Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA SD/MI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Pada Mata Kuliah Metodologi Pembelajaran IPA MI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4
KELAS : PGMI 6

1. NINI ROSNIDA YANTI (2010201007)


2. SERLIDA FITRI ANANDA (2010201015)
3. ALFINA ZULFA SABARA (2010201021)
4. DWI NOVITA SARI (2030201142)

DOSEN PENGAMPU : MUHAMAD AFANDI, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukuar kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
Karunia-Nya, yang telah memberikan kekuatan, ketabahan bagi hamba-Nya dan
memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar kita tidak merasa kesulitan. Serta
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah


yang berjudul “Pendekatan Pembelajaran IPA SD/MI” dengan tepat pada
waktunya. Salawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah menyampaikan wahyu kepada hamba-Nya yang
setia sampai akhir zaman.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Bapak Muhamad Afandi,
M.Pd.I pada mata kuliah Metodologi Pembelajaran IPA MI. Selain itu, kami
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Pendekatan Pembelajaran IPA SD/MI. Makalah ini dibuat dengan
mengumpulkan, membandingkan dan mengulas referensi dari berbagai jenis
sumber buku yang ada, sehingga dapatlah kami buat makalah ini dengan sumber-
sumber yang ada di dalam buku tersebut.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat di harapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca, serta
dapat menjadi inspirasi bagi dunia pendidikan. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

Palembang, 13 September 2021

Penulis Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah......................................................................................... 2
D. Manfaat Makalah....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3

A. Pengertian Pendekatan................................................................................ 3
B. Pendekatan Konsep..................................................................................... 6
C. Pendekatan Lingkungan.............................................................................. 8
D. Pendekatan Inkuiri.................................................................................... 11
E. Pendekatan Berbasis Konstruktivisme...................................................... 24

BAB III PENUTUP............................................................................................ 30

A. Kesimpulan............................................................................................... 30
B. Saran......................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu pengetahuan alam dalam bahasa Inggris di sebut dengan istilah
natural science yang digunakan sebagai definisi untuk menjelaskan rumpun
ilmu yang objeknya adalah benda-benda alam dengan hukum yang pasti dan
umum.1 Sedangkan orang-orang yang menemukan bidan ilmu pengetahuan
alam tersebut dapat disebut dengan istilah Saintis atau seorang saintis.2

Kata Sains (science) diambil dari kata lain scientia yang makna
harfiahnya adalah pengetahuan. Selain juga disebut dengan kumpulan
pengetahuan dan proses serta kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk
meraih dan mengunakan pengetahuan tersebut. Pada tingkat MI/SD Ilmu
pengetahuan alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang urgent. Karena
peran IPA adalah untuk menambah pengetahuan serta pengalaman peserta
didik.

Dalam hal ini mata pelajaran IPA merupakan sebuah proses


pembelajaran yang menekankan pada pengalaman seorang peserta didik yang
akan berpengaruh terhadap pengembangan kompetensi agar menjelajah dan
memahami alam sekitar secara alamiah. Untuk memperoleh tujan pendidikan
dengan hasil yang memuaskan, perlu diambil berbagai strategi untuk
mengapainya. Strategi untuk mengapai tersebutdenganmenggunakan
pendekatan serta metode tertentu,ketepatan terhadappemilihan pendekatan
yang tepat terhadap bidang studi yang diajarkanmerupakan bagian dari
komponen dari strategi pembelajaran.

1
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal. 11.
2
Saintis adalah seorang ilmuwan yang menekuni bidang sains atau ilmu pengetahuan alam (IPA)
disebut sebagai Saintis. Meskipun penyebutan saintis ini juga berlaku secara umum karena
sebagian kalangan ada yang membagi Santis ke dalam dua area berdasarkan bidang ilmu yaitu
Saintis dalam bidang Ilmu Alam dan Saintis dalam bidang Ilmu Sosial.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pendekatan pembelajaran IPA?
2. Bagaimana pendekatan konsep dalam pembelajaran IPA di SD/MI?
3. Bagaimana pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA di SD/MI?
4. Bagaimana pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD/MI?
5. Bagaimana pendekatan berbasis konstruktivisme dalam pembelajaran
IPA di SD/MI?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari pendekatan pembelajarn IPA
2. Untuk mengetahui pendekatan konsep dalam pembelajaran IPA di SD/MI
3. Untuk mengetahui pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA di
SD/MI
4. Untuk mengetahui pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD/MI
5. Untuk mengetahui pendekatan berbasis konstruktivisme dalam
pembelajaran IPA di SD/MI

D. Manfaat Makalah
1. Dapat mengetahui pengertian dari pendekatan pembelajaran IPA
2. Dapat mengetahui pendekatan konsep dalam pembelajaran IPA di SD/MI
3. Dapat mengetahui pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA di
SD/MI
4. Dapat mengetahui pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD/MI
5. Dapat mengetahui pendekatan berbasis konstruktivisme dalam
pembelajaran IPA di SD/MI

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pedekatan
Pendekatan pembelajaran dapat dimaknai sebagai paradigma kita
terhadapproses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatuproses yang sifatnya umum, di dalamnya terdapat
menampung, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoritis tertentu.Sedangkan Menurut Depdikbud (1990: 180)
pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk
mendekati sesuatu”.

Pendekatan pembelajaran juga merupakan cara agar dapat


memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran.Sedangkan pendekatan
pembelajaran IPA sendiri merupakan landasan filosofi yang melatar
belakangi proses pembelajaran IPA, yang dimaksud IPA disini adalah natural
science bukan social science.3

Secara harfiah Natural Science adalah ilmu yang mempelajari


tentangyang berhubungan dengan alam. Tujuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran peserta didik hendaknya mampu mempelajari diri sendiri dan
fenomena alam.

Pencapaian tujuan belajar IPA tersebu didalama proses pembelajaran


yang diawalai dengan penentuan pendekatan pembelajaran yang dapat
diterapkan. Raka joni (1993), berbendapat bahwa pendekatan merupakan cara
umum untuk melihat permasalahan atau objek kajian. Pendekatan merupakan
bagianpokok dari rencana pembelajaran.

3
Social Science adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang
berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Sedangkan Natural science merupakan
istilah yang digunakan mengacu pada rumpun ilmu dimana objek adalah benda-benda alam
dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapanpun dan dimanapun

3
Pendidikan dengan bahan kajian yang akan disajikan.Sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan,menumbuhkan rasa
ingin tahu.Tujuan pendekatan sendiri adalah menggiringcara pandang atau
persepsi dan proses pengkajian terhadap materi pembelajaran dengan suatu
terminologi sehingga akan diperoleh suatu pemahaman danpembentukan
perilaku sisa yang diharapkan.4

Pendekatan menurut Raka Joni (1993), pendekatan adalah cara umum


dalam memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga berdampak
ibarat orang memakai kaca mata dengan warna tertentu pada saat memandang
alam sekitar.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut


pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach).

Peranan pendekatan pembelajaran adalah menyesuaikan antara tujuan


pembelajaran, siswa, latar belakang sosial dan budaya, sumber dan daya
dukung dan lain-lain yang tercakup dalam unsur-unsur input, output, produk
dengan bahan kajian yang akan di sajikan, sehingga pembelajaran menjadi
menarik, menyenangkan, menumbuhkan rasa ingin tahu, memberikan
penghargaa, serta bermakna bagi hidup dan kehidupan sekarang dan yang
akan datang.

4
Amalia Sapriati, dkk. Pembelajaran IPA di SD Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), hlm.2.3-2.4

4
Menurut DR. Wina Sanjaya, M.Pd dalam bukunya Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, pendekatan dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.

Menurut Drs. Asep Jihad, M.Pd dan Dr. Abdul Haris, M.Sc dalam
bukunya Evaluasi Pembelajaran, pendekatan adalah suatu antar usaha dalam
aktivitas kajian, atau interaksi, relasi dalam suasana tertentu, dengan individu
atau kelompok melalui penggunaan metode-metode tertentu secara efektif.
Pendekatan juga bisa diartikan suatu jalan, cara yang ditempuh oleh guru juga
siswa untuk mencapai tujuan pengajaran apabila kita melihatnya dari sudut
bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu dikelola.

Pendekatan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan guna membuat


siswa terlibat secara aktif dan berminat dalam mengikuti pembelajaran.
Sesuai dengan tujuan pembelajaran sains di Sekolah Dasar.

Dari pendapat-pendapat diatas disimpulkan bahwa pendekatan adalah


sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran baik aktivitas kajian,
interaksi dan relasi dengan individu atau kelompok melalui penggunaan
metode-metode tertentu secara efektif.

5
B. Pendekatan Konsep
Merupakan pendekatan yang menekankan pengenalan konsep-konsep
sains. Pengenalan konsep sains sangat perlu karena dibutuhkan dalam
mengkomunikasikan pengetahuan. Tanpa menggunakan pendekatan konsep
dalam pembelajaran dapat menyebabkan jalannya pembelajaran menjadi
lamban. Apalagi di tingkat sekolah dasar yang kemampuan berpikir siswanya
masih relative rendah dan pengalaman dalam mengeksplorasi alam juga
belum begitu banyak.

Menurut Funk.dkk.(1979), apabila menyodorkan fakta memberikan


pandangan terhadap IPA agak sempit dan hasil pembelajarannya tidak dapat
diingat terlalu lama, mungkin mengajarkan konsep diharapkan akan
memberikan hasil yang lebih baik. Konsep adalah suatu pendapat yang
merupakan rangkaian dari fakta-fakta.

Agar dapat memahami suatu konsep, suatu pembelajaran memerlukan


objek yang kontkret, eksplorasi, mendapatkan fakta, dan melakukan
manipulasi atau- pemrosesan pendapat secara mental. Pendekatan konseptual
memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan fakta kedalam suatu model
atau penjelaan tentang sifat alam semesta. Pendakatan ini menekankan pada
penyampaian produk atau hasil IPA tidak mengajarkan tentang proses
bagaimana produk tersebut dihasilkan.

Esler dan Esler (1984) menyatakan bahwa pada umumya, seorang


guru terlebih dahulu akan memikirkan tentang materi IPA apa yang akan
diajarkan sebelum ia memutuskan tentang bagaimana cara mengajarkannya.
Bagaimana mengorganisasikan konsep seorang siswa melakukan observasi
dan menyimpan pengetahuannya banyak tingkatan konseptual.

6
Siswa akan mengidentifikasikan suatu objek, mempertimbangkannya
berdasarkan pembuktian, mengenali, menkonseptualisasikan ( misalkan
berdasarkan proses atau karateristik objek). Konsep-konsep sederhana yang
diobservasi secara berulang kali kemudian diterima sebagai fakta. Begitu
siswa memanipulasi dan menggeneralisasi berdasrkan pengamatan dan fakta
maka konseptualisasiyang lebih rumit akan terjadi padanya.

Suatu generalisasi ilmiah yang lebih kompleks disebut skema konsep.


Konsep IPA sendiri masih bersifat agak umum, terdiri dari beberapa
subkonsep. Subkonsep merupakan tingkat konseptual terbaik yang cocock
untuk membangun pengalaman belajar siswa, yang dapat digunakan untuk
menjelaskan banyak pengamatan dan fakta, namun mempersentasikan suatu
konseptualisasi yang cukup sempit untuk diuji.

Tingkatakan konsep yang lebih tinggi dan skema konsep yang yang
diterima secara universal dikenal sebagai prinsip atau hukum IPA. Pada
umumya, para ahli mengembangkan kurikulum berdasarkan ide besar, berupa
skema konseptual, konsep, subkonsep. Hal tersebut disebabkan oleh karena
pengetahuan IPA berkembang secara cepat. Tidak ada siswa yang diharapkan
dapat mempelajari semua fakta IPA.

Contoh :
1. Tiap makhluk hidup memiliki ciri tertentu yang sesuai dengan
lingkungan hidupnya.
2. Jenis makanan hewan berhubungan dengan bentuk gigi yang dimilikinya.
3. Cara bergerak hewan berhubungan dengan keadaan kakinya.
4. Tumbuhan darat yang hidup di daerah yang banyak air memilki batang
yang berongga.
5. Tumbuhan yang hidup di daerah yang kering memiliki daun yang
berukuran kecil atau tidak ada sama sekali.

7
C. Pendekatan Lingkungan
1. Pengertian Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan adalah mengajarkan IPA dengan cara
pandang bahwa mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan
memperlakukan lingkungan secara bijaksana dengan memahami factor
politis, ekonomi, sosial-budaya, ekologis yang mempengaruhi manusia
dalam dan memperlakukan lingkungan tersebut dibangun melalui
pemahaman siswa terhadap lingkungan itu sendiri.

Pada pendekatan ini, pembelajaran dikembangkan dengan


menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, untuk
mengembangkan sikap dan perilaku peduli dan mencintai lingkungan,
dan mengembangkan keterampilan meneliti lingkungan.

Pendekatan lingkungan adalah pendekatan proses dengan


lingkungan sebagaisarana atau media untuk memperkenalkan lingkungan
kepada peserta didik dalam mengembangkan aspek kognitif. Saat ini
pendekatan lingkungan tidakhanya sekedar mengembangkan aspek
kognitif saja, tetapi lebih diutamakan untuk mengembangkan aspek
afektif, yaitu dengan tujuan supaya orang mau terlibat, mau menangani
dan mau memelihara lingkungan.

Pendekatan lingkungan dalam proses belajar dan pembelajaran


IPA adalah pemanfaatan lingkungan sebagai sarana pendidikan. Dalam
pembelajaran IPA, relevansi pembelajaran dengan lingkungannya dapat
dicapai dengan memanfaatkan lingkungan peserta didik sebagai
laboratorium alam.

2. Ciri-Ciri Pendekatan Lingkungan


Pendekatan lingkungan dalam pembelajaran mempunyai ciri-ciri
sebagaiberikut (Dahar,1982) :

8
 Yang dimaksud dengan lingkungan, mencakup semua benda dan
keadaan yang mempengaruhi peserta didik.
 Isi pelajaran disesuaikan dengan keadaan lingkungan peserta didik
dan penerapan-penerapan IPA.
 Penyusunan bahan ajar berkisar pada suatu tema atau topik.
 Pendekatan Lingkungan dalam Kegiatan Pembelajaran IPA
 Pendekatan lingkungan dapat dilakukan dalam bentuk mengajak
peserta didikmengadakan pengamatan langsung ke lapangan atau
dengan jalan memindahkan kondisi lapangan ke kondisi yang lebih
ideal yaitu pengamatandan penelitian dalam laboratorium (Novak,
1973).

Pengamatan di dalam laboratorium alam bagi peserta didik akan


memberikan kesan dan pengertian yang lebih mendalam dibandingkan
bila suatu masalah didapat secara verbal saja. Melalui pengamatan,
peserta didik berkesempatan untuk melihat proses dan berkesempatan
melakukan pekerjaan ilmiah, yaitu membuat hipotesa, mengumpulkan
data serta menguji kebenaran hipotesa yang dibuatnya.

Sebagai contoh. Peserta didik mengamati proses terjadinya alkohol


dalam peragian singkong. Dalam proses pembuatan tape ini terjadi
reaksi :
C6 H12 O6 → 2 C2 H5 OH + 2 CO2

Dalam proses pembelajaran ini peserta didik dapat mengamati : 1)


reaksi organik pada umumnya berjalan lambat; 2) pembentukan
alkohol dapat dipercepat dengan kenaikan suhu, atau sebaliknya proses
diperlambat dengan penurunan suhu yaitu dimasukkan dalam lemari es.

9
3. Perlunya Pendekatan Lingkungan
Pembelajaran IPA yang berorientasi pada lingkungan akan
memberi kesempatan peserta didik memahami proses IPA yang
berkaitan dengan lingkungannya, hal ini akan menumbuhkan kesadaran
keberadaan peserta didik dalam ekosistemnya.

Selain hal tersebut di atas, lingkungan hidup sebagai sarana


pendidikan memberikan keuntungan dan kelebihan bagi peserta didik
yaitu :
 Pengamatan langsung akan memberikan dorongan untuk memiliki
pengetahuan lebih jauh tentang masalah yang dihadapi;
 Alat atau bahan tidak perlu dibeli dengan biaya mahal;
 Dapat digunakan setiap waktu dan terdapat di mana-mana.

Lingkungan dalam ensikloppedia Indonesia (1983) adalah segala


sesuatu yang ada di luar suatu organisme, meliputi:
(1) Lingkungan mati (abiotik), yaitu lingkungan di luar suatu organisme
yang terdiri atas benda atau faktor alam yang tidak hidup, seperti bahan
kimia, suhu, cahaya, grafitasi, atmosfer, dan lainnya,
(2) Lingkungan hidup (biotik) , yaitu lingkungan di luar suatu organisme
yang terdiri dari organisme hidup, seperti tumbuhan, hewan, dan manusia.

Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat


penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses
pembelajaran siswa. Penggunaaan lingkungan memungkinkan terjadinya
proses belajar yang lebih bermakna sebab anak dihadapkan pada kondisi
yang sebenarnya. Pelajaran biologi dengan menggunakan bahan-bahan
alami lebih menguntungkan bagi siswa dan pengalaman bersahabat dengan
alam lebih cenderung menyiapkan perasaan positif bagi siswa terhadap
keajaiban alam.

10
Ada beberapa alasan yang menjadikan lingkungan itu sangat
penting dalam interaksi belajar mengajar, yaitu :
1. Sebagai sasaran belajar
2. Sebagai sumber belajar
3. Sebagai sarana belajar
Cara pelaksanaan pembelajaran IPA dalam menggunakan
pendekatan lingkungan diantaranya adalah:
1. Menggunakan lingkungan sebagai lahan pengembangan keterampilan
proses
2. Menggunakan lingkungan sebagai lahan pengembangan sikap
3. Mengunakan untuk pengayaan

D. Pendekatan Inkuiri
1. Pengertian Inkuiri
Pembelajaran berbasis inkuiri adalah metode pembelajaran yang
dikembangkan sejak tahun 1960. Metode pembelajaran ini dikembangkan
untuk menjawab kegagalan bentuk pengajaran tradisonal, di mana siswa
dikehendaki untuk mengingat fakta-fakta muatan bahan pengajaran.
Pembelajaran inkuiri adalah suatu bentuk pembelajaran aktif, di mana
kemajuan dinilai dengan bagaimana siswa mengembangkan keterampilan
eksperimental dan analitik dari pada seberapa banyak pengetahuan yang
mereka miliki.

Pembelajaran berbasis inkuiri atau sains pada intinya mencakup


keinginan bahwa pembelajaran seharusnya didasarkan pada pertanyaan-
pertanyaan siswa. Pembelajaran menginginkan siswa bekerja bersama
untuk menyelesaikan masalah daripada menerima pengajaran langsung
dari guru. Guru dipandang sebagai fasilitator dalam pembelajaran
daripada bejana bagi pengetahuan. Pekerjaan guru dalam lingkungan
pembelajaran inkuiri adalah bukan menawarkan pengetahuan melainkan
membantu siswa selama proses mencari pengetahuan mereka sendiri.

11
Pembelajaran berbasis inkuiri telah berpengaruh besar dalam
pendidikan sains, dan biasa disebut sains berbasis inkuiri. Para ilmuwan
biasanya menggunakan proses inkuiri dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang berkaitan dunia alam. Mereka menggunakan prinsip-
prinsip, konsep-konsep, dan teori-teori untuk memahami dan menjelaskan
gejala-gejala yang terjadi di alam semesta. Ketika siswa sedang belajar
dengan menggunakan proses inkuiri, mereka menggunakan ide-ide yang
sama seperti ilmuwan gunakan bila mereka melakukan penelitian. Siswa
akan menjadi ilmuwan kecil.

Karakteristik dari pendekatan inkuiri ini adalah guru tidak


mengkomunikasikan pengetahuan, tetapi membantu siswa untuk belajar
bagi mereka sendiri, kemudian topik, masalah yang dipelajari, dan metode
yang digunakan untuk menjawab permasalahan dapat ditentukan oleh
siswa, dapat ditentukan oleh guru, dan dapat ditentukan bersama oleh
siswa dan guru. Pembelajaran inkuiri memberi tekanan pada ide-ide
konstruktivis dari belajar. Kemajuan belajar terbaik terjadi dalam situasi
kelompok.

Inkuiri juga didefinisikan sebagai usaha mencari kebenaran,


informasi, atau pengetahuan dengan bertanya. Proses inkuiri memulai
dengan mengumpulkan informasi dan data dengan melibatkan panca
indera seperti melihat, mendengar, menyentuh, merasakan dan mencium.
Sistem pendidikan tradisional telah terlaksana dalam cara yang
menghilangkan semangat proses alami dari inkuiri. Siswa menjadi
cenderung kurang mengajukan pertanyaan. Dalam pengajaran tradisional,
siswa belajar bukan untuk bertanya banyak pertanyaan, melainkan
mendengar dan mengulang jawaban yang diharapkan.

12
Pendekatan inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang banyak
melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka
penemuannya. Menurut Sund (1975), inkuiri adalah proses mental, dan
dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip.
Contoh konsep: inti sel, kecepatan, panas, energi, masyarakat, demokrasi,
tragedi, reaksi, segitiga, dan lain-lain; contoh prinsip: logam bila dipanasi
memuai, atau lingkungan berpengaruh terhadap organisme; contoh
proses-proses mental: mengamati, menggolong-golongkan, membuat
dugaan/menduga, menjelaskan, mengukur, menarik kesimpulan, dan
sebagainya.

2. Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri


Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan pendekatan yang
menekankan kepada pengembangan intelektual peserta didik. Ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
pendekatan pembelajaran inkuiri:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari pendekatan inkuiri adalah pengembangan
kemampuan berpikir. Dengan demikian pendekatan pembelajaran ini
selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses
belajar. Oleh karena itu, kriteria keberhasilan dan proses pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan inkuiri bukan ditentukan oleh
sejauh mana peserta didik dapat menguasai materi pelajaran, akan
tetapi sejauh mana peserta didik beraktivitas mencari dan menemukan
sesuatu. Makna dari sesuatu yang harus ditemukan oleh peserta didik
melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat ditentukan, bukan
sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang harus
dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan.

13
b. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi,
baik interaksi antara peserta didik maupun interaksi peserta didik
dengan guru bahkan interaksi antar peserta didik dengan
lingkungannya. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai
pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu
mengarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk
mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering
guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi
itu sendiri.

c. Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan
pendekatan pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab,
kemampuan peserta didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada
dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu,
kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat
diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh
setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta
perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk
mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk menguji.

d. Prinsip belajar untuk berpikir


Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi
belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak
kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan
otak secara maksimal.

14
Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri,
misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional akan
membuat anak dalam posisi kering dan hampa. Oleh karena itu,
belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan
otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat
mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang
menyenangkan dan menggairahkan.

e. Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan.
Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu
diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan
kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna
adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan
sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.

3. Jenis-jenis Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri


Metode penemuan (inkuiri) terdiri atas beberapa jenis. Ada jenis
metode penemuan yang masih banyak dibimbing atau diarahkan guru,
tetapi ada pula jenis metode penemuan di mana siswa banyak diberi
kebebasan dan dilepas oleh guru dalam melakukan kegiatan-kegiatan
belajarnya. Moh. Amin menguraikan jenis-jenis inkuiri yang dapat
dilakukan seperti berikut:

a. Guided Inquiry (inkuiri terbimbing)


Pembelajaran dengan pendekatan guided inquiry sebagian
besar perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan
kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa.
Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk
yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan
oleh guru.

15
Umumnya guided inquiry dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1) Problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan
sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa.
2) Konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan siswa
melalui kegiatan belajar harus dituliskan dengan jelas dan tepat.
3) Alat/bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap
siswa, untuk melakukan kegiatan
4) Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan sebelum para siswa
melakukan kegiatan inkuiri
5) Kegiatan metode inkuiri oleh siswa berupa kegiatan percobaan
penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan
konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
guru
6) Proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukkan tentang mental
operation siswa yang diharapkan selama kegiatan berlangsung
7) Pertanyaan yang bersifat open-ended harus berupa pertanyaan
yang mengarah kepada pengembangan tambahan kegiatan
penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa
8) Catatan guru berupa catatan-catatan yang meliputi:
9) Penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari
kegiatan-kegiatan/pelajaran.

b. Modified inquiry
Dalam metode ini guru hanya memberikan problema saja.
Biasanya disediakan pula bahan atau alat-alat yang diperlukan,
kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui
pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk
memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif
dan caranya sendiri secara kelompok atau perseorangan.

16
Guru berperan sebagai pendorong, narasumber (resourse
person), dan bertugas memberikan bantuan yang diperlukan untuk
menjamin kelancaran proses belajar siswa. Kegiatan-kegiatan belajar
siswa terutama ditekankan dengan eksplorasi, merancang, dan
melaksanakan eksperimen.

Pada waktu siswa melakukan proses belajarnya untuk


mencari pemecahan atau jawaban masalah itu, bantuan yang dapat
diberikan guru ialah dengan teknik-teknik pertanyaan, bukan berupa
penjelasan. Ini dimaksudkan agar siswa tetap dirangsang berpikir
untuk mencari dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Untuk
itu berikanlah pertanyaan-pertanyaan pengarah kepada pemecahan
masalah yang perlu dilakukan siswa.

c. Invitation into inquiry


Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan problema
sebagaimana cara-cara yang lazim diikuti oleh ilmuwan. Suatu
undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa, dan
melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati
mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau
mungkin semua kegiatan berikut:
1) Merancang eksperimen
2) Merumuskan hipotesis
3) Menetapkan kontrol
4) Menentukan sebab dan akibat
5) Menginterpretasi data
6) Membuat grafik
7) Menentukan peranan diskusi dan simpulan dalam merencanakan
Penelitian

17
8) Mengenal bagaimana kesalahan eksperimental mungkin dapat
dikurangi atau diperkecil

d. Pictorial riddle
Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah
salah satu teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan
minat siswa di dalam situasi kelompok kecil maupun besar. Gambar,
peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk
meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa. Suatu riddle
biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau
diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan riddle tersebut.

Dalam membuat rancangan (design) suatu riddle, guru harus


mengikuti langkah sebagai berikut:
a. Memilih beberapa konsep atau prinsip yang akan diajarkan atau
didiskusikan
b. Melukiskan suatu gambar, menunjukkan ilustrasi, atau
menggunakan foto (gambar) yang menunjukkan konsep, proses,
atau situasi
c. Suatu proses bergantian adalah untuk menunjukkan sesuatu yang
tidak sewajarnya, dan kemudian meminta siswa untuk mencari
dan menemukan mana yang salah dengan riddle tersebut.
Misalnya, tunjukkan suatu masyarakat petani di mana semua
prinsip ekologi disalahgunakan. Kemudian ajukan pertanyaan
kepada siswa mengenai hal-hal apa yang keliru atau salah dalam
hubungan dengan segala sesuatu yang telah dilakukan di dalam
komunitas tersebut.

18
d. Membuat pertanyaan-pertanyaan berbentuk divergen yang
berorientasi proses dan berkaitan dengan riddle (gambar dan
sebagainya) yang akan membantu siswa memperoleh pengertian
tentang konsep atau prinsip apakah yang terlibat di dalamnya.

4. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Inkuiri


Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru
mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.
Pada langkah pendekatan pembelajaran inkuiri, guru merangsang dan
mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah
orientasi merupakan langkah yang sangat penting.

2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa
pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang
disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir
memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan
masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pendekatan
inkuiri, oleh sebab melalui proses tersebut siswa akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan
mental melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka-teki yang
menjadi masalah dalam inkuiri adalah teka-teki yang mengandung
konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan.

19
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada
dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu
dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-
ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat
membuktikan tebakannya, maka ia sampai pada posisi yang dapat
mendorong untuk berpikir lebih lanjut.

4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pendekatan
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat
dalam belajar tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan.

5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Bahwa yang terpenting dalam
menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga
berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggung jawabkan.

20
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Merumuskan kesimpulan merupakan akhir dalam proses
pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang
diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus
terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

5. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inkuiri :


Beberapa kelebihan metode ini ialah:
a. Strategi (model atau siasat) pengajaran menjadi berubah dari yang
bersifat penyajian informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima
informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar rendah, menjadi
pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi di
mana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi
dengan kadar proses mental yang lebih tinggi atau lebih banyak.

b. Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered.


Guru tidak lagi mendominasi sepenuhnya kegiatan belajar siswa,
tetapi lebih banyak bersifat membimbing dan memberikan kebebasan
belajar kepada siswa.

c. Keuntungan metode ini adalah:


 Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik
 Membantu dalam menggunakan ingatan dan dalam transfer kepada
situasi-situasi proses belajar yang baru
 Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya
sendiri

21
 Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan
hipotesisnya sendiri
 Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsic
 Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

d. Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang siswa menuju


kepada pembentukan manusia seutuhnya ( a fully functioning person);
misalnya di dalam situasi inkuiri, siswa tidak hanya belajar tentang
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, tetapi ia juga mengalami proses
belajar tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi
sosial.

e. Proses belajar melalui kegiatan inkuiri dapat membentuk dan


mengembangkan self-concept pada diri siswa. Dengan demikian,
secara psikologis diri peserta didik akan merasa aman, terbuka
terhadap pengalaman-pengalaman baru, berkeinginan untuk selalu
mengambil dan mengeksplorasi (menjelajahi) kesempatan-kesempatan
yang ada, lebih kreatif, dan umumnya memiliki mental yang sehat.

f. Menambah tingkat penghargaan siswa. Tidak sedikit siswa yang


mengeluh karena dia tidak dapat mengerjakan soal-soal dari guru, atau
prestasi belajarnya tidak baik. Akan tetapi dengan inkuiri mungkin
saja dia dapat mengerjakan soal-soal itu atau prestasi belajarnya
meningkat. Sering kita dengar siswa berkata bahwa ia dapat
mengerjakan tugas-tugas dengan caranya sendiri. Ini berarti ada hal-
hal tertentu yang ditemukannya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu.

g. Penggunaan inkuiri memungkinkan siswa belajar dengan


memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak hanya
menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.

22
h. Metode ini dapat mengembangkan bakat/kecakapan individu.

i. Metode ini dapat menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal)


dan memberikan waktu yang memadai bagi siswa untuk
mengumpulkan dan mengolah informasi.

j. Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang


dipelajari sehingga retensinya (tahan lama dalam ingatan) menjadi
lebih baik.

Kekurangan metode ini adalah:


a. Memerlukan perubahan kebiasaan cara berpikir siswa yang menerima
informasi dari guru secara apa adanya, kalau guru tidak ada tidak
belajar, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok
dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan
bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah
bertahun-tahun dilakukan.

b. Guru juga dituntut mengubah kebiasaan mengajarnya yang umumnya


sebagai pemberi atau penyaji informasi menjadi sebagai fasilitator,
motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Inipun merupakan
pekerjaan yang tidak gampang karena pada umumnya guru belum
mengajar dan belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi
(ceramah).

c. Metode ini banyak memberikan kebebasan kepada siswa dalam


belajar, tetapi kebiasaan itu tidak berarti menjamin bahwa siswa
belajar dengan baik dalam arti mengerjakannya dengan tekun, penuh
aktivitas, dan terarah.

23
d. Metode ini dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan berbagai
sumber belajar dan fasilitas yang memadai yang tidak selalu mudah
disediakan.

e. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang
lebih baik seperti pada waktu siswa melakukan penyelidikan dan
sebagainya. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru
terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.

f. Pemecahan masalah mungkin saja dapat bersifat mekanistis,


formalitas, dan membosankan. Apabila hal ini terjadi tidak menjamin
penemuan yang penuh arti.

E. Pendekatan Berbasis Konstruktivisme


1. Pefinisi pendekatan konstruktivisme
Didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu
tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.

Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru,


apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan
dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan
seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang
sudah ada.
2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri
pengetahuan mereka.

24
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri
melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu
dengan pembelajaran terbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina
pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan
informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.

Konstruktivisme merupakan satu pendekatan yang didapati sesuai


dipraktikkan dalam pengajaran dan pembelajaran sains. Dalam
pendekatan ini murid dianggap telah mempunyai idea yang tersendiri
tentang sesuatu konsep yang belum dipelajari. Pandangan
konstruktivisme tentang belajar IPA.

1. Belajar sebagai perubahan konsepsi


Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar
bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi
juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan
“makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar
(West & Pines, 1985). Jadi pembentukan makna merupakan suatu
proses aktif yang terus berlanjut.

2. Perubahan Konsepsi dalam Pembelajaran IPA


Implikasi dari pandangan konstruktivisme disekolah ialah
pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru
ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui
pengalaman nyata. Jadi dalam belajar sains/IPA merupakanh proses
konstruktiv yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa.(Piaget
dalam Dahar,1996), sehingga peran guru berubah, dari sumber dan
pemberi informasi menjadi pendiagonsis dan fasilitator belajar siswa.

25
3. Pembelajaran dan prespektif konstruktivisme mengandung empat
kegiatan inti, yaitu:
 Berkaitan dengan prakonsepsi atau pengetahuan awal (prior
knowledge)
 Mengandung kegiatan pengalaman nyata (experience)
 Melibatkan interaksi social (social interation)
 Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (sense making).
 Pentingnya konteks

4. Perlu diupayakan pembelajaran yang memungkinkan siswa dengan


sadar mengubah apa yang diyakininya yang ternyata tidak konsistan
dengan konsep ilmiah. Dengan kata lain informasi dan pengalaman
yang dirancang guru-guru untuk siswa seharuanya koheren dengan
konsep yang dibawa anak atau disesuaikan dengan pengetahuan awal
siswa.

5. Perubahan konsepsi akan terjadi apabila kondisi yang memungkinkan


terjadinya perubahan konsepsi terpenuhi dan tersedia konteks ekologi
konsepsi untuk berlangsungnya perubahan itu (Posner et al., dalam
West & Pines, 1985; Dahar, 1996). Ekologi konsep yang dimaksud
adalah sebagai berikut;

(a) Anak merasa tidak puas dengan gagasan yang dimilikinya;


(b) Gagasan baru harus dapat dimengerti (inteligible);
(c) Konsepsi yang baru harus masuk akal (plausible);
(d) Konsepsi yang baru harus dapat member suatu kegunaan
(fruitful)

26
Seringkali diungkapkan bahwa menurut paradigma baru
pendidikan peran guru harus diubah, yaitu tidak sekedar menyampaikan
materi pelajaran kepada para siswanya, tetapi harus mampu menjadi
mediator dan fasilitator. Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan
dalam beberapa tugas sebagai berikut.
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memeungkinkan siswa
bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.
Karena itu memberi ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.

2. Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang


keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka
(Watt & Pope, 1989). Menyediakan sarana yang merangsang siswa
berpikir secara produktif. Menyediakan kesempatan dan pengalaman
yang paling mendukung proses belajar siswa. Guru harus
menyemangati siswa. Guru perlu menyediakan pengalaman konflik
(Tobin, Tippins, & Gallard, 1994).

3. Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran si


siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan
apakah pengetahuan siswa itu berlaku untuk menghadapi persoalan
baru yang berkaitan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan
kesimpulan siswa. (Suparno, 1997).

27
2. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Konstruktivisme
Kelebihan dan Kekurangan dalam menggunakan model
konstruktivisme menurut Sidik (2008) adalah :
a. Kelebihan
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secar
eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi
gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikaN
penjelasan tentang gagasannya.

2. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman


yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau
rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar
siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan
memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa
terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang
fenomena yang menantang siswa.

3. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk


berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa
berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan
teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.

4. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan


kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong
untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan
berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan
akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi
belajar.

28
5. Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk
memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari
kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

6. Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar


yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan,
saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban
yang benar.

b. Kekurangan
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang
bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi
para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.

2. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun


pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang
lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda.

3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua
sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu
keaktifan dan kreatifitas siswa.

29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan adalah sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
baik aktivitas kajian, interaksi dan relasi dengan individu atau kelompok
melalui penggunaan metode-metode tertentu secara efektif.

Dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ada berbagai pendekatan


belajar-mengajar yang dapat digunakan seperti pendekatan konsep,
pendekatan lingkungan, pendekatan inkuiri dan pendekatan berbasis
konstruktivisme. Setiap pokok pembahasan dalam pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam menggunakan pendekatan tertentu.

Pendekatan dalam kegiatan belajar-mengajar pada hakikatnya suatu


usaha sebagai guru untuk mengembangkan keaktifan pembelajaran. Tepatnya
pendekatan pembelajaran yang digunakan bereperan penting dalam
menentukan berhasil tidaknya proses belajar yang diinginkan.

B. Saran
Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas,
kita harus memiliki wawasan yang luas, tentang bagaimana cara mengajar
yang menarik bagi siswa dan tidak membosankan. Setelah membaca makalah
ini, disarankan kita dapat menggunakan pedekatan mengajar yang sesuai
dengan situasi dan keadaan kelas, sehingga proses belajar-mengajar dapat
berjalan dengan optimal.

30
DAFTAR PUSTAKA

Haris, Abdul dan Jihad, Asep. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi
Pressindo.

Iskandar, Srini M. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Indonesia.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Nasution, Noehi, dkk. 2008. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Amalia Sapriati, dkk. Pembelajaran IPA di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka,


2011), hlm.2.3-2.4

http://indahnurulw.blogspot.com/2013/10/makalah-pendekatan-dalam-
pembelajaran.html

https://www.passakanawang.com/2017/07/pendekatan-lingkungan-dalam.html.

31

Anda mungkin juga menyukai