Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PEMBELAJARAN SASTRA ANAK

“UNSUR UNSUR DRAMA”

OLEH:

KELOMPOK 1

FEBRIJA ATRILA (20129274)

FUJI DELIMA (20129142)

RAIHAN RIZWANZA PUTRA (20129328)

WILIA ZAHRA (20129223)

DOSEN PENGAMPU:

ARI SURIANI, S.Pd, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

UPP III KAMPUS III BANDAR BUAT

2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT. Salawat dan salam
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena thaufik dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul: “Unsur Unsur Drama”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Pendidikan. Selain itu, kami berharap agar menambah wawasan bagi pembaca
tentang Unsur Pembangun Drama.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ari Suriani,
S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Sastra Anak. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kepada kami. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Pesisir Selatan,. 08 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.... ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 1
C. Manfaat Penulisan ................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Unsur-Unsur Intrinsik Drama .............................................................. 3
B. Unsur-Unsur Ekstrinsik Drama .......................................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Drama tergolong jenis karya sastra disamping puisi dan prosa. Karya drama
diciptakan pengarang berdasarkan pikiran atau imajinasi, perasaan dan
pengalaman hidupnya. Drama sebagai karya sastra merupakan objek yang terikat
pada pengarang, realitas, dan penikmat.

Kata drama berasal dari bahasa Yunani yang berarti action dalam bahasa
Inggris, dan ‘gerak’ dalam bahasa Indonesia. Jadi secara mudah drama dapat kita
artikan sebagai bentuk seni yang berusaha mengungkapkan perihal kehidupan
manusia melalui gerak atau action dan percakapan serta dialog.

Drama yang termasuk dalam karya sastra adalah naskah ceritanya. Sebagai
karya sastra, drama memiliki keunikan tersendiri. Dia diciptakan tidak untuk
dibaca saja, namun jug harus memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Karya
drama sebagai karya sastra dapat berupa rekaman dari perjalanan hidup pengarang
yang menciptakannya. Pengarang dapat diilhami pengarang lain, disamping
masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Karya drama merupakan tempat kita
masuk ke dalam penyatuan secara spiritual dan humanistic dengan pikiran dan
kepercayaan pengarang seperti yang diungkap Selden, dalam Sudjarwadi (2005).

Karya drama merupakan karya humaniora. Karya drama merupakan objek


manusia, faktor kemanusiaan atau fakta kultural, sebab merupakan hasil ciptaan
manusia. Fakta drama merupakan fakta budaya. Pengalaman pribadi di dalam
drama dapat dikatakan benar sebagai dasar sastra yang nyata. Seorang penulis
drama memang tidak sebebas penulis karya sastra yang lain, karena dalam
menulis drama pengarang harus memikirkan kemungkinan- kemungkinan agar
drama itu dapat di pentaskan. Oleh karena itu, untuk memahami suatu naskah
drama seseorang harus mengetahui unsur-unsur intrinsik adan ekstrinsik naskah
drama

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut kami merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja unsur-unsur pembangun drama
2. Bagaimana menganalisis unsur-unsur pembangun drama?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik drama
2. Untuk mengetahui unsur-unsur ekstrinsik drama

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Sastra Anak
2. Untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca terkait Unsur-unsur
drama

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. UNSUR INTRINSIK DRAMA


Unsur-unsur instrinsik drama merupakan pembangun drama dari
dalam cerita itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik inilah yang akan
menghidupkan cerita yang disajikan dalam drama.
a. Tema
Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran pokok
ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang lebih
menarik. Tema dikembangkan melalui alur dramatik melalui dialog tokoh-
tokohnya.

Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai


pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang
diciptakannya. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan
cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar
cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik.

Jika dikaitkan dengan dunia pengarang, tema adalah pokok pikiran


didalam dunia pengarang. Setiap karya sastra (fiksi) telah mengandung atau
menawarkan tema. Tema mengikat pengembangan cerita. Tema juga
sebagai premis artinya rumusan inti sari yang merupakan landasan untuk
menentukan tujuan dan arah cerita. Menurut Nurgiyantoro (1995), tema
dibagi dua, yaitu tema mayor ( tema pokok cerita yang menjadi dasar karya
sastra itu) dan tema minor (tema tambahan yang menguatkan tema mayor).

b. Alur
Alur/plot cerita atau jalan cerita ialah rangkaian peristiwa yang
membentuk suatu kesatuan cerita. Menurut Sudjarwadi (2005), plot atau
alur dalam drama tidak jauh berbeda dengan plot atau alur dalam prosa fiksi.
Dalam drama juga mengenal tahapan plot yang dimulai dari tahapan

3
permulaan, tahapan pertikaian, tahapan perumitan, tahapan puncak, tahapan
peleraian, dan tahapan akhir.
Alur menurut Akhmah Saliman (1996 : 24) adalah jaringan atau
rangkaian yang membangun atau membentuk suatu cerita sejak awal hingga
akhir. Alur dalam drama dibagi menjadi babak-babak dan adegan-adegan.
Babak adalah bagian dari plot atau alur dalam sebuah drama yang ditandai
oleh perubahan setting atau latar. Sedangkan adegan merupakan babak yang
ditandai oleh perubahan jumlah tokoh ataupun perubahan yang dibicarakan.
Alur cerita ini dapat dibagi menjadi beberapa, pengenalan,
pertikaian/konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan, penyelesaian.

1. Pengenalan/Eksposisi. Pengenalan adalah bagian yang mengantarkan


atau memaparkan tokoh, menjelaskan latar cerita, dan gambaran
peristiwa yang akan terjadi. Pada tahap ini penonton diperkenalkan
dengan tokoh-tokoh drama beserta wataknya, dan fakta-fakta
tertentu, baik secara eksplisit maupun implisit.

Perhatikan penggalan teks drama berikut ini! .

Pentas menggambarkan sebuah ruangan kelas waktu pagi hari.


Tampak di sana beberapa meja kursi, kurang begitu teratur rapi.
Beberapa papan majalah dinding tersandar di dinding dan di meja. (
Pengenalan Latar pentas )

Seorang pemuda pelajar sedang duduk di atas meja. Ia bersilang


tangan. Pemuda itu Anton namanya. Ia adalah Pemimpin Redaksi
majalah dinding itu. Sedangkan Rini, Sekretaris Redaksi, duduk di
kursi. ( Pengenalan Tokoh ).

2. Konflik. Konflik adalah persoalan-persoalan pokok yang mulai


melibatkan para pemain drama. Dalam tahap ini mulai ada kejadian
(insiden) atau peristiwa yang merupakan dasar dari drama tersebut.
3. Komplikasi. Komplikasi merupakan tahap dimana insiden yang
terjadi mulai berkembang dan menimbulkan konflik-konflik yang

4
semakin banyak dan ruwet. Banyak persoalan yang kait-mengait,
tetapi semuanya masih menimbulkan tanda tanya.
4. Klimaks. Klimaks adalah tahapan puncak dari berbagai konflik yang
terjadi dalam drama tersebut. Bila dilihat dari sudut pembaca naskah
atau penonton drama maka klimaks adalah puncak ketegangan. Bila
dilihat dari sudut konflik maka klimaks adalah titik pertikaian paling
ujung antar pemain drama.
5. Resolusi/Peleraian. Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik.
Jalan keluar penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah mulai
tampak jelas.
6. Penyelesaian. Penyelesaian merupakan tahap terakhir dari sebuah
drama. Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan cerita
selesai.

c. Tokoh dan perwatakan


Perwatakan atau karakter tokoh adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa
seorang tokoh dalam lakon drama. Karakter ini diciptakan oleh penulis
lakon untuk diwujudkan oleh para pemain drama. Tokoh-tokoh drama
disertai penjelasan mengenai nama, umur, jenis kelamin, ciri-ciri fisik,
jabatan, dan keadaan kejiwaannya. Watak tokoh akan jelas terbaca dalam
dialog dan catatan samping. Watak tokoh dapat dibaca melalui gerak-gerik,
suara, jenis kalimat, dan ungkapan yang digunakan.

Perhatikan penggalan teks drama berikut ini! .


Lurah : Saya mesti tetap memikirkannya, Pak Jagabaya. Sebagai seorang
lurah, saya tidak akan berdiam diri menghadapi persoalan ini.
Jagabaya :Tapi, maaf, Pak Lurah, saya rasa tindakan Pak Lurah dalam
menghadapi persoalan ini kurang tegas. Maaf, Pak Lurah kurang cak-cek,
kurang cepat.
Lurah :Memang, saya sadari saya kurang tegas dalam hal ini. Ini saya
sadari betul, Pak Jagabaya. Tapi tindakan saya yang kurang cepat ini
sebetulnya bukan berarti apa-apa. Terus terang dalam menghadapi
persoalan ini saya tidak mau grasa-grusu.

5
Jagabaya : Memang tidak perlu grusa-grusu, Pak Lurah. Tapi, tidak grusa-
grusu bukan pula berarti diam saja dan hanya plompang-plompong
menunggu berita. Pak Lurah kan tinggal memberikan perintah atau izin
kepada saya untuk mengadakan ronda kampung tiap malam.
Dari dialog antara Pak Lurah dengan Pak Jagabaya di atas dapat
dilihat bahwa perwatakan atau karakter kedua tokoh tersebut langsung
diceritakan oleh pengarang, seperti gabungan kata yang tercetak tebal pada
teks drama di atas.
Menurut Akhmad Saliman (1996:25: 27) berdasarkan peranannya di dalam
alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni:
• Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat
• Protagonis, tokoh utama berprilaku baik
• Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu
Selain itu, masih menurut Akhmad Saliman (1996 : 27) berdasarkan
fungsinya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasi menjadi 3 macam
juga, yaitu:
• Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita
• Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis
atau protagonis
• Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap penderita
dalam alur cerita.
Tokoh-tokoh drama biasanya disertai penjelasan mengenai nama,
umur, jenis kelamin, ciri-ciri fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaannya.
Watak tokoh akan jelas terbaca dalam dialog dan catatan samping. Watak
tokoh dapat dibaca melalui gerak-gerik, suara, jenis kalimat, dan ungkapan
yang digunakan.

d. Penokohan
Unsur drama selanjutnya adalah penokohan/perwatakan. Ini adalah
penggambaran sifat batin seorang tokoh dalam cerita. Perwatakan bisa
digambarkan dengan dialog, ekspresi, atau tingkah laku.

6
Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi atau watak
dimensional yaitu:
▪ Keadaan fisik, seperti umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, dan suku
bangsa
▪ Keadaan psikis, seperti watak, kegemaran, standar moral, dan mental
▪ Keadaan sosiologis, seperti jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, dan
agama

Cara pengarang menampilkan watak tokoh bisa secara langsung atau


tidak langsung, yaitu:
o Secara langsung atau analitik, pengarang menampilkan watak tokoh
langsung dijelaskan di dalam teks cerita.
o Secara tidak langsung atau dramatik, pengarang menampilkan watak
tidak langsung lewat dialog, percakapan tokoh, pikiran tokoh, reaksi
atau tanggapan tokoh lain, lingkungan, dan keadaan fisik tokoh.

e. Dialog
Ciri khas suatu drama adalah naskah tersebut berbentuk
percakapan atau dialog. Penulis naskah drama harus memerhatikan
pembicaraan yang akan diucapkan. Ragam bahasa dalam dialog
antartokoh merupakan ragam lisan yang komunikatif.

Dialog melancarkan cerita atau lakon. Dialog mencerminkan


pikiran tokoh cerita. Dialog mengungkapkan watak para tokoh cerita.
Dialog merupakan hubungan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain.
Dialog berfungsi menghubungkan tokoh yang satu dengan tokoh yang
lain. Dialog juga berfungsi menggerakan cerita dan melihat watak atau
kepribadian tokoh cerita.

Ada beberapa macam tenik dialog diantaranya adalah :

a. Monolog : Percakapan yang dilakukan seorang diri.

b. Konversi : Percakapan

7
c. Prolog : pembukaan atau pengantar naskah yang berisi keterangan atau
pendapat pengarang tentang cerita yang akan disajikan

d.Epilog : bagian penutup pada karya sastra yang fungsinya


menyampaikan intisari atau kesimpulan pengarang mengenai cerita yang
disajikan

Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!

Yanti : Lebih dari itu, aku lebih ingin menyelesaikan persoalan. Cara
seperti itu tidak menyelesaikan persoalan. Itu bahkan menyiksa. Makin
menyiksa.

Asdiarti : Lalu, mesti gimana?

Yanti : Aku tak mengerti.

Asdiarti : Tidak mengerti?

Disebut dialog karena percakapan itu minimal dilakukan oleh dua orang.
Nah, kutipan teks drama di atas dapat disebut sebagai dialog karena
diucapkan secara bergantian oleh tokoh yang bernama Yanti dan Asdiarti.

Ciri naskah drama adalah berbentuk dialog atau cakapan. Ada


beberapa hal yang harus diperhatikan dalam dialog:
• Dialog harus mencerminkan percakapan sehari-hari
• Ragam bahasa adalah bahasa lisan yang komunikatif
• Diksi atau pilihan kata yang digunakan harus berhubungan dengan
konflik dan plot
• Dialog dalam naskah drama harus bersifat estetis, atau memiliki
bahasa yang indah
• Dialog harus mewakili tokoh yang dibawakan
• Memiliki kramagung, atau petunjuk perilaku atau tindakan yang
harus dilakukan tokoh. Dalam naskah drama, kramagung ditulis
dalam tanda kurung atau biasanya bercetak miring.

8
f. Latar/Setting
Latar biasa disebut juga sebagai setting. Latar dapat dinyatakan melalui
percakapan para tokoh. Jika di pementasan, maka latar dinyatakan dalam
tata panggung atau tata cahaya. Setting diciptakan penulis/pengarang untuk
memperjelas satuan peristiwa dalam cerita agar menjadi logis atau
konkretisasi sebuah tempat agar penonton dan pembaca mempunyai
pembayangan yang tepat terhadap berlangsungnya suatu peristiwa. Selain
itu, setting juga diciptakan untuk menggerakkan emosi atau kejiwaan
pembaca atau penonton. Misalnya pelaku yang berada di antara deretan
pedagang-pedagang kaki lima, bukan di sebuah plaza atau supermarket,
pembaca atau penonton akan menagkap kesan kesedihan, bahkan
kemiskinan. Setting atau tempat kejadian cerita sering disebut juga latar
cerita.
• Fungsi latar yaitu:
1. menggambarkan situasi
2. proyeksi keadaan batin para tokoh cerita
3. menjadi metafor keadaan emosional dan spiritual tokoh cerita
4. menciptakan suasana

• Unsur-unsur latar yaitu:


1. letak geografis
2. kedudukan / pekerjaan sehari-hari tokoh cerita
3. waktu terjadinya peristiwa
4. lingkungan tokoh cerita

• Aspek latar berdasarkan fungsinya mencakup:


1. tempat terjadinya peristiwa
2. lingkungan kehidupan
3. sistem kehidupan
4. alat-alat atau benda-benda
5. waktu terjadinya peristiwa

9
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!
Asdiarti : Maka kita gelisah. Karena sebenarnya kita tak pernah mengerti
nasib kita yang akan datang.
Yanti : Dan persoalannya yang kita hadapi itu, tidak bisa dipecahkan
dengan ilmu pengetahuan yang akan kita terima di sekolah sekarang ini.
Asdiarti : Kau mau? (Mengeluarkan sebatang rokok)
Yanti : (Menerima lalu diletakkan di atas meja)
Asdiarti : Ambillah. Simpanlah di tasmu. Jangan sampai kelihatan guru
kita.
Dari penggalan teks drama di atas dapat diketahui bahwa latar cerita
tersebut adalah di salah satu ruang yang ada di sekolah. Hal ini
ditunjukkan dengan kata-kata tercetak tebal yang menunjukkan bahwa
dialog tersebut dilakukan di sebuah kelas.

g. Pandang
Sudut pandang adalah cara pandang yang digunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan peristiwa
dalam cerita. Sudut pandang adalah posisi dari mana pengarang bercerita,
apakah dia bertindak langsung atau sebagai pengobservasi di luar cerita.
Sudut pandang terdiri dari:
• Sudut pandang orang pertama atau aku-an
- Aku sebagai tokoh utama
- Aku sebagai tokoh sampingan

• Sudut pandang orang ketiga atau dia-an


- Orang ketiga serba tahu
- Orang ketiga terbatas atau pengamat

h. Konflik
Seperti yang kita ketahui, tak ada cerita yang berjalan tanpa sebuah
konflik. Maka dari itu, konflik juga merupakan unsur intrinsik dalam

10
drama. Unsur konflik adalah ketegangan atau pertentangan yang terjadi di
dalam drama. Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri satu tokoh, antar
dua tokoh, antar tokoh dengan masyarakat lingkungannya, antara tokoh
dengan alam, ataupun antara tokoh dengan Tuhan.
Secara umum konflik dibedakan menjadi dua, yaitu:
• Konflik Eksternal, adalah konflik yang terjadi antara tokoh dengan
sesuatu di luar dirinya.
• Konflik Internal, adalah konflik yang terjadi antara tokoh dengan
dirinya sendiri.

i. Bahasa
Unsur drama yang lain yang sangat penting adalah bahasa. Bahasa
yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah drama
tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat
komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan
keseharian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial
budaya, dan pendidikan.
Dalam hubungannya dengan plot, bahasa memiliki beberapa peran.
Bahasa menggerakkan plot atau alur cerita. Bahasa juga menjelaskan
bagian – bagian plot yang tidak dipertunjukkan dalam pentas.
Bahasa juga menjelaskan latar belakang dan suasana cerita.
Melalui bahsa yang diucapkan oleh para tokoh cerita atau petunjuk
pengarang. Kita mengetahui tentang tempat, waktu, atau zaman dan
keadaan di mana cerita terjadi. Bahasa juga menciptakan suasana
terpenting dalam cerita. . suasana cerita dapat bersuasana murung, riang,
bersemangat dll. Suasana ini terjadi berkat kemampuan pengrangdi dalam
memilih kata-kata dan bentuk-bentuk kalimat.
Bahasa pun sangat penting hubungannya dengan tokoh cerita.
Disamping oleh perbuatannya, watak tokoh cerita dilukiskan melalui apa
yang dikatakannya atau apa yang dikatakan oleh tokoh lain tentang dia.
Akhirnya bahasa berperan besar dalam mengungkapkan buah pikiran
pengarang. Kalau tokoh-tokoh cerita tidak mengungkapkan buah pikiran

11
pengarang secara langsung,pembaca atau penonton akan menyimpulkan
buah pikiran itu terutama melalui bahasadisamping perbuatan tokoh-tokoh
cerita

j. Amanat
Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca
atau penonton. Amanat drama selalu berhubungan dengan tema dan
ceritanya. Amanat juga menyangkut nilai yang ada di masyarakat, dan
disampaikan secara implisit. Nilai-nilai itu diantaranya nilai moral,
estetika, sosial, dan budaya.
Amanat terbagi dua yakni pesan religius/keagamaan dan pesan kritik
sosial.
1. Pesan Religius/Keagamaan
Pesan religius/keagamaan menyatakan pesan keagamaan dari sesuatu
sesuai dengan aturan agama yang ada. Unsur religius dan keagamaan
dalam sastra adalah suatu keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan
sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Istilah religius
membawa konotasi pada makna agama. Agama lebih menunjukkan
pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum
yang resmi, sedangkan religius bersifat lebih mendalam dan lebih
luas dari agama yang tampak formal dan resmi (Mangunwijaya,
1982:11-12).

2. Pesan Kritik Sosial


Pesan kritik sosial yakni pesan berupa kritik sosial di mana
pengarang memberikan kritikan atas kehidupan sosial di lingkungan
tertentu. Sastra yang mengandung pesan kritik dapat juga disebut
sebagai sastra kritik yang biasanya akan lahir di tengah masyarakat
jika terjadi hal-hal yang kurang beres dalam kehidupan sosial dan
masyarakat.

12
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 67) amanat adalah segala sesuatu
yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanakannya secara tidak
langsung ke dalam benak para penonton dramanya.
Harimurti Kridalaksana berpendapat amanat merupakan keseluruhan
makna konsep, makna wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan
yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang lain yang
digagas atau ditujunya.
Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada
umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah
drama yang bersangkutan.
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini.
Kakek : Manusia harus menghayati hidupnya, bukan menghayati disiplin
mati itu ... doktrin-doktrin itu harus ... harus ...
Nenek : Suamiku, sudahlah nanti penyakit napasmu kumat lagi kalau kau
terlalu bersemangat begitu ...
Kakek : Kreativitas harus dibangkitkan. Bukan dengan konsep-konsep
tetapi dengan merangsangnya...dengan menggoncangkan jiwanya ... agar
tumbuh keberaniannya menjadi dirinya sendiri. Tidak menjadi manusia
bebek. Yang Cuma meniru-meniru ...(Kakek rebah, Nenek menjerit)
Nenek : (Tersedu)
Pada kutipan di atas, amanat petikan drama tersebut diungkapkan
secara tersurat oleh pengarang, yaitu ”Kreativitas harus dibangkitkan.”

B. UNSUR EKSTRINSIK DRAMA


Menurut Tjahyono (1985), unsur ekstrinsik karya sastra adalah hal-hal
yang berada di luar struktur karya sastra, namun amat mempengaruhi karya
sastra tersebut. Unsur ekstrinsik pada karya sastra merupakan wujud murni
pesan yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Adapun unsur
ekstrinsik dalam drama terdiri atas empat bagian, yaitu:
1. Nilai Sosial-budaya
Nilai sosial-budaya adalah nilai yang berkaitan dengan norma
yang ada di dalam masyarakat. Nilai sosial-budaya ini berhubungan

13
dengan nilai peradaban kita sebagai manusia. Karena budaya
mempunyai makna pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan yang sukar di ubah, dan sesuatu mengenai
kebudayaan yang sudah berkembang/ beradab/ maju, maka nilai-
nilainya pun berkembang sesuai dengan masalah-masalah yang terjadi
pada manusia.
2. Nilai Moral
Nilai moral adalah nilai yang berkaitan dengan akhlak atau budi
pekerti/susila atau baik buruk tingkah laku.
3. Agama/Religius
Nilai agama/religius adalah nilai yang berkaitan dengan tuntutan
beragama.
4. Ekonomi
Nilai ekonomi adalah nilai yang berkaitan dengan perekonomian.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Unsur-unsur pembangun dalam drama secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi dua unsur yaitu unsur intrinsik (unsur dalam) dan unsur ektrinsik (unsur
luar). Unsur intrinsik berupa, tema, alur, tokoh, penokohan, dialog, sudut
pandang, latar, konflik, dan amanat. Untuk unsur ekstrinsik terdiri dari, nilai sosial
budaya, moral, agama, dan ekonomi.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya, semoga
bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis mohon
maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang
jelas dan kurang lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan. Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Wiyanto, Asul. 2007. Terampil Bermain Drama. Jakarta: PT. Grasindo.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Soelarto, B. 1985. Lima Drama. Yogyakarta: Gunung Agung.


Sumardjo,Jacob.1987.Apresiasi Kesusastraani.Jakarta:PT.Gramedia Pustaka
Utama
http://othersidemiku.wordpress.com/2012/09/06/unsur-intrinsik-drama
http://al-jadiyd.blogspot.com/2013/01/unsur-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.html
http://edukasi.blogspot.com/p/menulis-kraetif-naska-drama.html

16

Anda mungkin juga menyukai