Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN SENI DRAMA SD


KONSEP DASAR DRAMA

Disusun Oleh Kelompok 1:


1. Agusri

2. Arum Ekariyanti

3. Asrila Novirma

4. Astina

5. Eliza Rahmi Saputri

6. Syarifah Rosmala Dewi

Dosen Pengampu: Puput Anjaswari, M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
TA. 2022

i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya lah sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Drama”.
Meski masih memiliki banyak kekurangan baik dari struktur maupun isi yang disampaikan.
Makalah ini menjelaskan tentang konsep dasar seni drama, pengertian drama,
langkah-langkah membuat drama, sejumlah drama, dan lain-lain. Tujuan penulis dalam
membuat makalah ini adalah untuk memberikan informasi serta menambah wawasan bagi
pembaca tentang pendidikan seni drama.
Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Puput Anjaswari, M.Pd selaku dosen
pengampu, serta tak lupa juga terimakasih kepada rekan-rekan seperjuangan yang turut
membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Didalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran demi perbaikan kami terima dengan senang hati. Akhir kata mohon maaf atas
kurang dan lebihnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penyusun sendiri
maupun bagi para pembaca.

Bungo, 28 September 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Makalah.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Konsep Dasar Seni Drama.......................................................................................3
B. Langkah-langkah Membuat Drama.........................................................................8
C. Sejumlah Drama......................................................................................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata
sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil
sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan
bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya
sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia.
Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk
mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).
Biasanya kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang
termasuk dalam kategori Sastra adalah: Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun,
sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi. Drama / teater adalah salah satu sastra yang amat
popular hingga sekarang. Bahkan di zaman ini telah terjadi perkembangan yang sangat
pesat di bidang teater. Contohnya sinetron, film layar lebar, dan pertunjukan –
pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan makhluk hidup.
Istilah drama berasal dari bahasa yunani droomai yang berarti berbuat. Pengertian
drama adalah pertunjukan cerita atau lakon kehidupan manusia yang dipentaskan. Drama
ialah nimetic (peniruan), yaitu aksi yang meniru atau mewakilkan perlakuan manusia.
Drama adalah karya yang ditulis dalam bentuk percakapan (dialog) yang dipertunjukkan
oleh tokoh-tokoh diatas pentas. Drama digolongkan kedalam dua bagian, yaitu drama
dalam bentuk tertulis dan drama yang dipentaskan. Menurut Moulton drama adalah
hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action). Menurut Ferdinand
Brunetierre: drama haruslah melaahirkan kehendak dengan action. Menurut Balthazar
Vallhagen; drama adlah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia dengan gerak. Arti
ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan
pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton.
Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis membuat makalah ini guna membantu
para pembaca yang ingin mengetahui tentang seni drama. Selain pengertian dan konsep
dasar seni drama, makalah ini juga memuat catatan tentang bagaimana langkah-langkah
membuat drama serta dilengkapi juga dengan apa saja sejumlah drama.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka dapatlah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar seni drama?
2. Bagaimana langkah-langkah membuat drama?
3. Apa saja sejumlah drama?

C. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah ini adalah:
1. Untuk memberikan informasi serta menambah wawasan bagi pembaca tentang ilmu
pendidikan seni drama SD
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar seni drama
3. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah membuat drama
4. Untuk mengetahui apa saja sejumlah drama

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Seni Drama


1. Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Arti pertama
dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di
pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada
para pendengar. Arti kedua, menurut:
a. Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in
action).
b. Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan
action.
c. Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan
sifat manusia dengan gerak.
Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan
penonton (audience).

Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis


yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon
mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah
drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting –
meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia – tapi tidak
bertujuan mengagungkan tragedi.
Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan
action tokoh-tokohnya. Pengertian drama adalah pertunjukan cerita atau lakon
kehidupan manusia yang dipentaskan. Drama ialah nimetic (peniruan), yaitu aksi
yang meniru atau mewakilkan perlakuan manusia. Drama adalah karya yang ditulis
dalam bentuk percakapan (dialog) yang dipertunjukkan oleh tokoh-tokoh diatas
pentas. Drama digolongkan kedalam dua bagian, yaitu drama dalam bentuk tertulis
dan drama yang dipentaskan.

3
Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai
pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian
drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-
masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara
dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya
terdiri atas dialog; mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk
pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan
tokoh itu disebut hauptext atau teks utama; petunjuk pementasannya disebut
nebentext atau tek sampingan.
Tidak adanya narasi dalam drama bisa digantikan oleh akting para pemain
yang dengan menghubungkan diri mereka sendiri dengan perlengkapan, perlampuan
dan iringan musik, menciptakan suasan dan menghidupkan panggung itu menjadi
dunia yang amat nyata. Disamping itu, penjelasan tentang tokoh disampaikan
melalui dialog antara tokoh yang membicarakan tokoh lain. Pada puisi, daya ekpresi
dan irama mentepati posisi yang dominan. Oleh karena itu, puisi tidak bercerita. Jika
balada bertumpu pada narasi, sebab sebenarnya balada adalah kisah, atau cerita yang
dinyanyikan. Contohnya, mahabarata dan ramayana dalam bentuk tembang. Puisi
yang dibaca dengan baik menjadi dramatik, seperti yang dilakukan Rendra, aktor
baik. Maka “Tidak tidak diragukan lagi drama kadang dianggap diambil dari kata
dramen yang berarti sesuatu untuk dimainkan.”Mungkin drama memperoleh hampir
semua efektivitasnya dari kemampuannya untuk mengatur dan menjelaskan
pengalaman manusia. Oleh karenanya, drama, seperti halnya karya sastra pada
umumnya, dapat dianggap sebagai interprestasi penulis lakon tentang hidup. Unsur
dasar drama-perasaan,hasrat, konflik dan rekonsilasi merupakan unsur utama
pengalaman manusia.
Dalam kehidupan nyata, semua pengalaman emosional tersebut merupakan
kumpulan berbagai kesan yang saling ada hubungannya. Bagaimanapun juga, dalam
drama, penulis lakon mampu mengorganisir semua pengalaman ini ke dalam satu
pola yang bisa dipahami. Penonton melihat materi kehidupan nyata yang disajikan
dalam bentuk yang padat makna dengan menghapus hal-hal yang tidak penting dan
memberi tekanan kepada hal-hal yang penting.
Penulis lakon menulis drama untuk dipentaskan, ia menulis drama itu dengan
membayangkan action dan ucapan para aktor diatas panggung. Jadi ucapan dan
action yang terwujud dalam dialog itu adalah bagian paling penting, yang tanpa itu
4
drama bukan benar-benar sebuah lakon. Karena itu, sebuah drama mewujudkan
action, emosi, pemikiran, karakterisasi, yang perlu digali dari dialog-dialog itu.
Adalah satu keharusan bagi seorang sutradra untuk menganalisis drama sebelum
memanggugkan drama itu.

2. Sejarah Drama
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno.
Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan
pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama
di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah
naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih meragukan
apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero menunjukan bahwa dalam
teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi berbagai tokohnya.
Ada tiga macam teori yang mempersoalkan asal mula drama. Menurut
Brockett, drama mungkin telah berkembang dari upacara relijius primitif yang
dipentaskan untuk minta pertolonga dari Dewa. Upacara ini mengandung banyak
benih drama. Para pendeta sering memerankan mahluk superaalami atau binatang;
dan kadang – kadang meniru action berburu, misalnya. Kisah-kisah berkembang
sekitar beberapa ritus dan tetap hidup bahkan setelah upacara itu sendiri sudah tidak
diadakan lagi. Kelak mite-mite itu merupakan dasar dari banyak drama.
Teori kedua memberi kesan bahwa himne pujian dinyanyikan bersama
didepan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan
memperagakan perbuatan-perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu.
Bagian yang diperagakan makin lama makin rumit dan koor tidak dipakai lagi.
Seorang kritisi memberi kesan bahwa sementara koor makinlama makin kurang
penting, muncul pembicara lain. Dialog mulai terjadi ketika ada dua pembicara diatas
panggung.
Teori ketiga memberi kesan bahwa drama tumbuh dari kecintaan manusia
untuk bercerita. Kisah – kisah yang diceritakan disekeliling api perkemahan
menciptakan kembali kisah – kisah perburuan atau peperangan, atau perbuatan gagah
seorang pahlawan yang telah gugur. Ketiga teaori itu merupakan cikal-bakal drama.
Meskipun tak seorang pun merasa pasti mana yang terbaik, harus diingat bahwa
ketiganya membicarakan tentang action. Konon, action adalah intisari dari seni
pertunjukan.

5
3. Manfaat Bermain Drama
a. Meningkatkan pemahaman
Meningkatkan pemahaman kita terhadap fenomena dan kejadian-kejadian
yang sering kita saksikan dan kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kita
menyadari bahwa memahami orang lain merupakan pekerjaan yang paling sulit
dan membutuhkan waktu. Untuk itu drama/teater merupakan salah satu cara
untuk memecahkannya. Dengan bermain drama atau berteater kita selalu
berkumpul dengan orang-orang yang sama sekali berbeda dengan diri kita. Dari
segi individual differences inilah kita dituntut untuk memahami orang lain.
Pemahaman kita kepada orang lain tidak hanya dilihat dari orangnya, melainkan
keseluruhan orang tersebut. Meliputi sifat, watak, cara berbicara, cara bertindak
(tingkah laku), cara merespon suatu masalah, merupakan keadaan yang harus kita
pahami dari orang tersebut.
Mempertajam kepekaan emosi
Drama melatih kita untuk menahan rasa, melatih kepekaan rasa,
menumbuhkan kepekaan, dan mempertajam emosi kita. Rasa kadang kala tidak
perlu dirasakan, karena sudah ada dalam diri kita. Perlu diingat bahwa rasa,
sebagai sesuatu yang khas, perlu dipupuk agar semakin tajam. Apa yang ada
dihadapan kita perlu adanya rasa. Kalau tidak, maka segala sesuatu yang ada akan
kita anggap wajar saja. Padahal sebenarnya tidak demikian. Kita semakin peka
terhadap sesuatu tentu saja melalui latihan yang lebih. Rasa indah, seimbang,
tidak cocok, tidak asyik, tidak mesra adalah bagian dari emosi. Oleh karena itu,
perasaan perlu ditingkatkan untuk mencapai kepuasan batin.
Drama menyajikan semua itu. Peka panggung, peka kesalahan, peka
keindahan, peka suara atau musik, peka lakuan yang tidak enak dan enak, semua
berasal dari rasa. Semakin kita perasa semakin halus pula tanggapan kita terhadap
sesuatu yang kita hadapi.
b. Pengembangan ujar
Naskah drama sebagai genre sastra, hampir seluruhnya berisi cakapan.
Cakapan secara tepat, intonasi, maka ujar kita semakin jelas dan mudah dipahami
oleh lawan bicara. Kejelasan tersebut dapat membantu pendengar untuk mencerna
makna yang ada. Harus ada kata yang ditekankan supaya memudahkan
pemaknaan. Dimana kita memberi koma (,) dan titik (.). hampir keseluruhan
konjungsi harus diperhatikan selam kita berlatih membaca dalam bermain drama.
6
Suara yang tidak jelas dapat berpengaruh pada pendengar dan lebih-lebih
pemaknaan pendengar atau penonton. Di sini perlu adanya kekuatan vokal dan
warna vokal yang berbeda dalam setiap situasi. Tidak semua situasi memerlukan
vokal yang sama. Tidak semua kalimat harus ditekan melainkan pasti ada yang
dipentingkan. Drama memberi semua kemungkinan ini. Sebagai salah satu karya
sastra yang harus dipentaskan dan berisi lakuan serta ucapan.
c. Apresiasi dramatik
Apresiasi dramatik dikatakan sebagai pemahaman drama. Realisasi
pemahaman ini adalah dengan pernyataan baik dan tidak baik. Kita bisa memberi
pernyataan tersebut jika kita tidak pernah mengenal drama. Semakin sering kita
menonton pementasan drama semakin luas pula pemahaman kita terhadap drama
atau teater. Karena itulah, kita dituntut untuk lebih meningkatkan kecintaan kita
terhadap drama. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh wawasan dramatik
yang lebih baik.
d. Pembentukan Postur Tubuh
Postur berkaitan erat dengan latihan bermain drama, latihan ini dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu dasar dan lanjut. Yang termasuk latihan dasar
ini adalah latihan vokal dan latihan olah tubuh. Yang terkait dengan postur adalah
olah tubuh. Kelenturan tubuh diperlukan dalam bermain drama, sebab bermain
drama memerlukan gerak-gerik. Gerak-gerik inilah yang nantinya dapat
membentuk postur tubuh kita sedemikian rupa.
e. Berkelompok (Bersosialisasi)
Bermain drama tidak mungkin dilaksanakan sendirian, kecuali monoplay.
Bermain drama, secara umum, dilakukan secara berkelompok atau group. Betapa
sulitnya mengatur kelompok sudah kita pahami bersama, bagaimana kita bisa
hidup secara berkelompok adalah bergantung pada diri kita sendiri. Masing-
masing orang dalam kelompok drama memiliki tugas dan tanggung jawab yang
sama. Tak ada yang lebih dan tak ada yang kurang, semuanya sama rendah dan
sama tinggi, sama-sama penting. Untuk itu, drama selalu menekankan pada sikap
pemahaman kepada orang lain dan lingkungannya.
Kelompok drama harus merupakan satu kesatuan yang utuh. Semua unsur
dalam drama tidak ada yang tidak penting, melainkan semuanya penting. Rasa
kebersamaan, memiliki, dan menjaga keharmonisan kelompok merupakan
tanggung jawab dan tugas semua anggota kelompok itu. Bukan hanya tugas dan
7
tanggung jawab ketua kelompok. Baik buruknya pementasan drama tidak akan
dinilai dari salah seorang anggota kelompok tetapi semua orang yang terlibat
dalam pementasan. Oleh karena itu, perlu adanya kekompakan, kebersamaan, dan
kesatuan serta keutuhan.
f. Menyalurkan hobi
Bermain drama dapat juga dikatakan sebagai penyalur hobi. Hobi yang
berkaitan dengan sastra secara umum dan drama khususnya. Dalam drama
terdapat unsur-unsur sastra. Drama sebagai seni campuran (sastra, tari, arsitektur).

B. Langkah-langkah Membuat Drama


1. Menentukan Jenis Drama
Tema merupakan unsur yang sangat penting dalam  penulisan naskah, baik
puisi, prosa, maupun drama. Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung di
dalam drama. Tema dikembangkan melalui alur dramatik melalui dialog tokoh-
tokohnya. Tema drama misalnya  kehidupan, persahabatan, kesedihan, dan
kesedihan. Kriteria tema  yang baik yaitu:
a. Aktual
Aktual dapat diartikan dengan kejadian yang benar-benar terjadi atau
sesuai dengan kenyataan.
b. Tidak menyinggung SARA
SARA adalah  kependekan dari suku, agama, ras, dan antargolongan.
Artinya, tema sebuah karya sastra tidak boleh menyinggung suku, agama, ras,
atau antargolongan tertentu.
c. Memberi suatu pengajaran/pendidikan bagi pembacanya
Tema  sebuah cerita yang baik adalah yang dapat memberikan
pengajaran dan pendidikan bagi pembacanya. Dengan kata lain, tema yang
dipilih bukanlah tema yang tidak bermanfaat.

Sebelum menulis naskah drama, kamu tentu menentukan terlebih dahulu jenis
drama yang ingin ditampilkan. Berdasarkan jenisnya, drama terbagi menjadi drama
komedi tragedi, tragedi komedi, melodrama, opera, pantomim, tablo, force, dan satire.
Drama komedi adalah drama yang menghibur dan berisi sindirian halus,
sedangkan drama tragedi adalah drama yang menampilkan cerita sedih dengan

8
melibatkan tokoh dalam konflik atau masalah yang serius. Dengan begitu, drama
tragedi komedi merupakan drama sedih yang diselingi dengan adegan-adegan lucu.
Selanjutnya, melodrama adalah drama yang sangat sentimental,
pementasannya sangat mendebarkan dan juga mengharukan. Sementara drama opera
adalah drama yang mengandung musik serta nyanyian.
Berbeda dari drama pada umumnya, pantomim adalah drama yang
ditampilkan hanya dengan gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
Mirip dengan pantomim, tablo juga menampilkan drama dengan gerak tubuh
bersamaan dengan mimik wajah tokohnya.
Jenis drama force adalah sebuah pertunjukan jenaka yang mengutamakan
kelucuan dan mengandung unsur sindiran. Lalu, satire adalah drama yang
mengandung pesan kebijaksanaan, tetapi ditampilkan dengan kelucuan.
2. Menentukan Tema Drama
Tema adalah dasar dari sebuah cerita. Secara umum, tema dibagi menjadi tiga,
yaitu tema estetis, etis, dan religius. Pengertian tema estetis, yakni tema yang berisi
keindahan, baik secara fisik maupun psikis.
Tema etis adalah tema yang berkaitan dengan idealisasi yang ada di
masyarakat, seperti kepahlawanan, kejujuran, norma sosial, dan sebagainya.
Sementara tema religius merupakan tema yang berhubungan dengan ketuhanan.
3. Mencari Inspirasi Ide Cerita
Ide cerita bisa diperoleh melalui pengalaman pribadi penulis atau orang di
sekitarnya, melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar penulis, atau menyadur
dari cerita yang sudah ada, seperti novel, cerpen, legenda, cerita rakyat, dan
sebagainya.
4. Menentukan Alur Cerita
Pada tahap ini, kamu akan mulai menyusun kerangka cerita. Ditinjau dari arah
gerak cerita, alur dibedakan menjadi tiga, yaitu alur maju, mundur, dan campuran
(maju-mundur). Secara lebih rinci, ada enam tahap perkembangan alur drama yang
dijabarkan seperti di bawah ini:
a. Eksposisi
Tahap eksposis disebut juga sebagai tahap perkenalan. Pada tahap ini,
penonton akan berkenalan dengan gambaran cerita dan tokoh drama meskipun
hanya sepintas.

9
1) Konflik
Pada tahap ini, para tokoh sudah mulai terlibat dalam permasalahan
pokok. Permasalahan pertama inilah yang memulai alur drama.
2) Komplikasi
Tahap komplikasi adalah tahap ketika permasalahan semakin
berkembang dan bertambah rumit.
3) Krisis
Dalam tahap ini, cerita sudah memasuki puncak konflik. Jika dilihat
dari sudut pandang penonton, bagian ini merupakan puncak ketegangan
sebuah pertunjukan drama.
4) Resolusi
Resolusi merupakan tahap penyelesaian masalah. Para tokoh mulai
menemukan jalan keluar yang jelas.
5) Keputusan
Keputusan adalah tahap terakhir dari sebuah drama dengan
berakhirnya semua konflik.
5. Menentukan tokoh dan karakternya (penokohan)
Untuk membuat sebuah drama, kamu tentu membutuhkan tokoh untuk
memerankan cerita yang sudah ditulis. Ada dua jenis tokoh yang harus kamu
tentukan, yakni protagonis yang merupakan tokoh utama dan antagonis, yaitu orang
yang menentang tokoh utama. Selain itu, tentukan juga tokoh pendamping dalam
cerita.
Setelah itu, kamu juga perlu menentukan karakter yang khas untuk setiap
tokoh. Perbedaan karakter inilah yang memicu adanya konflik dalam cerita. Terakhir,
berilah nama yang sesuai dengan latar belakang kehidupan sosial tokoh yang kamu
ciptakan untuk membedakan antara satu tokoh dan yang lain.
6. Menentukan Latar Cerita
Perlu diketahui bahwa latar cerita sangat mendukung jalannya sebuah drama,
lho. Latar dalam sebuah drama umumnya meliputi latar waktu, tempat, dan suasana.
Penjelasan latar biasanya tercermin pada keterangan yang diberikan dalam naskah
atau diselipkan dalam dialog antartokoh.
7. Menentukan Gaya Bahasa yang Digunakan
Penggunaan gaya bahasa akan berhubungan dengan pemilihan majas dan
warna lokal dalam cerita. Ada kalanya dialog tokoh berisi percakapan yang diselipi
10
majas sehingga membutuhkan penghayatan pentonton untuk memahaminya. Selain
itu, gaya bahasa juga bisa menggunakan bahasa daerah tertentu sesuai dengan latar
belakang kehidupan tokoh.
8. Membaca dan merevisi naskah drama
Setelah naskah drama selesai ditulis, sebaiknya kamu membaca kembali dan
melakukan revisi. Tujuannya, agar cerita drama bisa ditampilkan lebih baik.

C. Sejumlah Drama
1. Menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama
lama.
a. Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan
pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia
sehari-hari.
b. Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan
tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi,
kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
2. Menurut/berdasarkan Isi Kandungan Cerita:
a. Drama Komedi
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh
keceriaan.
b. Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
c. Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
d. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
e. Lelucon / Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka
merangsang gelak tawa penonton.
f. Operet / Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.

11
g. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh
atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
h. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-
gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
i. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.
j. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang.
Dan lain sebagainya.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Drama adalah pertunjukan cerita atau lakon kehidupan manusia yang
dipentaskan. Drama ialah nimetic (peniruan), yaitu aksi yang meniru atau mewakilkan
perlakuan manusia. Drama adalah karya yang ditulis dalam bentuk percakapan (dialog)
yang dipertunjukkan oleh tokoh-tokoh diatas pentas. Drama digolongkan kedalam dua
bagian, yaitu drama dalam bentuk tertulis dan drama yang dipentaskan.
Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun
demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada kita
bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di Yunani,
berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos
Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih meragukan apakah teks itu
drama atau bukan sebelum Gaston Maspero menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada
petunjuk action dan indikasi berbagai tokohnya.
Salah satu manfaat drama adalah meningkatkan pemahaman kita terhadap
fenomena dan kejadian-kejadian yang sering kita saksikan dan kita hadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Kita menyadari bahwa memahami orang lain merupakan
pekerjaan yang paling sulit dan membutuhkan waktu.
Langkah-langkah membuat drama adalah menentukan jenis drama, menentukan
tema drama, mencari inspirasi ide cerita, menentukan alur cerita, menentukan tokoh dan
karakternya (penokohan), menentukan latar cerita, menentukan gaya bahasa yang digunakan,
membaca dan merevisi naskah drama.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aamovi. 2009. Pengertian drama dan teater. [Online] dalam


http://aamovi..com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2/, diambil pada
tanggal 28 September 2022
Detik. Tt. Menulis naskah drama, unsur, ciri kebahasaan dan langkah-langkahnya.
[Online] dalam https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5773427/menulis-
naskah-drama-unsur-ciri-kebahasaan-dan-langkah-langkahnya, diambil pada
tanggal 28 September 2022
Organisasi. Tt. Arti, definisi, pengertian drama dan jenis, macam drama pelajaran
bahasa Indonesia. [Online] dalam http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-
drama-dan-jenis-macam-drama-pelajaran-bahasa-indonesia, diambil pada
tanggal 28 September 2022
Sendra. 2008. Pengertian drama dan teknik enulisan naskah drama. [Online] dalam
http://sendratasik.com/2008/12/05/pengertian-drama-dan-teknik-penulisan-
naskah-drama/, diambil pada tanggal 28 September 2022

14

Anda mungkin juga menyukai