terdiri dari kata pengantar, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar dan abstrak, diberi nomor halaman dengan angka
Romawi kecil (i, ii, iii, .. dst). Selanjutnya mulai dari pendahuluan (Bahagian
Pertama atau Bab I) sampai halaman terakhir dengan angka Arab (1, 2, 3,
dst). Nomor halaman dituliskan di tengah atau di sudut kanan atas halaman.
Pada halaman yang mempunyai judul bab dimana judul bab nya dimulai dengan
halaman tersendiri berpisah dari uraian bab sebelumnya, nomor halaman
diletakkan pada bagian bawah halaman baik di tengah maupun di kanan. Bagi
nomor yang diketik di tengah halaman di luar teks, jarak dari atas atau bawah
halaman adalah 1,5 cm. Bagi nomor halaman yang diletakkan di kanan atas atau
kanan bawah marjin teks, nomor diletakkan lurus dengan batas ketikan tepi
kanan 1,5 cm.
Batas-batas pengetikan pada kertas ialah: Dari tepi kiri 4 cm; dari tepi
kanan 3 cm; dari batas atas 4 cm; sedangkan dari tepi bawah 3 cm. Jarak antara
baris teks adalah 1,5 spasi atau 2 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul
daftar tabel, daftar gambar, dan daftar kepustakaan menggunakan 1 spasi.
4. Penulisan Judul
Terdapat keragaman dalam tata cara penulisan judul. Hal terbaik yang
dapat dilakukan penulis adalah penyesuaian dengan pedoman penulisan yang
telah ditetapkan oleh instansi pemberi tugas (bila ada). Bila tidak pedoman ini
dapat dipakai sebagai pegangan.
Judul bab ditulis dengan huruf besar (kapital), ditebalkan dan diatur
sedemikian rupa hingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul
diletakkan di halaman baru. Judul antara judul dengan teks diberi jarak 4 spasi.
Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, garis bawah,
dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik.
Semua kata pada kalimat Judul Sub Bab dimulai dengan huruf kapital
(huruf besar), kecuali kata penghubung dan kata depan dan semuanya diberi
garis bawah (dengan menggunakan komputer, pemakaian garis bawah
digantikan dengan penebalan huruf pada pengetikan). Kalimat sub judul tidak
diakhiri tanda titik. Terdapat dua pendapat dalam penempatan sub judul, yakni
dituliskan simetris di tengah halaman atau dituliskan rata kiri setelah nomor
urut sub judul.
Judul sub-sub bab diketik rata kiri setelah nomor sub judul. Kalimat
dimulai huruf besar (hanya huruf awal kalimat saja yang lainnya huruf kecil),
diberi garis bawah atau ditebalkan, serta diakhiri dengan titik. Kalimat pertama
setelah judul, sub judul, maupun sub-sub judul dimulai dengan alinea baru.
5. Penyajian Gambar dan Tabel
Tulisan ilmiah umumnya dilengkapi dengan gambar, tabel, rumus-rumus
atau persamaan-persamaan yang diletakkan simetris terhadap tepi kiri dan
kanan kertas. Setiap tabel dan gambar harus diberi nomor urut bab judul.
Nomor urut menggunakan angka dua Arab yang dipisahkan oleh tanda titik-
titik. Angka pertama menunjukkan pada bab berapa tabel dan gambar itu
berada. Sedangkan angka kedua menunjukkan pada nomor urut atau gambar
tersebut di bab yang bersangkutan. Misalnya: Gambar 2.1 artinya gambar
pertama pada bab 2; Tabel 3.4 artinya tabel keempat ada di bab 3. Nomor
persamaan yang berbentuk matematis, ditulis dengan angka Arab di dalam
kurung dan diletakkan di batas tepi kanan.
Judul tabel ditulis setelah nomor tabel dengan huruf kecil dan
ditempatkan simetris di atas tabel tanpa diakhiri dengan titik. Garis atas tabel
dibuat rangkap atau tebal, sedangkan garis bawah hanya satu. Jika tabel itu
mempunyai catatan (misalnya menyatakan sumber acuan menjelaskan
singkatan yang tidak umum) dituliskan di bawah tabel, rata kiri. Untuk
menghindari kekeliruan catatan tabel ditandai dengan bintang, asterik, atau
huruf. Hanya catatan untuk judul tabel ditempatkan di tepi bawah halaman.
Usahakan tabel jangan dipenggal. Bila hal itu terjadi, lanjutan tabel yang
diletakkan pada halaman berikutnya, nomor tabel dan kata "lanjutan" atau
"bersambung" ke halaman berikutnya dituliskan. Di halaman tempat sambu-
ngan itu dituliskan sambungan tabel sebelumnya (Contoh: Tabel 3.2 lanjutan).
Tabel terdiri kolom-kolom yang harus diberi nama dan pembatas yang tegas.
Kalau jajaran kolom lebih panjang dari lebar kertas, maka bahagian atas tabel
sebaiknya diletakkan di sebelah kiri kertas. Sedangkan tabel yang sangat lebar
dan panjang harus dilipat sehingga seyogyanya diletakkan dalam lampiran.
Laporan penelitian juga sering dilengkapi dengan sajian gambar: Grafik, peta,
foto, daftar alir, skedul dll. Penempatan gambar-gambar diusahakan sedekat
mungkin dengan uraian dalam teks yang berkaitan dengan gambar tersebut.
Gambar hendaknya disajikan pada bagian atau pada halaman sesudah uraian
teksnya dan jangan sebaliknya.
Setiap gambar harus mempunyai nomor gambar dan diikuti dengan judul
gambar yang dibuat sedemikian rupa sehingga simetris terhadap gambar dan
diletakkan di bawah gambar (Ingatlah: Nomor dan judul tabel diletakkan di atas
tabel, sedangkan nomor dan judul gambar diletakkan di bawah gambar).
Keterangan gambar sebaiknya diletakkan di tempat yang lowong di dalam
gambar. Gambar yang bentuknya memanjang sepanjang kertas, bagian atas
gambar ditempatkan di sebelah kiri kertas.
6. Pencantuman Kutipan
Dalam penulisan karya ilmiah seringkali diperguna-kan kutipan-kutipan
untuk memperjelas dan menegaskan isi uraian atau untuk membuktikan apa
yang dituliskan. Kutipan merupakan pinjaman kalimat atau pendapat dari orang
lain. Cukup banyak hal-hal penting dan yang sudah ditulis dalam buku-buku.
Penulis dapat mengutip pendapat tersebut, dengan syarat harus menyebutkan
dari mana dan dimana pendapat itu diambil.
Terdapat dua macam kutipan yaitu kutipan lengkap dan kutipan isi.
Kutipan lengkap artinya, teks asli dikutip secara lengkap kata dan kalimatnya.
Sedangkan pada kutipan isi, hanya intisari pendapat yang dikutip. Kutipan
lengkap harus ditulis dengan tanda kutip. Kutipan yang terlalu panjang,
hendaknya diambil yang benar-benar perlu saja.
Kutipan lengkap yang panjangnya tidak lebih dari empat baris dapat
langsung dimasukkan dalam teks dengan diapit oleh tanda kutip. Sedangkan
untuk kutipan isi, tidak perlu diberi tanda kutip. Pada akhir kutipan diberi
nomor untuk penunjukan (hal ini dilakukan bila penjelasan kutipan
menggunakan catatan kaki seperti terurai di bawah). Terdapat cara penunjukan
kutipan yang lain, yakni yang dikenal dengan cara Harvard. Menggunakan cara
ini, pada akhir atau awal kutipan dituliskan nama pengarang dan tahun terbitan
serta halaman buku acuan. Seringkali nomor yang dikutip juga dituliskan.
Berikut disajikan beberapa contoh: Suhardjono dam Mukidam (1993)
menyatakan bahwa ".."; Dan Julius, 1992 (dalam Amiuza, 1991:12)
menulis "." (Mismail, 1984: 119).
7. Pembuatan Catatan Kaki
Catatan kaki (footnotes) merupakan penjelasan keterangan isi dalam teks
karangan yang ditempatkan di kaki halaman. Tujuan penjelasan itu dapat
berupa (1) sumber asal kutipan (bila cara ini dipakai); (2) keterangan tambahan
lain yang perlu tentang isi keterangan; (3) merujuk bagian lain dari teks.
Catatan kaki dimaksudkan untuk memberikan informasi sumber asal kutipan
harus mengungkapkan (1) Nama atau nama-nama penulis sebagai sumber
(perhatikan cara penulisan nama yang berbeda dengan cara penulisan nama
pada daftar kepustakaan); (2) Judul buku/makalah tulisan sumber; (3) Penerbit;
(4) Kota dan tahun terbit, nama penerbit berbeda dengan daftar kepustakaan
yang harus menyebut nama penerbit; (5) Halaman letak kutipan pada buku
sumber.
Aturan penulisan catatan kaki ini berbeda dengan penulisan daftar
pustaka yang tidak mencantumkan halaman. Pembatas antara masing-masing
informasi menggunakan tanda koma dan tanda kurung (bedakan dengan daftar
pustaka yang menandai tanda titik). Sumber kutipan dapat diperoleh dari buku,
majalah, surat kabar, wawancara peraturan, atau mengutip dari kutipan.
Penulisan catatan kaki adalah sebagai berikut: (1) Harus diberikan nomor
penunjukan terhadap teks yang dijelaskan; (2) Diletakkan di bawah garis
(sepanjang 15 ketikan) yang berada 3 spasi di bawah teks bagian bawah; (3)
Masuk 5-7 ketikan dari sembir kiri; (4) Menggunakan 1 spasi; (5) Jarak antara
dua catatan kaki, sebanyak 2 spasi.
Catatan kaki umumnya disingkat dengan kata singkatan bahasa latin,
seperti: ibid, op. cit, dan loc. cit. Ibid (singkatan dari ibidem) artinya pada
tempat yang sama dan halaman yang berbeda serta belum diantarai sumber lain.
Singkatan ini dipakai bila catatan kaki yang berikut menunjuk kepada sumber
yang telah disebut pada catatan kaki sebelumnya. Op. cit (singkatan dari opera
citato) berarti pada karya yang telah dikutip dan halamannya berbeda, dipakai
bila catatan itu menunjuk pada sumber yang telah lebih dahulu, tetapi telah
diselingi oleh catatan kaki yang lain. Sedangkan Loc. cit (dari loco citato)
artinya pada tempat yang telah dikutip di halaman yang sama dan telah
diantarai atau tidak diantarai oleh sumber lain.
Pedoman penyajian catatan kaki seringkali berbeda dari satu kepustakaan
dengan kepustakaan yang lain. Sangat bijaksana untuk mengikuti pedoman dari
pemberi tugas (bila ada). Bila tidak ada yang penting adalah ketaat-asasan
(konsistensi) dalam tata cara penulisan. Artinya dalam satu karangan gunakan
satu pedoman tata cara penulisan tertentu atau penggabungan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara aturan dan etika ilmu pengetahuan.
8. Penulisan Daftar Kepustakaan
Daftar kepustakaan (bibliography) harus dapat memberikan informasi
secara lengkap mengenai nama penulis, judul kepustakaan, keterangan penerbit
dan waktu penerbitan. Dalam menuliskannya terdapat beberapa cara yang
sedikit berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Secara umum cara penulisan daftar kepustakaan adalah sebagai berikut:
a. Jarak penulisan dalam satu sumber daftar kepustakaan dibuat satu spasi,
sedangkan antara satu sumber kepustakaan dengan yang lainnya diberi
jarak dua spasi;
b. Huruf pertama rapat sembir kiri, sedang baris berikutnya mundur 5 ketukan
dari sembir kiri sehingga ketukan pertama huruf adalah pada ketukan ke-6;
c. Nama penulis disusun menurut abjad awal nama dan umumnya tidak perlu
memberikan nomor urut;
d. Informasi disajikan sesuai urutan abjad awal nama pengarang, judul
kepustakaan, keterangan penerbitan, tempat terbitnya dan waktu terbitan.
Antar informasi itu dipisahkan dengan tanda titik.
9. Penyusunan Nama pada Daftar Kepustakaan
Penyusunan nama pada daftar kepustakaan, seringkali membingungkan.
Bila suatu kepustakaan mempunyai dua nama pengarang hendaknya
diperhatikan cara penulisan nama pengarang pertama (nama keluarga dituliskan
di belakang).
Penulisan nama di daftar kepustakaan tidak perlu dituliskan gelar
kesarjanaan atau pangkatnya. Untuk nama Indonesia yang hanya terdiri dari
satu unsur, dituliskan sebagaimana adanya (misalnya: Suhardjono). Namun
banyak nama yang terdiri dari dua unsur atau lebih. Untuk nama yang diikuti
dengan nama ayah (Budiono Ismail), nama keluarga (Mohammad Farid
Baradja), atau marga (Muchtar Lubis), maka nama ayah, nama keluarga, nama
marga dituliskan terlebih dahulu dan disusul dengan unsur nama berikutnya
setelah tanda koma.
Saat ini makin sering juga dijumpai nama Indonesia yang terdiri dari dua
unsur atau lebih yang bukan merupakan gabungan nama ayah, keluarga atau
marga, misalnya: Riyanto Hariwibowo, Dwi Anita Rukmanasari, Sri Mulyani.
Menuliskannya dilakukan dengan unsur nama terakhir diletakkan di depan, jadi
dituliskan sebagai berikut: Hariwibowo, Riyanto; Rukmanasari, Dwi Anita;
Mulyani, Sri.
Bila nama diikuti dengan gelar (Raden Udiyanto, Andi Adam) atau nama
panggilan (Like Wilardjo) maka nama diri dituliskan terlebih dahulu dari
gelarnya atau penggilan-nya (Udiyanto, Raden; Adam, Andi; Wilardjo, Like).
Namun bila nama tersebut merupakan gabungan dari gelar, nama dan nama
keluarga (Andi Hakim Nasution), maka penulisan nama keluarga dilakukan
terlebih dahulu (Nasution, Andi Hakim). Penulisan nama Bali (I Gusti Ngurah
Adipa), dimulai dengan nama diri dan baru disusul unsur nama yang lain
(Adipa, I Gusti Ngurah). Namun bila masih ada nama keluarga di belakangnya
(I Wayan Wija Pagehgiri) dituliskan dengan menempatkan nama keluarga di
depan (Pagehgiri, I Wayan Wija).
Bila kepustakaan yang dirujuk tidak menunjukkan nama penulisnya,
dituliskan sebagai pengganti nama kata "anonim".
Secara umum, cara penulisan informasi tentang judul kepustakaan,
keterangan penerbit, dan waktu penerbitan sama dengan aturan pada penulisan
catatan kaki. Baik pada catatan kaki maupun daftar kepustakaan, nama judul
sumber digarisbawahi atau dimiringkan.
10. Perbedaan Penulisan Catatan Kaki dan Daftar Kepustakaan
a. Pada catatan kaki nama diri ditulis terlebih dahulu (Contoh: Budiono
Mismail; J.E. Wert; Bambang Handoyo; dan Stephen Kakisina).
Sedangkan pada daftar pustaka, nama keluarga, marga, ayah, ditulis
terlebih dahulu (Contoh: Mismail, Budiono; Wert. J.E.; Handoyo,
Bambang dan Kakisina, Stephen);
b. Pada catatan kaki antar informasi dipisahkan oleh tanda koma (contoh: Sri
Harto, Hidrologi Terapan, Badan Penerbit UGM, Yogyakarta, 1983, hal.
423). Sedangkan pada daftar kepustakaan dipisahkan oleh tanda titik
(contoh: Harto, Sri. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Badan Penerbit UGM,
1983).
c. Pada daftar kepustakaan perlu mencantumkan nama penerbitnya, misalnya:
Gramedia; Mc. Graw Hill Company; Badan Penerbit UGM; dll. Sedangkan
pada catatan kaki tidak terlalu diperlukan dan kalau dicantumkan juga tidak
salah.
d. Pada daftar pustaka tidak perlu menuliskan halaman tempat dimana kutipan
pustaka tersebut diambil, sementara pada kutipan dalam teks atau pada
catataan kaki itu perlu.
e. Urutan penulisan daftar kepustakaan mempunyai beberapa variasi,
misalnya ada yang menempatkan tahun terbitan setelah nama penerbit, dan
beragam variasi lain. Untuk kita pedomani saja contoh yang telah ada pada
buku ini.

Demikianlah sejumlah tehnik penulisan karya tulis ilmiah untuk pegangan dasar
dalam memulai pembuatan rancangan penelitian, pengembangan, evaluasi serta
pelaporannya, pembuatan makalah, artikel, naskah media elektronik, pembuatan
buku, modul, diktat, terjemahan, saduran, dll.
PERSYARATAN ADMINISTRASI

Dalam rangka memenuhi keabsahan sebuah karya tulis atau karya ilmiah guru
untuk kenaikan pengkat dan atau jabatan guru setingkat lebih tinggi, maka perlu
diperhatikan persyaratan-persyaratan administrasi sebagai berikut:
1. Karya tulis/karya ilmiah yang diajukan kepada tim penilai hendaknya diberi
judul yang dituangkan dalam halaman "judul" (contoh halaman judul terlampir).
2. Karya tulis/karya ilmiah yang akan diajukan kepada tim penilai harus disyahkan
terlebih dahulu oleh kepala sekolah/kepala madrasah tempat bersangkutan
bertugas. Tanpa adanya lembar pengesahan tersebut karya tulis tidak diberi nilai.
(contoh lembar pengesahan terlampir).
3. Karya tulis/karya ilmiah yang diajukan kepada tim penilai hendaknya telah
mendapat rekomendasi dari pengelola perpustakaan sekolah yang menyatakan
bahwa karya tersebut didokumentasikan di perpustakaan sekolah guru yang
bersangkutan. (contoh rekomendasi terlampir).
4. Bila karya tulis ilmiah yang diajukan merupakan makalah atau bahan dalam
kegiatan penataran, seminar, lokakarya dll, maka harus ada keterangan dari
panitia pelaksana kegiatan tersebut. (contoh keterangan terlampir).
5. Dalam karya tulis/karya ilmiah hendaknya dibuatkan kata pengantar yang
disusun oleh penulis, kata pengantar ini penting, agar tim penilai dapat melihat
kapan penulis membuat karya ini. (contoh kata pengantar terlampir).
6. Karya tulis/ilmiah yang diajukan hendaknya dilengkapi dgn out line (daftar isi)
yang agak rinci agar tim penilai mudah melakukan tugas penilaian. (contoh
daftar isi terlampir).
7. Dalam sebuah karya tulis/karya ilmiah yang diajukan kepada tim penilai,
hendaknya dilengkapi dengan daftar kepustakaan/daftar bacaan. (sebagaimana
contoh terlampir).

Anda mungkin juga menyukai