Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DASAR SASTRA ANAK

RANGKUMAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Sastra Anak
yang dibina oleh Dra. Ida Lestari, M.Si.

oleh
Agnes Monica Dewi 160212602219
Firma Firdausi 160212602236
Intan Erlina Sari 160212602220
Margareta Novika S.P. 160212602209
Muhammad Iqbal Mutthahari 160212602224

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
Januari 2019
A. HAKIKAT SASTRA ANAK
Menurut Winarni (2014), sastra anak adalah karya yang dari segi bahasa
memiliki nilai estetis dan dari segi isi mengandung nilai-nilai pendidikan moral yang
dapat memperkaya pengalaman jiwa bagi anak. Sastra anak merupakan karya sastra,
yaitu puisi, prosa, dan drama, yang isinya mengenai anak-anak (Pramuki, 2000).
Solchan, dkk. (1994) membagi definisi sastra anak menjadi dua. Pertama, sastra anak
adalah sastra yang ditulis oleh pengarang remaja maupun dewasa yang bahasa dan
isinya mencerminkan kehidupan dan kepribadian anak-anak. Kedua, sastra anak
merupakan karya sastra yang ditulis oleh penagarang yang usianya tergolong anak-
anak. Sarumpaet (1976) menyatakan bahwa sastra anak adalah karya sastra yang
dikonsumsi oleh anak-anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra anak adalah karya sastra
yang ditulis oleh pengarang, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa, yang
isinya mengandung nilai-nilai pendidikan moral yang sesuai dengan kehidupan dan
kepribadian anak-anak. Topik sastra anak dapat mencakup semua yang dekat dengan
anak-anak, misalnya kehidupan manusia, binatang, maupun tumbuhan, yang
mengandung nilai-nilai positif untuk perkembangan anak.

B. PERBEDAAN SASTRA ANAK DENGAN SASTRA DEWASA


Sarumpaet (1976) mengemukakan tiga ciri pembeda antara sastra anak dengan
sastra dewasa, yaitu unsur pantangan, penyajian dengan gaya langsung, dan fungsi
terapan. Unsur pantangan merupakan unsur yang berhubungan dengan tema dan
amanat. Pantangan untuk sastra anak adalah persoalan-persoalan yang menyangkut
kehidupan orang dewasa, seperti seks atau dendam yang menimbulkan kebencian,
kekejaman, bahkan kematian. Apabila hal tersebut memang diangkat dalam sastra
anak, misalnya mengenai kekejaman ibu tiri yang berlaku tidak adil, maka amanatnya
disederhanakan dengan akhir cerita yang menunjukkan kebahagiaan, contohnya
dalam kisah Bawang Merah dan Bawang Putih.
Sastra anak disajikan dengan deskripsi singkat dan langsung menuju
sasarannya dan jelas sebab—akibatnya. Deskripsi diselingi dengan dialog yang wajar,
terorganisasi, dan hidup, sehingga suasana yang disajikan menjadi sangat jelas. Hal
ini juga berlaku pada perilaku tokoh-tokohnya, baik dari segi sifat, peran, maupun
fungsinya dalam cerita. Dalam cerita anak, sifat tokoh cenderung hitam putih,
sehingga dapat langsung dibedakan mana yang berperan sebagai tokoh yang baik dan
mana yang berperan sebagai tokoh yang memiliki sifat buruk.
Selain langsung, sajian cerita harus bersifat informatif dan mengandung unsur-
unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum, keterampilan khusus, maupun
untuk perkembangan anak. Inilah yang dimaksud dengan fungsi terapan yang
membedakan sastra anak dengan sastra dewasa. Fungsi terapan dalam sastra anak
ditunjukkan oleh unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam teks sastra anak itu
sendiri.

C. CIRI-CIRI SASTRA ANAK


1. Bahasa
Ditinjau dari bahasa, bacaan cerita anak-anak memiliki ciri menggunakan
bahasa yang sederhana. Penggunaan bahasa mempertimbangkan perkembangan
bahasa anak usia SD baik dari segi penguasaan struktur tata bahasa maupun dari
segi kemampuan anak dalam memproduksi dan memahaminya. unaan kosakata
dan kalimat. Ini dimungkinkan karena dalam proses pemahaman dan
penikmatannya anak akan membaca teks melalui proses pemahaman print out
yang diarahkan oleh dunia pengalaman dan pengetahuannya.
Teks yang berupa sistem tanda ini menghadirkan gambaran makna dan
pengertian tertentu yang dapat dipahami melalui proses decoding dengan
mengidentifikasi tulisan, kata-kata, rentetan kata, kombinasi hubungan kalimat
atau satuan bentuk yang ditransformasikan sebagai kalimat sampai pada untaian
satuan sintaktik tertentu yang dikembangkan dalam bentuk paragraph atau dalam
satuan yang lebih besar (wacana). Oleh karena itu agar makna bacaan cerita anak
dapat dengan mudah difahami oleh mereka, maka kata-kata yang dipakai
hendaknya sesuai dengan jenis kosakata yang semestinya dikuasai anak SD
dengan mengacu pada kenyataan kongkret yang diasumsikan dekat dan akrab
dengan kehidupan anak. Bilapun kata-kata yang digunakan masih asing bagi
anak, maka hendaknya dilengkapi dengan ilustrasi gambar atau melalui paparan
deskriptif. Pemanfaatan konteks bacaan dan kalimat sebagai petunjuk penafsiran
makna suatu kata hendaknya dipertimbangkan.
Dari segi cara penuturan, ciri bacaan cerita anak diarahkan pada teknik
penuturan cerita yang merujuk pada pemilihan kata, penggunaan gaya bahasa,
teknik penggambaran tokoh dan latar cerita. Dalam teknik penuturan, pemilihan
kata dan gaya bahasa hendaknya disesuaikan dengan readiness anak yaitu dengan
menggunakan kata dan gaya bahasa yang kongkret sesuai dengan perkembangan
kognitif mereka dan mengacu pada pengertian yang tersurat. Teknik penuturan
latar dan tokoh sebaiknya lebih banyak digunakan teknik adegan dilengkapi
dengan dialog atau penggambaran.
Ditinjau dari bacaan cerita anak-anak, maka cara penuturan bisa dilakukan
dengan cara reportatif, deskriptif, naratif, atau secara langsung. Dalam teknik
penuturan sebaiknya yang digunakan adalah teknik penyajian naratif yang
memang banyak digunakan dalam cerita anak-anak.
2. Struktur
Struktur karya sastra anak memiliki kemiripan dengan sastra dewasa. Struktur
sastra anak dibentuk oleh unsur-unsur intrinsik dalam teks sastra anak itu sendiri.
a. Tema dan amanat
Cerita anak mengandung tema yang mendidik, menyetuh. Dapat dikatakan
bahwa sastra anak menghindari atau pantangan terhadap persoalan-persoalan
yang menyangkut masalah seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan
kebencian, kekejaman, prasangka buruk, kecurangan yang jahat, dan masalah
kematian. Apabila ada hal-hal buruk dalam kehidupan itu yang diangkat dalam
sastra anak, misalnya masalah kemiskinan, kekejaman ibu tiri, dan perlakuan
yang tidak adil pada tokoh protagonis, biasanya amanatnya lebih
desederhanakan dengan akhir cerita menemui kebahagiaan atau keindahan,
misalnya dalam kisah Putri Salju, Cindrella, Bawang Merah Bawang Putih,
Limaran, Cindelaras, dan Putri Angsa. Penyajian dengan gaya secara langsung
adalah bahwa sajian cerita merupakan deskripsi secara singkat dan langsung
menuju sasarannya, mengetengahkakan gerak yang dinamis, dan jelas sebab-
sebabnya. Deskripsi itu diselingi dengn dialog itu terwujud suasana yang
tersaji perilaku tokoh-tokohnya amat jelas, baik sifat, peran, maupun fungsinya
dalam cerita. Biasanya lebih cenderung digambarkan sifat tokoh yang hitam
putih. Artinya, setiap tokoh baik atau tokoh buruk. Amanat Sastra anak dapat
dipahami anak karena tidak bersifat trsembunyi melainkan bersifat transparan.
b. Latar Cerita dan Tokoh
Latar yang mudah dikenal oleh anak, misalnya berlatarkan lingkungan yang
mereka temui dalam permainan sehari-hari. setting yang ada di sekitar atau ada
di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik.
Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak dapat dibedakan atas
tiga hal, yaitu:
1) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama benda mati,
2) sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk hidup
selain manusia,
3) sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang berasal dari manusia
itu sendiri.
c. Alur
Alur cerita sastra anak lebih sederhana dibandingkan dengan sastra dewasa.
alurnya lurus dan tidak berbelit-belit. Secara umum, Biasanya, alur cerita
sastra anak memunculkan konflik yang kecil dan sederhana pula. Misalnya,
cerita mengenai kancil mencuri mentimun. Hal ini juga disesuaikan dengan
tingkat pola pemikiran anak yang masih sederhana sehingga anak mudah
memahami inti dari cerita. Alur yang disajikan lebih menarik, Konfliknya pun
disajikan dengan bahasa yang khas sehingga mudah dipahami.
d. Sudut Pandang
Sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan
anak.
e. Ritme
Ritme yang meriangkan anak, tidak terlalu panjang, ada rima dan bunyi
yang serasi dan indah, serta isinya bisa menambah wawasan pikiran anak.

Struktur karya sastra anak dispesifikkan sesuai dengan jenis karya sastra,
sebagai berikut.
a. Cerpen
Cerpen biasanya memiliki alur tunggal, pelaku terbatas (jumlahnya sedikit),
dan mencakup peristiwa yang terbatas pula. Kualitas tokoh dalam cerpen
jarang dikembangkan secara penuh. Karena serba dibatasi, tokoh dalam cerpen
biasanya langsung ditunjukkan karakternya. Artinya, karakter tokoh langsung
ditunjukkan oleh pengarangnya melalui narasi, deskripsi, atau dialog. Di
samping itu, cerita pendek biasanya mencakup rentang waktu cerita yang
pendek pula, misalnya semalam, sehari, seminggu, sebulan, atau setahun.
b. Novel
Novel memiliki durasi cerita yang lebih panjang dibandingkan dengan
cerpen. Novel memiliki peluang yang cukup untuk mengeksplorasi karakter
tokohnya dalam rentang waktu yang cukup panjang dan kronologi cerita yang
bervariasi (ganda). Novel memungkinkan kita untuk menangkap
perkembangan kejiwaan tokoh secara lebih komprehensif dan memungkinkan
adanya penyajian secara panjang lebar mengenai permasalahan manusia. Itulah
sebabnya, permasalahan yang diangkat menjadi tema-tema novel umumnya
jauh lebih kompleks dan rumit bila dibandingkan dengan cerpen.
Permasalahan hidup manusia yang menjadi sumber inspirasi penulis sangatlah
rumit dan kompleks. Jika dipetakan pemasalahan itu meliputi hubungan
antarmanusia dengan Tuhan, manusia dengan alam semesta, manusia dengan
masyarakat, dan manusia dengan dirinya sendiri. Peranan tokoh tidak statis,
tetapi bergerak dalam pergerakan waktu. Keterbatasan dan keleluasaan juga
membawa konsekuensi pada rincian-rincian yang sering menjadi bumbu cerita.
Demikianlah sebuah karya sastra, sebagaimana rumah, juga dibangun oleh
unsur-unsur yang mendukung keberadaannya. Unsur-unsur pembangun karya
sastra lazim disebut dengan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Menurut
Jakob Sumardjo dan Saini K.M. (1985) yang dimaksud dengan unsur intrinsik
adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam karya sastra itu sendiri, seperti:
tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa. Unsur-unsur
ini harus ada karena akan menjadi kerangka dan isi karya tersebut. Sementara
itu, unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari luar karya sastra,
misalnya sosial, budaya, ekonomi, politik, agama, dan filsafat. Faktor
ekstrinsik tidak menjadi penentu yang menggoyahkan karya sastra. Akan
tetapi, bagi pembaca, hal tersebut tetap penting untuk diketahui karena akan
membantu pemahaman makna karya sastra, mengingat tidak ada karya sastra
yang lahir dari kekosongan budaya.
c. Drama
Pada dasarnya drama tidak jauh berbeda dengan karya prosa fiksi.
Kesamaan itu berkaitan dengan aspek kesastraan yang terkandung di
dalamnya. Namun, ada perbedaan esensial yang membedakan antara karya
drama dan karya prosa fiksi, yakni pada tujuannya. Tujuan utama penulisan
naskah drama adalah untuk dipentaskan. Semi (1988) menyatakan bahwa
drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan.
Jika dicermati secara saksama, drama memiliki dua aspek esensial, yakni
aspek cerita dan aspek pementasan yang berhubungan dengan seni lakon atau
teater. Drama sebenarnya memiliki tiga dimensi, yakni (1) sastra, (2) gerakan,
dan (3) ujaran. Oleh karena itu, naskah drama tidak disusun khusus untuk
dibaca seperti cerpen atau novel, tetapi lebih daripada itu dalam penciptaan
naskah drama sudah dipertimbangkan aspek-aspek pementasannya. Dalam
hampir setiap naskah drama selalu ditemukan narasi, dialog, dan arahan
tentang petunjuk lakuan atau akting.
3. Isi
Sastra anak harus menggambarkan dunia anak, entah berupa kisah kehidupan
manusia, binatang, ataupun tumbuhan. Sastra anak harus mewakili pengalaman,
perasaan, dan pikiran anak. Cerita-cerita yang disajikan harus mengandung nilai-
nilai pendidikan, moral, agama, atau nilai-nilai positif lainnya yang dapat dipetik
setelahnya untuk membentuk kepribadian dan menuntun kecerdasan emosi anak.
Isi karya sastra anak harus menanamkan konsep diri, sifat-sifat kemanusiaan,
cinta kasih, dan sebagainya yang berguna untuk memberikan pengetahuan
mengenai kehidupan.
Isi karya sastra sangat berkaitan dengan tema. Tema-tema dalam sastra anak
dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu, tema keluarga, hidup dengan orang
lain (berteman dan penerimaan oleh teman bermain), tumbuh dewasa, mengatasi
masalah-masalah manusiawi dan hidup dalam masyarakat majemuk yang memuat
perbedaan individu dan kelompok. Masalah keluarga merupakan tema yang
sangat dekat dengan kehidupan anak. Dalam keluarga, pribadi anak dilatih,
mereka tumbuh seiring dengan pemahamannya akan cinta dan benci, takut dan
berani, serta suka dan sedih. Cerita yang memusatkan pada hubungan keluarga
yang hangat, terbuka, dan tanpa rasa marah akan membantu anak memahami
dirinya. Banyak anak yang khawatir dengan “penerimaan” (acceptance) ini.
Tetapi melalui kegiatan membaca atau menyimak cerita dengan tema di atas
mereka akan menjadi lebih baik.
Karya sastra anak harus disesuaikan dengan tingkat usia dan perhatian anak.
Secara umum, pada tahap pertama (kelas 1—3 SD), bacaan untuk anak laki-laki
dan perempuan dapat disamakan. Selanjutnya (kelas 4—6 SD), secara berangsur-
angsur akan terpetakan bahwa anak laki-laki lebih menyukai cerita petualangan,
olahraga, dan teknik, sedangkan anak perempuan lebih menyukai cerita yang
bersifat kekeluargaan dan sosial (Winarni, 2014:16). Di samping itu,
perkembangan anak juga menentukan isi karya sastra yang dapat dirangkum
sebagai berikut.
a. Sensorimotor (1,5—2 tahun).
Sastra /cerita tentang orang atau alam sekitar dengan narasi yang
sederhana, banyak warna. Buku bersuara, buku bergerak, puisi, rima, cerita
yang dilagukan. Jangan buku yang tajam. Buku yang nyaman dipegang. Buku
yang tak mudah dirobek.
b. Periode praoperasional (2–7 tahun)
Belajar menyatakan dunianya secara simbolik melalui bahasa, permainan,
dan gambar. Berpikirnya masih egosentris dan didasarkan pada persepsi dan
pengalaman langsung. Pada usia ini anak sudah mampu mengembangkan
rangkaian cerita. Anak sudah mampu memahami struktur cerita rakyat
berdasarkan hubungan tiga peristiwa dengan tanjakan laku (rising action).
c. Operasional Konkrit (7-11 tahun)
Cerita dengan variasi sudut pandang. Cerita dengan fakta-fakta yang lebih
rumit. Cerita yang mengembangkan pemahaman tentang kehidupan dan
tantangannya dalam komunitas yang lebih luas. Cerita yang lebih menantang
anak-anak untuk memberi solusi/memecahkan masalah Cerita tentang
misteri/cerita detektif. Akhir cerita tidak harus bahagia, tetapi tetap optimis.
Fantasi dapat diperkenalkan mulai tahapan ini.
d. Operasional Formal (11—12 tahun)
Cerita yang mempertanyakan esensi kehidupan, misalnya tentang
kebenaran, keadilan, gender/kelas, identitas mereka, identitas komunitas,
identitas bangsa. Cerita yang provokatif yang mengundang anak-anak
berdiskusi tentang keragaman, keadilan, lingkungan atau problem-problem
kehidupan yang memerlukan solusi. Fantasi dapat diterima dengan baik.

D. JENIS SASTRA ANAK


Secara garis besar Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke dalam enam
macam, yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional, puisi dan nonfiksi
dengan masing-masing mempunyai beberapa jenis lagi. Genre drama sengaja tidak
dimasukkan karena menurutnya, drama baru lengkap setelah dipertunjukkan dan
ditonton, dan bukan semata-mata urusan bahasa-sastra (Nurgiyantoro, 2005:15).
Enam genre anak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Realisme
Karakteristik umum cerita realisme adalah narasi fiksional yang menampilkan
tokoh dengan karakter yang menarik yang dikemas dalam latar tempat dan waktu
yang dimungkinkan. Ada beberapa cerita yang dapat dikategorikan ke dalam
realisme, yaitu cerita realistik, realisme binatang, realisme historis dan cerita
olahraga (Nurgiyantoro,2005:15).
Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan itu
mungkin sajaa ada dan terjadi walau tidak harus bahwa ia memang benar-benar
ada dan terjadi. Cerita mempresentasikan berbagai peristiwa, aksi, dan interaksi,
yang seolah-olah memang benar, dan penyelesaiannya pun masuk akal dan dapat
dipercaya. Realisme ini dibagi menjadi sub yaitu:
a. Cerita Realisme
Cerita realistik (realistic stories) biasanya bercerita tentang masalah-
masalah sosial dengan menampilkan tokoh utama protagonis sebagai pelaku
cerita. Masalah-masalah yang dihadapi tokoh itulah yang menjadi sumber
pengembangan konflik dan alur cerita. Untuk cerita anak, cerita lebih banyak
diselesaikan, tetapi harus tetap mempertahankan logika cerita. Cerita realistik
dapat membawa pembaca anak untuk lebih memahami diri sendiri dan orang
lain lewat pengembangan cerita, tokoh, dan konflik yang dapat dipercaya.
b. Realisme Binatang
Cerita realisme binatang (animal realism) adalah cerita tentang binatang
yang bersifat nonfiksi. Ia adalah cerita tentang binatang, berbicara tentang
binatang, misal yang berkaitan dengan habitat, cara dan siklus hidup dan lain-
lain. Dalam hal ini fabel berbeda dengan cerita realisme binatang karena
seringkali fabel mengandung personifikasi binatang yang memiliki konflik
layaknya seperti manusia. Cerita realisme binatang meski tanpa personifikasi
bisa dibuat secara menarik karena menawarkan efek keindahan.
Misalnya,cerita tentang penjelajahan dan penemuan kebiasaan hidup, cara
bertahan hidup, cara bergaul dengan sesamanya, dan lain-lain yang
berhubungan tentang kehidupan binatang sesungguhnya.
c. Realisme Historis
Cerita realisme historis (historical realism) mengisahkan peristiwa yang
terjadi pada masa lampau. Hal itu menentukan latar yang juga harus ber-
setting pada masa lampau lengkap dengan konsekuensi faktual-logisnya.
Cerita biasanya mengambil satu atau beberapa tokoh utama yang digunakan
sebagai acuan pengembangan alur. Contoh cerita realisme historis misalnya
Perang Diponegoro, Perang Paderi, Untung Surapati. Realisme historis dapat
dikembangkan menjadi fiksi historis yang di dalamnya terdapat unsur
imajinasi. Namun aspek imajinasi tersebut haruslah dipadukan dengan fakta.
d. Realisme Olahraga
Realisme Olahraga (sport stories) adalah cerita tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan dunia olahraga. Ia dapat berkaitan dengan jenis dan tim
olahraga juga dapat berkaitan dengan dan dipakai untuk menanamkan karakter
fairplay, kejujuran, kedisiplin, kesederajatan, dan lain-lain yang penting untuk
pengembangan diri. Jika dikemas dengan cara-cara menarik, realisme olahraga
tidak kalah menarik dibandingkan dengan cerita yang lain. Karena tak sedikit
anak yang mengidolakan tokoh-tokoh olahraga.
2. Fiksi Formula
Genre ini sengaja disebut sebagai fiksi formula yang karena memiliki pola-
pola tertentu yang membedakannya dengan jenis lain. Jenis sastra anak yang
dapat dikategorikan ke dalam fiksi formula adalah cerita misteri dan detektif,
cerita romantis, dan novel serial (Nurgiyantoro, 2005:18). Fiksi formula memiliki
pola-pola tertentu yang membedakannya dengan jenis yang lain. Walau hal itu
tidak mengurangi orisinilitas cerita yang dikreasikan oleh penulis, keadaan itu
mau tidak mau merupakan sesuatu yang bersifat membatasi. Jenis sastra anak
yang merupakan subfiksi formula adalah:
a. Cerita Misterius dan Detektif
Jenis fiksi formula yang banyak dikenal orang adalah cerita misterius
(mysteries) dan cerita detektif. Cerita misterius dan detektif biasanya dikemas
dalam suatu waktu, lampau, kini atau mendatang. Cerita misteri menampilkan
daya suspense, rasa penasaran, ingin tahu, lewat peristiwa dan tindakan yang
tidak terjelaskan alias masih misterius namun pada akhirnya hal-hal tersebut
pasti diuraikan. Contoh dari cerita misterius adalah novel serial Harry Potter
(JK. Rowling), Goosebumps (RL. Stine) terjemahan keduanya dalam bahasa
Indonesia banyak dijadikan koleksi buku anak-anak.
b. Cerita Romantis
Cerita romantis (Romantic stories) bukan hal yang baru dalam realisme,
dan kini banyak ditulis untuk pembaca muda. Cerita ini biasanya menampilkan
kisah yang simplisistis dan sentimentalis hubungan laki-laki perempuan, dan
itu seolah-olah merupakan satu-satunya fokus dalam kehidupan remaja.
c. Novel Serial
Novel serial dimaksudkan sebagai novel yang diterbitkan secara terpisah,
namun novel- novel itu merupakan satu kesatuan unit. Novel-novel jenis ini
memiliki beberapa focus pengorganisasian walau juga dapat bersifat tumpang
tindih. Novel serial memberi kemudahan kempada anak yang ingin secara
cepat memahami dan menikmati cerita.
3. Fantasi
Fantasi dapat dipahami sebagai cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit
diterima. Cerita fantasi dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat
diterima sehingga sebagai sebuah cerita dapat diterima oleh pembaca.
(Nurgiyantoro, 2005:20). Fantasi berbeda dengan cerita rakyat karena ceriita
rakyat tidak pernah dikenali siapa penulisnya. Jenis sastra anak yang menjadi sub
fantasi adalah sebagai berikut:
a. Cerita Fantasi
Cerita fantasi (fantasy stories) dapat dipahami sebagai cerita yang
menampilkan tokoh, alur, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan,
baok menyangkut (hampir) seluruh maupun sebagian cerita. Cerita Fantasi
sebenarnya juga menampilkan berbagai peristiwa dan aksi yang realistik
sebagaiman halnya dalam cerita realistik, tetapi di dalamnya juga terdapat
sesuatu yang sulit diterima. Demikian juga berbagai cerita binatang yang dapat
berbicara dan berperilaku seperti manusia, cerita yang berupa personifikasi
manusia, juga dikategorikan dalam cerita fantasi.
b. Cerita Fantasi Tinggi
Cerita fantasi tinggi sangat terasa konflik cerita yang berupa sisi baik dan
sisi jahatnya. Tokoh yang dimunculkan sangat menarik dan meyakinkan
pembaca. Setting yang digunakan luas dan bervariasi namun sering asing dan
berbeda dengan kehidupan kita karena berangkat dari imajinasi seseorang.
Contoh: Film The Lord of The Ring.
c. Fiksi Sains
Cerita fiksi sains sering berkaitan dengan kehidupan di masa depan, atau
sebagai variasi ditampilkan tokoh dari masa lampau atau masa datang. Fiksi
sains dapat juga berkaitan dan menampilkan tokoh manusia robot atau robot
manusia. Contoh: This Time of Darkness menghadirkan gambaran masa depan
dimana hampir semua orang hidup di bawah tanah dalam sebuah lorong-
lorong, banyaknya kota yang terhampar, bising dan kotor, tetapi aman dari
perubahan keadaan atmosfir yang tidak menentu. Cerita-cerita semacam itu
mengandung informasi atau penerangan. Bagi anak-anak atau pembaca bukan
saja dapat menikmati sebuah jalan cerita menarik atau mengasyikkan,
melainkan juga dapat menarik pelajaran dari dalamnya
4. Sastra tradisional
Sastra tradisional dalam kesastraan (traditional literature atau folk literature)
menunjukkan bahwa bentuk itu berasal dari cerita yang telah mentradisi, dan
dikisahkan turun-temurun secara lisan. Jenis cerita kelompok genre sastra
tradisional ini adalah fabel, dongeng rakyat, mitologi, legenda, dan epos.
a. Fabel
Fabel (fable) adalah cerita binatang yang dimaksudkan sebagai
personifikasi karakter manusia. Binatang-binatang yang dijadikan tokoh cerita
dapat berbicara, bersikap, dan berperilaku sebagaimana halnya manusia. Pada
umumnya cerita secara jelas mengandung ajaran moral, dan pesan moral itu
secara nyata biasanya ditempatkan pada bagian akhir cerita. Pemilihan tokoh
binatang dimaksudkan untuk mengkonkretkan ajaran dalam bentuk tingkah
laku, jadi bukan hanya disampaikan secara verbal dan abstrak. Selain itu, hal
ini juga dimaksudkan untuk menyamarkan ajaran lewat personifikasi binatang
agar moral yang disampaikan tidak terlihat langsung dan karenanya pembaca
tidak merasa digurui.
b. Dongeng Rakyat
Dongeng rakyat (folklore) merupakan salah satu bentuk dari cerita
tradisional. Pada masa lampau dongeng diceritakan oleh orang tua kepada
anaknya secara lisan dan turun-temurun sehingga selalu terdapat variasi
penceritaan walau isinya kurang lebih sama. Dongeng hadir dimaksudkan
untuk menyampaikan ajaran moral, konflik antara baik dan buruk, dan yang
baik pada akhirnya pasti menang.
c. Mitologi/Mitos
Mitos (myths) merupakan cerita masa lampau yang dimiliki oleh bangsa-
bangsa di dunia. Mitos biasanya menampilkan cerita tentang kepahlawanan,
asal-usul alam, manusia, atau bangsa yang dipahami mengandung sesuatu
yang suci, yang gaib.
d. Legenda
Legenda (legend) sering memiliki atau berkaitan dengan kebenaran
sejarah, Legenda menampilkan tokoh-tokoh sebagai pahlawan yang memiliki
kehebatan tertentu dalam berbagai aksinya dan itu sangat mengesankan.
Misalnya Robin Hood, Legenda Sangkuriang, dan lain sebagainya.
e. Epos
Epos berisi cerita kepahlawanan seseorang yang luar biasa hebat, baik
dalam kesaktian maupun kisah petualangannya. Cerita epos memperlihatkan
nilai-nilai penting dari masyarakat, yan dapat member kesan kepada pembaca
sehingga dapat memberikan kekuatan moral dan keberanian. Cerita epos hadir
di masyarakat adalah untuk memberikan ajaran moral secara simbolik lewat
sikap, perilaku, tindakan tokoh, dan berbagai aksi atau peristiwa yang
mengiringinya. Contoh dari cerita epos adalah cerita wayang Mahabharata dan
Ramayana.
5. Puisi
Genre puisi anak dapat berwujud puisi personal. Puisi personal adalah puisi
yang sengaja ditulis untuk anak-anak baik oleh penulis dewasa maupun anak-
anak itu sendiri. Puisi jenis ini dapat berbicara tentang apa saja sepanjang yang
menarik perhatian penulis, seperti berbicara tentang alam, keindahan alam,
kebaikan seorang ibu, pengorbanan ibu, persahabatan, dan lain sebagainya. Genre
puisi anak dapat berupa puisi lirik tembang-tembang anak tradisional, lirik
tembang tradisional, atau lirik tembang ninabobo, puisi naratif, dan puisi
personal. (Nurgiyantoro,2005:27).
6. Buku non fiksi
Nonfiksi adalah cerita yang didasari data dan fakta atau hal yang benar-benar
terjadi dan bukan khayalan. Buku non fiksi dapat dikategorikan menjadi 2 bagian:
a. Buku Informasi
Buku informasi adalah buku terkait hal-hal yang bersifat memberikan
informasi mengenai konsep, hubungan sebab-akibat, fakta, dll. Dalam buku
informasi, seperti “buku abjad” (alphabet books), buku berhitung (Counting
books) dan buku-buku konsep (Concept books), gambar yang dipergunakan
semata-mata berfungsi untuk memberikan satu pesan khusus. Setiap gambar
yang ditampilkan untuk suatu objek atau ide tertentu, dimaksudkan untuk
memberikan ilustrasi terhadap objek atau ide tersebut. Seorang illustrator
mungkin saja menampilkan beberapa gambar sekaligus dalam satu halaman
buku, tetapi setiap gambar itu dimaksudkan untuk mengilustrasikan satu
gagasan atau objek, atau satu gambar dipakai untuk mengilustrasikan
ide/gagasan atau objek itu saja, dan tidak mencerminkan suatu alur cerita yang
saling berhubungan. Contoh: ensiklopedi anak.
b. Biografi
Biografi adalah buku berisi riwayat hidup seseorang. Untuk bacaan anak,
biasanya buku biografi ini ditulis dan dibukukan dalam bentuk komik supaya
membangun imajinasi anak. Selain untuk menguraikan kisah hidup seseorang
biografi juga berfungsi untuk mengurai pandangan sikap dari tokoh yang
ditulis. Saat ini banyak biografi tokoh-tokoh terkenal yang ditulis kembali
berbentuk biografi sebagai bacaan anak-anak sehingga isi dan bahasanya lebih
sederhana bahkan juga disertai gambar-gambar untuk ilustrasi agar lebih
menarik.

E. CONTOH SASTRA ANAK


1. Puisi
a. Puisi Naratif
DESAKU
Karya Nurfikri

Hagu
Sebuah nama selalu merdu
Di telingaku
Setiap waktu
Alammu
Nyiurmu
Pantaimu
Memanggil daku selalu
Untuk tidak jauh
Dari sisimu
Di pagi dan siang
Kuberangkat dan pulang dari sekolah
Bersama teman-temanku
lewat jalan berbelok
Dinaungi pepohonan rindang
Karena itu aku bertekad
Akan selalu memeliharamu
Akan selalu mengingatmu
Sampai akhir hayat

(Dikutip dari Pedoman Rakyat, 2002)


b. Puisi Lirik
PAPAKU

Ya Tuhan…..
Aku mohon Kau melindungi
Dan menjaga Papa selalu.
Saat aku masih tidur lelap
Papa sudah berangkat kerja
Mencari nafkah buat kami semua
Tengah malam Papa baru pulang
Saat aku sudah tertidur pulas
Ya Tuhan…..
Terima kasih Kau beri kami
Papa yang baik hati

(Reynaldo Marsadio, SDN Ungaran 1 Yogyakarta)


2. Prosa Fiksi
a. Prosa Fiksi Sains
Mendengarkan Penyuluhan tentang Penyakit Demam Berdarah

Pada siang hari itu pendopo balai Desa Makmur dipenuhi oleh warga.
Mereka diundang untuk mendengarkan penyuluhan tentang
penanggulangan penyakit demam berdaarah dari Dinas Kesehatan Rakyat
Kabupaten. Penyuluhan in diberikan karena beberapa hari yang lalu di
Desa Makmur Jaya terkena wabah penyakit demam berdarah.
Tepat pada pukul 13.00 Dokter Surya yang diberi tugas penyuluhan
oleh Dinas Kesehatan Rakyat Kabupaten telah datang. Beliau datang
bersama beberapa petugas yang lain. Setelah beristirahat sebentar, Dokter
Surya pun segera memberikan penyuluhannya.
Menurut Dokter Surya, penyakit demam berdarah itu disebabkan oleh
virus yang ditularkan leh nyamuk Aedes Aegypti. Naymuk itu hidup dan
berkembang biak di dalam rumah dan di sekitarnya. Tidak jarang, nyamuk
ini dijumpai pula di sekolah. Nyamuk ini mencari mangsa pada pagi
sampai siang hari.
Terdapat beberapa tanda yang dapat kita kenali dari orang yang
terkena penyakit mematikan ini. Pertama, selama 2-7 hari panas badan
pen-derita meninggi. Kedua, nyeri perut terutama di bagian uluhati.
Ketiga, pendarahan berupa bintik-bintik merah pada kulit, mimisan, gusi
berdarah, muntah darah, bahkan berak darah.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan kepada orang yang terkena
penyakit demam berdarah adalah dengan memberikan minuman sebanyak-
banyaknya. Minuman itu dapat berupa air masak, susu, atau air teh. Untuk
menurunkan panas badan, penderita dapat diberi obat penurun panas,
selain itu, penderita dapat dibantu dengan kompres dengan menggunakan
kain basah yang telah direndam di air es. Setelah itu itu barulah penderita
dibawa ke puskesmas/RSU.
Penyakit demam berdarah dapat dicegah dapat dicegah dengan dua
cara. Cara pertama adalah melenyapkan tempat berkembang biaknya
nyamuk Aedes Aegypti. Naymuk ini biasanya berkembang biak di dalam
maupun di luar rumah. Di dalam rumah, misalnya di bak mandi, tempayan,
vas bunga, atau di tempat minuman burung. Di luar rumah naymuk ini
berkembang biak di tangki penampungan air, kaleng potongan bambu, dan
sebagainya.
Cara kedua adalah dengan menghambat masuknya nyamuk ke rumah.
Cara ini dapat dilakukan dengan memasang kawat kasa pada lubang
ventilasi. Dengan cara ini, nyamuk tidak akan dapat masuk ke rumah.
Nyamuk ini dapat dicegah agar tidak masuk ke rumah dengan cara mem-
berikan penerangan yang cukup di dalam kamar kita. Nyamuk biasanya
senang tinggal di tempat gelap.
Para warga tanpak tertarik akan semua penjelasan yang diberikan
Dokter Surya. Setelah mendengarkan penyuluhan itu mereka berjanji akan
selalu berusaha hidup lebih bersih lagi. Mereka ingin hidup sehat. Mereka
ingin terbebas dari penyakit demam berdarah.

(Anonim Dalam Aku Cinta Bahasa Indonesia,V, 1997)


b. Prosa Fiksi Realistik
Musim Layang Membawa Berkah
Ni Wayan Margiani

Kupercepat lariku begitu melihat begitu kulihat layang-layangku


putus. Tak perduli kakiku penuh lumpur. Aku terus berlari di pematang
sawah, sambil melihat ke atas. Semua semak tidak luput dari perhatianku,
tetapi layang-layangku tidak kutemukan juga. Dengan lemas aku berjalan
menuju rumahku.
Sebagian besar anak di kampungku lebih suka membeli layanglayang
di pasar/walaupun ada juga yang membuat sendiri. Wah…sekarang saya
harus membuat layang-layang sendiri, aku tidak mau merepotkan ibu lagi.
Panggilan ibu itu menandakan harus segera menyabit rumput untuk
sapiku. Aku menganggukkan kepala. Sambil menyabit rumput aku
memikirkan cara membuat layang-layang.
Setelah memberi makan sapi, aku sibuk dengan bambu, plastik, dan
benang. Ya aku akan buat layang-layang ssendiri. Uangnya dari sisa
jajanku kemarin.
“Bill, banyak sekali layang-layangnya?” Minta satu buat aku, ya?”
adikku yang paling kecil, wayan datang mendekat. “Ya nanti Bill buatkan
satu untukmu,” jawabku pada adikku.
Begitu layang-layang telah siap aku langsung pergi ke sawah. Disitu
tempatku biasa main layang-layangan. Melihat aku, Made langsung
mendekati, “Tut, layang-layang itu mau kamu jual, ya? Aku beli satu, ya?”
Aku juga, Tut. Aku beli dua buat aku dan adikku,” kata Bagus tidak
mau kalahh. Teman-teman yang lain juga mengerumuniku.
“Layang-layang ini masing- asing kujual seribu rupiah. Kalian boleh
pilih sendiri.”, kataku. Wow, luar biasa! Layang-layangmku laris manis.
Setelah itu, aku terima banyak pesanan. Jadi, aku bisa membeli buku-
buku sendiri. Sisanya aku tabung. Ini berarti menghemat pengeluaran ibu
dan bapak. Musim layang-layang kali ini benar-benar membawa berkah
buatku.

(Dalam Aku Mampu Berbahasa Indonesia, V, Kastam Syamsi, dkk 2004)


c. Prosa Fiksi Imajinatif
Tanah Sang Raksasa

Raksasa Bargawa menerima sahabatnya di dalam guanya. Sahabat


raksasa Bargawa adalah seorang manusia , laki-laki muda bernama Arya.
Pemuda Arya dan raksasa Bargawa sudah lama bersahabat. Mereka saling
menyukai satu dengan yang lain.
“Aku sengaja mengundangmu hari ini, Arya,” kata Raksasa Bargawa.
Matanya yang lebar berkejap-kejap, giginya yang tajam dan runcing
tampak mengkilap ketika ia ketawa.
“Untuk berbicara tentang tanah milikmu ini, bukan?” tanya Arya.
“Benar!” Raksasa Bargawa mengangguk. Rambutnya yang keriting
panjang beriap-riap pada waktu itu menggerakkan kepalanya.

(Dikutip Dalam Aku Cinta bahasa Indonsia, IV A. 2004)


3. Drama
TAS SEKOLAH RARA

Tokoh: Rara,
Yayang,
Alisia, dan
Ibu

Di halaman rumah Yayang terlihat Rara, Yayang, Alisia mengenakan seragam


Sekolahh, mengendong tas masing-masing
Yayang : “Ra, terima kasi ya! (memberikan buku), Nanti kalau ada yang
baru kita tukar baca lagi
Rara : (memasukan buku ke tasnya) Iya, Aku pulang dulu ya!
Alisia : “Ra, kamu tak punya tas lagi, ya! Yang sudah robek begini masih
kamu pakai (menepuk tas rara). (Rara dan Yayang terkejut)
Yayang : “Lis!”
Rara : “Yo saya pulang duluan ya! (tak meladeni pertanyaan Alisia)
Alisia : “Aku juga pulang, yu. Sampai besok!
Yayang : “Ya dadaa!
(Rara dan Alisia meninggalkan pentas, ibu masuk).
Ibu : “Eh, mamam sudah pulang.
Yayang : “Iya, Ma! (mencium tangan ibunya)
……………………………………..

(Dikutip dari Karya Mien Rumini dalam Pend. Keterampilan Berbahasa, 2001)
DAFTAR PUSTAKA

Jannah, Bintun. 2016. Artikel sastra Anak, (Online),


(http://bintunjannah.blogspot.com/2016/04/artikel-sastra-anak.html), diakses 27
Januari 2019.
Nurgiantoro, Burhan. 2004. Sastra Anak: Persoalan Genre. Humaniora, 16(2):107—122.
Pramuki, Esti. 2000. Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Resmini, Novi. ____. Sastra Anak dan Pengajarannya di Sekolah Dasar. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Rumidjan. 2013. Dasar Keilmuan dan Pembelajaran Sastra Anak SD. Malang: Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Sarumpaet, Riris K. Toha. 1976. Bacaan Sastra Anak-anak. Flores: Nusa Indah.
Wahidin. 2009. Hakikat Sastra Anak, (Online),
(http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/03/18/hakikat-sastra-anak/),
diunduh 26 Januari 2019.
Winarni, Retno. 2014. Kajian Sastra Anak. Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai