Anda di halaman 1dari 19

HAKIKAT PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN

DI SUSUN
OLEH
MAHRIFAT ISMAIL
451417011

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Fondasi-fondasi pendidikan..................................................................
B. Arti dan makna pendidikan...................................................................
C. Fungsi pendidikan.................................................................................
D. Arti pendidikan......................................................................................
E. Pendidikan sebagai ilmu.........................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada dasarnya hakikat pendidikan sangatlah luas. Hakikat pendidikan bukanlah hanya
sekedar pengertian serta definisi pendidikan semata. Didalam hakekat pendidikan banyak hal
menarik untuk dipelajari contohnya saja seperti objek ilmu pendidikan dan macam-macam
ilmu pendidikan. Hal-hal menarik inilah yang mendorong kami untuk mempelajari lebih
dalam mengenai hakikat pendidikan diluar dari tugas yang telah ditentukan.
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan
manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga belajar tetapi lebih ditentukan oleh
instingnya. Sedangkan manusia, hidup menggunakan akal pikiran yang dimilikinya dalam
setiap berperilaku. Pada hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha manusiauntuk
meningkatkan ilmu pengetahuan, yang didapat dari lembaga formal maupun nonformal.
Rasa ingin tahu merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia. Sifat tersebut
akan mendorong manusia bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang
berakal sehat sudah pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun
prosedur tentang suatu obyek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau
melalui interaksi antara manusia dengan lingkungannya. Secara universal, terdapat tiga jenis
pengetahuan yang selama ini mendasari kehidupan manusia yaitu: logika yang dapat
membedakan antara benar dan salah; etika yang dapat membedakan antara baik dan buruk;
serta estetika yang dapat membedakan antara indah dan jelek. Kepekaan indra yang dimiliki,
merupakan modal dasar dalam memperoleh pengetahuan tersebut.
Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan ilmiah yang
lazim dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu adalah bagian pengetahuan, namun tidak semua
pengetahuan dapat dikatakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang didasari oleh dua teori
kebenaran yaitu koherensi dan korespondensi. Koherensi menyatakan bahwa sesuatu
pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan
sebelumnya. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui pendekatan logis atau berpikir
secara rasional.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat pendidikan?
2. Apa saja fondasi-fondasi pendidikan?
3. Apa arti dan makna dari pendidikan?
4. Apa saja fungsi pendidikan?
5. Apa yang dimaksud dengan pendidikan sebagai ilmu?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pengantar pendidikan
2. Untuk memahami tetang arti dan makna pendidikan
3. Untuk memahami fungsi pendidikan
4. Untuk memahami hakikat pendidikan sebagai ilmu

BAB II
PEMBAHASAN

1. Fondasi fondasi pendidikan


Pendidikan sebagai fenomena yang melekat dalam kehidupan manusia, di dalamnya
senantiasa ada upaya yang bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri, sistem
pendidikan bertujuan ”to improve as a man”. Pendidikan pada hakekatnya adalah ”process
leading to the enlightement of mankind” . Pendidikan merupakan suatu upaya mengembangkan
atau mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan ke taraf yang lebih baik dan lebih
sempurna.
Pendidikan tidak hanya dipandang kegiatan investasi untuk masa depan, namun harus
berbicara sampai sejauh mana mampu memberikan kontribusi positif bagi penyelesaian
permasalahan kekiniaan. Masa lampau menjadi pondasi dasar untuk pijakan bagi pengembangan
selanjutnya. Sehingga dengan istilah lain dasar pengembangan pendidikan berpijak pada akar
historis, akar filosofis, akar sosiologis dan akar psikologis. Dasar pengembangan atau lebih
dikenal dengan fondasi-fondasi pendidikan yang merupakan fakta-fakta dan prinsip-prinsip
dasar yang melandasi pencarian kebijakan-kebijakan dan praktik pendidikan yang berharga dan
efektif. Prinsip-prinsip ini adalah dasar dibangunnya rumah pendidikan. Jika dasar itu adalah
substansial, sandaran dari struktur itu kemungkinan akan kuat, dan sebaliknya
Dasar pengembangan atau lebih dikenal dengan fondasi-fondasi pendidikan yang
merupakan fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian kebijakan-kebijakan
dan praktik pendidikan yang berharga dan efektif. Prinsip-prinsip ini adalah dasar dibangunnya
rumah pendidikan. Jika dasar itu adalah substansial, sandaran dari struktur itu kemungkinan
akan kuat, dan sebaliknya. (Sanford W. Reitman, 1977).

a. Pengertian fondasi pendidikan


Ø Fondasi: sesuatu yg memberi dasar/ landasan terhadap sesuatu.
Ø Fondasi memuat nilai-nilai positif yg dianut dan diyakini kebenarannya.
Ø Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994), fondasi pendidikan : pijakan dan penentu isi dan
arah pendidikan.
Ø Made Pidarta (2000), Fondasi pendidikan : sesuatu yg harus diikuti dalam upaya
mengembangkan pendidikan.
Ø Dirto Hadisusanto, Fondasi pendidikan: sesuatu yg mendasari pelaksanaan pendidikan
1). Fondasi Historis
Mengandung beberapa substansi, yaitu :
· Membimbing untuk menilai ide-ide yang masih survive dari masa lampau dan
mendorong kita untuk menolak ide-ide yang sudah tidak sesuai.
· Membantu kita untuk menjadi ”intelligent thinking educational workers”.
· Membantu untuk memilih tujuan, isi pendidikan, dan proses pendidikan modern.
· Memberikan bahan-bahan untuk pemikiran pendidikan secara kreatif.
· Menstimulasi kita untuk melengkapi karya para tokoh besar dan melaksanakan ide–
ide mereka sesuai dengan kondisi sekarang.
· Mengembangkan sikap yang berharga seperti kerendahan hati dan kesabaran.
· Memberikan pengetahuan yang berharga tentang perkembangan peradaban.
· Sebagai pendekatan yang baik untuk studi tentang prinsip-prinsip pembaharuan
social, industri dan politik. (Elmer Harrison Wilds, 1957).
2). Fondasi Filosofis
Memberikan makna bahwa hakekat pendidikan adalah proses pengembangan seluruh
potensi kemanusiaan baik fisik-jasmaniahnya maupun psikhis-roklhaniahnya kearah yang
lebih sempurna, lebih baik dan lebih bijaksana. Pendidikan itu upaya untuk memerdekakan
manusia dalam arti bahwa manusia menjadi manusia yang mandiri, agar tidak tergantung
kepada orang lain. Kemerdekaan terdiri dari mandiri, berdiri sendiri, tidak tergantung pada
orang lain dan megatur dirinya sendiri. Pendidikan berarti pula sebagai daya upaya untuk
memajukan pengembangan budi pekerti (kekuatan batin), fikiran (“intellect”) dan jasmani.
Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan
penghidupan peserta didik, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.(Ki Hajar
Dewantara 1956)
3). Fondasi sosiologis
Memberikan beberapa makna bagi pengembangan pendidikan, yakni :
· Apresiasi terhadap adanya kenyataan pluralitas budaya dalam masyarakat.
· Pengakuan terhadap harkat manusia dan hak asasi manusia.
· Pengembangan tanggungjawab masyarakat dunia.
· Pengembangan tanggungjawab manusia terhadap planet bumi.(Tilaar, 2003)
Peran pendidikan dipahami bukan saja dalam konteks mikro (kepentingan anak
didik melalui proses interaksi pendidikan) melainkan juga dalam konteks makro, yaitu
kepentingan masyarakat bangsa, negara dan kemanusiaan. Hubungan antara pendidikan
dan masyarakat berarti mencakup hubungan pendidikan dengan perubahan sosial, tatanan
ekonomi, politik dan negara. Maka dituntut mampu memperhitungkan dan melakukan
antisipasi perkembangan sosial, ekonomi, politik secara simultan. Peserta didik dipandang
sebagai orang yang merupakan bagian dari masyarakat, sehingga proses pendidikan harus
memiliki orientasi terhadap masyarakat. Pendidikan adalah sebuah proses sosial bagi
orang yang belum maupun sudah dewasa untuk menjadi bagian aktif dan partisipatif
dalam masyarakat.
4). Fondasi Psikologis
Mengandung beberapa dimensi. Perkembangan manusia dialami sepanjang rentang
kehidupan manusia, dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai saat bayi dilahirkan (masa
prenatal), masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak akhir, masa remaja, masa
dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa usia lanjut. Tiap-tiap tahap perkembangan
memiliki karakteristik perilaku yang berbeda satu sama lain, dan masing-masing
karakteristik perkembangan masih dibedakan berdasar tinjauan dari aspek fisik, kognitif,
dan sosial emosional. Para pendidik perlu memahami karakteristik perkembangan diri
peserta didiknya, agar pendidikan yang diberikan dapat disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangannya.

Pengejawantahan fondasi-fondasi pendidikan menjadi fondasi dasar


pengembangan pendidikan yang di teruskan pada konteks aksi riel di dunia nyata
pendidikan memerlukan pemikiran yang mendalam dan komprehensif. Pada praktiknya,
program pendidikan harus senantiasa dikawal dan dikembalikan pada empat akar
pendidikan diatas.
 Imam Barnadib: pendidikan tidaklah diselenggarakan secara steril & terpisah dari
konteks masyarakatnya.
 Anita Lie: pendidikan tidak terjadi di ruang hampa melainkan ada dalam realita sosial
yang selalu berubah.
b. Wujud fondasi pendidikan
· Imran Manan (1989): wujud fondasi pendidikan à semua kehidupan masyarakat yang
mendasari pendidikan. Aspek sosial-budaya, sejarah, dan filosofi, yang semuanya
memberikan arah penyelenggaraan pendidikan.
· Fagerlind and J.Saha (1983), wujud fondasi pendidikan à 3 aspek hidup masyarakat :
sosial, budaya, dan ekonomi sebagai fondasi pendidikan.
· Suparlan Suhartono (2008): wujud fondasi pendidikan à berupa fondasi ekonomi,
politik, dan hukum.
· Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994) menyebut lima fondasi pendidikan à filosofis,
sosiologis, kultural, psikologis, ilmiah dan teknologis.
c. Fondasi-fondasi praktek penyelenggaraan pendidikan secara umum, meliputi:
· Sistem Ekonomi masyarakat
· Sistem politik masyarakat
· Sistem hukum masyarakat
· Sistem ideologi masyarakat
· Sistem sosial masyarakat
· Sistem Budaya masyarakat
· Sistem ilmu pengetahuan dan teknologi

d. Menurut Van Cleve Morries, ilmu pendukung/ ilmu fondasi pend meliputi:
· Historical and philosophical foundations of education.
·Sociological and Psychological foundations of education
e. Menurut Frank H. Blackington & Robert S. Patterson:
Ada 9 ilmu fondasi pend, yg dikenal dg ’foundations of education’ Yaitu:
· filsafat pendidikan
· sejarah pendidikan
· ekonomi pendidikan
· politik pendidikan
· sosiologi pendidikan
· antropologi pendidikan
· psikologi pendidikan
· Aestetika Pendidikan
· pendidikan komparatif.

f. Peran Fondasi Pendidikan


· Giving capital, yaitu memberi modal agar penyeleng pendidikan dan ilmu pendidikan
dapat berkembang menjadi baik.
· Directing, yaitu memberi arah dan menuntun ke arah mana penyelengaraan pendidikan di
masyarakat diarahkan.
· Framing, yaitu memberi rambu-rambu dan garis-garis batas agar penyelenggaraan
pendidikan tidak menyimpang dari nilai-nilai yang diidealkan

2. Makna dan arti pendidikan


Pendidikan sering kita dengar tapi taukah kamu arti dari pendidikan itu sendiri. Kata
dasar pendidikan adalah kata didik. Didik berarti memelihara dan memberi latihan tentang
akhlak dan kecerdasan pikirian. Sedangkan Pendidikan memiliki arti proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan.
Pendidikan proses pembentukan baik itu karakter maupun ilmu, bisa saja orang yang
mendidik itu juga lagi didik. Misalnya seorang guru mengajarkan matematika pada anak yang
susah sekali mengerti saat itu anak tersebut sedang dididik untuk belajar ilmu dan sang guru
dididik arti dari sebuah kesabaran. Baik disadari atau tidak setiap manusia dalam hidupnya
adalah proses dididik. Semua ada proses pendidikan maka jangan merasa sudah ahli dalam suatu
bidang kita merasa tidak perlu pendidikan lagi, faktanya semua selama hidup kita akan selalu
ada pendidikan baik bidang formal maupun informal yang kita pelajari dalam kehidupan sehari-
hari.
Kata pendidikan mempunyai kata dasar yaitu ‘’didik’’. Dalam kamus besar bahasa
indonesia diartikan memelihara dan memberi latihan (anjuran, tuntunan dan pimpinan)
mengenal akhlak dan kecerdasan pikiran. Kata benda “pendidikan” yaitu proses pengubahan
sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui pengajaran, pelatihan proses, perbuatan dan cara mendidik. Dari pengertian tadi kita
dapat memahami bahwa pendidikan adalah suatu proses tuntunan, arahan kepada peserta didik
dan mempunyai tujuan yang jelas.
Proses pendidikan tentunya tidak terlepas oleh aturan yang ada. Sebagaimana di Negara
kita disebutkan dalam Undang-undang Dasar 1945 Bab XIII tentang Pendidikan dan
Kebudayaan Pasal 31 ayat 3 dikatakan bahwa “ Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlaq mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan undang-undang.
Banyak para Profesor, Guru Besar atau Para ahli Pendidikan mengartikan pendidikan
dengan berbagai pengertian. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan adalah
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiatan yang setinggi- tingginya.
Pemerintah, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasana, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.
Jelas sekali bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dari seseorang atau kelompok
untuk mendidik anak didik dengan sebuah proses yang mempunyai tujuan yang jelas. Dalam
mencapai tujuan pendidikan memerlukan proses yang memakan waktu, media sebagai sarana,
serta mempunyai tujuan yang jelas dan terencana. Tidak pantas kiranya mendidik tanpa tujuan
dan program yang jelas. Masyarakat Indonesia telah mengenal dari dulu tentang pendidikan.
Mereka lebih cenderung memandang out put pendidikan, dan sedikit yang memperhatikan
proses pendidikan. Menilai sebuah lembaga pendidikan baik yang formal, non-formal maupun
in-formal dilihat dari satu sisi saja. Padahal pendidikan yang berkualitas tidak hanya melihat in-
put atau out-put tapi lebih mengutamakan proses di dalamnya. Proses inilah yang harus menjadi
perhatian penyelenggara pendidikan serta pemerintah dan masyarakat sebagai balancing untuk
terciptanya tujuan pendidikan.

3. Fungsi pendidikan
Dari sekian banyak fungsi pendidikan, salah satu yang utama adalah untuk
mengembangkan kemampuan , karakter, kepribadian dan perilakunya agar beradab, serta
bermartabat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara., mematuhi aturan serta norma dan
hukum yang berlaku.
Menurut Hasan Langgulung, pendidikan Islam ialah pendidikan yang memiliki macam fungsi
sebagai berikut:
a. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam masyarakat pada
masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup masyarakat
sendiri.
b. Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkut dengan peranan tersebut dari generasi
tua kepada generasi muda.
c. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat
yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban. Dengan
kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan dan kesatuan suatu masyarakat, maka kelanjutan hidup
tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan
kehancuran masyarakat itu sendiri.
Menyikapi fungsi pendidikan menurut Hasan Langgulung tersebut diatas, bahwa pendidikan
mempunyai tugas penting dalam menyiapkan calon-calon atau generasi baru yang siap
mengelola dan berperan aktif dalam mayarakat pada masa yang akan datang, kemudian
melangsungkan pengkaderan manusia untukmelanjutkan estafet kehidupan melalui transfer
ilmu pengetahuan dari para orang tua ke generasi muda, dan yang tak kalah penting adalah
mempertahankan kelangsungan kebudayaan dan peradaban yang harus berkelanjutan dalam
kehidupan masyarakat.

Menurut seorang pakar pendidikan Bogardus memberikan fungsi pendidikan melalui dua
macam :
a. Pendidikan berfungsi untuk memberantas kebodohan
b. Menghilangkan salah pengertian

Yang dimaksud dengan meberantas kebohohan tersebut adalah, melui proses pendidikan
seorang peserta didik akan diberi pelajaran mengenai cara belajar membaca dan menulis
kemudian mengembangkan pengetahuan dan kemampuan intelektual. Ketika hal tersebut
diatas diperoleh peserta didik, maka akan tercipta hasil budi, yang kemudian menghasilkan
tindakan untuk memilihbaik dan buruk serta memahami arti kehidupan baik di dunia
maupun di akhirat.
Melalui pendidikan akan menghilangkan kesalah pengertian, yang maksudnya adalah
pendidikan akan memberikan pemahaman bahwa selain kebudayaan yang dimiliki dan
berada dalam lingkungan satu individu, terdapat kebudayaan lainnya. Jika individu
memahami hal tersebut, maka akan mengerti hakikat hidup dalam bermasyarakat yang
menghargai dan bersosial.
Bagaimana fungsi pendidikan islam. Dalam hal ini Zakiah Daradjat mengambil tiga macam
fungsi agama yaitu memberi bimbingan dalam hidup, menolong dalam menghadapi
kesukaran, dan menentramkan batin.
Dalam kehidupan tak lepas dari berbagaimacam masalah, baik berupa masalah ekonomi,
social, dan politik. Pendidikan agama berperan penting untuk menuntun manusia kembali
kejalan syariat agama, agar tidak keluar jalur keimanan. Ketika masalah dihadapi oleh
seseorang yang memiliki pendidikan agama, maka dalam agama terdapat pendidikan-
pendidikan yang memberikan solusi terhadap kesukaran yang dihadapi. Dan agama
membuat seseorang tentrammenghadapi masalah yang terjadi dengan pengetahuan apa yang
sedangdialaminya, apakah masalah yang didapat berupa ujian, atau cobaan, ataukah azab.

Dalam fungsi Pendidikan yang lain bahwa, pendidikan turut andil dalam
memberikan corak dan arah pada kehidupan pada masyarakat mendatang. Sesuai penjelasan
diatas dengan pendidikanlah bibit atau penerus masa depan yang di didik dan dibina minat
dan bakat sesuai tempat dan keadaan serta keperluan masa depan. Jika salah dalam
mendidik maka akan tercipta generasi-generasi yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan
yang diharapkan.

4. Arti pendidikan
Pendidikan adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih baik dengan memperjuangkan
hal-hal terkecil hingga hal-hal terbesar yang normalnya akan dilewati oleh setiap manusia.
Pendidikan adalah bekal untuk mengejar semua yang ditargetkan oleh seseorang dalam
kehidupannya sehingga tanpa pendidikan, maka logikanya semua yang diimpikannya akan
menjadi sangat sulit untuk dapat diwujudkan.
Faktanya, memang tidak semua orang yang berpendidikan sukses dalam perjalanan
hidupnya, tetapi jika dilakukan perbandingan maka orang yang berpendidikan tetap jauh lebih
banyak yang bisa mengecap kesuksesan daripada orang yang tidak pernah mengecap
pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan adalah alat untuk
mengembangkan diri, mental, pola pikir dan juga kualitas diri seseorang.
Jika orang yang sudah dibekali ilmu saja terbukti masih ada atau bahkan banyak yang
mengalami kegagalan, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak dibekali ilmu sama sekali?
Logikanya sudah pasti mereka akan lebih kesulitan dalam mengembangkan hal-hal yang
diminatinya dengan tujuan untuk mendapatkan level kehidupan yang lebih baik. Proses hidup
membutuhkan teori, dan dengan pendidikan lah teori tersebut bisa didapatkan.
Jangan meyakini opini sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab. Apa pun
alasannya, setiap orang tetap membutuhkan pendidikan. Meskipun pendidikan tidak menjamin
kesuksesan seseorang, namun pendidikan akan membekali anda kualitas diri yang lebih baik
sehingga anda akan lebih berpeluang untuk mendapatkan apa yang anda cita-citakan. Pendidikan
merupakan alat terpenting untuk merealisasikan semua impian anda.Pendidikan adalah prioritas
untuk menjuju kearah yang lebih baik, dan masa depan yang lebih layak buat Anda.

5. Pendidikan sebagai ilmu


Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia.
Kita dapat mengatakan, bahwa di mana ada kehidupan manusia, bagaimanapun juga di situ pasti
ada pendidikan (Driyarkara, 1980: 32). Pendidikan sebagai gejala yang universal, merupakan
suatu keharusan bagi manusia, karena disamping pendidikan sebagai gejala sekaligus juga
sebagai upaya memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan penrkembangan kebudayaan
manusia, timbullah tuntutan akan adanya pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih teratur
dan didasarkan atas pemikiran yang matang. Manusia ingin lebih mempertanggungjawabkan
caranya dia mendidik generasi penerusnya agar lebih berhasil dalam melaksanakan hidupnya,
dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama dan dunia serta dalam hubungannya dengan
Tuhan. Di sinilah muncul keharusan pemikiran teoritis tentang pendidikan.
Satu hal yang menjadi jelas dari apa yang disebut pendidikan adalah upaya sadar untuk
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia. Pengertian demikian, menurut
Soedomo (1990: 30), selalu dipegang oleh kalangan pendidikan. Dengan pernyataan lain
kalangan pendidikan mencermati pendidikan, disamping sebagai gejala, juga sebagai upaya.
Pada gilirannya, pandangan bahwa pendidikan sebagai gejala sekaligus upaya ini melahirkan
teori-teori pendidikan (theories of education).
George F. Kneller (1971: 231), secara jelas memberi arti tentang teori pendidikan.
Menurutnya, kata teori menpunyai dua makna sentral. Di satu pihak teori dapat menunjuk suatu
hipotesis atau serangkaian hipotesis yang telah diverifikasi dengan observasi atau eksperimen,
sebagaimana dalam kasus teori gravitasi. Sebagaimana memandang teori dalam artian ini, teori-
teori pendidikan menunggu pengembangan. Di lain pihak teori dapat juga merupakan sinonim
umum untuk pemikiran sistematik atau serangkaian pemikiran-pemikiran sistematik atau
serangkaian pemikiran-pemikiran yang koheren. Sebagaimana memandang teori dalam artian
ini, pendidikan benar-benar telah menghasilkan teori yang banyak sekali.
Teori pendidikan menurut Ernest E. Bayles, adalah berkenaan tidak hanya dengan apa
yang ada, tetapi bahkan banyak juga dengan apa yang harus ada. Sebagai teori yang
dikembangkan secara sadar dalam kaitannya dengan upaya pendidikan, maka teori pendidikan
memiliki keunikan tersendiri apabila dibandingkan dengan teori penjelas (explanatory theory)
yang memandang pendidikan semata-mata sebagai gejala atau sebagai fenomena atau sebagai
fakta. Karena keterkaitan antara kegiatan berteori dan kegiatan upaya pendidikan, maka teori
pendidikan dapat dikategorikan terutama sebagai teori praktis (practical theory). P. H. Hirst
tetap berpendapat bahwa fungsi utama dan teori pendidikan adalah untuk membimbing praktek
pendidikan (to guide educational practice). (More, 1974: 58). Teori pendidikan mempunyai
aspek ilmiah dan aspek preskriptif (normatif).
Teori-teori pendidikan diharapkan merupakan unsur-unsur bangunan pengetahuan (a
body of knowledge) ilmu pendidikan (Soedomo, 3 1-33). Selanjutnya yang menjadi pertanyaan
yaitu, apakah yang dimaksud dengan ilmu pendidikan itu? Berikut ini akan dikemukan
pandangan sejumlah ahli tentang apa yang dimaksud dengan ilmu pendidikan.
Menurut M.J. Langeveld (1995), paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan)
adalah suatu ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau
hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.
Menurut S. Brodjonagoro (1966: 35), ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah teori
pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luas paedagogiek adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
Menurut Driyarkara (1980: 66-67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah (pemikiran
yang bersifat kritis, metodis dan sistematis) tentang realitas yang kita sebut pendidikan
(mendidik dan didik). Kritis berarti bahwa orang tidak menerima saja apa yang ditangkap atau
muncul dalam benaknya, tetapi semua pernyataan, semua afirmasi harus mempunyai dasar yang
kuat. Orang yang bersikap kritis, ingin mengerti betul-betul (tidak hanya membeo), ingin
mengalami sesuatu dengan seluk-beluknya dan dasar-dasarnya.
Metodis berarti bahwa dalam proses berpikir dan menyelidiki orang menggunakan suatu
cara tertentu. Sistematis berarti bahwa pemikir ilmiah itu dalam prosesnya dijiwai oleh suatu ide
yang menyeluruh dan menyatukan, sehingga pikiran-pikiran dan pendapat-pendapat tidak tanpa
hubungan, melainkan merupakan kesatuan.
Dan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomena pendidikan dan semua fenomena
yang ada hubungan dengan pendidikan dan dalam perspektif yang luas dan integratif.
2. Fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan ini
bukan hanya merupakan gejala yang melekat pada manusia (gejala yang universal), dalam
perspektif yang luas, melainkan juga sekaligus merupakan upaya untuk memanusiakan
manusia agar menjadi sebenar-benarnya manusia (insan), yang hal ini secara integratif
diperlukan penggunaan berbagai kajian tentang pendidikan (kajian historis, filosofis,
psikologis, dan sosiologis tentang pendidikan).
3. Upaya pendidikan mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan (mendidik dan dididik) dan
pemikiran yang sistematik tentang pendidikan.
Secara historis Johan Friederick Hebart sering disebut sebagai bapak ilmu pendidikan
modern dan bapak psikologi modern (Gruber, 1973: 142). Berangsur-angsur ilmu pendidikan
berkembang sampai tumbuh menjadi ilmu yang berdiri sendiri yang mengkaji hakikat, persoalan
bentuk-bentuk dan syarat-syarat dari pendidikan. Tetapi yang betul-betul berdiri sendiri ilmu
pendidikan terjadi pada akhir abad ke-19 (-1895) sampai sepertiga permulaan abad ke-20 (±
1933) oleh gerakan Autonomi paedagogiek yang berlangsung di Eropa dan Amerika.
Ilmu pendidikan dalam bentuknya yang lebih sistematik termasuk ilmu yang sangat muda.
Ilmu pendidikan lahir dan berkembang jauh lebih belakang dari pada praktik upaya pendidikan.
Dapat dikatakan bahwa ilmu pendidikan masih membentuk dirinya atau dalam keadaan sedang
berkembang. Di samping itu, ilmu pendidikan harus berpacu dengan masalah-masalah praktis
yang mendesak yang memang sama sekali tidak dapat diabaikan.
Persyaratan Pendidikan Sebagai Ilmu
Suatu kawasan studi dapat tampil atau menampilkan diri sebagai suatu disiplin ilmu,
bila dipenuhi setidak-tidaknya tiga syarat, yaitu:
1. memiliki objek studi (objek material dan objek formal).
2. memiliki sistematika.
3. memiliki metode.
Yang menjadi objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Apabila kita
pelajari perilaku manusia sebagai makhluk yang hidup di dalam masyarakat maka perilaku itu
disamping dapat dilihat, segi ilmu pendidikan juga dapat dilihat dan segi-segi yang lain seperti
psikologis, sosiologis, antropologis. Yang membedakan suatu ilmu dengan ilmu lainnya adalah
objeknya. Apabila kebetulan objek materialnya sama, maka yang membedakan satu ilmu dengan
ilmu lainnya adalah objek formalnya. Objek formal adalah objek material yang disoroti oleh
suatu ilmu, atau sudut pandang tertentu yang menentukan macam ilmu.
Berikut ini akan dibahas tentang syarat kedua disiplin ilmu, yaitu memiliki sistematika.
Secara teoritik sistematika ilmu pendidikan dapat dibedakan menjadi tida segi tinjauan, yaitu:
(1) melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, (2) dengan melihat pendidikan sebagai upaya
sadar dan (3) dengan melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, sekaligus upaya sadar
dengan mengantisipasi perkembangan sosio-budaya di masa depan. Selanjutnya syarat ketiga
bagi disiplin ilmu, yaitu memilik metode. Dalam arti kata yang sesungguhnya, maka metode
(Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka dapat
memahami dan mengembangkan ilmu yang bersangkutan. Metode-metode yang dapat dipakai
untuk ilmu pendidikan sebagai berikut (Soedomo, 1990: 46-47; Mub, Said, 1989):
a. Metode Normatif
Metode normatif berkenaan dengan konsep manusia yang diidealkan yang ingin
dicapai oleh pendidikan. Metode ini juga menjawab pertanyaan yang berkenaan dengan
masalah nilai baik dan nilai buruk.
b. Metode Eksplanatori
Metode eksplanatori bersangkut paut dengan pertanyaan tentang kondisi dan kekuatan
apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil. Dalam hal ilmu pendidikan
mendapatkan bantuan dari berbagai teori tentang pendidikan yang boleh jadi dihasilkan oleh
ilmu-ilmu lain.
c. Metode Teknologis
Metode teknologis ini mempunyai fungsi untuk mengungkapkan bagaimana
melakukannya dalam menuju keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan yang diinginkan.
d. Metode Deskriptif – Fenomenologis
Metode ini mencoba menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan dan kemudian
mengklasifikasikan sehingga ditemukan yang hakiki.
e. Metode Hermeneutis
Metode ini untuk memahami kenyataan pendidikan yang kongkrit dan historis untuk
menjelaskan makna dan struktur dari kegiatan pendidikan.
f. Metode Analisi Kritis (Filosofis)
Metode ini menganalisa secara kritis tentang istilah-istilah, pernyataan-pernyataan,
konsep-konsep dan teori-teori yang ada atau digunakan dalam pendidikan. Syarat lain bagi
disiplin ilmu pendidikan adalah memiliki evidensi empiris. Ini sesuai dengan sifat ilmu
pendidikan, yaitu teoritis dan praktis.
Sifat-Sifat Ilmu Pendidikan
Pendidikan sebagai ilmu (ilmu pendidikan) bersifat empiris, rohaniah, normatif,
historis, teoritis, dan praktis (Soetjipto Wirowidjojo, 1986: 8-9; 30-31, Sutani Barnadib,
1984: 15-19). Ilmu pendidikan bersifat empiris, karena objeknya (fenomena atau situasi
pendidikan) dijumpai dalam dunia pengalaman. Ilmu pendidikan bersifat rokhaniah, karena
situasi pendidikan berdasar atas tujuan manusia tidak membiarkan peserta didik kepada
keadaan alamnya, melainkan memandangnya sebagai makhluk susila dan ingin membawanya
kearah manusia susila yang berbudaya.
Ilmu pendidikan bersifat normatif, karena berdasar atas pemilihan antara yang baik
dan yang tidak baik untuk peserta didik pada khususnya dan manusia pada umumnya. Oleh
karena itu, seperti dinyatakan oleh Noeng Muhadjir (1987: 3-4), sebagai ilmu yang normatif,
ilmu pendidikan tak ingin sekedar mendeskripsikan atau menjelaskan, melainkan ingin
memberitahukan perlunya mencapai suatu cita ideal.
Ilmu pendidikan bersifat historis, karena memberikan uraian teoritis tentang sistem-
sistem pendidikan sepanjang jaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan dan filsafat
yang berpengaruh pada jaman-jaman tertentu. Ilmu pendidikan bersifat teoritis, karena
memberikan pemikiran yang tersusun secara teratur dan logis (sistematis) tentang masalah-
masalah dan ketentuan-ketentuan pendidikan yang langsung ditujukan kepada perbuatan yang
mendidik.
Pengembangan Pendidikan
Secara hierarkis ilmu pendidikan memiliki dasar yang sekaligus sebagai sumbernya,
yakni filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan, oleh Brubacher (1962:
18) dipandang sebagai “complementary disciplines”. Namun dalam pengembangan ilmu
pendidikan (science of education or philosophical theory of education), juga dapat diperkaya
dengan mengkaji fondasi-fondasi pendidikan (practical theories of education). Fondasi-
fondasi pendidikan adalah studi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi
pencarian kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik pendidikan yang berharga dan efektif.
Prinsip-prinsip ini adalah dasar untuk dibangunnya rumah pendidikan. Jika dasar itu adalah
subtansial, sandaran, dan struktur itu kemungkinan akan kuat, dan sebaliknya (Standard W.
Reitman, 1977: 10).
Suatu pemahaman tentang fondasi-fondasi pendidikan akan membantu seorang
pendidik prospektif untuk berfikir secara lebih jernih tentang mana yang esensial tentang
pekerjaan yang ia akan terlibat sebagai seorang guru. Ini akan membantunya untuk membuat
keputusan-keputusan yang dapat diambil tentang bagaimana mengorganisasikan energinya
untuk menciptakan situasi-situasi belajar yang optimal dan masih banyak lagi.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomena pendidikan dan semua
fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan dalam perspektif yang luas dan
integratif. Ilmu pendidikan bentuknya yang lebih sistematis termasuk ilmu yang sangat muda
atau masih membentuk dirinya, untuk lebih memperkokoh persyaratan yang dimilikinya
sebagai ilmu yang berdiri sendiri, atau dengan kata lain Ilmu pendidikan adalah suatu
kumpulan pengetahuan atau konsep yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-
metode tertentu yang bersifat ilmiah yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala
perbuatan mendidik atau suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak
yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan dirinya
untuk kehidupan yang bermakna.
Pengertian ilmu pendidikan tidak terlepas dari dua kata yang dipadukan yaitu ilmu dan
pendidikan. Pengertian ilmu adalah Pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia – Balai
Pustaka). Sedangkan pengertian pendidikan yaitu usaha-usaha yang sengaja dipilih
untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan,
jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada
tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, serta seluruh apa yang
dilakukannya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. (Mahmud Yunus)
Dengan demikian Pengertian Ilmu Pendidikan adalah suatu kumpulan ilmu
pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan memiliki metode-metode
tertentu yang ilmiah untuk menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala
perbuatan bantuan atau didikan yang diberikan oleh orang “dewasa” kepada orang
yang “belum dewasa” untuk mencapai kedewasaannya dalam rangka
mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna bagi dirinya, masyarakat
dan Pencipta-Nya.
Ads by optAd360

Pengertian Ilmu Pendidikan Menurut Para Ahli

Ilmu sendiri dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang menelaah dan
mengkaji secara sistematik mengenai suatu hal. Menurut Nur Ubiyati ilmu dapat
diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis dan
memiliki metode yang bersifat ilmiah. Ada juga pendapat dari Ralph Ross bersama
Ernest Van Den Haag yang mengatakan bahwa ilmu adalah empiris, umum, rasional
serta tersusun yang kesemuanya saling berkaitan dan berhubungan. Menurut Prof.
Drs. Harsoyo juga berpendapat bahwa ilmu merupakan akumulasi dari pengetahuan
yang disistemasikan. Prof. Drs. Harsoyo juga menambahkan bahwa ilmu juga
merupakan cara menganalisa yang memberikan kewenangan kepada para ahli
untuk untuk menyatakan proposisi.

Pada pengertian ilmu pendidikan kita dapat menelaah satu persatu antara
pengertian ilmu dan juga pendidikan. Berdasarkan deskripsi ilmu diatas kita dapat
menarik kesimpulan bahwa ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang secara
rasional dan tersusun menjelaskan secara sistematis mengenai suatu hal dalam hal
ini pendidikan. Sementara pendidikan sendiri menurut pendapat undang-undang
dapat disimpulkan sebagai usaha yang terencana untuk mewujudkan proses
pembelajaran dan suasana belajar yang aktif untuk mengembangkan potensi diri
untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendailan diri, keagamaan, kepribadian,
kecerdasan, dan lain-lain yang diperlukan masyarakat, bangsa, dan juga negara.
Ada juga pakar yang menyebutkan pendidikan sebagai suatu penyesuaian diri untuk
mengubah seseorang dapat menjadi lebih baik.

Dari beberapa pengertian ilmu dan juga pengertian pendidikan dapat kita tarik garis
kesimpulan bahwa ilmu pendidikan adalah suatu kumpulan pengetahuan yang
rasional dan tersusun secara rapi mengenai pendidikan dan kemudian menjelaskan
secara sistematis dan terperinci mengenai suatu proses pembelajaran yang aktif
untuk menghasilkan individu yang memiliki kekuatan, kemampuan, kecerdasan, dan
segala hal yang diperlukan untuk menjalani kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat. Sekian beberapa pengertian ilmu pendidikan yang dapat kami
rangkum dan kami simpulkan dari beberapa pendapat para pakar pendidikan supaya
dapat anda pahami, semoga informasi ini dapat berguna bagi anda.

Menurut Dictionary of education ; Pendidikan diartikan, proses

sosial yang di mana orang-orang atau anak dipengaruhi dengan lingkungan yang
(sengaja) dipilih dan dikendalikan (misalnya oleh guru di sekolah) sehingga mereka
memperolah kemampuan-kemampuan sosial dan perkembangan individu yang
optimal. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara , mendidik adalah menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya.
Powered by Ad.Plus

Pada pengertian ilmu pendidikan kita dapat menelaah satu persatu antara
pengertian ilmu dan juga pendidikan. Berdasarkan deskripsi ilmu diatas kita dapat
menarik kesimpulan bahwa ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang secara
rasional dan tersusun menjelaskan secara sistematis mengenai suatu hal dalam hal
ini pendidikan. Sementara pendidikan sendiri menurut pendapat undang-undang
dapat disimpulkan sebagai usaha yang terencana untuk mewujudkan proses
pembelajaran dan suasana belajar yang aktif untuk mengembangkan potensi diri
untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendailan diri, keagamaan, kepribadian,
kecerdasan, dan lain-lain yang diperlukan masyarakat, bangsa, dan juga negara.
Ada juga pakar yang menyebutkan pendidikan sebagai suatu penyesuaian diri untuk
mengubah seseorang dapat menjadi lebih baik.

Dari beberapa pengertian ilmu dan juga pengertian pendidikan dapat kita tarik garis
kesimpulan bahwa ilmu pendidikan adalah suatu kumpulan pengetahuan yang
rasional dan tersusun secara rapi mengenai pendidikan dan kemudian menjelaskan
secara sistematis dan terperinci mengenai suatu proses pembelajaran yang aktif
untuk menghasilkan individu yang memiliki kekuatan, kemampuan, kecerdasan, dan
segala hal yang diperlukan untuk menjalani kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat. Sekian beberapa pengertian ilmu pendidikan yang dapat kami
rangkum dan kami simpulkan dari beberapa pendapat para pakar pendidikan supaya
dapat anda pahami, semoga informasi ini dapat berguna bagi anda.

Konsep Ilmu Pendidikan

Ilmu pendidikan membahas tentang proses penyesuaian diri secara timbal balik
antara manusia dengan manusia dan alam sebagai pengembangan dan
penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam
hal perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama
di masa yang akan datang.

Ilmu Pendidikan merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang


diperoleh melalui riset yang disajikan dalam bentuk konsep-konsep pendidikan.
Konsep-konsep pendidikan tersebut tidak lain merupakan berdasarkan pengalaman
yang ditata secara sistematis menjadi suatu kesatuan yaitu disebut skema
konseptual. Dengan demikian isi Ilmu Pendidikan, terbentuk dari unsur-unsur yang
berupa konsep-konsep tentang variabel-variabel pendidikan, dan bagian-bagian
yang berupa skema-skema konseptual tentang komponen-komponen pendidikan.

Dengan demikian konsep ilmu pendidikan adalah pengetahuan yang membicarakan


masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan yang memiliki konsep
dasar persyaratan pendidikan sebagai ilmu yaitu:

1. Memiliki objek studi baik baik objek material maupun objek formal
2. Memiliki sistematika
3. Memiliki metode

Ilmu pendidikan bertujuan memberikan informasi atau keterangan tentang dasar-


dasar pendidikan dalam berbagai situasi atau interaksi pendidikan, jalur dan jenis
jenjang pendidikan untuk membekali peserta didik mencapai kehidupan yang
berbudaya dan mandiri yang lebih baik di masa depannya. Memberikan informasi
dalam arti menjelaskan permasalahan, sebab-sebab dan kemungkinan
mengupayakan dan pembekalan bagi pendidik dalam mendidik putra putrinya atau
generasi berikutnya (Tim pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Bag 4, 2007).

Hakikat Pendidikan

Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of


culture and transfer of religius yang semuanya diarahkan pada upaya untuk
memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk
mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang disepakati
berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan
pertahanan keamanan.

Menurut pandangan Paulo Freire pendidikan adalah proses peng-kaderan dengan


hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan
untuk mendidik diri sendiri. Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan adalah
mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan al-quran
dan as-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi manusia yang ber-akhlakul karimah
(insan kamil).

Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai,


motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakikat pendidikan dapat
dirumuskan sebagi berikut :

Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan


antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidikPendidikan merupakan
usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan
yang semakin pesatPendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan
masyarakatPendidikan berlangsung seumur hidup Pendidikan merupakan kiat dalam
menerapkan prinsip-prinsip ilmu.

Hakikat Pendidikan Islam

Pendidikan secara semantik menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses yang
berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan seseorang kepada orang lain.
Pengertian tersebut belum menunjukkan adanya program, sistem, dan metode yang
lazimnya digunakan dalam melakukan pendidikan atau pengajaran. Masih dalam
pengertian kebahasaan ini, dijumpai pula kata tarbiyah dalam bahasa Arab. Kata ini
sering digunakan oleh para ahli pendidikan Islam untuk menerjemahkan kata
pendidikan dalam bahasa Indonesia.

Selain kata tarbiyah terdapat pula kata ta’lim. Kata ini oleh para penerjemah sering
diartikan pengajaran. Dalam pengertian ini Yusuf A. Faisal, pakar dalam pendidikan
mengatakan bahwa pengertian pendidikan islam dari sudut etimologi (ilmu akar kata)
sering dikatakan istilah ta’lim dan tarbiyah yang bersal dari kata allama dan rabba
yang dipergunakan dalam al-Qur‟an, sekalipun kata tarbiyah lebih luas konotasinya,
yaitu mengandung arti memelihara, membesarkan dan sekaligus mengandung
makna mengajar (allama). Selanjutnya Faisal mengutip pendapat Naquib Alatas
dalam bukunya Islam and Secularism sebagaimana tersebut di atas terdapat pula
kata ta’dib yang ada hubungannya dengan kata adab yang berarti sopan santun.

Selanjutnya bagaimanakah penjelasan yang diberikan al-Quran terhadap ketiga kata


tersebut ?. Untuk ini Muhammad Fuad Abd al-Baqy dalam bukunya Al-Mu‟jam al-
Mufahras li Alfadz al-Qur’an al Karim telah menginformasikan bahwa dalam al-
Qur’an kata tarbiyah dan kata yang serumpun dengannya diulang sebanyak lebih
dari 872 kali. Kata tersebut berakar pada rabb. Kata ini sebagaimana dijelaskan oleh
al-Raghib al-Ashfahany, pada mulanya berarti al-Tarbiyah yaitu insya’ al-Sya’i halan
ila halin ila had tamam yang artinya mengembangkan atau menumbuhkan sesuatu
tahap demi setahap sampai pada batas yang sempurna.

Kata selanjutnya digunakan oleh al-Qur’an ntuk berbagai hal antara lain digunakan
untuk menerangkan salah satu sifat atau perbuatan Tuhan, yaitu rabb al-‘alamin
yang artinya Pemelihara, Pendidik, Penjaga, Penguasa dan Penjaga sekalian alam.
Selain kata rabb digunakan untuk arti sebagaimana disebut diatas, digunakan pula
untuk arti yang obyeknya lebih terperinci lagi, yakni bahwa yang dipelihara, dididik
dan seterusnya ada yang berupa al-‘arsyy al adzhim, yakni arsy yang demikian
besar (Qs. at-Taubah : 129), al-Masyaariqi, yakni ufuk timur tempat terbitnya
matahari (Qs. as-Shaaffat : 5), aba’ukum al-awwalun, yakni nenek moyang para
pendahulu orang kafir Quraisy (Qs. as-Shaaffat : 5), al-Maghrib, ufuk barat tempat
terbenamnya matahari (Qs. ar-Rahman : 17), al-Baldah, yakni negeri dalam hal ini
adalah Makkah al-Mukarramah (Qs. al-Baqarah : 126) , Bait, yakni rumah yang
dalam hal ini adalah Baitullah, Kabah yang ada di Makkah.

Beberapa ayat tersebut diatas menunjukan dengan jelas, bahwa kata


rabbsebagaimana yang ditunjukan pada al-Quran ternyata digunakan untuk
menunjukan obyek yang bermacam-macam, yang dalam hal ini meliputi benda-
benda yang bersifat fisik dan non fisik. Dengan demikian pendidikan meliputi
pemeliharaan terhadap seluruh mahluk Tuhan.

Senjata resmi melawan begal!

SAMSUNG S9 dengan total hanya Rp. 2.150.000 ! Buruan, jangan sampai kehabisan!

Tak perlu dilaser jika penglihatan mulai kabur, cukup ambil

Tak perlu dilaser jika penglihatan mulai kabur, cukup ambil

Adapun kata yang kedua, dalam hal ini ‘allama sebagaimana dijelaskan oleh al-
Raghib al-Ashfahany, digunakan secara khusus untuk menunjukan sesuatu yang
dapat diulang dan diperbanyak sehingga meninggalkan bekas atau pengaruh pada
diri seseorang dan ada pula yang mengatakan bahwa kata tersebut digunakan untuk
mengingatkan jiwa agar memperoleh gambaan mengenai arti tentang sesuatu, dan
kadang kata tersebut juga dapa diartikan pemberitahuan.

Kata ta’lim yang berakar pada kata ‘allama dengan berbagai akar kata yang
serumpum dengannya, dalam al-Quran disebut sebanyak lebih dari 840 kali dan
digunakan untuk arti yang bermacam-macam. Terkadang oleh Allah digunakan
untuk menjelaskan pengetahuan-Nya yang diberikan kepada manusia (Qs. al-
Baqarah : 269), digunakan untuk menjelaskan bahwa Allah Maha Mengetahui
terhadap segala sesuatu yang terjadi pada manusia (Qs. Huud : 79), digunakan
untuk menjelaskan bahwa Allah mengetahui orang-orang yang mengikuti petunjuk-
Nya (Qs. al-Baqarah : 143). Dari informasi ini terlihat bahwa kata ta’lim dalam al-
Quran mengacu pada adanya sesuatu berupa pengetahuan yang diberikan kepada
seseorang, jadi sifatnya intelektual. Sedangkan kata tarbiyah lebih mengacu pada
bimbingan, pemeliharaan, arahan, penjagaan, dan sifatnya pembentukan
kepribadian.

Adapun mengenai ta’dib yang berakar pada kata addaba tidak dijumpai dalam al-
Quran. Kata tersebut dijumpai dalam hadist antara lain yang berbunyi : addabani
rabby fa-ahsana ta’diby.
Ketiga istilah tersebut (ta’lim, tarbiyah, ta’dib), sebenarnya memberi kesan bahwa
antara satu dan yang lainnya berbeda. Beda istilah ta’lim mengesankan memberikan
proses pemberian bekal pengetahuan. Sedangkan istilah tarbiyah, mengesankan
proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap
mental. Sementara istilah ta’dib mengesankan proses pembinaan dan pengarahan
bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental, mengesankan proses pembinaan
terhadap sikap moral dan estetika dalam kehidupan yang lebih mengacu pada
peningkatan martabat manusia.

Pengertian Pendidikan dan Ilmu Pendidikan

 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
 Ilmu pendidikan adalah uraian secara sistematis dan ilmiah tentang
bimbingan atau tuntunan pendidikan kepada anak-anak didik dalam
perkembangannya agar ia tumbuh secara wajar berpribudi baik, sebagai
anggota masyarakat yang hidup selaras dan seimbang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai