Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI PERENCANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK DI

SD/MI

Disusun guna untuk memenuhi tugas:


Mata Kuliah : Pembelajaran Tematik
Dosen Pengampu : Labib Sajawandi, M.Pd.

Disusun oleh:

Rifki Yahya 2023216007


M. Rif’an 2023216008

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan
pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari
kurikulum sebelumnya, yang menjadi titik tekan pada Kurikulum 2013 ini
adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kemudian,
kedudukan kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah
menjadi pelajaran dikembangkan dari kompetensi.
Selain itu, pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan
konsep belajar sambil melakukan sesuatu (Learning by doing). Oleh karena
itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar siswa.
Pengalaman belajar menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan
proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran
yang akan dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan
memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Pembelajaran tematik di
SD/MI akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap
perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (holistik).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diketahui beberapa rumusan masalah
diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana tahapan-tahapan dalam perencanaan pembelajaran tematik?
2. Bagaimana prinsip-prinsip dalam pembelajaran tematik?
3. Bagaimana implementasi pembelajaran tematik berbasis Multiple
Intelligences?

C. Tujuan

1
Dari rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan dari pembahasan
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam perencanaan pembelajaran
tematik.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam pembelajaran tematik.
3. Untuk memahami implementasi pembelajaran tematik berbasis Multiple
Intelligence.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahapan Perencanaan Pembelajaran Tematik


Adapun tahapan-tahapan dalam perencanaan pembelajaran tematik,
sebagai berikut
1. Pemetaan kompetesi dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang
dipilih.1
2. Pemilihan tema
Tema dapat dipilih dengan dua cara. Pertama, tema dipilih berdasarkan
tema yang tercakup dalam kurikulum dan selanjutnya dikembangkan ke
dalam subtema atau topik berdasarkan minat dan pengetahuan peserta
didik. Kedua, tema dipilih dari tema, topik, isu, atau permasalahan yang
muncul mulai dari yang terdekat dengan diri peserta didik ke yang
terjauh, yaitu tema yang berkaitan dengan dunia fantasi peserta didik.2
3. Penyusunan silabus pembelajaran tematik
Hasil dari proses yang dilakukan pada tahap-tahap sebelumya dijadikan
dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar,
alat/sumber, dan penlaian.
4. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran, guru perlu menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini merupakan realisasi

1
Admin, “Tahap Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik”, diakses dari
https://www.duniapembelajaran.com/2014/10/tahap-persiapan-pelaksanaan.html?m=1, pada
tanggal 07 Mei 2019.
2
Wachyu Sundayana, Pembelajaran Berbasis Tema, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014),
hlm. 36

3
yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen RPP
meliputi, identitas mata pelajaran, KI, KD dan indikator, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan alat media
pembelajaran,kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian.3
5. Penentuan fokus atau arah dalam pembelajaran tematik
Dalam pembelaran tematik, penting ditentukan arah pembelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk pernyataan. Fokus atau arah pmbelajaran ini
mencakup satu atau dua kalimat pernytaan yang memberikan arah dan
maksud dari pembelajaran tematik. ini biasanya ditempatkan di bawah
tema yang dipilih dalam RPP.
6. Perumusan tujuan pembelajaran
Kegiatan selanjutnya adalah menentukan atau merumuskan tujuan
pembelajaran baik yang umum maupun yang khusus harus dicapai di
akhir pembelajaran. Dalam Pedoman Implementasi Kurikulum 2013,
dinyatakan bahwa perumusan tujuan pembelajaran merujuk kepada KD
dan pertimbangan guru terhadap pengetahuan awal peserta didik, serta
minat dan motivasinya. Oleh karena itu, perumusan tujuan harus
mencakup aspek sikap dan perilaku, pengetahuan, dan ketrampilan yang
tertuang dalam KI dan KD dalam Kurikulum 2013.4
7. Pemilihan bahan ajar atau sumber belajar
Ketersediaan bahan ajar atau sumber belajar sangat penting untuk
menunjang keberhasilannya. Bahan ajar yang dapat menunjang
keberhasilan pembelajaran tematik antara lain:
a. Buku ajar pegangan siswa yang disediakan oleh pemerintah Pusat
Kurikulum dan Perbukuan.
b. Buku teks penunjang yang dapat disediakan oleh penerbit swasta.
c. Sumber belajar tercetak
d. Sumber belajar brupa audio visual
e. Sumber belajar elektronik dari jejaring internet yang relevan

3
Admin, Loc. Cit.
4
Wachyu Sundayana, Op. Cit., hlm. 41-42

4
f. Benda-benda di sekitar yang dapat dikaitkan dengan tema atau topik
yang dipelajari yang akan membantu siswa untuk lebih memahami
apa yang dipelajari.
g. Memanfaatkan nara sumber yang tersedia di lingkungan sekolah untuk
memperluas pengetahuan belajar siswa.5
8. Merancang kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam pembelajaran tematik harus mencakup 3
kegiatan berikut:
a. Kegiatan pendahuluan (awal)
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh
guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran
tematik-terpadu.6 Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap
pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh
kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani
sesuai dengan tema, bernyanyi, bernyanyi sambil menari mengikuti
irama musik, dan menceritakan pengalaman.7
Dalam Permendikbud No. 103/2014 dijelaskan bahwa dalam kegiatan
ini guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan
2) Mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan
dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang
akan dipelajari dan dikembangkan
3) Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari
4) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan

5
Ibid., 45.
6
Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya, 2010), hlm. 189.
7
Pedoman Pembelajaran Tematik dan Silabus Tematik Terpadu daam Permendikbud No.
57/2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtida’iyah, Hlm. 240.

5
5) Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan
digunakan.8
Dalam kegiatan pendahuluan ini bersifat fleksibel. Artinya, guru dapat
menyesuaikan dengan kondisi kelas masing-masing. Dalam
pendahuluan yang terpenting adalah motivasi belajar dan
menyampaikan tujuan pembelajaran serta memberikan stimulus
mengenai materi yang akan dipelajari. Hal ini dimaksudkan agar
peserta didik betul-betul siap dalam mengikuti proses pembelajaran.9
b. Kegiatan inti
Kegiatan inti merupakan pelaksanaan pembelajaran yang menekankan
pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik. Kegiatan
pembelajaran tematik bersifat situasional, yakni disesuaikan dengan
situasi dan kondisi setempat. Kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-
kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar atau
mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Dalam setiap kegiatan guru
harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada
kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2 antara lain mensyukuri karunia
Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan,
menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan
RPP.10
Ada tiga proses dalam kegiatan inti, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi:11
1) Kegiatan eksplorasi

8
Permendikbud No. 103/2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, hlm. 10.
9
M. Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/MA, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2014), hlm. 183
10
Permendikbud No. 103/2013, hlm. 10
11
Andi Prastowo, Op.Cit., hlm. 386-389.

6
Adapun macam-macam kegiatan eksplorasi adalah membaca
tentang, mendengar tentang, berdiskusi tentang, mengamati model
(teks atau karya), mengamati demonstrasi, mengamati simulasi
kasus, mencoba melakukan kegiatan tertentu, observasi terhadap
lingkungan, dan mencoba bereksperimen.
2) Kegiatan elaborasi
Adapun macam-macam kegiatan elaborasi adalah diskusi
kelompok atau mandiri, mengidentifikasi ciri, menemukan konsep,
membandingkan dengan dunia nyata atau pengetahuan yang telah
dimiliki, menganalisi dari hasil eksperimen, mengurutkan,
mengelompokkan, mengombinasikan, dan menghubung-
hubungkan.12
3) Kegiatan konfirmasi
Adapun macam-macam kegiatan konfirmasi yang bisa dilakukan
guru antara lain menyimpulkan, memberikan umpan balik yang
harus dikerjakan siswa, menyimpulkan konsep, kriteria, dan cara
mencapai yang lebih baik, dan menciptakan rubrik.
c. Kegiatan penutup (akhir)
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk memberikan umpan balik
terhadap proses dan hasil pembelajaran; melakukan kegiatan tindak
lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun
kelompok, dan menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran
untuk pertemuan berikutnya.
9. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan oleh guru didasarkan pada kegiatan
pembelajaran yang dipilih dan dilakukan untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Evaluasi lebih
berfokus pada proses pembelajaran. Oleh karena itu, evaluasi lebih

12
Andi Prastowo, Op.Cit., hlm. 386-389.

7
memilih bntuk nontes, seperti pengamatan, penilaian unjuk kerja, dan
portofolio.13

B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tematik


Prinsip pembelajaran tematik adalah sesuatu yang sifatnya mendasar,
sangat penting, selalu ada dalam pembelajaran tematik, keberadaannya
penting dipahami karena berfungsi untuk memberikan pedoman dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran tematik. Prinsip Pelaksanaan
Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
1. Berpusat pada peserta didik. Pembelajaran tematik berpusat pada peserta
didik (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern
yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar
sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator.
2. Bersifat fleksibel. Prinsip fleksibilitas dalam pembelajaran tematik adalah
tidak terfokus pada satu mata pelajaran, variasi kegiatan belajar baik
secara pendekatan dan metode maupun tempat belajar, penentuan topik
atau tema bisa menggunakan lebih dari satu cara.
3. Pembelajaran tematik bersifat luwes. Guru dapat mengaitkan materi dari
satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan keadaan lingkungan di mana sekolah dan peserta
didik berada.
4. Pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Peserta
didik diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
5. Menggunakan prinsip belajar yang menyenangkan. Suasana dalam
pembelajaran diupayakan berlangsung secara menyenangkan.
Menyenangkan bisa dibangun dengan berbagai kegiatan yang bisa
mengakomodasi kegemaran peserta didik, misal bermain teka-teki, tebak

13
Permendikbud No. 57/2014, hlm. 240-241.

8
kata, bernyanyi lagu anak-anak, menari atau kegiatan lain yang disepakati
bersama dengan peserta didik.
6. Pembelajaran peserta didik aktif. Peserta didik terlibat baik fisik maupun
mental dalam proses pembelajaran sejak perencanaan hingga evaluasi
pembelajaran.14
7. Bermakna dan utuh. Pembelajaran terpadu sangat mempertimbagkan
pembelajaran baik proses maupun isi materi agar memiliki relevansi
dengan sifat peserta didik, sehingga pembelajaran bisa lebih dipahami,
berguna, dan sesuai kebutuhan siswa.
8. Pencapaian kompetensi dasar bukan tema. Prinsip lainnya yang tidak
boleh dilupakan adalah pencapaian kompetensi. Seluruh proses
pembelajaran yang sistematis selalu berorientasi pada pencapaian tujuan
yang jelas.15

C. Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis Multiple Intelligences


Dalam implementasinya Multiple Intelligences dapat mendukung
pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah. Aktivitas belajar siswa yang
berorientasi Multiple Intelligences akan berkembang optimal dengan
kurikulum tematik. Penjelasan tersebut diperkuat oleh Armstrong yang
menjelaskan bahwa “teori kecerdasan ganda memberikan sebuah konteks
untuk membangun struktur kurikulum tematis.” Selanjutnya dipaparkan
bahwa pembelajaran tematik yang menghubungkan subjek-subjek
pembelajaran ketrampilan-ketrampilan memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengembangkan Multiple Intelligences secara praktis.
Multiple Intelligences adalah cara seseorang untuk berpikir dan
bertindak dalam memecahkan masalah menggunakan kecerdasan-kecerdasan
yang dimilikinya, dimana setiap manusia memiliki kecerdasannya masing-
masing. Kecerdasan tersebut berbeda-beda dan setiap manusia melalui

14
Permendikbud No. 57/2014, hlm. 241
15
Deni Kurniawan, Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan Penilaian),
(Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 98-99

9
sembilan cara untuk menjadi cerdas. Kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki
akan bekerja secara bersama-sama dalam kehidupan manusia.16
Teori Multiple Intelligences (MI) dikembangkan oleh Howard
Gardner, ahli psikologi perkembangan dan guru besar pendidikan pada
Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat.
Teorinya tentang MI dipublikasikan pada tahun 1993. Gardner
mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan
dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan
dalam situasi yang nyata. Gardner menemukan setidaknya sembilan
inteligensi yang dimiliki peserta didik, yaitu:
1. Inteligensi linguistik (linguistic intelligence)
Intelegensi linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan dan
mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis. Anak
yang memiliki intelegensi linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik,
dan lengkap, mudah mengembangkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa, dan mudah belajar beberapa bahasa. Kegiatan yang cocok bagi
orang yang memiliki intelegensi linguistik antara lain; pencipta puisi,
editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemainsandiwara, dan orator.
2. Inteligensi matematis-logis (logical-mathematical intelligence)
Inteligensi matematis-logis adalah kemampuan yang berkaitan dengan
penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Anak yang memiliki
intelegensi matematis-logis menonjol, dapat dengan mudah melakukan
tugas memikirkan sistem-sistem yang abstrak, seperti matematika dan
filsafat, mudah belajar berhitung, kalkulus, dan bermain dengan angka.
Bahkan ia dengan senang menggeluti simbol angka dalam buku
matematika daripada kalimat yang panjang-panjang.
3. Inteligensi ruang-visual (spatial intelligence)
Inteligensi ruang-visual adalah kemampuan untuk menangkap dunia
ruang-visual secara tepat, seperti dimiliki para pemburu, arsitek, navigator,

Sa’dun Akbar, dkk, Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar, (Bandung:


16

PT Remaja Rosdakarya, 2016), hlm. 13-14

10
dan dekorator. Juga kepekaan terhadap keseimbangan, relasi, warna, garis,
bentuk, dan ruang.
4. Inteligensi kinestetik-badani (bodily-kinesthetik intelligence)
Inteligensi kinestetik-badani adalah kemampuan menggunakan tubuh atau
gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada
aktor, atlet, penari, pemahat, dan ahli bedah.
5. Inteligensi musikal (musical intelligence)
Inteligensi musikal adalah kemampuan untuk mengembangkan,
mengekspresikan, dan menikmati bentu-bentuk musik dan suara.
Termasuk kepekaan akan ritme, melodi, dan intonasi, kemampuan
memainkan alat musik, kemampuan menyanyi, mencipta lagu, dan
kemampuan menikmati lagu, musik, dan nyanyian.
6. Inteligensi interpersonal (interpersonal intelligence)
Inteligensi interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi
peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain.
Kemampuan untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang.
Seperti dipunyai oleh para komunikator, fasilitator, dan penggerak massa.
7. Inteligensi intrapersonal (intrapersonal intelligence)
Inteligensi intrapersonal adalah kemampuan yang berkaitan dengan
pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara
adaptatif berdasarkan pengenalan diri.
8. Inteligensi lingkungan/naturalis (naturalist intelligence)
Inteligensi lingkungan adalah kemampuan untuk dapat mengerti flora dan
fauna dengan baik. Kemampuan untuk memahami dan menikmati alam,
dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani,
dan mengembangkan pengetahuan akan alam.
9. Inteligensi eksistensial (existencial intelligence).

11
Inteligensi eksistensial adalah kemampuan menyangkut kepekaan dan
kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam
eksistensi atau keberadaan manusia.17
Menurut Gardner, kesembilan jenis inteligensi di atas terdapat dalam
diri setiap orang, hanya kadarnya tidak selalu sama. Untuk orang tertentu
suatu inteligensi lebih menonjol daripada inteligensi lain. Inteligensi
bukanlah kemampuan yang tetap tak berubah sepan jang hayat. Inteligensi
dapat dikembangkan dan ditingkatkan secara memadai sehingga dapat
berfungsi bagi pemiliknya. Di sinilah pendidik memiliki andil besar untuk
membantu perkembangan inteligensi peserta didik. Karena itu, guru perlu
memahami teori Multiple Intelligences agar pembelajaran di kelas
berlangsung optimal.

17
Amir Hamzah, "Teori Multiple Intelligences dan Implikasinya terhadap Pengelolaan
Pembelajaran", Tadris, Vol. 4 No. 2 tahun 2009, hlm. 253-254

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada 9 tahapan dalam perencanaan pembelajaran tematik:
- Pemilihan tema
- Penyusunan silabus pembelajaran tematik
- Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
- Penentuan fokus atau arah dalam pembelajaran tematik
- Perumusan tujuan pembelajaran
- Pemilihan bahan ajar atau sumber belajar
- Merancang kegiatan pembelajaran
- Evaluasi
Prinsip pembelajaran tematik adalah sesuatu yang sifatnya mendasar, sangat
penting, selalu ada dalam pembelajaran tematik, keberadaannya penting
dipahami karena berfungsi untuk memberikan pedoman dalam perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran tematik.
Teori Multiple Intelligences menyebutkan bahwa setiap manusia memiliki 9
kecerdasan, yaitu Inteligensi linguistik, matematis-logis, ruang-visual,
kinestetik-badani, musikal, interpersonal, intrapersonal, lingkungan/naturalis,
dan eksistensial.

B. Saran
Dalam menyelesaikan makalah ini tentunya masih ada kekurangan,
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan di masa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2014. “Tahap Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik”. diakses


dari https://www.duniapembelajaran.com/2014/10/tahap-persiapan-
pelaksanaan.html?m=1, pada tanggal 07 Mei 2019.
Akbar, Sa’dun, dkk. 2016. Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Fadillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/MA. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Hamzah, Amir. "Teori Multiple Intelligences dan Implikasinya terhadap
Pengelolaan Pembelajaran", Tadris, Vol. 4 No. 2 tahun 2009.
Kurniawan, Deni. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan
Penilaian). Bandung: Alfabeta.
Pedoman Pembelajaran Tematik dan Silabus Tematik Terpadu daam
Permendikbud No. 57/2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtida’iyah
Permendikbud No. 103/2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah
Sundayana, Wachyu. 2014. Pembelajaran Berbasis Tema. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT
Prestasi Pustakarya.

14

Anda mungkin juga menyukai