Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU


MATA KULIAH LANDASAN PENDIDIKAN

Disusun
Oleh :

Nama : Nenden Siti Munawaroh


NIM :

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMADIAH


(STAIM)
Alamat : Jl. Purwabakti Datar Dilem Kecamatan Cisewu Kab.Garut 44166
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis

..............................
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................


DAFTAR ISI .........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................
1.3 Tujuan Makalah ................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan Sebagai Ilmu ..................................................................................................
2.2 Syarat Pendidikan Sebagai Ilmu .......................................................................................
2.3 Sifat Ilmu Pengetahuan .....................................................................................................
2.4 Pengembangan Pendidikan ...............................................................................................
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai
metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan
pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman dan kemasyarakatan untuk
mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberi penjelasan ataupun melakukan
penerapan.
Pendidikan adalah suatu proses mentransfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik.
Ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan obyek pendidikan. Ilmu yang ditransfer umumnya
ilmu pengetahuan yang bersifat memberi pengetahuan peserta didik dengan harapan peserta
didik mampu mengetahui segala macam keadaan alam, sosial dan kebudayaan yang ada di
dunia. Misalnya pada pendidikan formal atau sekolah, obyek utama dalam proses pendidikan
adalah ilmu pengetahuan.
Mengapa pendidikan itu disebut ilmu? tfarena, ilmu merupakan obyek utama dari
pendidikan. Tanpa ilmu, segala sesuatu tidak dapat berjalan dengan.misalnya, anak sejak
kecil dididik oleh orang tuanya kalau makan supaya menggunakan tangan kanan, itulah yang
dinamakan pendidikan dan makan menggunakan tangan kanan itulah yang disebut ilmu
karena kalau menggunakan tangan kiri tidak sopan. Contoh lain misalnya orang melamar
pekerjaan, sebelum orang tersebut diterima menjadi karyawan tetap ia harus ditraining.
Training inilah yang dinamakan pendidikan dan materi-materi yang dilakukan selama
training itulah yang disebut ilmu.

1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini sebagai berikut :

1. Apa syarat pendidikan sebagai ilmu ?


2. Apa sifat - sifat pendidikan sebagai ilmu ?
3. Bagaimana pengembangan pendidikan sebagai ilmu ?

1.3 Tujuan makalah

Tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut

1. Perbedaan pendidikan dan pengetahuan.


2. Menjelaskan maksud ilmu normative, teoritis, praktis
3. Menjelaskan cabang – cabang dan ilmu pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan sebagai ilmu

Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia.
tfita dapat mengatakan, bahwa di mana ada kehidupan manusia, bagaimanapun juga di situ

pasti ada pendidikan ( riyarkara, 1980: 32). Pendidikan sebagai gejala yang
universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena disamping pendidikan sebagai
gejala sekaligus juga sebagai upaya memanusiakan manusia itu sendiri.

Dengan perkembangan kebudayaan manusia, timbullah tuntutan akan adanya


pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih teratur dan didasarkan atas pemikiran yang
matanmg. Manusia ingin lebih mempertanggungjawabkan caranya dia mendidik generasi
penerusnya agar lebih berhasil dalam melaksanakan hidupny, dalam pertemuan dan
pergaulannya dengan sesama dan dunia serta dalam hubungannya dengan Tuhan. i sinilah
muncul keharusan pemikiran teoritis tentang pendidikan.

Satu hal yang menjadi jelas dari apa yang disebut pendidikan adalah upaya sadar
untuk mengembangkan potensi – potensi yang dimiliki manusia. Pengertian demikian menurut
Soedomo (1990: 30), selalu dipegang oleh kalangan pendidikan.

Menurut M.J Langeveld (1955), paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan)
adalah suatu ilmu yang bukan saja menelaah obyeknya untuk mengetahui betapa keadaan
atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.

Menurut S. Brodjonagoro (1966: 35), ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah teori
pendidikan, perenungan tentang pendidikan. alam arti luas paedagogiek adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari soal – soal yang timbul dalam praktek pendidikan.

Menurut Cater V. Good (1945: 36), ilmu pendidikan adalah suatu bangunan
pengetahuan yang sistematis mengenai aspek – aspek kuantitatif dan objektif dan proses
belajar, menggunakan instrumen secara seksama dalam mengajukan hipotesis – hipotesis
pendidikan untuk diuji dan pengalaman, seringkali dalam bentuk eksperimental.
Menurut riyarkara (1980: 66 – 67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah,
pemikiran yang bersifat kritis, metodis dan sistematis) tentang realitas yang kita sebut
pendidikan (mendidik dan matis) tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan
dididik). tfritis berarti bahwa orang tidak menerima saja apa yang ditangkap atau muncul
dalam benaknya, tetapi semua pernyataan, semua afirmasi harus mempunyai dasar yang
kuat. Orang yang bersikap kritis, ingin mengerti betul – betul (tidak hanya membeo), ingin
mengalami sesuatu dengan seluk beluknya dan dasar – dasarnya. Metodis berarti bahwa
dalam proses berpikir dan menyelidiki orang menggunakan suatu cara tertentu. Sistematis
berarti bahwa pemikir ilmiah itu dalam prosesnya dijiwai oleh suatu ide yang menyeluruh dan
menyatukan, sehingga pikiran – pikiran dan pendapat – pendapat tidak tanpa hubungan,
melainkan merupakan kesatuan.

Dari definisi – definisi Ilmu pendidikan yang diutarakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa :

1. Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomena pendidikan dan


semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan dalam
perpektif yang luas dan integratif.

2. Fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya


dengan pendidikan ini bukan hanya merupakan gejala yang melekat pada
manusia (gejala yang universal), dalam perpektif yang luas, melainkan
juga sekaligus merupakan upaya untuk memanusiakan manusia agar
menjadi sebenar – benarnya manusia (insan), yang hal ini secara integratif
diperlukan penggunaan berbagai kajian tentang pendidikan (kajian
historis, filosofis, psikologis dan sosiologis tentang pendidikan).

3. tfpaya pendidikan mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan


(mendidik dan dididik) dan pemikiran yang sistematik tentang
pendidikan.

2.2 Syarat pendidikan sebagai ilmu

Ilmu adalah suatu pengetahuan yang disusun secara kritis, metodis dan sistematis
yang berasal dari observasi, studi dan eksperimentasi untuk menentukan hakikat dan prinsip
– prinsip apa yang dipelajari.
Suatu kawasan studi dapat tampil atau menampilkan diri sebagai suatu disiplin ilmu, bila
dipenuhi setidak – tidaknya tiga syarat, yaitu :

 Memiliki objek studi (objek material dan objek formal)

 Memiliki sistematika

 Memiliki metode

Yang menjadi objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia.


Apabila kita pelajari perilaku manusia sebagai makhluk yang hidup dalam masyarakat maka
perilaku itu disamping dapat dilihat dan segi ilmu pendidikan juga dalat dilihat dan segi – segi
yang lain seperti segi psikologis, sosiologis, antropologis.
Objek formal ilmu pendidikan adalah menelaah fenomena pendidikan dan semua
fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan dalam perspektif yang luas dan
integratif. Fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya dengan
pendidikan ini bukan hanya merupakan gejala yang melekat pada manusia, melainkan juga
sekaligus merupakan upaya untuk memanusiakan manusia agar menjadi sebenar – benar
manusia (insan).
Secara teoritik, sistematika ilmu pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga segi tinjauan, yaitu:

 Melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi

 Dengan melihat pendidikan sebagai upaya sadar

 Dengan melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi,


sekaligus upaya sadar dengan mengantisipasi perkembangan sosio –
budaya di masa depan.

Selanjutnya syarat ketiga bagi disiplin ilmu yaitu memiliki metode. Metode
– metode yang dapat dipakai untuk ilmu pendidikan sebagai berikut (Soedomo, 1990: 46 – 47;
Mub, Said, 1989)

A. Metode Normatif
Metode normatif berkenaan dengan konsep manusia yang diidealkan yang
ingin dicapai oleh pendidikan. Metode ini juga membawa pertanyaan yang berkenaan
dengan masalah nilai baik dan nilai buruk.

B. Metode Eksplanatori

Metode eksplanatori bersangkut paut dengan pertanyaan tentang kondisi dan


kekuatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil. alam hal ilmu
pendidikanmendapatkan bantuan dari berbagai teori tentang pendidikan yang boleh
jadi dihasilkan oleh ilmu – ilmu lain.

C. Metode Teknologis
Metode teknologis ini mempunyai fungsi untuk mengungkapkan
bagaimana melakukannya dalam menuju keberhasilan pencapaian tujuan
– tujuan yang diinginkan.

D. Metode eskriptif – Fenomenologis


Metode ini menciba menguraikan kenyataan – kenyataan pendidikan dan
kemudian mengklasifikasikan sehingga ditemukan yang hakiki.

E. Metode Hermeneutis
Metode ini mencoba menguraikan kenyataan – kenyataan pendidikan yang
konkrit dan historis untuk menjelaskan makna dan struktur dari kegiatan pendidikan.

F. Metode Analisis tfritis (Filosofis)


Metode ini menganalisis secara kritis tentang istilah – istilah, pernyataan –
pernyataan, konsep – konsep dan teori – teori yang ada atau digunakan dalam
pendidikan.
Syarat lain bagi disiplin ilmu pendidikan adalah memiliki evidensi empiris. Yang
dimaksud dengan evidensi empiris adalah adanya kesesuaian (korespondensi) antara
konsepsi teoritisnya dengan permasalahan – permasalahan dalam praktek sehingga
disamping dapat menjelaskan kasus – kasus yang timbul, juga sekaligus dapat
mendukung diaplikasikannya dalam menjawab permasalahan
pendidikan di lapangan, dalam lingkup kajian ilmu pendidikan. Ini sesua dengan
sifat ilmu pendidikan, yaitu teoritis dan praktis.

2.3 Sifat Ilmu Pengetahuan


Selain memiliki unsur-unsur ilmu pengetahuan, harus juga memiliki sifat-
sifat yang wajib diketahui, diantaranya :
a. Rasional
b. Empiris
c. Fakta dan Teori
d. tfniversal
e. Akumulatif
f. Sebagai Ilmu Normatif
g. Praktis dan Teoritis
h. Rohaniah
i. Historis

Penjelasan

a. Rasional
Ilmu pengetahuan harus bersifat rasional artinya ilmu tersebut
harus mempunyai sifat kegiatan berpikir yang
ditundukan pada logika atau penalaran . Berpikir rasional berarti berpikir
secara sistematis yang kompleks dan konsepsional dengan kemampuan
menggunakan lambang untuk dapat memberi arti yang hampir tidak
terbatas kepada suatu objek material, seperti pada suara, gerak, warna dan
rasa.
b. Empiris
Ilmu pengetahuan harus bersifat empiris artinya kesimpulan atau
konklusi ilmu pengetahuan yang diambil harus tunduk kepada
pemeriksaan atau verifikasi indra manusia, maka kaidah logika formal
dan hukum sebab-akibat harus menjadi dasar kebenaran yang bersifat
relitas objektif dan netral.

c. Fakta dan TeorI


Ilmu pengetahuan terdiri atas dua unsur besar, yaitu fakta dan teori.
Teori mendefinisikan fakta sebagai observasi empiris yang bisa
diverifikasi dan mempunyai tugas menempatan hubungan yang terdapat
diantara fakta-fakta itu. Ilmu tidak dapat disusun hanya berdasarkan fakta
saja, tetapi untuk menjadi ilmu pengetahuan fakta harus disusun dalam
suatu sistem dan diinterpretasikan sehingga tanpa metode tersebut suatu
fakta tidak akan bisa menjadi ilmu.

d. tfniversal
Ilmu pengetahuan harus bersifat umum artinya kebenaran yang
dihasilkan ilmu pengetahuan dapat diperiksa oleh para peninjau ilmiah
dan dapat dipelajari atau diikuti secara umum serta dapat diajarkan secara
umum pula. tfebenaran ilmu tidak bersifat rahasia tetapi memiliki nilai
sosial sehingga kewibawaan ilmiah didapat setelah hasil itu diketahui,
diselidiki dan dibenarkan veliditasnya oleh sebanyak mungkin ahli dalam
bidang ilmu tesebut.

e. Akumulatif
Ilmu pengetahuan harus bersifat akumulatif atau saling berkaitan
artinya ilmu pengetahuan tersebut harus diketengahkan hubungan antara
ilmu dan kebudayaan sebab ilmu merupakan salah satu unsur kebudayaan
manusia. Misalnya, untuk dapat belajar manusia mempunyai kemampuan
berbicara dan berbahasa. Selain itu, ilmu pengetahuan yang dikenal
dewasa ini, merupakan kelanjutan dari ilmu yang ada sebelumnya.
f. Normatif
Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah
atau pedoman atau ukuran tingkah laku manusia. Sesuatu yang normatif
berarti berbicara masalah baik atau buruk dari perilaku manusia. Ilmu
Pendidikan merumuskan peraturan-peraturan tentang bertingkah laku
manusia untuk mencapai keteraturan hidup.tfeteraturan hidup akan menjamin
kelangsungan keeratan (kohesi)antarmanusia (hubungan sosial manusia).

Ilmu pendidikan itu selalu berurusan dengan soal siapakah “ manusia


” itu. Pembahasan mengenai siapakah manusia itu biasanya termasuk
bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi. Pandangan filsafat tentang
manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktik-praktik
pendidikan. tfarena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai luhur
yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang
melakukan pendidikan.

Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan


ciri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai-
nilai tidak diperoleh hanya dari praktik dan pengalaman mendidik,
tetapi secara normative bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat
dan pandangan hidup, malah dari keyakinan keagamaan yang dianut oleh
seseorang.

tfarena Ilmu Pendidikan bersifat normatif berarti pula bersifat praktis


karena ilmu pendidikan sebagai bahan ajar yang patut diterapkan sehingga
pendidik bertugas menanamkan sistem-sistem norma bertingkah laku
manusia yang dibanggakan, dihormati, dan dijunjung tinggi oleh
masyarakat.

g. Praktis dan Teoritis


Ilmu pendidikan adalah termasuk ilmu pengetahuan empiris
yang diangkat dari pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara
teoritis untuk digunakan secara praktis. engan menempatkan
kedudukan ilmu pendidikan didalam sistemmatika ilmu pengetahuan.

Ilmu pendidikan bersifat normatif berarti pendidikan juga


bersifat praktis karena pendidikan sebagai bahan ajar yang patut
diterapkan dalam kehidupan, sehingga pendidik bertugas menanamkan
sistem-sistem norma tingkah laku manusia yang dibanggaakan,
dihormati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat (kondisi sebaliknya
akan menyebabkan anak
dijauhi oleh masyarakat).

Secara etis ilmu pendidikan diarahkan untuk menciptakan


kesejahteraan hidup manusia, sebaliknya tindakan yang ditujukan
untuk menistakan atau melaratkan manusia dikatakan diluar perbuatan
pendidikan. alam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur
dan mensistemkan didalam pemikiran masalah yang tersusun sebagai
pola pemikiran pendidikan. Jadi dari pratik-pratik teoritis inilah
pendidikan disusun secara teoritis. an pemikiran-pemikiran teoritis
inilah yang disusun dalam suatu sistem pndidikan yang biasa disebut
Ilmu mendidik teoritis.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan


sebagai ilmu praktis adalah suatu praktek pendidikan untuk
mendapatkan kemudahan dan kenyamanan dalam mencari
pengetahuan. Pendidikan sebagai ilmu teoritis adalah pendidikan
dilaksanakan berdasarkan teori yang sudah ada untuk mempermudah
jalanya pendidikan.
h. Rohaniah
Ilmu pendidikan bersifat rohaniah karena selalu memandang
peserta didik sebagai makhluk yang bersusila dan ingin menjadikannya
sebagai makhluk yang beradab.

i. Historis
Ilmu pendidikan bersifat historis karena menguraikan teori
sistem pendidikan sepanjang jaman dan kebudayaan serta makna
filosofis yang berpengaruh pada jaman tertentu.

2.4 Pengembangan pendidikan

Pengembangan pendidikan menjadi topik yang selalu hangat dibicarakandari masa ke


masa. Isu ini selalu juga muncul tatkala orang membicarakan tentang hal-halyang berkaitan
dengan pendidikan. alam pengembangan pendidikan, secara umumdapat diberikan dua buah
model pengembangan yang baru yaitu: Pertama "top-downmodel" yaitu pengembangan
pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagaipimpinan/atasan yang diterapkan kepada
bawahan; seperti halnya pengembanganpendidikan yang dilakukan oleh epartemen Pendidikan
Nasional selama ini.
tfedua"bottom-up model" yaitu model pengembangan yang bersumber dan hasil
ciptaan daribawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan
dan mutupendidikan. Abdul Majid mendefinisikan pengembangan pembelajaran adalah
suatu proses mendesain pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk
menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan
memperhatikan potensi dan kompetensi siswa. Pengembangan pembelajaran hadir
didasarkan pada adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah
membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai
permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Selain ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan pembelajaran hadir juga


didasarkan pada adanya sebuah kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan yang
berkualitas bagi anak-anaknya semakin meningkat, sekolah yang berkualitassemakin dicari, dan
sekolah yang mutunya rendah semakin ditinggalkan. Orang tua tidak peduli apakah sekolah
negeri ataupun swasta. tfenyataan ini terjadi hampir di setiap kota di Indonesia, sehingga
memunculkan sekolah-sekolah unggulan di setiap kota. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
proses belajar mengajar di ruang kelas telah pula banyak menarik perhatian para peneliti dan
praktisi pendidikan dalamrangka meningkatkan mutu pembelajaran.

Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran perlu digalakkan, sehingga dapat


diketahui secara nyata, apa, mengapadan bagaimana upaya-upaya yang seharusnya
dilakukan dalam meningkatkan mutupembelajaran yang diharapkan. engan demikian
pembelajaran perlu dikelola dengan baik agar dapat mencapai hasil yang optimal. tfntuk
mewujudkan hal tersebut, pengelolaan pembelajaran merupakan kunci keberhasilan menuju
pembelajaran yang berkualitas.

Asumsi penulis, dalam hal ini adalah

1. Pengelolaan pembelajaran merupakan kunci keberhasilan pembelajaran


2. tfeberhasilan pembelajaran dapat terwujud jikaditentukan oleh kualitas
manajemennya. Semakin baik kualitas pengelolaanpembelajaran, semakin efektif
pula pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuannya dan
3. Pengelolaan pembelajaran yang efektif mempersyaratkan adanya
kemampuanmenciptakan, mempertahankan dan memperbaiki pembelajaran,
baik yang dilakukan didalam sekolah maupun di luar sekolah.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan juga sebagai


dinamisator masyarakat itu sendiri. Memang kita semua mengatahui betapa sektor
pendidikan selalu terbelakang dalam berbagai sektor pembangunan lainnya, bukan saja
karena sektor itu lebih dilihat sebagi sektor konsumtif, juga karena “ by definition ”
pendidikan adalah penjaga status quo masyarakat itu sendiri. Bayangkan betapa runyamnya
kehidupan ini apabila tidak ada dasar pijakan dan tidak ada bintang penunjuk jalan.

Dibawah ini akan kami kemukakan syarat – syarat ilmu pengetahuan yang ada pada
umumnya seta persetujuan antara para ahli ilmu pengetahuan sebagai berikut.
1. Syarat pertama ialah ilmu itu harus ada objeknya, tiap-tiap ilmu pengetahuan harus ada
objek tertentu. Objek itu dapat sesuatu yang berwujud, misalnya psikologi kimia dan
ada pula sesuatu yang tidak berwujud (seesuatu yang abstrak) misalnya ilmu
pengetahuan.
2. Syarat kedua ialah ilmu itu disusun secara sistematis. Ilmu harus disusun secara teratur
sehingga bagian-bagiannnya tidak bertentangan satu sama lain, tetapi merupakan satu
kesatuan yang lengkap.
3. Syarat ketiga yaitu ilmu harus memiliki metodologi tetentu. Syarat ketiga ini sebenarnya erat
sekali hubungannya dengan syarat kedua sebab teratur tidaknya dari hasil penyelidikan
tergantung kepada cara-cara mengaturnya, yang mana hal ini termasuk lapangan/ bagian
metodologi.

Sifat-sifat pendidikan sebagai ilmu

Pendidikan sebagai disiplin ilmu harus memiliki tiga syarat yaitu memiliki obyek studi
(obyek material dan obyek formal), memiliki sistematika, dan memiliki metode. Pertama,
kajian ilmu pendidikan memiliki obyek meterial yang disebut sebagai perilaku manusia.
Perilaku manusia yang hidup dalam masyarakat pun bisa juga bisa dilihat dari segi-segi
lainnya seperti psikologis, sosiologis dan antoropologis. Obyek formal ilmu pendidikan adalah
menelaah fenomena pendidikan dalam perpektif yang luas dan integratif.

tfedua, ilmu pendidikan harus memiliki sistematika. Sistematika dalam ilmu


pendidikan dibedakan dalam tiga tinjauan. tfetiga tinjauan itu adalah melihat gejala
pendidikan sebagai gejala manusiawi, melihat pendidikan sebagai upaya sadar, dan upaya
melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, sekaligus upaya sadar untuk mengantisipasi
perkembangan sosio-budaya di masa depan.

tfetiga, ilmu pendidikan harus memiliki metode. Metode merupakan jalan atau upaya
ilmiah untuk memahami dan mengembangkan ilmu yang bersangkutan. Metode yang sering
dipakai dalam ilmu pendidikan seperti metode naratif, metode eksplanatori, metode teknologis,
metode
deskriptif-fenomenologis, metode hermeneutis dan metode analisis krits (filosofis)
Pengembangan pembelajaran hadir didasarkan pada adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah membawa perubahan di hampir semua aspek
kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya
penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain ilmu pengetahuan
dan teknologi, pengembangan pembelajaran hadir juga didasarkan pada adanya sebuah
kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan yang berkualitas bagi anak- anaknya
semakin meningkat, sekolah yang berkualitas semakin dicari, dan sekolah yang mutunya
rendah semakin ditinggalkan.

Orang tua tidak peduli apakah sekolah negeri ataupun swasta. tfenyataan ini terjadi
hampir di setiap kota di Indonesia, sehingga memunculkan
sekolah-sekolah unggulan di setiap kota. Sehubungan dengan hal tersebut, maka proses
belajar mengajar di ruang kelas telah pula banyak menarik perhatian para peneliti dan
praktisi pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran.

Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran perlu digalakkan, sehingga dapat


diketahui secara nyata, apa, mengapa dan bagaimana upaya-upaya yang seharusnya
dilakukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran yang diharapkan. engan demikian
pembelajaran perlu dikelola dengan baik agar dapat mencapai hasil yang optimal. tfntuk
mewujudkan hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai