Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Dr.
Drs. H. Muslim Afandi, M.Pdsebagai dosen pengampu mata kuliah psikologi belajar dan
pembelajaran yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB 1: PENDAHULUAN.......................................................................................
1. Latar Belakang.........................................................................................
2. Rumusan Masalah....................................................................................
3. Tujuan Penulisan......................................................................................
KESIMPULAN.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu unsur
pendidik, agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami
bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses
pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
peserta didik, serta memahami tentang
bagaimana siswa belajar. Untuk dapat memahami proses belajar yang terjadi pada diri
siswa, guru perlu menguasai hakikat dan konsep dasar belajar. Dengan menguasai
hakikat dan konsep dasar tentang belajar diharapkan guru mampu menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah memfasilitasi
tumbuh dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik.
Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas dalam masyarakat, lebihlebih
setelah diundangkannya Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang secara legal formal memberi pengertian tentang
pembelajaran. Dalam Pasal 1 butir 20 pembelajaran diartikan sebagai “... proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”. Pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan
sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang
potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi
individu sebagai peserta didik.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran satu
sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan substantif
belajar dan pembelajaran terletak pada simpul terjadinya perubahan perilaku dalam
diri individu. Keterkaitan fungsional pembelajaran dengan belajar adalah bahwa
pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan belajar atau dengan kata lain
belajar merupakan parameter
pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar
merupakan konsekuensi dari pembelajaran. Misalnya, seseorang berubah perilakunya
yang cenderung ceroboh dalam menyeberang jalan raya setelah secara kebetulan ia
melihat ada orang lain yang menyeberang, tertabrak sepeda motor “karena ketidakhati-
hatiannya. Oleh karena itu, dapat pula dikatakan bahwa akuntabilitas belajar bersifat
internal-individual, sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat publik.
2. Rumusan Masalah
a. Apa dan Bagaimana Belajar dan Pembelajaran
b. Apa Saja Ruang Lingkup Belajar dan Pembelajaran
c. Apa Saja Jenis-Jenis Hakekat Belajar dan Pembelajaran
3. Tujuan Penulisan
a. Agar Mengetahahui Apa Itu Belajar dan Pembelajaran
b. Agar Mengetahui Apa Saja Ruang Lingkup Belajar dan Pembelajaran
c. Agar Mengetahui Jenis-Jenis Hakekat Belajar dan Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
1
Sudjana, N. (2018). Evaluasi Program Pembelajaran di Indonesia. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
2
Anwar, K. (2019). Peningkatan Kualitas Pembelajaran di Indonesia: Tantangan dan Solusi. Jakarta: Penerbit
Kencana.
dari penelitian Ivan Pavlov pemenang hadiah Nobel tahun 1904, dan V.M. Bechtereve
serta A.B. Watson adalah proses relasi antara stimulus dan respon (S-R), sedang teori
gestalt adalah relasi antara bagian dengan totalitas pengalaman. Sejak itu maka
berkembang berbagai teori belajar yang bertolak dari ontologi penelitian yang
berbeda-beda tetapi semua bertujuan untuk menjelaskan bagaimana belajar
sesungguhnya terjadi.
Beberapa teori belajar secara signifikan banyak mempengaruhi pemikiran
tentang proses pendidikan, termasuk pendidikan jarak jauh. Teori Operant
Conditioning atau Pengkondisian Operant dari B.F. Skinner yang menekankan pada
konsep reinforcement atau penguatan (Bell-Gredler, 1986: 77-91), dan teori
Conditions of 3Learning dari Robert Gagne yang menekankan pada behavior
development atau perkembangan perilaku sebagai produk dari cumulative effects of
learning atau efek kumulatif (Bell-Gredler, 1986: 117130) mempengaruhi pandangan
tentang bagaimana menata lingkungan belajar. Sementara itu teori Information
Processing yang menekankan pada proses pengolahan informasi dalam berpikir
(BellGredler, 1986: 153-169), dan teori Cognitive Development atau Perkembangan
Kognitif dari Jean Piaget yang menekankan pada konsep ways of knowing atau jalan
untuk tahu (Bell-Gredler, 1986: 193-209) mempengaruhi pandangan tentang
bagaimana mengembangkan proses intelektual peserta didik. Di lain pihak teori Social
Learning atau Belajar Sosial dari Albert Bandura yang menekankan pada pemerolehan
complex skill and abilities atau kemampuan dan keterampilan kompleks melalui
pengamatan modeled behavior atau perilaku yang diteladani beserta konsekuensinya
terhadap perilaku individu (Bell-Gredler, 1986: 235-253) dan teori Attribution atau
Atribusi dari Bernard Werner yang menekankan pada relasi antara ability, effort, task
difficulty, and luck dalam keberhasilan atau kegagalan belajar (Bell-Gredler, 1986:
276-291) mempengaruhi pandangan tentang bagaimana melibatkan individu dalam
konteks sosial. Sedangkan teori Experiential Learning atau Belajar melalui
Pengalaman dari David A. Kolb, yang menekankan pada konsep transformation of
experiences atau transformasi pengalaman dalam membangun knowledge atau
pengetahuan (Kolb, 1984: 21-38), teori Social Development atau Perkembangan Sosial
dari L. Vygostky yang menekankan pada konsep zone of proximal development atau
arena perkembangan terdekat melalui proses dialogis dan kebersamaan (Cheyne dan
Taruli, 2005:1-10), dan Web-based Learning Theory atau Teori Belajar Berbasis
Jaringan yang menekankan pada interaksi individu dengan sumber informasi berbasis
jaringan elektronik (Suparman, Winataputra, Hardhono, dan Sugilar, 2003:1-5)
mempengaruhi pandangan tentang bagaimana memanfaatkan lingkungan belajar yang
bersifat multipleks guna menghasilkan belajar yang lebih bermakna. Semua konsep
belajar yang dibangun dalam masing-masing teori tersebut melukiskan bagaimana
proses psikologis-internal-individual atau psikososial atau psikokontekstual yang
3
Suparman, A. (1997). Model-model pembelajaran interaktif. Jakarta. SETIA LAN Press.
relatif bebas dari konteks pedagogik yang sengaja dibangun untuk
menumbuhkembangkan potensi belajar individu.
Dalam konteks pencapaian tujuan pendidikan nasional konsep belajar harus
diletakkan secara substantif-psikologis terkait pada seluruh esensi tujuan pendidikan
nasional mulai dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Dengan kata lain konsep belajar yang secara konseptual bersifat
content free atau bebas-isi secara operasional-kontekstual menjadi konsep yang
bersifat content-based atau bermuatan. Oleh karena itu, konsep belajar dalam
konteks tujuan pendidikan nasional harus dimaknai sebagai belajar untuk menjadi
orang yang: beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber-akhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Karena pendidikan memiliki misi psiko pedagogic dan sosio
pedagogic maka pengembangan pengetahuan, nilai-nilai dan sikap, serta keterampilan
mengenai keberagamaan dalam konteks beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa; keberagamaan dalam konteks berakhlak mulia; ketahanan jasmani dan
rohani dalam konteks sehat; kebenaran dan kejujuran akademis dalam konteks berilmu
melekat; terampil dan cermat dalam konteks cakap; kebaruan (novelty) dalam konteks
kreatif, ketekunan dan percaya diri dalam konteks mandiri; dan kebangsaan, demokrasi
dan patriotisme dalam konteks warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab
seyogianya dilakukan dalam rangka pengembangan kemampuan belajar peserta didik.
Ruang lingkup belajar dan pembelajaran merujuk pada berbagai aspek yang
terlibat dalam proses pendidikan dan pengembangan pengetahuan serta keterampilan
seseorang. Ini mencakup berbagai elemen, termasuk apa yang dipelajari, bagaimana
itu dipelajari, siapa yang terlibat dalam proses pembelajaran, di mana pembelajaran
terjadi, dan mengapa pembelajaran itu penting. Berikut adalah beberapa aspek utama
dalam ruang lingkup belajar dan pembelajaran:
a. Materi Pembelajaran
Ini adalah konten atau topik yang dipelajari oleh siswa atau peserta pembelajaran.
Materi pembelajaran dapat mencakup berbagai subjek, keterampilan, dan pengetahuan,
seperti matematika, ilmu sosial, bahasa, seni, musik, sains, dan banyak lagi.
b. Metode Pembelajaran
Metode atau pendekatan yang digunakan untuk mengajar dan memfasilitasi proses
pembelajaran. Ini mencakup metode pengajaran, teknik pengajaran, dan strategi
pembelajaran, seperti ceramah, diskusi, proyek, pengalaman praktis, dan lainnya.
Peserta Pembelajaran
Ini merujuk pada individu atau kelompok yang sedang belajar. Peserta
pembelajaran dapat berupa siswa di sekolah, mahasiswa di perguruan tinggi, karyawan
di tempat kerja, atau bahkan individu yang sedang melakukan pembelajaran mandiri.
4
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
d. Lingkungan Pembelajaran
Ini mencakup tempat-tempat di mana pembelajaran terjadi. Ini bisa dalam kelas,
laboratorium, ruang seminar, online, atau di lingkungan sehari-hari seperti rumah,
tempat kerja, atau komunitas.
e. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah apa yang ingin dicapai melalui proses pembelajaran.
Tujuan dapat berupa pencapaian keterampilan tertentu, pemahaman konsep,
pengembangan kemampuan berpikir kritis, atau mencapai tingkat prestasi tertentu.
f. Evaluasi Pembelajaran
Ruang lingkup belajar dan pembelajaran bersifat luas dan bervariasi tergantung pada
konteksnya. Ini mencakup semua aspek yang terlibat dalam pendidikan dan
pengembangan individu, mulai dari pendidikan formal di sekolah hingga pelatihan di
tempat kerja, pembelajaran sepanjang hayat, dan pembelajaran mandiri.
Hakikat belajar dan pembelajaran adalah konsep yang kompleks dan terkait erat dalam
dunia pendidikan. Terdapat beberapa jenis hakikat belajar dan pembelajaran yang
dapat diidentifikasi, termasuk:
Belajar bukanlah suatu proses pasif, tetapi suatu proses aktif di mana individu
terlibat secara aktif dalam mengumpulkan informasi, memprosesnya, dan
mengaitkannya dengan pengetahuan yang sudah ada.
Salah satu hakikat belajar adalah perubahan perilaku atau keterampilan seseorang
sebagai hasil dari proses pembelajaran. Ini berarti bahwa seseorang belajar ketika ia
dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat ia lakukan atau memiliki
pemahaman baru.
c. Belajar sebagai Proses Sosial
Hakikat belajar dan pembelajaran dapat berbeda bagi setiap individu dan bervariasi
tergantung pada konteks dan tujuan pembelajaran. Memahami berbagai aspek hakikat
belajar ini dapat membantu pendidik dan siswa dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran yang efektif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah yang telah kami sajikan yaitu belajar adalah proses kompleks
dan multifaset yang melibatkan interaksi antara individu, lingkungan, dan materi pelajaran.
Hal ini mencakup aspek kognitif, emosional, sosial, dan fisik. Pembelajaran efektif
memerlukan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana individu belajar dan bagaimana
menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran ini dalam konteks pendidikan. Dalam konteks
pendidikan formal, guru dan pengajar memainkan peran penting dalam merancang
pengalaman pembelajaran yang efektif dan memfasilitasi pembelajaran siswa.
Teknologi dan inovasi terus-menerus mempengaruhi cara kita belajar dan mengajar.
Penggunaan teknologi dalam pendidikan dapat meningkatkan akses, fleksibilitas, dan efisiensi
pembelajaran. Faktor-faktor seperti motivasi, minat, dan lingkungan belajar dapat
berpengaruh signifikan terhadap hasil pembelajaran.
Oleh karena itu, penting untuk memahami dan memperhatikan faktor-faktor ini dalam
merancang pengalaman pembelajaran. Evaluasi dan penilaian merupakan bagian integral dari
proses pembelajaran. Mereka dapat memberikan umpan balik yang berharga kepada siswa dan
guru untuk meningkatkan hasil pembelajaran.
Konsep belajar sepanjang hayat (lifelong learning) semakin penting dalam masyarakat
yang terus berubah. Individu perlu terus belajar dan mengembangkan keterampilan sepanjang
hidup mereka. Penting untuk mempromosikan inklusivitas dalam pendidikan, mengakomodasi
berbagai gaya belajar dan kebutuhan siswa, sehingga setiap individu memiliki kesempatan
yang sama untuk sukses dalam pembelajaran.
Pada dasarnya, makalah tentang belajar dan pembelajaran akan menekankan pentingnya
pemahaman mendalam tentang proses belajar dan bagaimana menerapkannya dalam
pendidikan dan pengembangan individu.
Daftar Pustaka