Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NASKAH DRAMA

“PENGGALI INTAN” KARYA KIRDJOMULYO

Makalah

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Oleh:
Nurin Salsabila
XI MIA 1
NIS. 10413

Jurusan Matematika dan Ilmu Alam


SMA Negeri 2 Bondowoso
2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T.
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini yang berjudul “Analisis Unsur Intrinsik Naskah Drama ‘Penggali Intan’
karya Kirdjomulyo”. Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran di
bidang pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu, penulis berharap agar makalah
ini dapat menjadi sumbangan saran bagi pengarang, Kirdjomulyo, dalam penulisan
naskah drama berikutnya.

Keberhasilan penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
terutama Bapak Oki Feri Juniawan selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan
terselesaikannya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada beliau yang telah
membimbing penulis dalam menempuh mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penulis juga
berterima kasih kepada Bapak Oki Feri Juniawan karena telah membimbing penulis
menyelesaikan tugas makalah ini.

Penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, adanya saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata,
penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bondowoso, 22 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….....…......……. 1


KATA PENGANTAR ……………………….......…………………………….....……. 2
DAFTAR ISI ……………………………………….......……………………………..... 3
I. PENDAHULUAN ……………………………………….......……………......... 4
I.1 Latar Belakang Masalah …………………........………………………. 4
I.2 Rumusan Masalah …….......………………………………………….... 5
I.3 Tujuan…………………………………………………………………... 5
I.4 Manfaat …….......…………………………………………………….… 6
II. TINJAUAN TEORI …………………………………………………………..... 6
II.1 Pengertian Drama ……………………………………………………... 6
II.2 Unsur Intrinsik Drama ……………..…………………………………. 6
III. PEMBAHASAN ………………………………..........………………………… 9
III.1 Tema …………………………………………………………………….. 9
III.2 Alur ……………………………………………………………………… 9
III.3 Amanat …………………………………………………………………. 11
III.4 Penokohan dan Perwatakan ………………………………………….. 12
III.5 Latar…………………………………………………………………….. 14
III.6 Gaya Bahasa……………………………………………………………. 15
IV. SIMPULAN ………...…………….………………………..............………….... 16
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………............... 17

3
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya, drama merupakan salah satu dari cabang sastra
penampilan yang diperagakan dan dipentaskan dengan lakon disertai dialog.
Di dalamnya banyak berisi nilai moral kehidupan manusia yang ceritanya
sendiri berasal sepenuhnya atau sebagian dari kisah nyata yang terjadi di
sekitar penulis naskah. Dewojati (2010, hlm.15) mengatakan, “Drama sebagai
sebuah karya sastra diciptakan untuk dipentaskan dan dinikmati secara
bersama-sama, serta menjadikan sebuah teks drama lebih hidup karena
diperagakan di atas panggung”.
Saat berbicara mengenai drama, hal yang paling membekas dan diingat
adalah pertunjukan dan lakonnya. Padahal, dialog yang dilontarkan masing-
masing tokoh berasal dari naskah drama yang telah dibuat, dimana biasanya
merupakan acuan dari pertunjukan yang kemudian dilihat oleh penonton.
Padahal, seperti yang dipaparkan oleh Hasanudin (1996: 1), “drama sebagai
suatu karya yang mempunyai dua dimensi karakter, yaitu sebagai genre sastra
dan sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan”, drama memiliki dua
dimensi.
Sebagai salah satu bagian dari karya sastra, drama memiliki naskah
yang terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik
merupakan unsur yang secara langsung menyusun naskah drama, dimana
penelitian dalam makalah ini bertujuan untuk mengkaji, menganalisis, dan
memaparkan mengenai unsur intrinsik yang ada dalam karya bersangkutan.
Alasan penulis memilih untuk meneliti dan menganalisis naskah drama
“Penggali Intan” karya Kirdjomulyo karena menurut penulis karya sastra ini
menarik dan bisa dikatakan tidak biasa. Drama ini bercerita mengenai seorang
pemuda yang pegangannya pada kewarasan sudah mulai hilang,
pandangannya dikaburkan oleh mimpi dan balas dendam yang berlebihan
terhadap masa lalu mengenai kisah asmara si tokoh utama yang tidak berjalan
dengan indah. Naskah ini memiliki poin yang unik dengan membuat pembaca
seolah-olah merasakan ‘kegilaan’ dan ‘sakit’ yang dialami di dalamnya.
Penelitian dalam makalah ini juga berkaitan dengan pembelajaran dan

4
pemenuhan tugas mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI Semester 2 yang
tertuang dalam dalam silabus kurikulum 2013 (K13).
Ketertarikan penulis terhadap cerita ini dan aspek pembelajaran dalam
mata pelajaran terkait membuat penulis memilih untuk meneliti lebih jauh
unsur intrinsik naskah drama ini dan menyusunnya menjadi sebuah karya tulis
ilmiah.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang  di atas, permasalahan penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
I.2.1 Bagaimanakah tema pada naskah drama “Penggali Intan” karya
Kirdjomulyo?
I.2.2 Bagaimanakah alur pada naskah drama “Penggali Intan” karya
Kirdjomulyo?
I.2.3 Bagaimanakah amanat pada naskah drama “Penggali Intan” karya
Kirdjomulyo?
I.2.4 Bagaimanakah penokohan dan perwatakan pada naskah drama
“Penggali Intan” karya Kirdjomulyo?
I.2.5 Bagaimanakah latar pada naskah drama “Penggali Intan” karya
Kirdjomulyo?
I.2.6 Bagaimanakah gaya bahasa pada naskah drama “Penggali Intan”
karya Kirdjomulyo?

I.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai
berikut.
I.3.1 Tema pada naskah drama “Penggali Intan” karya Kirdjomulyo.
I.3.2 Alur pada naskah drama “Penggali Intan” karya Kirdjomulyo.
I.3.3 Amanat pada naskah drama “Penggali Intan” karya Kirdjomulyo.
I.3.4 Penokohan dan perwatakan pada naskah drama “Penggali Intan”
karya Kirdjomulyo.
I.3.5 Latar pada naskah drama “Penggali Intan” karya Kirdjomulyo.
I.3.6 Gaya bahasa pada naskah drama “Penggali Intan” karya Kirdjomulyo.

5
I.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
I.4.1 Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai analisis unsur
intrinsik naskah drama, terutama karya yang terkait.
I.4.2 Memberikan alternatif bahan pembelajaran dan sumber yang bisa
dijadikan sebagai rujukan dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa
Indonesia mengenai analisis unsur intrinsik drama.
I.4.3 Sebagai referensi dan sumbangan pemikiran untuk penelitian
berikutnya yang berkenaan dengan unsur intrinsik drama.

II. TINJAUAN TEORI


II.1 Pengertian Drama
Drama merupakan sebuah istilah yang berawal dari bahasa Yunani
“draomai”, artinya berbuat, bertindak, berlaku, dan bersaksi. Mengacu pada
pendapat seorang filsuf Yunani, Aristoteles (Ikcsan dalam Aminuddin, 1990 :
214), mengatakan bahwa “drama adalah suatu cerita dalam bentuk cakapan,
diproyeksikan melalui dialog dan lakuan dalam pentas yang disajikan buat
penonton”. Dari hal ini, bisa diambil simpulan bahwa drama adalah salah satu
cerita dengan dialog atau percakapan yang dipentaskan dan dipertunjukkan
untuk khalayak.
Drama sebagai salah satu cabang sastra cerita mengambil kisah nyata
dan kejadian yang sering dijumpai dan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Lakon dan peragaannya tidak akan terasa asing untuk dilihat karena sebagian
atau seluruhnya diangkat dari kisah sosial yang benar-benar ada dan pernah
hidup di tengah lingkungan masyarakat. Poin yang ingin ditonjolkan
merupakan pesan berupa nilai moral dengan sesama makhluk hidup di sekitar.
II.2 Unsur Intrinsik Drama
Unsur intrinsik dalam drama adalah unsur yang membangun karya
sastra secara langsung. Seperti pendapat Hasanuddin (1996: 76) menyatakan
bahwa : “unsur-unsur intrinsik tersebut berupa tokoh, peran, karakter, motif,
konflik, peristiwa, alur, latar, tema, dan gaya bahasa. Unsur-unsur tersebut
harus dihubungkan satu sama lain, sebab sebuah unsur tidak memiliki makna
6
dan arti jika unsur tersebut hanya berdiri sendiri. Ia baru akan bermakna dan
dapat dipahami jika unsur-unsur tersebut berkaitan dalam proses antar
hubungannya”. Dari hal ini, kita ketahui bahwa unsur-unsur intrinsik dalam
drama yaitu tema, alur, amanat, penokohan dan perwatakan, latar, dan gaya
bahasa.
Unsur intrinsik inilah yang akan kita temukan saat membaca naskah
drama, perpaduan dari keenam unsur yang sudah dipaparkan membuat drama
bisa berjalan. Sejalan dengan pendapat Waluyo (2006: 8), “unsur-unsur
struktur dalam sebuah naskah drama saling menjalin membentuk kesatuan dan
saling terikat satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan jika mengkaji
sebuah naskah drama”.
II.2.1 Tema
Tema adalah patokan atau dasar dari pengembangan sebuah
cerita, bisa berupa inti permasalahan yang ada. Menurut The Liang
Gie (1976), secara garis besar tema merupakan ide pokok yang
dipersoalkan dalam karya seni. Sebagai bagian dari salah satu jenis
karya seni sastra, drama dalam naskahnya memiliki jiwa yang
menghidupi keseluruhan cerita.
II.2.2 Alur
Alur adalah rangkaian bagaimana peristiwa terjadi secara
kronologis dan menunjukkan sebuah proses sebab-akibat dalam
naskah drama. Alur membantu pembaca untuk mengetahui bagaimana
keseluruhan cerita berjalan dengan baik dan berurutan satu sama lain,
perihal mengenai bagaimana setiap satuan peristiwa dan kejadian
yang ada dalam cerita bisa dimengerti dalam satu kesatuan yang
runtut, baik diceritakan secara maju, mundur, maupun maju-mundur.
Sudjiman (1986:4) menyatakan bahwa “alur adalah rangkaian
peristiwa dan di jalin dengan seksama, yang menggerakkan jalan
cerita melalui melalui rumitan kearah klimaks dan anti klimaks.
Dengan kata lain, alur adalah jalinan peristiwa di dalam karya astara
untuk mencapai efek tertentu dan pautan dapat diwujudkan oleh
hubungan temporal (waktu) dan hubungan kausal (sebab akibat)”.

7
II.2.3 Amanat
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa drama adalah
salah satu jenis seni pertunjukan yang mengangkat kisah di tengah
lingkungan masyarakat. Amanat adalah pesan atau ungkapan nilai
moral yang ingin disampaikan oleh penulis di dalam drama, bisa
diselipkan di dalam peragaan dan dialog pemeran, maupun diucapkan
secara langsung dan terang-terangan.

II.2.4 Penokohan dan Perwatakan


Penokohan dan perwatakan merupakan salah satu unsur
intrinsik dalam drama yang mengatur mengenai keseluruhan dari
tokoh cerita, keaadaan lahir dan batin, keyakinan, pemberian sifat,
keadaan sosial, karakter, sikap, cara pengambilan keputusan tokoh
dalam setiap keadaan dan sebagainya. Sejalan dengan pendapat Jones
dalam Nurgiyantoro (1995:165) “penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita”.
II.2.5 Latar
Latar adalah bagian dari unsur intrinsik drama yang
memberikan keterangan mengenai waktu, tempat atau ruang dan
setiap suasana yang menggambarkan keadaan setiap adegan lakon
yang dilakukan oleh tokoh. Semua perihal mengenai letak, waktu
kejadian peristiwa yang dialami, reaksi tokoh yang meliputi gerakan
dan emosi yang dirasakan, dan sebagainya.
II.2.6 Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah bagaimana pengarang menyampaikan
maksud dari cerita dari paduan lakon dan dialog dengan bahasa yang
membuatnya memiliki kesan yang ingin ditampakkan. Gaya bahasa
ini dipilih oleh pengarang berdasarkan bagaimana ia ingin menitik
beratkan seseatu dalam dialog dan kata yang disampaikan oleh para
tokoh dan ditulis dalam naskah drama.
Gaya bahasa penting untuk diperhatikan oleh pengarang agar
setiap maksud dan tujuan yang ingin disampaikan terasa lebih hidup
dan memiliki jiwa di dalamnya.

8
III. PEMBAHASAN
Bab ini akan memaparkan hasil analisis unsur intrinsik naskah drama
“Penggali Intan” karya Kirdjomulyo.

III.1 Tema
Drama ini menceritakan mengenai tiga sekawan perjuangan rantau
yang bekerja menggali intan demi mengejar impian yang sudah di angan-
angan. Salah satu tokoh bernama Sandjojo mulai kehilangan pegangannya
pada kesadaran dan dendamnya mengalihkan pandangan. Hal tersebut
disebabkan oleh dirinya yang lemah dan terlalu perasaan terhadap perkataan
perempuan di masa lampau. Berikut kutipannya.
Siswadi : (Mendekati). Dengarkan pembicaraanku.
Perkataanku yang lahir karena rasa bersahabat. Aku tidak bermaksud
menghancurkan cita-citamu menjadi kaya. Siapapun menginginkan
hidup berada, tapi tidak dengan jalan demikian.
Sandjojo : Dengan kekayaan itu aku bisa mencapai
apapun. Aku bisa menghancurkan tiap hati perempuan yang datang.
Mula-mula kuangkat ia di atas sanjunganku. Kemudian akan
kulemparkan ke tengah pelimbahan paling dahsyat.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tema dari drama
yang berjudul "penggali intan" ini adalah balas dendam dan hilangnya akal
karena harta dan perempuan.
III.2 Alur
Drama ini menggunakan alur maju dengan struktur orientasi,
komplikasi, dan penyelesaian. Alur dalam drama ini dijelaskan dalam uraian
berikut.
 Orientasi
Orientasi dalam drama dapat dilihat dari kutipan :
Panggung merupakan sebuah ruangan depan rumah Sardjojo.
Terdiri dari dinding yang merupakan terbuat dari dinding kayu, ....

9
Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa orientasi dimulai dari
bagian prolog. Pengarang menjelaskan hal yang melatari rumah dan tempat
tinggal tokoh, juga sedikit kondisi yang menyebabkan tokoh mengalami
permasalahan.

 Komplikasi
Komplikasi dalam drama dapat dilihat dari kutipan :
Sandjojo : Tiga hari lagi segala persediaan habis?
Siswadi: Ya, tiga hari lagi. (Diam). Itu kalau kita hemat.
Sandjojo : Kita jual yang masih tinggal? (Melihat ke
sekeliling).
Siswadi : Kita tinggal memiliki sehelai celana pada
tubuh masing-masing.
Sandjojo : (Diam, lahir angan-angan yag bermimpi). Kita
tak ada intan sebutir pun?
Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa bagian komplikasi dimulai
saat tokoh utama mulai kekurangan persediaan sementara mereka tetap tidak
menemukan intan. Padahal, apa pun sudah serba pas-pasan, tetapi angan-
angan si tokoh Sandjojo tentang mendapatkan intan tetap tidak luntur.

 Klimaks
Bagian klimaks atau puncak dalam cerita dapat dilihat saat
permasalahan yang muncul sudah berada pada inti. Berikut
kutipannya.
Sandjojo : Akan kubunuh kalian! Akan kubunuh semuanya.
Siswadi, kau dengar suaraku ini? Akan kubunuh kalian. (Pintu
terbuka, tiba-tiba ia ingat intan yang disimpannya dalam saku. Tapi
intan itu tidak ada. Ia lupa di mana menaruhnya) Intan? Intan!
Intanku di mana, Sarbini! Kau mencuri intanku? (Mencari segala
tempat dibantingkan apa yang ada, lari keluar dengan suara teriakan
yang parau dengan langkah payah).

10
Berdasarkan kutipan di atas, bagian klimaks dalam drama adalah saat
adegan terakhir dimana Sandjojo benar-benar kehilangan akalnya ingin
membunuh temannya. Meski begitu, kegilaannya pada intan tetap tidak hilang.

 Resolusi
Dalam drama ini tidak terdapat resolusi karena tokoh tidak
memiliki penyelesaian dalam masalah kejiwaannya. Drama
berakhir di klimaks saat Sandjojo ingin membunuh kedua
temannya yang berlari membantu Sunarsih. Drama ditutup
dengan adegan klimaks dramatis yang ada sehingga bagian ini
tidak memiliki kutipan.
III.3 Amanat
Amanat atau pesan dari pengarang dalam cerita dapat dilihat dari
permasalahan yang ada. Adapun amanat dalam drama ini dapat dilihat dari
kutipan.
 Amanat 1
Sandjojo : Apa yang mengkhawatirkan?
Siswadi : Jiwa rohanimu!
Sandjojo : (Tertawa, asing).
Siswadi : Kau dibebani impian-impian sekitar intan
yang mencengangangkan dan menghancurkan kesadaranmu selama
ini.
Dari kutipan di atas, drama tersebut mengajarkan kita untuk tidak
memaksakan kehendak atas seseatu. Usahakanlah apa yang bisa kamu
usahakan agar cita-cita itu nantinya tidak menghancurkan jiwamu.
 Amanat 2
Sunarsih : O, lihatlah bayangan jiwamu, San. Kau
lihatlah dengan tenang. Mengapa kau tak pernah lepaskan segenap
tikaman yang menghancurkan jiwamu selama ini?
Kutipan di atas, mengajarkan kita bahwa bayangan masa lalu dan
dendam yang kita simpan hanya akan membuat diri kita terbelenggu dalam
kebencian dan tidak membuat kita merasa tenang.

11
III.4 Penokohan dan Perwatakan
a) Sandjojo
Dalam drama ini, Sandjojo merupakan tokoh utama karena ia
berperan langsung dalam permasalahan utama. Dia juga sebagai tokoh
antagonis yang ditunjukkan dengan sifatnya yang buruk dan cenderung
membuat permasalahan terjadi. Berikut kutipannya.
Siswadi : Dan kau ingin membuktikan bahwa dengan
harta kau bisa menaklukkan, kemudian menghancurkannya?
Sandjojo : Ya, itu aku ingin buktikan.
...
Sandjojo : O..tidak, aku hanya menghendaki ia
mengalami sendiri tergenang dalam lumpur berair di lubang
penggalian.
Berdasarkan uraian di atas, Sandjojo adalah tokoh berwatak
keras, kasar, terlalu terbawa perasaan, dan kejam. Dia tidak mau
mendengarkan nasihat temannya dan menyimpan dendam pribadi
hingga berlarut-larut.

b) Siswadi
Tokoh ini merupakan tokoh utama karena ikut terlibat langsung
dengan masalah utama. Dia juga berperan sebagai tokoh protagonis.
Siswadi selalu berlaku baik berusaha menyelesaikan masalah. Berikut
kutipannya.
Siswadi : Dengarkan pembicaraanku. Perkataanku yang
lahir karena rasa bersahabat. Aku tidak bermaksud menghancurkan
cita-citamu menjadi kaya. Siapapun menginginkan hidup berada, tapi
tidak dengan jalan demikian.
...
Sandjojo : Ia tidak menaruh cinta padamu.
Siswadi : Hubungan bahwa kita sama-sama telah
menerima nasib.
Dari kutipan di atas, Siswadi berwatak perhatian, setia kawan
dan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Dia tidak meninggalkan
12
orang yang dia kenal dalam sebuah masalah dan akan membantu sebisa
mungkin.

c) Sarbini
Dalam drama ini, Sarbini merupakan tokoh pelengkap atau
pendukung karena tidak berurusan secara langsung dalam masalah
utama. Dia termasuk tokoh tritagonis karena sifatnya yang melengkapi
drama. Berikut kutipannya.
Sarbini: Aku tak tahu tentang apa jiwamu. Yang jelas aku
membawa makanan untuk malam ini. Kita tidak perlu bertengkar
malam ini. Kita makan bersama. Aku ingin merayakan hari
keberuntunganku.
Dalam kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Sarbini memiliki
sifat sederhana dan kekanakan. Dia tidak berpikir panjang dalam
bersikap, begitu juga dengan cita-cita.

d) Sunarsih
Dalam drama ini, Sunarsih merupakan salah satu tokoh
pelengkap karena tidak berhubungan langsung dengan permasalahan
utama. Dia juga berperan sebagai tokoh tritagonis karena sifat Sunarsih
sebagai pendukung dan menyokong jalannya cerita. Berikut
kutipannya.
Sunarsih : (Mendekati dari belakang) Aku tidak
bermaksud menyakiti hatimu dulu. Aku tidak sungguh-sungguh dengan
perkataanku.
...
Sunarsih : Aku hampir mati sebab mencari kau, San. Sebab
ingin menemukan jiwamu membantu untuk bangkit kembali,
mempersiapkan masa depan yang bisa kita harapkan. Rindu tiap
malam, menjerit di atas geladak kapal, saat jatuhnya malam di mana
sekeliling hanyalah kesunyian yang mencerminkan kembali bayangan
jiwa, yang sunyi dan lebat luka-luka masa lampau.

13
Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Sunarsih memiliki
sifat tidak berpikir panjang dan tulus. Dia rela mengarungi sungai jauh
dari rumahnya hanya untuk menemui Sandjojo untuk menyelesaikan
permasalahan.
III.5 Latar
a) Tempat
Drama ini berlatar tempat di rumah Sandjojo. Keempat tokoh
melakukan adegan mereka di rumah Sandjojo. Berikut kutipannya.
Panggung merupakan sebuah ruangan depan rumah Sardjojo.
...
Siswadi terkejut mendengar pertanyaan aneh yang tiba-tiba.
Melirikan matanya, Sandjojo berubah air mukanya, disebabkan
tekanan batinnya memuncak. Ia melihat sekeliling rumah.
....
Tampak Siswadi memasukan beberapa kepunyaannya ke dalam
ransel. Pintu diketuk orang, ia berpikir bahwa itu Sandjojo.
...
Siswadi akan keluar. Datang Sandjojo. Keduanya terkejut.
Ketiganya berpandangan seperti tidak ada kejadian apa-apa. Sandjojo
masuk terus berhenti di pintu, menyalakan rokok. Siswadi menaruh
curiga.
Dari beberapa kutipan di atas, drama ini mengambil latar tempat
rumah Sandjojo. Sehingga, drama ini hanya memiliki satu (1) babak.
b) Waktu
Drama ini berlatar waktu malam hari dan pagi hari. Berikut
kutipannya.
Siswadi: Jangan kau mengali malam hari!
...
Cahaya perlahan gelap. Ketika terang kembali, hari sudah
pagi.
Dari beberapa kutipan di atas, dapat dilihat bahwa waktu malam
berakhir setelah pertengkaran antara tokoh di rumah Sandjojo,
kemudian waktu berganti pagi.

14
c) Suasana
Dari beberapa kutipan di atas, dapat dilihat bahwa waktu malam
berakhir setelah pertengkaran antara tokoh di rumah Sandjojo,
kemudian waktu berganti pagi
Dalam drama ini, terdapat banyak latar suasana yang terjadi.
Diantaranya berupa rindu, miris, prihatin, jenaka, bahagia, dan tegang.
Berikut kutipannya.
Sandjojo melirikkan matanya. Terasa pula perasan rindu
mendesak langit-langit jiwanya, tetapi dilawannya.
...
Sandjojo : Tiga hari lagi segala persediaan habis?
...
Sandjojo mengacungkan pisaunya, ia berdiri di pintu sebelah
kanan.. Siswadi tak bisa berbuat apa pun, khawatir akan terjadi hal
yang akan membahayakan jiwa masing-masing. Ia memandang
dengan perasaan kasihan dan cemas.
...
Sarbini : Di mana Siswadi Bopeng Sandjojo? (Tertawa kecil).
...
Siswadi: Aku ikut bergirang hati
...
Keduanya terdiam. Sandjojo memandangi dengan tersenyum.
Ia melanjutkan mempermainkan pisau dengan meraut-raur kukunya.
Dari beberapa kutipan di atas, dapat diketahui bahwa setiap
adegan tokoh dilatari suasana tertentu untuk mendukung peragaan para
tokoh dan kejadian yang terjadi.
III.6 Gaya Bahasa
Drama ini menggunakan beberapa jenis majas. Salah satu contohnya
adalah majas antitetis, yaitu majas yang berisi perpaduan kata yang
berlawanan atau pasangan kata yang berlawanan. Berikut kutipan dalam
drama.
Siswadi : Itu sebab perasaanku belum terbunuh macam
perasaanmu yang mengeliat siang malam mencari pemenuhan
dahaganya.
15
Dari kutipan di atas, Siswadi ingin mengatakan bahwa sepanjang
waktu, selama ini Sandjojo telah terbutakan oleh dendam perasaan
berlebihannya yang ingin mendapatkan intan.

IV. SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan penelitan yang telah dilakukan, naskah drama
berjudul “Penggali Intan” karya Kirdjomulyo yang merupakan bagian dari salah
satu jenis karya sastra dan memang memiliki 2 dimensi, naskah drama ini memiliki
unsur intrinsik yaitu meliputi tema, alur, amanat, penokohan dan perwatakan, latar,
dan gaya bahasa.
Keseluruhan unsur intrinsik telah dipaparkan dengan jelas di dalam
makalah. Sehingga, bisa disimpulkan bahwa drama “Penggali Intan” karya
Kirdjomulyo tidak bisa terwujud dengan baik tanpa adanya kesatuan dan kepaduan
dari unsur-unsur intrinsik terkait dan sudah dibuktikan serta dianalisis satu per satu,
dari satu kejadian menuju kejadian lain, dari satu adegan ke adegan lain. Unsur
intrinsik dalam drama ini turut langsung membangun dan bisa ditemukan oleh
peminat yang membaca naskah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Amanda, W., munaris, & Mustofa, A. (2017). Naskah Drama Aeng Karya Putu Wijaya dan
Implikasinya. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya), 8.

Jayanti, K., Dharma, B., & Apriani, A. (2021). Analisis Unsur Intrinsik Naskah Drama Pinangan Karya
Anton Checkov Saduran Suyatna Anirun. Magelaran : Jurnal Pendidikan Seni, 95-98.

Maisaroh, S., & Hidayah, N. (n.d.). ANALISIS UNSUR INTRINSIK DRAMA “ASIRUL KARIM” KARYA ALI
AHMAD BAKATSIR. 5.

Pendidikan 2, D. (2023, Mei 25). Latar adalah. Retrieved from Dosen Pendidikan:
https://www.dosenpendidikan.co.id/latar-adalah/

purwati , d., & M.Hum. (2020). PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERBASIS POTENSI
LOKAL (Panduan Menulis Naskah Drama dengan Mudah). Surabaya: CV. Jakad Media
Publishing.

Rahaningmas, S. A., & Insani, N. M. (2023, Mei 25). Pengaluran atau Pemplotan dalam Karya Sastra.
Retrieved from file:///C:/Users/HP/Downloads/PENGALURAN%20ATAU%20PEMPLOTAN
%20DALAM%20KARYA%20SASTRA-%20SALEHA%20DAN%20SYAMSI.pdf

Salmaa. (2023, Mei 25). Pengertian Latar Cerita, Macam-Macam, dan Contoh Lengkap. Retrieved
from deepublish: https://penerbitdeepublish.com/pengertian-latar-cerita/

Setiawan, S. (2023, Mei 25). Pengertian Perwatakan. Retrieved from Guru Pendidikan:
https://www.gurupendidikan.co.id/perwatakan-adalah/

Teniwut, M. (2023, Mei 25). Macam Gaya Bahasa dan Contohnya. Retrieved from Media Indonesia:
https://mediaindonesia.com/humaniora/553201/macam-gaya-bahasa-dan-contohnya

17

Anda mungkin juga menyukai