Anda di halaman 1dari 17

PENGANTAR IPS

MODEL PEMBELAJARAN IPS

Dosen:
Sujana, M.Pd

Disusun Oleh :
Nama : Mawar Shafira Nadhila. A
Nim : 8720319150073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


STKIP PANCA SAKTI III
BEKASI
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia- Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan lancar.
Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak
kekurangan, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkoonsolidasian kepada dosen
serta teman-teman sekalian, yang kadang kala hanya menuruti egoisme pribadi.
Makalah ini disampaikan untuk memenuhi kelengkapan syarat penilaian mata kuliah
Pendidikan IPS. Saya mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah lebih banyak
wawasan dan pengetahuan bagi pembaca. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam
penulisan Makalah ini . Kritik dan saran yang sifatnya membangun, sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI ................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran..........................................................5

2.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran.............................................................6

2.3 Model-Model Pembelajaran IPS...............................................6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................16

3.2 Saran...................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan.
Karena IPS pelajaran yang mempelajari berbagai bidang dari sejarah, ekonomi, politik,
teknologi dan seterusnya. Oleh sebab itu, harus mempelajari IPS agar dapat digunakan
sebagai sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, meskipun banyak orang
yang memandang IPS sebagai bidang studi yang paling menjenuhkan. Pada setiap jenjang
pendidikan tidak terlepas dari mata pelajaran IPS mulai dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi.
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPS sangat menjemukan karena penyajiannya
bersifat menonton dan ekspositoris sehingga peserta didik kurang antusias dan
mengakibatkan pelajaran kurang menarik padahal guru IPS wajib berusaha secara optimum
merebut minat peserta didik karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan
pembelajaran IPS. Model pembelajaran IPS yang implementasikan saat ini masih bersifat
konvensional sehingga peserta didik sulit memperoleh pelayanan secara optimal. Bahkan,
banyak yang mementingkan aspek akademis dibandingkan dengan aspek-aspek non-
akademis lainnya, seperti moral, atika, iman, dan taqwa.
Salah satu upaya yang memadai untuk itu adalah dengan melakukan model
pembelajaran. Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,
menuntut kreativitas guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang mampu
melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Model Pembelajaran ?
2. Apa saja ciri-ciri dalam Model Pembelajaran ?
3. Apa saja model-model dalam Pembelajaran IPS ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan tentang Model Pembelajaran
2. Menjelaskan tentang ciri-ciri dalam Model Pembelajaran
3. Menjelaskan tentang model-model dalam Pembelajaran IPS

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran


Model diartikan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan
suatu hal. Sesuatu yang nyata dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.
[1]
Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau analogi
yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan
langsung diamati; (3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang
dipakai untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4) suatu desain
yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas yang disederhanakan;
(5) suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang
diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan bentuk aslinya.[2]
Menurut Alan Pritchard, definisi pembelajaran adalah “the individual process of constructing
understanding based on experience from a wide range of source.”[3] Jadi, pembelajaran
adalah proses individual dalam membangun pengetahuan yang berdasarkan pada pengalaman
dari sumber yang luas.
Model pembelajaran adalah merupakan sebuah perencanaan pembelajaran yang
menggambarkan proses yang akan ditempuh saat kegiatan pembelajaran agar dicapai
perubahan spesifik pada siswa seperti yang diharapkan. Bruce Joyce dan Marsha Weil
menyatakan bahwa “a model of teaching is a description of a learning
environment.”[4] Model pembelajaran adalah gambaran dari sebuah lingkungan belajar.
Gambaran lingkungan belajar ini memiliki banyak manfaat, mulai dari perencanaan
kurikulum, mata pelajaran, dan untuk menyusun materi pelajaran.
Model pembelajaran merupakan preskripsi strategi mengajar yang disiapkan untuk mencapai
tujuan khusus pengajaran. Model-model pembelajaran tersebut ditujukan kepada guru agar
dapat memilih alternatif pengajaran. Alternatif pengajaran ini bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran dapat dianggap sebagai sebuah bentuk cetak biru untuk mengajar[5].
Guru adalah seorang pelaksana kegiatan belajar mengajar yang bertanggung jawab secara
menyeluruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran pada siswanya. Akan tetapi, model

5
mengajar bukanlah pengganti keterampilan mengajar. Model mengajar merupakan kerangka
konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam
melaksanakan aktivitas pembelajaran.  
2.2 Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang baik memiliki ciri-ciri yang secara umum sebagai berikut:
a.    Memiliki prosedur yang sistematik.
Sebuah model pembelajaran bukan sekedar gabungan berbagai fakta yang disusun secara
sembarangan.[6] Model  pembelajaran merupakan sebuah prosedur yang sistematik untuk
memodifikasi perilaku siswa, yang didasarkan pada pemikiran-pemikiran tertentu.
b.    Hasil belajar ditetapkan secara khusus
Tiap model pembelajaran menentukan tujuan-tujuan hasil belajar yang secara khusus telah
disusun secara rinci. Bentuk tujuan hasil belajar ini adalah unjuk kerja yang dapat diamati.
c.    Penetapan lingkungan secara khusus
Guru memiliki hak untuk menetapkan keadaan lingkungan secara spesifik dalam model
pembelajaran yang digunakannya.
d.    Ukuran keberhasilan
Model harus menetapkan kriteria keberhasilan suatu unjuk kerja yang diharapkan dari siswa.
[7] Model pembelajaran selalu menggambarkan dan menjelaskan hasil-hasil belajar dalam
bentuk perilaku dan kognitif yang seharusnya ditunjukkan oleh siswa setelah menempuh dan
menyelesaikan proses pembelajaran.
e.    Interaksi dengan lingkungan
Semua model pembelajaran menentukan cara yang dapat membuat siswa melakukan interaksi
dan bereaksi dengan lingkungan sekitarnya. Interaksi dengan lingkungan merupakan hal yang
sangat penting dalam pembelajaran IPS bagi siswa.
2.3 Model-Model dalam Pembelajaran IPS
1. Model Reasoning and Problem Solving
Reasoning merupakan bagian berpikir yang berada di atas level memanggil (retensi), yang
meliputi basic thinking, critical thinking, dan kreative thinking. Selanjutnya, Johnson (1992)
merangkum beberapa definisi critical thinking dari beberpa ahli, seperti Ennis (1987,1989),
Lipman (1988), Siegel (1988), Paul (1989), dan McPeck (1981), yang disebut juga “the
Group of Five”. Ia menyimpulan bahwa ada tiga persetujuan substansi dari kemampuan

6
berpikir kritik. Pertama, berpikir kritis memerlukan sejumlah kemampuan kognitif; kedua,
berpikir kritis memerlukan sejumlah informasi dan pengetahuan; dan ketiga, berpikir kritis
mencangkup dimensi afektif yang semuanya menjelaskan dan menekankan secara berbeda-
beda. Tujuan berpikir kritis adalah untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan
mengevaluasi pelaksaan atau praktik dari suatu pemikiran dan nilai tersebut.
Dan problem solving adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban
berdasarkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi,
kemampuan pemecahan masalah dapat diwujudkan melalui kemampuan reasoning.
 
Model reasoning and problem solving dalam pembelajaran memiliki lima langkah
pembelajaran, yaitu:
a. Membaca dan berpikir (mengidentifikasi fakta dan masalah, memvisualisasikan
situasi, mendeskripsikan seting pemecahan.
b. Mengeksplorasi dan merencanakan (pengorganisasian informasi, melukiskan diagram
pemecahan, membuat tabel, grafik, atau gambar).
c. Penyeleksi strategi (menetapkan pola, menguji pola, simulasi atau eksperimen,
reduksi atau ekspansi, dedukasi logis, menulis persamaan).
d. Menemukan jawaban (mengestimasi, menggunakan keterampilan komputasi, aljabar,
dan geometri).
e. Refleksi atau perluasan (mengoreksi jawaban, menemukan alternative pemecahan,
memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahan, memformulasikan
masalah-masalah variatif yang orsinil).
Pada model pembelajaran ini guru berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang
konstruktif, fasilitator, pemikir tingkat tinggi. Metode pemecahan masalah (problem solving)
adalah sebuah metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik
menghadapi berbagai masalah baik pribadi atau perorangan maupun kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau bersama-sama. Ada empat tahap proses pemecahan masalah menurut
Savage dan Amstrong sebagai berikut:
a. Mengenal adanya masalah;
b. Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan untuk pemecahannya;
c. Memilih dan menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut; dan
d. Mencapai solusi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun keunggulan metode problem solving, sebagai berikut:

7
- Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan.
- Berpikir dan bertindak kreatif.
- Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
- Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
- Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
- Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan tepat.
- Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya.
Kelemahan metode problem solving, adalah sebagai berikut:
- Beberapa pokok pembahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.
- Memerlukan advokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain.
2. Model Inquiri Training
Secara umum, istilah “inquiri” berkaitan dengan masalah dan penelitian untuk menjawab
suatu masalah. Rogers (1969), misalnya menyatakan bahwa inkuiri merupakan suatu proses
untuk mengajukan pertayaan dan mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Sebagai sebuah metode mengajar yang berorientasi pada latihan meneliti dan
mempertanyakan, istilah ini sejajar dengan metode pemecahan masalah, berpikir reflektif dan
atau ‘discovery’ (Hagen, 1969). Namun, Beyer (1971) mengatakan bahwa inkuiri lebih dari
sekedar bertanya. Inkuiri adalah suatu proses mempertanyakan makna atau arti tertentu yang
menuntut seseorang menampilkan kemampuan intelektual agar ide atau pemikirannya dapat
dipahami.
Pengunaan pendekatan ini memiliki keunggulan terutama untuk mengembangkan
kemampuan berpikir maupun pengetahuan. Sikap dan nilai pada peserta didik dibanding
dengan pendekatan klasikal atau tradisional. Menurut para ahli, pendekatan inkuiri
merupakan upaya yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam
belajar di kelas. Pendekatan ini cukup ampuh karena proses belajar lebih terpusat kepada
siswa (student-centred instruction) daripada kepada guru (teacher-centred instruction).
Model inquiry training memiliki lima langkah pembelajaran, yaitu:
a. Menghadapkan masalah (menjelaskan prosedur penelitian, menyajikan situasi yang
saling bertentangan.

8
b. Menemukan masalah (memeriksa hakikat obyek dan kondisi yang dihadapi,
memeriksa tampilnya masalah).
c. Mengkaji data dan mengeksprimentasi (mengisolasi variabel yang sesuai,
merumuskan hipotesis).
d. Mengorganisasikan, merumuskan dan menjelaskan.
e. Menganalisis proses penelitian untuk memperoleh prosedur yang lebih efektif.
Sarana pembelajaran yang diperlukan adalah berupa materi konfrontatif yang mampu
membangkitkan proses intelektual, strategi penelitian, dan masalah yang menantang peserta
didik untuk melakukan penelitian. Sebagai dampak pembelajaran dalam model ini adalah
strategi penelitian dan semangat kreatif. Langkah-langkah inquiry adalah sebagai berikut:
- Langkah pertama adalah orientasi, peserta didik mengidentifikasi masalah, dengan
pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari.
- Langkah kedua hipotesis, yaitu menyusun sebuah hipotesis yang dirumuskan sejelas
mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang telah diajukan.
- Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan.
- Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis diperluas kajiannya dalam
pengertian implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut.
- Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan
atau pengujian bagi hipotesis tersebut.
- Langkah keenam generalization, pada taraf ini inquiry sudah sampai pada tahap
mengambil kesimpulan pemecahan masalah.
 
 
3. Model Problem-Based Intruction
          Problem-Based Intruction adalah model pembelajaran yang berandaskan paham
konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan peserta didik dalam belajar dan
pemecahan masalah otentik.
Model Problem-Based Intruction memiliki lima langkah pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a. Guru mendefinisikan atau mempresentasikan masalah atau isu yang berkaitan
(masalah bisa untuk satu unit pelajaran atau lebih, bisa untuk pertemuan satu, dua
atau tiga pertemuan, bisa berawal dari seleksi guru atau eksplorasi peserta didik.

9
b. Guru membantu peserta didik mengklarifikasi masalah dan menentukan
bagaimana masalah itu diinvestigasi (investigasi melibatkan sumber-sumber
belajar, informasi, dan data yang variatif, melakukan survei dan pengukuran).
c. Guru membantu peserta didik menciptakan makna terkait dengan hasil pemecahan
masalah yang akan dilaporkan (bagaimana mereka memecahkan masalah dan apa
rasionalnya).
d. Pengorganisasian laporan (makalah,laporan lisan, model, program, computer,
dll.).
e. Presentasi (dalam kelas melibatkan semua peserta didik, guru, bila perlu
melibatkan administrator dan anggota masyarakat.
4. Model Pembelajaran Perubahan Koseptual
Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk memasukkan
prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Oleh karena itu, untuk memecahkan masalah,
seorang peserta didik harus mematuhi aturan-aturan antara yang selaras dan aturan-aturan ini
didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Perubahan konseptual terjadi ketika
peserta didik memutuskan pada pilihan yang ketiga. Agar terjadi proses perubahan
konseptual, belajar melibatkan pembangkitan dan restrukturisasi konsepsi-konsepsi yang
dibawa oleh pesera didik sebelum pembelajaran.
Model pembelajaran perubahan konseptual memiliki enam langkah pembelajaran, yaitu
sebagai berikut:
a. Sajian masalah konseptual dan kontekstual.
b. Konfrontasi miskonsepsi terkait dengan masalah-masalah tersebut.
c. Konfrontasi sangkalan berikut strategi-strategi demonstrasi, analogi, atau contoh-
contoh tandingan.
d. Konfrontasi pembuktian konsep dan prinsip secara alamiah.
e. Konfrontasi materi dan contoh-contoh kontekstual.
f. Konfrontasi pertanyaan-pertanyaan untuk memperluas pemahaman dan penerapan
pengetahuan secara bermakna.
Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah lembaran kerja peserta didik, bahan ajar,
panduan bahan ajar untuk peserta didik, dan untuk guru, peralatan demonstransi yang sesuai,
model analogi, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi atau ruangan kelas yang mudah
ditata untuk itu. Dampak pembelajaran model ini adalah sikap positif terhadap belajar,
pemahaman secara mendalam, keterampilan penerapan pengetahuan yang variatif.

10
5. Model Group Investigation
Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan yang utama, adalah: peserta didik
hendaknya aktif (learning by doing), belajar hendaknya didasari motivasi intrinsic,
pengetahuan berkembang tidak bersifat tetap, kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan
kebutuhan dan minat peserta didik, pendidikan harus mencangkup kegiatan belajar dengan
prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain artinya prosedur demokratis
sangat penting, kegiatan belajar hendaknya berhubungan dengan dunia nyata. Gagasan
Dewey akhirnya diwujudkan dalam model group investigation.Model group
investigation memiliki enam langkah pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a. Grouping (menetapkan jumlah anggota kelompok, menentukan sumber, memilih
topic, merumuskan permasalahan.
b. Planning (menetapkan apa yang akan dipelajari, bagaimana mempelajarinya, siapa
melakukan apa, apa tujuannya).
c. Investigation(saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan
informasi, menganalisis datam membuat referensi).
d. Organizing(anggota kelompok menulis laporan, merencanakan presentasi laporan,
penentuan penyaji, moderator, dan notulen).
e. Presenting (salah satu kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati,
mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan atau tanggapan).
f. Evaluating(masing-masing peserta didik melakukan koreksi terhadap laporan masing-
masing berdasarkan hasil diskusi kelas, peserta didik dan guru berkolaborasi
mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang
difokuskan pada pencapaian pemahaman.
Sistem sosial yang berkembang adalah minimnya arahan guru. Sarana pendudkung model
pembelajaran ini adalah lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk peserta
didik dan guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi
atau ruangan kelas yang mudah ditata untuk itu. Sebagai dampak pembelajaran adalah
pandangan konstruktivistik tentang pengetahuan, penelituan yang berdisiplin, proses
pembelajaran yang efektif, pemahaman yang mendalam.
6. Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)
Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Technique) atau sering disebut VCT
merupakan teknik pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencari dan
menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam mengahadapi persoalan melalui proses

11
menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri peserta didik.Tujuan
menggunakan VCT yaitu:
- Mengetahui dan mengukur tingkat kesadaran peserta didik tentang suatu nilai,
sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang akan
dicapai.
- Menanamkan kesadaran peserta didik tentang nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat
maupun sifat yang positif maupun yang negative untuk selanjutnya ditanamkan
kearah peningkatan dan pencapaian target nilai.
- Menanamkan nilai-nilai tertentu kepada pesera didik melalui cara yang rasional
(logis) dan diterima peserta didik, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi
milik peserta didik sebagai proses kesadaran moral bukan kewajiban moral.
- Melatih peserta didik dalam menerima-menilai nilai dirinya dan posisi nilai orang
lain, menerima serta mengambil keputusan terhadap suatu persolan yang berhubungan
dengan pergaulannya dan kehidupan sehari-hari.
7. Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (S-T-M)
Pendekatan S-T-S dikembangkan sebagai sebuah pendekatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang berkaitan langsung dengan lingkungan nyata dengan cara melibatkan
peran aktif peserta didik dalam mencari informasi untuk memecahkan masalah yang
ditemukan dalam kehidupan sehariannya. Perkembangan sains dan teknologi sering kali
menimbulkan dampak dalam proses perubahan masyarakat.Dengan digunakannya S-T-S
dalam pembelajaran IPS akan dibangun suatu dimensi baru dalam pembaharuan pendidikan
IPS terutama dapat menekankan segi pragmatis yaitu mengungkapkan hal-hal yang berguna
dan berhubungan langsung dengan aspek kehidupan peserta didik.
Program-program S-T-S pada umumnya memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai
berikut:
 Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak.
 Perpanjangan belajar di luar kelas dan sekolah.
 Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap peserta didik.
 Identifikasi bagaimana sains teknologi berdampak di masa depan.
 Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar dll.
8. Model Portofolio
Teori belajar yang mendasari pembelajaran portofolio adalah teori belajar konstruktivisme,
yang ada prinsipnya menggambarkan bahwa peserta didik membentuk atau membangun

12
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Portofolio sebagai model
pembelajaran merupakan usaha guru agar peserta didik memiliki kemampuan untuk
mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok.
Pembelajaran berbasis portofolio memungkinkan peserta didik untuk :
 Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari
buku/bacaan dengan penerapannnya dalam kehidupan sehari-hari.
 Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari informasi di luar kelas baik informasi
yang sifatnya benda/bacaan, penglihatan (objek langsung, TV/radio/internet) maupun
orang/pakar/tokoh.
 Membuat alternatif untuk mengatasi topic/objek yang dibahas.
 Membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan dengan konsep
yang telah dipelajarinya, dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang ada
dimasyarakat.
 Merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan mencegah
timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
9. Pembelajaran Kontekstual
Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas melibatkan tujuh utama pembelajaran efektif,
yaitu konstruktivisme (Constructivism), bertanya (questioning), menemukan (Inquiry),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Tahap-tahap dalam pelaksanaan pembelajaran kontekstual pada tingkat sekolah adalah
sebagai berikut:
a. Mengkaji materi yang akan diajarkan pada peserta didik dengan memilih yang
kontekstual dan dapat dikaitkan dengan hal-hal yang aktual.
b. Mengkaji konteks kehidupan peserta didik sehari-hari dengan cermat sebagai upaya
untuk memahami konteks kehidupan peserta didik.
c. Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan konteks kehidupan peserta
didik.
d. Menyusun persiapan kegiatan pembelajaran yang telah memasukkan konteks
kehidupan di dalam materi yang akan diajarkan.
e. Melaksanakan kegiatan pembelajaran kontekstual dengan mendorong peserta didik
untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengetahuan atau pengalaman yang
telah dimiliki sebelumnya.

13
f. Melakukan pemilaian sebenarnya terhadap hasil belajar peserta didik, di mana hasil
penilaian tersebut digunakan untuk bahan perbaikan atau penyempurnaan persiapan
dan melaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya.
10. Model Inkuiri Sosial
Model menghubungkan istilah inkuiri dengan pengembangan kemampuan peserta didik
untuk menemukan dan merefleksikan sifat kehidupan sosial, terutama sebagai latihan hidup
sendiri dan langsung dalam masyarakat. Guru berperan sebagai reflector dan pembimbing
yaitu memberikan bantuan kepada peserta didik dalam menjelaskan kedudukan mereka dalam
proses belajarnya. Terdapat tiga ciri pokok dalam model pembelajaran inkuiri sosial, yaitu:
a. Adanya aspek-aspek sosial dalam kelas yang dapat menumbuhkan tercipatanya suatu
diskusi kelas.
b. Adanya penetapan hipotesis sebagai arah dalam pemecahan masalah.
c. Mempergunakan fakta sebagai pengujian hipotesis.
11. Model Pembelajaran Pengambilan Keputusan
Pada uraian berikut ini, akan dibahas model desain pembelajaran pengambilan keputusan
(decision making) yang dikhususkan untuk pembelajaran IPS.
Apa dan mengapa model pembelajaran pengambilan keputusan?
Makna konsep pengambilan keputusan (decision making) berkaitan dengan kemampuan
berpikir tentang alternatif pilihan yang tersedia, menimbang fakta dan bukti yang ada,
mempertimbangkan tentang nilai pribadi dan masyarakat. Apabila seseorang dihadapkan
pada pilihan-pilihan tersebut maka kemungkinan jawaban yang muncul adalah pilihan yang
tepat atau tidak tepat.
Banks mengatakan bahwa kemampuan seseorang dalam pengambilan keputusan tidaklah
muncul dengan sendirinya. Pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan yang harus
dibina dan dilatihkan. Bertitik tolak dari asumsi bahwa keterampilan pengambilan keputusan
(decision-making-skills) dapat dibina dan dilatihkan pada siswa maka model pembelajaran ini
merupaka alternatif bagi para guru dan calon guru untuk membina profresionalisme dalam
proses belajar-mengajar. Savage dan Armstrong (1996) mengemukakan langkah-langkah
proses pengambilan keputusan sebagai alternatif model pembelajaran dalam IPS sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi persoalan dasar atau masalah;
b. Mengemukakan jawaban-jawaban alternatif;
c. Menggambarkan bukti yang mendukung setiap alternatif;

14
d. Mengidentifikasi nilai-nilai yang dinyatakan dalam setiap alternatif;
e. Menggambarkan kemungkinan akibat setiap pilihan alternatif;
f. Membuat pilihan dari berbagai alternatif;
g. Menggambarkan bukti dan nilai yang dipertimbangkan dalam membuat pilihan.
Selain Savage dan Armstrong, Banks (1990) mengemukakan pula urutan langkah atau
prosedur dalam pengembangan keterampilan pengambilan keputusan dengan komponen
esensial sebagai syaratnya. Menurut Banks, sedikitnya ada dua syarat untuk melaksanakan
model pembelajaran pengambilan keputusan: (1) pengetahuan sosial; dan (2) metode atau
cara mencapai pengetahuan.
Demikian sejumlah model pembelajaran IPS yang dapat diterapkan oleh para guru di kelas.
Namun untuk melaksanakannya, guru dapat memodifikasi model-model tersebut setelah ada
penyesuaian konteks lingkungan dan kondisi serta kebutuhan peserta didik.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Karena
IPS pelajaran yang mempelajari berbagai bidang dari sejarah, ekonomi, politik, teknologi dan
seterusnya. Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,
menuntut kreativitas guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang mampu
melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis
dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model
pembelajaran berfungsi sebagai pedoman untuk para perancang pembelajaran dan para
pendidik dalam merencanakan atau melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model
pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran IPS adalah model pembelajaran yang
berlandaskan pendekatan paradigma konstruktivisme yaitu pembelajaran yang berdasarkan
pada partisipasi aktif peserta didik dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis. Model-
model pembelajaran IPS berlandaskan paradigm konstruktivisme diantaranya yaitu:
Model Reasoning and Problem Solving, ModelInquiry Training, Model Problem-Based
Instruction, Model Pembelajaran Perubahan Konseptual, Model Group Investigation, Model
Pembelajaran VCT, Pendekatan S-T-M atau S-T-S, Model Portofolio, Pembelajaran
Kontekstual, Model Inkuiri Sosial.
3.2 Saran
Sebagai calon tenaga pendidik terutama bagi guru pemula maka akan dibuat bingung
mengenai strategi dan model pembelajaran efektif untuk dipakai peserta didik. Maka dari itu
tugas seorang guru harus mempunyai keterampilan dalam memilih model pembelajaran yang
tepat bagi peserta didik. sehingga proses belajar mengajar akan lebih menarik dan siswa

16
belajar akan lebih antusias, tidak merasa bosan dan mampu mengubah persepsi siswa
terhadap mata pelajaran IPS akan lebih positif dan akan lebih menyenangkan karena minat
merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/23567/2/BAB_I.pdf
http://eprints.walisongo.ac.id/3011/2/083911036_bab1.pdf
umoshine.blogspot.com/2013/03/model-model-pembelajaran-ips_28.html
https://restuavali.wordpress.com/2017/12/23/model-model-pembelajaran-ips/#:~:text=Model
%20pembelajaran%20yang%20sesuai%20dengan,memecahkan%20masalah%20dan%20berpikir
%20kritis.

17

Anda mungkin juga menyukai