Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ KONSEP BELAJAR, MEMORI, DAN PENGETAHUAN “


DOSEN PENGAMPU : ERVI RAHMADANI, S PD,M.PD.

OLEH KELOMPOK 2:
 NURUL ISTIQOMAH (2302030025)
 SAIKHA TSABITA (2302030029)
 NUR KHAIRUNNISA (2302030028)
 DINDA USMAN (2302030042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
TAHUN AJARAN 2023/2024

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan dan rahmat hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul KONSEP BELAJAR, MEMORI DAN PENGETAHUAN ini tepat
pada waktunya
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Ervi
Ramadani S. Pd., M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidkan Psikologi . Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang KONSEP BELAJAR,
MEMORI DAN PENGETAHUAN bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada Ibu Ervi Ramadani S. Pd., M. Pd yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Palopo, 9 Oktober 2023


Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1 . Latar Belakang Masalah.....................................................................................................1
2 . Rumusan Masalah ...............................................................................................................1
3 . Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
4 . Manfaat Penulisan...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A . Definisi dan Contoh Belajar...............................................................................................2
B . Arti Penting Belajar............................................................................................................3
C . Belajar, Memori dan Pengetahuan....................................................................................4
D . Teori-teori Pokok Belajar...................................................................................................6
E . Proses dan Fase Belajar......................................................................................................9
BAB III PENUTUP.................................................................................................................11
KESIMPULAN........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12

ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan sehari – hari baik secara disadari atau tidak kita pasti mengalami sebuah
kegiatan yaitu belajar. Belajar secara teori maupun praktek dari lingkungan sekitar. Belajar
mengerti arti kehidupan dan belajar menjadi semakin baik. Anak – anak kecil pun belajar
bagaimana cara mereka berjalan dan berkomunikasi dengan baik. Sebagai calon pendidik kita
juga dituntut untuk mengetahui tentang arti penting belajar. Karena belajar merupakan
masalah yang pasti dihadapi setiap orang. Oleh karena itu di sini kita akan mengupas lebih
dalam tentang arti dari kata belajar itu sendiri. Yang diharapkan nantinya akan berguna bagi
kita para calon pendidik untuk lebih memahami kegiatan beajar mengajar ini dan mampu
menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari bagi peserta didik kita.

2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
A . Definisi dan contoh belajar
B . Arti penting belajar
C . Belajar, memori, dan pengetahuan dalam perspektif agama
D . Teori-teori pokok belajar
E . Proses dan fase belajar

3. Tujuan Penulisan
A Mengerti definisi dan contoh belajar
B Mengetahui arti penting belajar
C Mengerti belajar, memori, dan pengetahuan dalam perspektif agama
D Mengetahui teori-teori pokok belajar
E Mengerti proses dan fase belajar

4. Manfaat Penulisan
Sebagai tambahan khasanah keilmuan yang kita punya khususnya dalam bidang ilmu
Psikologi Pendidikan dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Bumi Pertiwi ini.

1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi dan Contoh Belajar
Fenomena yang ada dalam lingkungan kita masih banyak sekali yang mengartikan belajar
dalam arti sempit. Yakni seorang yang belajar di dalam ruang kelas, atau sekolah. Padahal
sebenarnya belajar tidak sesempit itu. Dan masih banyak orang yang masih beranggapan,
bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu saja, adapula
yang mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan.
Ada pula sebagian orang yang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/ materi
pelajaran. Padahal belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup manusia.
Dan belajar bukanlah sekedar pengalaman belaka, akan tetapi belajar merupakan sebuah
proses. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan intregatif, dengan menggunakan
berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Karena pada hakekatnya seseorang
melakukan kegiatan belajar itu pastilah memilki sebuah tujuan. Contoh saja, ketika kita
menginginkan untuk pandai bersepeda tentulah kita berusaha untuk belajar bagaimana
menggunakan sepeda itu dengan baik. Ilustrasi tersebut merupakan contoh daripada belajar.
Untuk menghindari ketidak lengkapan persepsi dari belajar itu sendiri dan agar kita dapat
memahami apa itu belajar secara luas, maka disini pemakalah akan memaparkan beberapa
pengertian belajar dari beberapa sumber.

Banyak ahli yang telah mendefinisikan apa itu belajar . Di antaranya adalah definisi yang
diungkapkan oleh :
Hilgard dan Bower , bukunya Theories of Learning ( 1975 ) mengemukakan . “Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang – ulang dalam situasi itu , di mana perubahan
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan ,
kematangan , atau keadaan – keadaan sesaat seseorang ( misalnya kelelahan , pengaruh obat
dan sebagainya ) .”
Gagne , dalam bukunya The Conditions of Learning ( 1977 ) menyatakan bahwa : “Belajar
terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya ( performance – nya ) berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi .”
Morgan , dalam bukunya Introduction to Psykology ( 1978 ) mengemukakan : “Belajar
adalah setiap perubahan yang relatif rmenetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman .”
Witherington , dalam buku Educational Psykology mengemukakan “Belajar adalah suatu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada
reaksi yang berupa kecakapan , sikap , kebiasaan , kepandaian atau suatu pengertian .”
2
Menurut Muhibbin Syah, dalam bukunya, psikologi belajar menyatakan bahwa “belajar
adalah kegiatan berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli di atas adalah fenomena perselisihan yang
wajar, karena adanya perbedaan titik pandang. Untuk itu, penulis akan menganalisis definisi
belajar dari berbagai penadapat tersebut. Bahwasanya ” belajar merupakan usaha untuk
memperoleh pengetahuan, yang bisa melalui proses adaptasi, pengalaman, dan informasi
yang telah didapat atau penemuan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga
dengan belajar, manusia menjadi tahu, mengerti, memahami, dan mempengaruhi terhadap
proses perubahan manusia itu sendiri.
Seseorang dikatakan belajar ketika di dalam dirinya terdapat keinginan atau tujuan untuk bisa
melakukan suatu hal, sehingga mengakibatkan perbuatan dirinya menjdi sebuah kegiatan
yang dinamakan belajar. Contoh, ketika kita melihat teman kita bisa mengoperasikan sebuah
kalkulator ataupun HP dan kita tertarik untuk bisa melakukannya pula, dalam diri kita akan
muncul keinginan untuk mencoba mengoperasikan alat tersebut, yang kemudian proses dari
hal tersebut disebut dengan belajar.

B. Penting Belajar
1). Arti penting belajar bagi perkembangan manusia
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung di
dalam belajar. disebabkan oleh kemampuan berubah karena belajar, maka manusia dapat
berkembang jauh dibandingkan mahluk-mahluk lainnya, sehingga mereka dapat terbebas dari
kemandigaan fungsinya sebagai kholifah Tuhan di muka bumi.
Kualitas hasil proses perkembangan manusia itu banyak terulang pada apa dan bagaimana ia
belajar. selanjutnya tinggi rendahnya kualitas perkembangan manusia itu akan menentukan
masa depan peradaban manusia itu sendiri. E.L. Thordike seorang pakar teori Srbond
meramalkan, jika kemampuan belajar umat manusia dikurangi setengah saja maka peradaban
sekarang ini tak akan berguna bagi kehidupan mendatang. bahkan, mungkuin peradaban itu
sendiri akan lenyap ditelan sang zaman.
2). Arti pentng belajar bagi kehidupan manusia
belajar juga memainkan peran penting di dalam mempertahankan kehidupan sekelompok
manusia di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat diantara bangsa-bangsa lainnya
yang lebih dahulu maju karena belajar akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis bisa
terjadi karena belajar.

3
C . Belajar, Memori dan Pengetahuan
1). Perspektif psikologi
Pada umumnya para ahli psikologi belajar khususnya mereka yang tergolong ahli
cognitivitast sepakat bahwa hubungan antara belajar, memori, dan pengetahuan itu sangat
erat dan tak mungkin dipisahkan. memori yang kita artikan sebagai ingatan itu adalah fungsi
mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan ia merupakan storage aytem, yakni
sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat pada otak. Pusat memori dan
pengetahuan
Secara global otak terdiri dari dua bagian besar yaitu, bagian atas yang disebut cortex atau
neocortex, bagian bawah yang disebut medulla dan sekitarnya. Otak atas yang terdapat
dalam sepsis yang berderajat tinggi seperti manusia yang bersifat dinamis dan potensinya
dapat dikembangkan seluas-luasnya, sedangkan otak bawah yang terdapat pada spens tinggi
dan juga spen rendah yakni kera, kucing, dan seterusnya bersifat statis, namun otak bawah
memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut;
a). Medulla, berfungsi mengendalikan pernafasan, penalaran , pencernaan, dan detak
jantung,
b). Cerebellum, berfungsi mengkoordinasi berbagai gerakan organ jasmani dan reflek-reflek.
c). Thalamus, berfungsi terutama sebagai stasiun penyambung informasi motor dan
informasi motor dari sub-sub bagian otak bawah ke otak atas,
d). Hypothalamus, berfungsi mengatur ekspresi-ekspresi yang berasal dari dorongan dasar
seperti dorongan lapar dan dorongan seksual.
Ragam memori dan pengetahuan
Ditinjau dari sudut informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia itu terdiri
atas dua macam;
a). semantic memory, yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian.
b). episodic memory, yaitu memori khusus yang menyimpan informasi peristiwa-peristiwa.
Memori dan IQ
IQ pada dasarnya merupakan sebuah ukuran tingkatan kecerdasan yang berkaitan dengan
usia, bukan kecerdasan itu sendiri. secara harfiyah IQ ialah hasil dari intelegensi.
intelegensi sendiri dalam psikologi memiliki arti yang beraneka ragam antara lain yang
paling pokok adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi baru secara cepat dan
efektif atau kemampuan menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif. Dengan
demikian intelegensi dapat di sinonimkan dengan kecerdasan.

2). Perspektif Agama


Islam dalam hal penekanannya terhadap siknifikasi fungsi kognitif dan fungsi sensori
sebagai alat penting untuk belajar, dan sangat jelas, karena di dalam Al-Quran ada kata-kata
kunci seperti Ya'qilun, Yatafakkarun, Yubshirun, Yasmaun, dan sebagainya.ini semuanya
menunjukkan bukti betapa pentingnya penggunaan ranah cipta dan karsa manusia dalam
belajar dan meraih ilmu pengetahuan.

Arti penting memori dan pengetahuan


Islam, menurut dari.Yusuf Qardhawi (1984), adalah Akidah yang berdasarkan ilmu
pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan diri secara membabi buta. Dan menurutnya juga
berdasarkan Al-Quran dan Hadis Rasulullah yang berisi perintah belajar, karena hanya
melalui belajarlah ilmu pengetahuan dapat diraih. Dalam Al-Quran di terangkan:
‫ َو ُقْل َر ِّب ِزْد ِنْي ِع ْلًم ا‬: ‫َقاَل ُهللا َتَع اَل‬
Dan Allah berfirman : Katakanlah ‘Ya Tuhanku tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan !’ QS. Taha 114.
‫ ُقْل َهْل َيْسَتِو اَّلِذ ْيَن َيْع َلُم ْو َن َو اَّلِذ ْيَن اَل َيْع َلُم ْو َن‬: ‫َقاَل ُهللا َتَع اَل‬
Dan Allah berfirman : Katakanlah ‘Apakah dapat di samakan orang yang mengetahui dengan
orang yang tidak mengetahui’ QS. Az-Zumar 9.
‫ ِاَّنَم ا َيْخ َش ى َهللا ِم ْن ِعَباِدِه اْلُع َلَم اُء‬: ‫َقاَل َتَع اَل‬
Dan Allah berfirman : Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah hanyalah mereka
yang berilmu pengetahuan QS. Fathir 28.
Dalam Hadis juga diterangkan :
Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Barang siapa yang menempuh
suatu jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, maka Allah akan memudahkannya jalan itu ke
surga.”HR. Muslim

Abu darda ra. mendengar bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang melalui suatu
jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Para malaikat
selalu meletakkan sayapnya menaungi para pelajar karena senang terhadap perbuatan mereka.
Dan orang berilmu dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi, serta ikan-ikan
didalam air. Kelebihan seorang berilmu atas ahli ibadah bagaikan kelebihan sinar bulan atas
bintang-bintang lain. Sesungguhnya para guru adalah sebagai pewaris nabi. Sesungguhnya
nabi tidak mewariskan uang dinar atau dirham. Hanya mewariskan ilmu agama. Barangsiapa
yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil bagian yang besar.”HR. Abu Daud dan
At-Tirmidzi.

5
D. Teori-teori pokok belajar
Untuk lebih memperjelas pengertian pentingnya belajar, prinsip-prinsip belajar dan
bagaimana proses belajar itu terjadi. Di antara sekian banyak teori yang berdasarkan hasil
eksperimen terdapat tiga macam yang sangat menonjol, yaitu: Connectionism, Classical
Conditioning, dan Operant Conditioning.
1. Koneksionisme
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh
Edward L. Thorndike (1874/1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-
an. Eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk
mengetahui fenomena belajar.
Seekor kucing yang lapar di tempatkan dalam sangkar yang berbentuk kotak berjeruji yang
dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendal pintu, dan tali yang
menghubungkan pengungkit dengan gerendal tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa
sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan
sangkar tadi.
Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box (peti teka-teki) itu merupakan situasi
stimulus yang merangsang kucing untuk bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan
yang ada didepan pintu. Mula-mula kucing tersebut mengeong, mencakar, melompat dan
berlari-larian, namun gagal membuka untuk memperoleh makanan yang ada di depannya.
Akhinya, entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit dan
terbukalah pintu sangkar tersebut. Ekperimen puzzle box ini kemudian terkenal dengan
nama instrument conditioning. Artinya, tingkah laku yang dipelajari berfungsi sebagai
instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki.
Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan
antara stimulus dan respons. Itulah sebabnya teori koneksionisme juga disebut ‘‘S-R Bond
Theory’’ dan “S-R Psychology of Learning”. Di samping itu, teori ini juga terkenal dengan
sebutan “ Trial and Error Learding”. Istilah ini menunjuk pada panjangnya waktu atau
banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan.
Apabila kita perhatikan dengen seksama, dalam eksperimen Thorndike tadi akan kita dapati
dua hal pokok yang mendorong timbulnya fenomena belajar.
Pertama, keadaan kucing yang lapar. Seandainya kucing itu kenyang, sudah tentu tak akan
berusaha keras untuk keluar. Bahkan, barangkali ia akan tidur saja puzzle box yang
mengurungnya. Dengan kata lain, kucing itu akan menampakkan gejala belajar untuk ke luar.
Sehubungan dengan hal ini, hampir dapat dipastikan bahwa motivasi (seperti rasa lapar)
merupakan hal yang sangat vital dalam belajar.

6
Kedua, tersedianya makanan di muka pintu puzzle box. Makanan ini merupakan efek positif
atau memuaskan yang dicapai oleh respons dan kemudian menjadi dasar timbulnya hukum
belajar yang disebut law of effect. Artinya, jika sebuah respons menghasilkan efek yang
memuaskan, hubungan antara stimulus dan repons akan semakin kuat. Sebaliknya semakin
tidak memuaskan (mengganggu) efek yang dicapai respons, semakin lemah pula hubungan
stimulus dan respons tersebut. Hukum belajar inilah yang menghasilkan munculnya
konsep Rienforcer dalam teori Operant Conditioning hasil penemuan B.F. Skinner.
Di samping law of effect, Thorndike juga mengemukakan dua macam hukum lainnya yang
masing-masing disebut law of readiness dan law of exercise. Sekarang, kedua hukum ini
sesungguhnya tidak terlalu popular, namun cukup berguna sebagai tambahan kajian dan
perbandingan.
Law of readiness (hukum kesiapsiagaan) pada prinsipnya hanya merupakan asumsi bahwa
kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan conduction units (satuan perantaraan).
Unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu. Jelas, hukum ini semata-mata bersifat spekulatif, menurut Reber
(1988), hanya bersifat historis.
Law of exercise (hukum latihan) ialah generalisasi atas law of use dan law of disuse Menurut
Hilgard dan Bower (1975), jika perilaku (perubahan hasil belajar) sering dilatih atau
digunakan maka eksistensi perilaku tersebut akan semakin kuat (law of use). Sebaliknya, jika
pelaku tadi tidak sering dilatih atau tidak digunakan maka akan terlupakan atau sekurang-
kurangnya akan menurun (law of disuse).
2. Pembiasaan Klasik
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil
eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan besar Rusia yang
berhasil menggondol hadiah Nobel pada tahun 1909. Pada dasarnya classical conditioning
adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengen cara mendatangkan stimulus sebelum
terjadinya refleks tersebut.
Kata classical yang mengawali nama teori ini semata-mata dipakai untuk menghargai karya
Pavlov yang dianggap paling dahulu dibidang conditioning (upaya pembiasaan) dan untuk
membedakannya dari teoriconditioning lainnya. Selanjutnya, mungkin kerena fungsinya,
teori Pavlov ini juga dapat disebut respondent conditioning (pembiasaan yang dituntut).
Dalam eksperimennya, Pavlov menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan-hubungan
antaraconditioned stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response (CR),
dan unconditioned response (UCR). CS adalah rangsangan yang mampu mendatangkan
respons yang dipelajari, sedangkan respons yang dipelajari itu sendiri disebut CR. Adapun
UCS berarti rangsangan yang menimbulkan respons yang tidak dipelajaridan respons yang
tidak dipelajaritu disebut UCR.
Anjing percobaan itu mula-mula diikat sedemikian rupa dan pada salah satu kelenjar air
liurnya diberi alat penampung cairan yang dihubungkan dengan pipa kecil (tube). Perlu
diketahui bahwa sebelum dilatih (dikenai eksperimen), secara alami anjing itu selalu
mengeluarkan air liur setiap kali mulutnya berisi makanan.
7
Ketika bel dibunyikan, secara alami pula anjing itu menunjukkan reaksinya yang relavan,
yakni tidak mengeluarkan air liur.Kemudian, dilakukan eksperimen berupa latihan
pembiasaan mendengar bel (CS) bersama-sama dengan pemberian makanan berupa serbuk
daging (UCS). Setelah latihan yang berulang-ulang ini selesai, suara bel tadi (CS)
didengarkan lagi tanpa disertai makanan (UCS). Apakah yang terjadi? Ternyata anjing
percobaan tadi mengeluarkan air liur juga (CR), meskipun hanya mendengar suara bel (CS).
Jadi, (CS) akan menghasilkan (CR) apabila (CS) dan (UCS) telah berkali-kali dihadirkan
bersama-sama.
Dari hasil percobaan itu, Pavlov mendapat kesimpulan bahwa gerakan-gerakan refleks itu
dapat dipelajari, dapat berubah karena latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan
menjadi dua macam refleks, yaitu refleks wajar (keluar air liur ketika makan) dan refleks
bersyarat/refleks yang dipelajari (keluar air liur ketika mendengar bunyi bel).
3. Pembiasaan Perilaku Respons
Teori pembiasaan perilaku respons (operant conditioning) ini merupakan teori belajar yang
berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh dikalangan para ahli psikologi belajar
masa kini. Penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner (lahir tahun 1904).
“Operant” adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap
lingkungan yang dekat. Tidak seperti dalam respondent conditioning (yang responsnya
didatangkan oleh stimulus tertentu), respons operant conditioning terjadi tanpa didahului
oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan olehreinforcer. Reinforcer itu sendiri
adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu,
namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
respondent conditioning.
Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan
dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan nama “Skinner Box”. Peti sangkar ini
terdiri atas dua macam komponen pokok, yakni: manipulandum dan alat
pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandumadalah
komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement.
Komponen ini terdiri atas tombol, batang jeruji, dan pengungkit.
Dalam eksperimen tadi mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari
kesana kemari, mencium benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding dan
sebagainya. Aksi-aksi seperti ini disebut”emitted behavior” (tingkah laku yang terpancar),
yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa memperdulikan stimulus tertentu.
Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan salah satu emitted behaviortersebut (seperti
cakaran kaki depan atau sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit
ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya.
Butir-butir makanan yang muncul itu merupakan reinforcer bagi penekanan pengungkit.
Penekanan pengungkit ini disebut tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila
diiringi dengan reinforcement,yakni penguatan berupa butir-butir makanan yang muncul pada
wadah makanan.
8
108 Jelas sekali bahwa eksperimen Skinner di atas mirip sekali dengan trial and error
learning yang ditemukan oleh Throndike. Dalam hal ini, fenomena tingkah laku belajar
menurut Throndike selalu melibatkansatisfaction/kepuasan, sedangkan menurut Skinner
fenomena tersebut melibatkan reinforcement/penguatan. Dengan demikian, baik belajar
dalam teori S-R Bond maupun dalam teori operant conditioning langsung atau tidak,
keduanya mengakui arti penting law of efect.
Selanjutnya, proses belajar dalam teori operant conditioning juga tunduk kepada dua
hukum operant yang berbeda, yakni: law of operant conditioning dan law of operant
extinction. Menurut law of operant conditioning, jika timbulnya tingkah laku operant diiringi
dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan meningkat. Sebaliknya,
menurut law of operant extinction, jika timbulnya tingkah lakuoperant yang telah diperbuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan
tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah. Hukum-hukum ini pada dasarnya
sama saja dengan hukum-hukum yang melekat dalam proses belajar menurut teori pembiasan
yang klasikal.
Teori-teori belajar hasil eksperimen Thorndike, Skinner, dan Pavlov di atas secara principal
bersifat behavioristik dalam arti lebih menekankan timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata
dan dapat diukur. Teori-teori itu juga bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan
stimulus dan respons sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Jika kita renungkan
dan bandingkan dengan teori juga temuan riset psikologi kognitif, karakteristik belajar yang
terdapat dalam teori-teori behavioristik yang terlanjur diyakini sebagian besar ahli pendidikan
kita itu, sesungguhnya mengandung banyak kelemahan.

E. Proses dan fase belajar


1. Definisi Proses Belajar
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti “berjalan
kedepan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah pada
suatu sasarab atau tujuan. menurut Chaplin (1972) proses adalah any change in any objek or
organism, particulary a behavioral or psychological change. (proses adalah perubahan yang
menyangkut tingkah laku atau perubahan.
Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang
dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber,
1988). Jika kita perhatikan ungkapan any change in any object or organism, dalam definsi
chaplin diatas dan kata-kata “cara-cara atau langkah-langkah” dalam definisi Reber tadi,
istilah “tahapan perubahan” dapat kita pakai sebagai padanan kata proses. Jadi, proses nelajar
dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang
terjadi dalam dirir siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kearah
yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.

9
2. Fase-fase dalam proses belajar
karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi
perubahan-perubahan yang bertahap. perubahan-perubahan tersebut timbul melalui fase-fase
yang antara satu dengan laninnyayang lebih maju daripada sebelumnya.
Menurut Jerome S. Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga fase, yaitu:
1). Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan
mengenai materi yang sedang dipelajari.
2). Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan
menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual.
3). Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang
telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang
dihadapi.

Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning, setiap proses belajar selalu
berlangsung dalam tahapan tahapan yang mencakup:
1). Tahap penerimaan informasi
Seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons
terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru.
2). Tahap penyimpanan informasi
Seorang siswa akan secara otomatis mengalami proses penyimpanan pemahaman dan
perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses belajar.
3). Tahap mendapatkan kembali informasi
Seorang siswa kan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya, ketika ia
menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah.

10
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Belajar merupakan sebuah proses yang mampu merubah tingkah laku seseorang yang
memerlukan sebuah proses secara terus menerus . Kita juga perlu mengetahui berbagai teori –
teori tentang belajar sehingga menambah wawasan kita bagaimana cara belajar yang mampu
membantu kita mendapatkan hasil yang maksimal. Yang sangat diharapkan setelah kita
belajar tidaklah hanya menguasai teorinya saja, tetapi bisa kita aplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari yang dapat membuat kehidupan kita lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA
- Purwanto Ngalim . Psikology Pendidikan . Bandung : Remaja Rosdakarya . 2007
- Syah Muhibbin . Psikologi Pelajar . Jakarta : Raja Grafindo Persada . 2003
- Syah Muhibbin . Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru . Bandung : PT Remaja
Rosdakarya . 2014
- Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004),

12

Anda mungkin juga menyukai