Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS BENTUK GAYA BAHASA PADA NASKAH DRAMA

“PADA SUATU HARI” KARYA ARIFIN C. NOER

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH:

IMAN ANUGRAH

STB. 220 502 010

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAKIDENDE

UNAAHA

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

DAFTAR ISI......................................................................................................................i

I. PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................1

B. Perumusan Masalah................................................................................................4

C. Tujuan Penelitian....................................................................................................4

D. Manfaat Penelitian..................................................................................................4

II. KAJIAN PUSTAKA..................................................................................................5

A. Tinjauan Umum Drama..........................................................................................5

B. Tinjauan Umum Gaya Bahasa................................................................................9

C. Kajian Penelitian Relevan....................................................................................12

III. METODE PENELITIAN.....................................................................................14

A. Pendekatan Penelitian...........................................................................................14

B. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................................................15

C. Data Dan Sumber Data.........................................................................................15

D. Teknik Pengumpulan............................................................................................15

E. Teknik Analisis Data............................................................................................16

F. Penyajian Hasil Analisis.......................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

i
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tertulis untuk

mencapai banyak sasaran dan tujuan. Bahasa secara umum adalah alat komunikasi

untuk berinteraksi dalam hubungan sosial bermasyarakat. Seseorang dapat

mengungkapkan atau mengekspresikan ide, pikiran, pengalaman dan perasaan yang

dimiliki dengan bahasa. Ekspresi-ekspresi, ide-ide, gagasan-gagasan dapat juga

diwujudkan melalui karya sastra salah satunya adalah drama.

Drama adalah salah satu karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui

dialog-dialog para tokohnya. Pada umumnya, drama dibagi ke dalam babak-babak.

Babak adalah bagian dari drama yang merangkum semua peristiwa yang terjadi di

suatu tempat pada urutan waktu tertentu. Suatu babak biasanya dibagi lagi dalam

adegan berisi tentang peristiwa yang berhubung dengan datangnya atau perginya

seseorang atau lebih tokoh cerita ke atas pentas.

Dalam suatu drama terdapat berbagai bentuk dan fungsi gaya bahasa. Gaya

bahasa adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam bertutur atau

menulis. Cara-cara tertentu yang digunakan seorang pengarang untuk menuturkan

hal yang ada di dalam pikiran dan perasaannya, serta menuangkan ekspresinya

biasanya dengan gaya bahasa. Seorang pengarang menggunakan gaya bahasa

berharap pesan yang hendak dikirimkan akan sampai dan memberi pengaruh juga

kesan kepada pembaca. Untuk mengetahui fungsi penggunaan gaya 2 bahasa peran

konteks adalah penting karena konteks dapat menentukan makna, maksud dan

fungsi suatu ujaran termasuk ujaran dalam sebuah naskah drama

1
Dalam sejarah perkembangannya, drama di Indonesia dibagi atas lima periode

yaitu periode drama Melayu-Rendah, periode drama Pujangga Baru, periode drama

Zaman Jepang, periode drama sesudah kemerdekaan dan periode drama

mutakhir. Dalam Periode Melayu-Rendah, penulis lakonnya didominasi oleh

pengarang drama Belanda peranakan dan Tionghoa peranakan. Dalam Periode

Drama Pujangga Baru lahirlah “Bebasari” karya Roestam Effendi sebagai lakon

simbolis yang pertama kali ditulis oleh pengarang Indonesia. Dalam Periode Drama

Zaman Jepang, setiap pementasan drama harus disertai naskah lengkap untuk

disensor terlebih dulu sebelum dipentaskan. Dengan adanya sensor ini, di satu pihak

dapat menghambat kreativitas, tetapi di pihak lain justru memacu munculnya naskah

drama. Pada Periode Drama Sesudah Kemerdekaan, naskah-naskah drama yang

dihasilkan sudah lebih baik dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sudah

meninggalkan gaya Pujangga Baru. Pada saat itu penulis drama yang produktif dan

berkualitas baik adalah Utuy Tatang Sontani, Motinggo Boesye dan Rendra. Pada

Periode Mutakhir, peran Taman Ismail Marzuki (TIM) dan Dewan Kesenia Jakarta

(DKJ) menjadi sangat menonjol karena terjadi pembaharuan dalam struktur drama.

Pada umumnya tidak memiliki cerita, antiplot, nonlinear, tokoh-tokohnya tidak jelas

identitasnya, dan bersifat nontematis. Penulis-penulis dramanya yang terkenal antara

lain Rendra, Putu Wijaya, Riantiarno, dan Arifin C. Noer.

Salah satu penulis lakon drama periode mutakhir adalah Arifin C. Noer. Arifin

C. Noer merupakan penulis naskah drama juga sutradara yang beberapa kali

memenangkan Piala Citra untuk penghargaan film terbaik dan penulis skenario

terbaik. Naskah karyanya, Lampu Neon atau Nenek Tercinta, telah memenangkan

sayembara Teater Muslim tahun1987. Saat berkuliah di Universitas Cokroaminoto,

2
ia bergabung dengan Teater Muslim yang dipimpin Mohammad Diponegoro. Ia

kemudian hijrah ke Jakarta dan mendirikan Teater Kecil pada tahun 1968. Naskah

lakon Kapai-Kapai yang ditulis tahun 1970, terpilih sebagai salah satu karya dalam

antologi seratus tahun drama Indonesia yang diterbitkan Yayasan Lontar,

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Moths. Selain Kapai-kapai, ada

Banyak naskah drama yang telah ditulis pria kelahiran cirebon ini, salah satunya

naskah drama yang berjudul “Pada suatu hari”.

Pada Suatu Hari menceritakan tentang dua orang Kakek dan Nenek yang

hidup bahagia di sebuah rumah dengan hanya ditemani Joni, pembantu mereka. Dua

anaknya, Novia dan Nita telah berumah tangga dan hidup terpisah dengan mereka.

Suatu hari tokoh Nenek marah pada tokoh Kakek karena seorang janda bernama

Nyonya Wenas yang ternyata adalah mantan pacar tokoh Kakek. Saat Nyonya

Wenas datang, tokoh Joni membuat minuman kesukaan Nyonya Wenas dan

mengatakan bahwa tokoh Kakeklah yang telah menceritakan berbagai kesukaan

Nyonya Wenas pada tokoh Joni. Melihat dan mendengar hal ini, tokoh Nenek pun

marah pada tokoh Kakek. Klimaks konflik ini terjadi ketika Nenek tidak mau

menerima penjelasan Kakek tentang hubungannya dengan Nyonya Wenas. Kakek

menjelaskan bahwa antara dirinya dengan Nyonya Wenas sudah tidak pernah terjadi

apa-apa lagi. Akhirnya, tokoh Nenek ingin bercerai dengan tokoh Kakek.

Drama ini sangat menarik untuk dijadikan sebuah penelitan tentang gaya

bahasa. Pengarang dalam setiap naskahnya memiliki khas tersendiri, memiliki gaya

bahasa yang beragam salah satunya adalah naskah drama yang berjudul “Pada Suatu

Hari” karya Arifin C. Noer. Naskah drama ini terdiri dari 31 halaman. Dalam naskah

drama ini ditemukan berbagai macam variasi gaya bahasa dalam dialog-dialog.

3
Sehingga, penulis memutuskan untuk mengambil judul “Analisis Bentuk dan Fungsi

Gaya Bahasa Pada Naskah Drama Pada Suatu Hari Karya Arifin C. Noer”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah: Apakah bentuk gaya bahasa dalam naskah drama “Pada Suatu

Hari” karya Arifin C. Noer?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisis bentuk gaya bahasa dalam

naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi bagi pembaca terhadap aspek

dalam karya sastra, terutama gaya bahasa yang terdapat pada naskah drama.

2. Membantu seorang guru dalam penyampaian materi tentang gaya bahasa yang

biasanya sulit dipahami oleh peserta didik.

3. Membantu peserta didik dalam memahami gaya bahasa dalam pembelajaran

gaya bahasa dalam sastra.

4
II. KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Drama

Kata drama berasal dari bahasa Greek; tegasnya dari kata kerja dran yang

berarti “berbuat, to act atau to do”. Demikianlah dari segi etimologinya, drama

mengutamakan perbuatan, gerak, yang merupakan inti hakikat setiap karangan yang

bersifat drama. Maka tidak usah kita heran kalau Moulton mengatakan bahwa

“drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak” (life presented in action)

ataupun Bathazar Verhagen yang mengemukakan bahwa “drama adalah kesenian

melukis sifat dan sikap manusia dengan gerak” (Slametmuljana dalam Tarigan,

1985: 70). Jadi, drama adalah sebuah cerita yang membawakan tema tertentu

dengan dialog dan gerak sebagai pengungkapannya.

Drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan

secara verbal adanya dialogue atau cakapan diantara tokoh-tokoh yang ada

(Budianta dkk., 2002: 95). Dalam pertunjukkan drama, yang paling penting adalah

dialog atau percakapan yang terjadi di atas panggung karena dialog tersebut

menentukan isi dari cerita drama yang dipertunjukkan.

1. Unsur Intrinsik Drama

a. Plot atau Alur Drama

Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir

yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Menurut

Wiyanto (2002: 24), secara rinci, perkembangan plot drama ada enam tahap,

yaitu eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, resolusi, dan keputusan.

1) Eksposisi Tahap ini disebut pula tahap perkenalan, karena penonton

mulai diperkenalkan dengan lakon drama yang akan ditontonnya

5
6

2) meskipun hanya dengan gambaran selintas. Wujud perkenalan ini berupa

penjelasan untuk mengantarkan penonton pada situasi awal lakon drama.

3) Konflik Pemain drama sudah terlibat dalam persoalan pokok. Dalam

tahap ini mulai ada insiden (kejadian). Insiden pertama inilah yang

memulai plot sebenarnya, karena insiden merupakan konflik yang

menjadi dasar sebuah drama.

4) Komplikasi Insiden kemudian berkembang dan menimbulkan konflik-

konflik yang semakin banyak dan ruwet. Banyak persoalan yang kait-

mengait, tetapi semuanya masih menimbulkan tanda tanya.

5) Krisis Dalam tahap ini berbagai konflik sampai pada puncaknya

(klimaks). Bila dilihat dari sudut penonton, bagian ini merupakan puncak

ketegangan. Namun, bila dilihat dari sudut konflik, klimaks berarti titik

pertikaian paling ujung yang dicapai pemain protagonis (pemeran

kebaikan) dan pemain antagonis (pemeran kejahatan).

6) Resolusi Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian konflik. Jalan keluar

penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah mulai tampak jelas.

7) Keputusan Dalam tahap terakhir ini semua konflik berakhir dan sebentar

lagi cerita selesai. Dengan selesainya cerita, maka tontonan drama sudah

usai (bubar).

8) Plot dalam drama berfungsi (1) untuk mengungkapkan buah pikiran

penulis teks, (2) menangkap, membimbing dan mengarahkan perhatian

pembaca atau penonton, (3) mengungkapkan dan mengembangkan watak

tokoh-tokoh cerita. Untuk menyusun gambaran peristiwa tersebut


7

sehingga membentuk sebuah plot, pembaca mungkin akan

menggarapnya berdasarkan urutan waktu maupun urutan sebab akibat.

b. Dialog

Dialog adalah ekspresi yang diungkapkan oleh tokoh lewat media

bahasa. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang

diperankan dan dapat menunjukkan plot lakon drama. Dialog dapat terjadi

antara dua tokoh atau lebih yang memperlihatkan perilaku atau watak

masingmasing tokoh. Pada umumnya peranan dialog dalam teks dramatik

adalah untuk menghidupkan tokoh atau membangun tokoh, watak, ruang,

waktu dan lakuan. Dalam dialog biasanya ada interaksi timbal balik atau ada

reaksi dari lawan main. Hal ini yang sebagai ciri dan fungsi dari dialog.

Dalam drama ada dua macam cakapan, yaitu dialog dan monolog.

Disebut dialog ketika ada dua orang atau lebih tokoh yang bercakap-cakap.

Disebut monolog ketika seseorang tokoh bercakap-cakap dengan dirinya

sendiri. Dialog dan monolog merupakan bagian penting dalam drama, karena

hampir sebagaian besar teks didominasi oleh dialog dan monolog. Itulah

yang membedakan teks drama dengan puisi dan novel (Wiyatmi, 2006: 52).

c. Tema

Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama. Pikiran

pokok ini dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang

menarik (Wiyanto, 2002: 23). Sedangkan Waluyo (2001: 24) menyatakan

tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Tema

berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan pula

dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandangan yang
8

dikemukakan oleh pengarangnya. Sudut pandangan ini sering dihubungkan

dengan aliran yang dianut oleh pengarang tersebut.

d. Latar

Waluyo (2002: 23) menyatakan bahwa latar atau tempat kejadian

cerita sering pula disebut latar cerita. Wiyatmi (2006: 51) menyatakan latar

dalam naskah drama meliputi latar tempat, waktu dan suasana yang akan

ditunjukkan dalam teks samping. Untuk memahami latar, maka seorang

pembaca naskah drama, juga para aktor dan pekerja teater yang akan

mementaskannya harus memperhatikan keterangan tempat, waktu, dan

suasana yang terdapat pada teks samping atau teks non dialog.

e. Amanat

Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada

pembaca naskah atau penonton drama (Wiyanto 2002: 24). Pesan itu tentu

saja tidak saja disampaikan secara langsung, tetapi lewat lakon naskah drama

yang ditulisnya. Artinya, pembaca atau penonton dapat menyimpulkan,

pelajaran moral apa yang diperoleh dari membaca atau menonton drama itu.

Amanat sebuah drama akan lebih mudah dihayati penikmat, jika drama itu

dipentaskan. Amanat itu biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan

secara praktis.

2. Unsur Ekstrinsik Drama

Unsur ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada di luar teks

drama, tetapi ikut berperan dalam keberadaan teks drama tersebut. Unsur-unsur

itu antara lain biografi atau riwayat hidup pengarang, falsafah hidup pengarang,
9

dan unsur sosial budaya masayarakatnya yang dianggap dapat memberikan

masukan yang menunjangnya penciptaan karya drama tersebut.

3. Ragam Drama

Secara Pokok ada lima jenis drama, yaitu: tragedi, komedi, tragikomedi,

melodrama, dan farce. Drama tragedi adalah lakuan yang menampilkan sang

tokoh dalam kesedihan, kemuraman, keputusasaan, kehancuran, dan kematian.

Drama komedi adalah lakon ringan yang menghibur, menyindir, penuh seloroh,

dan berakhir dengan kebahagiaan. Tragikomedi adalah gabungan antara tragedi

dan komedi. Melodrama adalah lakuan tragedi yang berlebih-lebihan. Dan force

adalah komedi yang dilebih-lebihkan.

B. Tinjauan Umum Gaya Bahasa

Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah

stlye. Kata Stlye diturunkan dari kata latin stilus yaitu semacam alat untuk menulis

pada lempengn lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas

tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititik beratkan

pada keahlian untuk menulis indah, maka stlye lalu berubah menjadi kemampuan

dab keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah (Keraf,

2004:112). Sebagai gejala sosial, bahas dan pemakaian gaya bahasa tidak hanya

ditentukan oleh faktor internal saja melainkan faktor-faktor sosial dan situasional.

Faktor sosial misalnya status sosial, jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, tingkat

ekonomi dan sebagainya.

Gaya bahasa tidak ubahnya sebagai aroma dalam makanan yang berfungsi

untuk menikatkan selera. Gaya bahsa merupakan retorika, yakni menggunakan kata

kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk mempengaruhi pembaca dan


10

pendengar (AlMa‟ruf,2009:15). Jadi gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk

menyakinkan atau mempengaruhi pembaca dan pendengar.

Menurut Tarigan (2013: 4), gaya bahasa adalah bahasa indah yang

digunakan untk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan dan

membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau dengan hal yang

lain yang lebih umum. Sedangkan Siswantoro (2014: 115) menambahkan gaya

bahasa merupakan suatu gerak membelok dari bentuk ekspresiif sehari-hari atau

aliran ide-ide yang biasa untuk menghasilkan suatu efek yang luar biasa. Gaya

bahasa dapat memperkaya makna sehingga dapat menggapai pesan yang diinginkan

secara lebih intensif hanya dengan sedikit kata.

1. Jenis Gaya Bahasa

a. Gaya Bahasa Perbandingan

Pradopo berpendapat bahwa gaya bahasa perbandingan adalah

bahasa yang menyamakan satu hal dengan yang lain dengan

mempergunakan kata-kata pembanding, seperti; bagai, sebagai, bak, seperti,

semisal, seumpama, laksana dan kata-kata pembanding yang lain. Jadi dapat

disimpulkan bahwa gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahsa yang

mengandung maksut membandingkan dua hal yang dianggap mirip atau

mempunyai persamaan sifat (bentuk) dari dua hal yang dianggap sama.

Contoh: bibirnya seperti delima merekah, adapun gaya bahasa perbandingan

ini meliputi: Hiperbola, metonimia, personfikasi, metafora, sinekdoke, alusi,

simile, asosiasi, eufemisme, pars pro toto, epitet, eponym dan hipalase

b. Gaya Bahasa Pertentangan


11

Gaya bahasa pertentangan ialah kata-kata berkias yang menyatakan

pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau

penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan

pengaruhnya kepada pembaca dan pendengar. Di dalam kelompok gaya

bahasa pertentangan ada dua puluh tujuh jenis gaya bahasa sebagai berikut.

1) Hiperbola 11) Klimaks

2) Litotes 12) Anti klimaks

3) Ironi 13) Apostrof

4) Oksimoron 14) Anastrof atau inversi

5) Paralipsis 15) Apofasis

6) Zeugma dan Silepsis 16) Histeron proteron

7) Satire 17) Hipalase

8) Inuendo 18) Sinisme

9) Antifrasis 19) Sarkasme

10) Paradoks

c. Gaya Bahasa pertautan

Gaya bahasa pertautan adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-

kata kiasan yang berhubungan atau bertautab terhadap sesuatu hal yang ingin

disampaikan. Gaya bahasa pertautan dibagi menjadi tiga belas, berikut

penjelasannya:

1) Metonimia 5) Eponim

2) Sinekdok 6) Epitet

3) Alusi 7) Erotesis

4) Eufemisme 8) Paralelism
12

9) Antonomasia 12) Asindeton

10) Elipsis 13) Polisindeton

11) Gradasi

d. Gaya Bahasa Perulangan

Perulangan atau repetisi adalah gaya bahasa yang mengandung

perulangan bunyi, suku kata, kata atau frase, ataupun bagian kalimat yang

dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

Kedua belas jenis gaya bahasa yang termasuk ke dalam kelompok gaya

bahasa perulangan atau repetisi itu akan kita bahas satu persatu secara terinci

sebagai berikut:

1) Aliterasi 7) Anafora

2) Asonansi 8) Epistrofa

3) Antanaklasis 9) Simploke

4) Kiamus 10) Mesodilopsis

5) Epizeukis 11) Epanalepsis

6) Tautotes

C. Kajian Penelitian Relevan

Penelitian yang pertama berjudul “Gaya Bahasa Dalam Naskah Drama

Mega-Mega Karya Arifin C. Noer dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran

Bahasa Indonesia Di SMA”, yang disusun oleh I Mukhamad Ilham Maulana,

mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pancasakti Tegal, pada tahun 2016.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat ditemukan beberapa penggunaan

gaya bahasa yaitu majas perbandingan dan majas penegasan. Majas perbandingan
13

meliputi personifikasi, hiperbola, metafora, sinekdok, simbolik, dan asosiasi,

sedangkan dalam majas penegasan terdapat klimaks dan antiklimaks. Di mana data

hasil penelitian dalam jenis majas perbandingan ditemukan 18 data hiperbola, 9

personifikasi, 2 metafora, 1 sinekdok, 1 simbolik, dan 4 asosiasi, sedangkan dalam

jenis majas penegasan terdapat 1 data antiklimaks dan 3 data klimaks.

Penelitian yang pertama berjudul “Analisis Bentuk dan Fungsi Gaya Bahasa

Dalam Naskah Drama L’Annonce faite à Marie Karya Paul Claudel”, yang disusun

oleh I Komang Soni Anggarika Suwirna Bratha, mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa Perancis, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri

Yogyakarta, pada tahun 2018.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, naskah drama L’Annonce faite à Marie

karya Paul Claudel menggunakan berbagai gaya bahasa. Setelah dilakukan analisis

diperoleh 68 data yang terdiri dari 13 jenis gaya bahasa yaitu: inversi/anastrof,

apostrof, pertanyaan retoris, eufimisme, hiperbola, Paradoks, simile, metafora,

personifikasi, sinekdokke pars pro toto, sarkasme, anafora, dan antitesis. Paul

Claudel memiliki kecenderungan memakai gaya bahasa anafora untuk memberikan

penekanan pada suatu hal yang sedang dibicarakan dan juga untuk menambah nilai

estetik.
III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

stilistika. Stilistika adalah ilmu yang menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya

sastra, dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahannya sekaligus latar

belakang sosialnya (Ratna, 2011:10). Stilistika sebagai ilmu pengetahuan mengenai

gaya bahasa, maka sumber penelitiannya adalah semua jenis komunikasi yang

menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Hal ini meliputi karya sastra dan

karya seni pada umumnya, maupun bahasa sehari-hari. Namun demikian, sebagai

kekhasannya sendiri, stilistika pada umumnya dibatasi pada karya sastra. Dengan

demikian, stilistika kesusastraan merupakan metode analisis penggunaan gaya

bahasa karya sastra khususnya puisi (Ratna, 2011:391). Analisis stilistika diarahkan

untuk membahas keindahan isi dan makna penggunaan gaya bahasa dalam karya

sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gaya bahasa dalam naskah

drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer. Dengan demikian, untuk mencapai

tujuan tersebut metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara

holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

(Moleong, 2011:6). Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, karena data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, hal itu disebabkan

oleh adanya metode kualitatif (Moleong, 2011:11).

14
B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Daerah Kab. Konawe Prov. Sulawesi

Tenggara, pada bulan Maret tahun 2022.

C. Data Dan Sumber Data

1. Data

Menurut Slamet Riyan, data adalah kumpulan informasi yang diperoleh

dari pengamatan dimana data bisa berupa angka-angka atau lambang-lambang.

Data dalam penelitian ini adalah frasa, kalimat yang mengandung gaya bahasa

yang terdapat dalam naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer.

2. Sumber Data

Data merupakan bagian terpenting dari suatu penelitian karena data inilah

yang nantinya akan diolah serta dianalisis untuk mendapatkan hasil penelitian.

sumber data penelitian ini adalah naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin

C. Noer.yang terdiri dari 31 halaman.

D. Teknik Pengumpulan

Teknik Penyediaann data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

baca dan catat. Data dari teks drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer

dianalisis dengan teknik baca dan teknik catat, dalam hal ini peneliti membaca teks

drama, mencermati dan mencatat. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data-data

yang berhubungan dengan stilistika dalam teks drama “Pada Suatu Hari” karya

Arifin C. Noer.

Langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan membaca dan

membedah teks drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer, mengidentifikasi

data, mengklasifikasikan data berdasarkan masalah penelitian.

15
E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil membaca dan mencatat mana yang menjadi hal penting yang

nantinya akan dianlisis secara mendalam.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis teks, yaitu menganlisis

teks naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer dengan cara mencermati

dan memahami dengan seksama untuk mendapatkan data yang valid. Teknik analisis

data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membaca teks naskah drama dengan seksama

2. Mencatat dialog-dialog yang memiliki gaya bahasa

3. Menganalisis data yang menunjukkan aspek stilistika gaya bahasa yang

terkandung dalam teks naskah drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer.

4. Menyusun dan mendeskripsikan hasil analisis.

5. Membuat simpulan hasil analisis.

F. Penyajian Hasil Analisis

Hasil analisis data disajikan dengan metode penyajian informal. Metode ini

merupakan metode yang perumusannya menggunakan kata atau kalimat biasa tanpa

menggunakan tanda dan lambang-lambang tertentu (Sudaryanto, 2015: 231).

Pada penelitian ini menggunakan metode penyajian informal karena metode

tersebut memungkinkan penjelasan suatu kaidah secara detail dan rinci. Metode

penyajian informal ini sesuai digunakan untuk penelitian deskriptif kualitatif. Hasil

analisis akan berwujud bentuk dan berbagai variasi gaya bahasa dalam teks naskah

drama “Pada Suatu Hari” karya Arifin C. Noer.

16
DAFTAR PUSTAKA

Brata, I., & Suwirna, K. S. A. (2018). Analisis Bentuk dan Fungsi Gaya Bahasa dalam

Naskah Drama L’annonce Faite À Marie Karya Paul Claudel. Skripsi.

Universitas Negeri Yogyakarta.

Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan Pembelajaran.

Jakarta: Rineka Cipta

Harimurti Kridalaksana, 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Maulana, I. 2020. Gaya Bahasa Dalam Naskah Drama Mega-Mega Karya Arifin C.

Noer Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SMA.

Disertasi. Universitas Pancasakti Tegal.

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sudaryanto. 2007. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Tarigan, Henry Guntur. 2015. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

17

Anda mungkin juga menyukai