OLEH:
KELOMPOK 1
DOSEN PENGAMPU:
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT. Salawat dan salam
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena thaufik dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul: “Unsur Unsur Drama”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Pendidikan. Selain itu, kami berharap agar menambah wawasan bagi pembaca
tentang Unsur Pembangun Drama.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ari Suriani,
S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Sastra Anak. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kepada kami. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.... ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 1
C. Manfaat Penulisan ................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Unsur-Unsur Intrinsik Drama .............................................................. 3
B. Unsur-Unsur Ekstrinsik Drama .......................................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Drama tergolong jenis karya sastra disamping puisi dan prosa. Karya drama
diciptakan pengarang berdasarkan pikiran atau imajinasi, perasaan dan
pengalaman hidupnya. Drama sebagai karya sastra merupakan objek yang terikat
pada pengarang, realitas, dan penikmat.
Kata drama berasal dari bahasa Yunani yang berarti action dalam bahasa
Inggris, dan ‘gerak’ dalam bahasa Indonesia. Jadi secara mudah drama dapat kita
artikan sebagai bentuk seni yang berusaha mengungkapkan perihal kehidupan
manusia melalui gerak atau action dan percakapan serta dialog.
Drama yang termasuk dalam karya sastra adalah naskah ceritanya. Sebagai
karya sastra, drama memiliki keunikan tersendiri. Dia diciptakan tidak untuk
dibaca saja, namun jug harus memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Karya
drama sebagai karya sastra dapat berupa rekaman dari perjalanan hidup pengarang
yang menciptakannya. Pengarang dapat diilhami pengarang lain, disamping
masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Karya drama merupakan tempat kita
masuk ke dalam penyatuan secara spiritual dan humanistic dengan pikiran dan
kepercayaan pengarang seperti yang diungkap Selden, dalam Sudjarwadi (2005).
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut kami merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja unsur-unsur pembangun drama
2. Bagaimana menganalisis unsur-unsur pembangun drama?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik drama
2. Untuk mengetahui unsur-unsur ekstrinsik drama
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Sastra Anak
2. Untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca terkait Unsur-unsur
drama
2
BAB II
PEMBAHASAN
b. Alur
Alur/plot cerita atau jalan cerita ialah rangkaian peristiwa yang
membentuk suatu kesatuan cerita. Menurut Sudjarwadi (2005), plot atau
alur dalam drama tidak jauh berbeda dengan plot atau alur dalam prosa fiksi.
Dalam drama juga mengenal tahapan plot yang dimulai dari tahapan
3
permulaan, tahapan pertikaian, tahapan perumitan, tahapan puncak, tahapan
peleraian, dan tahapan akhir.
Alur menurut Akhmah Saliman (1996 : 24) adalah jaringan atau
rangkaian yang membangun atau membentuk suatu cerita sejak awal hingga
akhir. Alur dalam drama dibagi menjadi babak-babak dan adegan-adegan.
Babak adalah bagian dari plot atau alur dalam sebuah drama yang ditandai
oleh perubahan setting atau latar. Sedangkan adegan merupakan babak yang
ditandai oleh perubahan jumlah tokoh ataupun perubahan yang dibicarakan.
Alur cerita ini dapat dibagi menjadi beberapa, pengenalan,
pertikaian/konflik, komplikasi, klimaks, peleraian, dan, penyelesaian.
4
semakin banyak dan ruwet. Banyak persoalan yang kait-mengait,
tetapi semuanya masih menimbulkan tanda tanya.
4. Klimaks. Klimaks adalah tahapan puncak dari berbagai konflik yang
terjadi dalam drama tersebut. Bila dilihat dari sudut pembaca naskah
atau penonton drama maka klimaks adalah puncak ketegangan. Bila
dilihat dari sudut konflik maka klimaks adalah titik pertikaian paling
ujung antar pemain drama.
5. Resolusi/Peleraian. Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik.
Jalan keluar penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah mulai
tampak jelas.
6. Penyelesaian. Penyelesaian merupakan tahap terakhir dari sebuah
drama. Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan cerita
selesai.
5
Jagabaya : Memang tidak perlu grusa-grusu, Pak Lurah. Tapi, tidak grusa-
grusu bukan pula berarti diam saja dan hanya plompang-plompong
menunggu berita. Pak Lurah kan tinggal memberikan perintah atau izin
kepada saya untuk mengadakan ronda kampung tiap malam.
Dari dialog antara Pak Lurah dengan Pak Jagabaya di atas dapat
dilihat bahwa perwatakan atau karakter kedua tokoh tersebut langsung
diceritakan oleh pengarang, seperti gabungan kata yang tercetak tebal pada
teks drama di atas.
Menurut Akhmad Saliman (1996:25: 27) berdasarkan peranannya di dalam
alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni:
• Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat
• Protagonis, tokoh utama berprilaku baik
• Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu
Selain itu, masih menurut Akhmad Saliman (1996 : 27) berdasarkan
fungsinya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasi menjadi 3 macam
juga, yaitu:
• Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita
• Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis
atau protagonis
• Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap penderita
dalam alur cerita.
Tokoh-tokoh drama biasanya disertai penjelasan mengenai nama,
umur, jenis kelamin, ciri-ciri fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaannya.
Watak tokoh akan jelas terbaca dalam dialog dan catatan samping. Watak
tokoh dapat dibaca melalui gerak-gerik, suara, jenis kalimat, dan ungkapan
yang digunakan.
d. Penokohan
Unsur drama selanjutnya adalah penokohan/perwatakan. Ini adalah
penggambaran sifat batin seorang tokoh dalam cerita. Perwatakan bisa
digambarkan dengan dialog, ekspresi, atau tingkah laku.
6
Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi atau watak
dimensional yaitu:
▪ Keadaan fisik, seperti umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, dan suku
bangsa
▪ Keadaan psikis, seperti watak, kegemaran, standar moral, dan mental
▪ Keadaan sosiologis, seperti jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, dan
agama
e. Dialog
Ciri khas suatu drama adalah naskah tersebut berbentuk
percakapan atau dialog. Penulis naskah drama harus memerhatikan
pembicaraan yang akan diucapkan. Ragam bahasa dalam dialog
antartokoh merupakan ragam lisan yang komunikatif.
b. Konversi : Percakapan
7
c. Prolog : pembukaan atau pengantar naskah yang berisi keterangan atau
pendapat pengarang tentang cerita yang akan disajikan
Yanti : Lebih dari itu, aku lebih ingin menyelesaikan persoalan. Cara
seperti itu tidak menyelesaikan persoalan. Itu bahkan menyiksa. Makin
menyiksa.
Disebut dialog karena percakapan itu minimal dilakukan oleh dua orang.
Nah, kutipan teks drama di atas dapat disebut sebagai dialog karena
diucapkan secara bergantian oleh tokoh yang bernama Yanti dan Asdiarti.
8
f. Latar/Setting
Latar biasa disebut juga sebagai setting. Latar dapat dinyatakan melalui
percakapan para tokoh. Jika di pementasan, maka latar dinyatakan dalam
tata panggung atau tata cahaya. Setting diciptakan penulis/pengarang untuk
memperjelas satuan peristiwa dalam cerita agar menjadi logis atau
konkretisasi sebuah tempat agar penonton dan pembaca mempunyai
pembayangan yang tepat terhadap berlangsungnya suatu peristiwa. Selain
itu, setting juga diciptakan untuk menggerakkan emosi atau kejiwaan
pembaca atau penonton. Misalnya pelaku yang berada di antara deretan
pedagang-pedagang kaki lima, bukan di sebuah plaza atau supermarket,
pembaca atau penonton akan menagkap kesan kesedihan, bahkan
kemiskinan. Setting atau tempat kejadian cerita sering disebut juga latar
cerita.
• Fungsi latar yaitu:
1. menggambarkan situasi
2. proyeksi keadaan batin para tokoh cerita
3. menjadi metafor keadaan emosional dan spiritual tokoh cerita
4. menciptakan suasana
9
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!
Asdiarti : Maka kita gelisah. Karena sebenarnya kita tak pernah mengerti
nasib kita yang akan datang.
Yanti : Dan persoalannya yang kita hadapi itu, tidak bisa dipecahkan
dengan ilmu pengetahuan yang akan kita terima di sekolah sekarang ini.
Asdiarti : Kau mau? (Mengeluarkan sebatang rokok)
Yanti : (Menerima lalu diletakkan di atas meja)
Asdiarti : Ambillah. Simpanlah di tasmu. Jangan sampai kelihatan guru
kita.
Dari penggalan teks drama di atas dapat diketahui bahwa latar cerita
tersebut adalah di salah satu ruang yang ada di sekolah. Hal ini
ditunjukkan dengan kata-kata tercetak tebal yang menunjukkan bahwa
dialog tersebut dilakukan di sebuah kelas.
g. Pandang
Sudut pandang adalah cara pandang yang digunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan peristiwa
dalam cerita. Sudut pandang adalah posisi dari mana pengarang bercerita,
apakah dia bertindak langsung atau sebagai pengobservasi di luar cerita.
Sudut pandang terdiri dari:
• Sudut pandang orang pertama atau aku-an
- Aku sebagai tokoh utama
- Aku sebagai tokoh sampingan
h. Konflik
Seperti yang kita ketahui, tak ada cerita yang berjalan tanpa sebuah
konflik. Maka dari itu, konflik juga merupakan unsur intrinsik dalam
10
drama. Unsur konflik adalah ketegangan atau pertentangan yang terjadi di
dalam drama. Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri satu tokoh, antar
dua tokoh, antar tokoh dengan masyarakat lingkungannya, antara tokoh
dengan alam, ataupun antara tokoh dengan Tuhan.
Secara umum konflik dibedakan menjadi dua, yaitu:
• Konflik Eksternal, adalah konflik yang terjadi antara tokoh dengan
sesuatu di luar dirinya.
• Konflik Internal, adalah konflik yang terjadi antara tokoh dengan
dirinya sendiri.
i. Bahasa
Unsur drama yang lain yang sangat penting adalah bahasa. Bahasa
yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah drama
tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat
komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan
keseharian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial
budaya, dan pendidikan.
Dalam hubungannya dengan plot, bahasa memiliki beberapa peran.
Bahasa menggerakkan plot atau alur cerita. Bahasa juga menjelaskan
bagian – bagian plot yang tidak dipertunjukkan dalam pentas.
Bahasa juga menjelaskan latar belakang dan suasana cerita.
Melalui bahsa yang diucapkan oleh para tokoh cerita atau petunjuk
pengarang. Kita mengetahui tentang tempat, waktu, atau zaman dan
keadaan di mana cerita terjadi. Bahasa juga menciptakan suasana
terpenting dalam cerita. . suasana cerita dapat bersuasana murung, riang,
bersemangat dll. Suasana ini terjadi berkat kemampuan pengrangdi dalam
memilih kata-kata dan bentuk-bentuk kalimat.
Bahasa pun sangat penting hubungannya dengan tokoh cerita.
Disamping oleh perbuatannya, watak tokoh cerita dilukiskan melalui apa
yang dikatakannya atau apa yang dikatakan oleh tokoh lain tentang dia.
Akhirnya bahasa berperan besar dalam mengungkapkan buah pikiran
pengarang. Kalau tokoh-tokoh cerita tidak mengungkapkan buah pikiran
11
pengarang secara langsung,pembaca atau penonton akan menyimpulkan
buah pikiran itu terutama melalui bahasadisamping perbuatan tokoh-tokoh
cerita
j. Amanat
Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca
atau penonton. Amanat drama selalu berhubungan dengan tema dan
ceritanya. Amanat juga menyangkut nilai yang ada di masyarakat, dan
disampaikan secara implisit. Nilai-nilai itu diantaranya nilai moral,
estetika, sosial, dan budaya.
Amanat terbagi dua yakni pesan religius/keagamaan dan pesan kritik
sosial.
1. Pesan Religius/Keagamaan
Pesan religius/keagamaan menyatakan pesan keagamaan dari sesuatu
sesuai dengan aturan agama yang ada. Unsur religius dan keagamaan
dalam sastra adalah suatu keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan
sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Istilah religius
membawa konotasi pada makna agama. Agama lebih menunjukkan
pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum
yang resmi, sedangkan religius bersifat lebih mendalam dan lebih
luas dari agama yang tampak formal dan resmi (Mangunwijaya,
1982:11-12).
12
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 67) amanat adalah segala sesuatu
yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanakannya secara tidak
langsung ke dalam benak para penonton dramanya.
Harimurti Kridalaksana berpendapat amanat merupakan keseluruhan
makna konsep, makna wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan
yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang lain yang
digagas atau ditujunya.
Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada
umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah
drama yang bersangkutan.
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini.
Kakek : Manusia harus menghayati hidupnya, bukan menghayati disiplin
mati itu ... doktrin-doktrin itu harus ... harus ...
Nenek : Suamiku, sudahlah nanti penyakit napasmu kumat lagi kalau kau
terlalu bersemangat begitu ...
Kakek : Kreativitas harus dibangkitkan. Bukan dengan konsep-konsep
tetapi dengan merangsangnya...dengan menggoncangkan jiwanya ... agar
tumbuh keberaniannya menjadi dirinya sendiri. Tidak menjadi manusia
bebek. Yang Cuma meniru-meniru ...(Kakek rebah, Nenek menjerit)
Nenek : (Tersedu)
Pada kutipan di atas, amanat petikan drama tersebut diungkapkan
secara tersurat oleh pengarang, yaitu ”Kreativitas harus dibangkitkan.”
13
dengan nilai peradaban kita sebagai manusia. Karena budaya
mempunyai makna pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan yang sukar di ubah, dan sesuatu mengenai
kebudayaan yang sudah berkembang/ beradab/ maju, maka nilai-
nilainya pun berkembang sesuai dengan masalah-masalah yang terjadi
pada manusia.
2. Nilai Moral
Nilai moral adalah nilai yang berkaitan dengan akhlak atau budi
pekerti/susila atau baik buruk tingkah laku.
3. Agama/Religius
Nilai agama/religius adalah nilai yang berkaitan dengan tuntutan
beragama.
4. Ekonomi
Nilai ekonomi adalah nilai yang berkaitan dengan perekonomian.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Unsur-unsur pembangun dalam drama secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi dua unsur yaitu unsur intrinsik (unsur dalam) dan unsur ektrinsik (unsur
luar). Unsur intrinsik berupa, tema, alur, tokoh, penokohan, dialog, sudut
pandang, latar, konflik, dan amanat. Untuk unsur ekstrinsik terdiri dari, nilai sosial
budaya, moral, agama, dan ekonomi.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya, semoga
bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca. Penulis mohon
maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang
jelas dan kurang lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan. Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
16