Anda di halaman 1dari 25

KETERAMPILAN MEYIMAK

Nama Mahasiswa (Anggota Kelompok 1):

1) Ladi Ladita sigalingging (1191111036)


2) Citra Lestari (1192410004)
3) Gita Laurenza. S (1192411009)
4) Juliwati E. Sianturi (1192411015)

Mata Kuliah: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana karena rahmatNya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ”Keterampilan Menyimak” dengan baik dan selesai tepat
waktu. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliahSeminal
Masalah Aktual, Bapak Edizal Hatmi, S.Pd, M. Pd dan juga kepada rekan-rekan yang telah
banyak memberikan masukan untuk makalah ini.
Kami juga mengakui bahwa dalama makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik
kata, kalimat maupun isi dari setiap pembahasan yang ada. Maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang membaca
makalah ini.

Medan, September 2021

Penyusun
Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Menyimak ................................................................................................................... 3
2.2 Tujuan Menyimak ......................................................................................................................... 4
2.3 Tahap-Tahap Menyimak ............................................................................................................... 5
2.4 Jenis-Jenis Menyimak ................................................................................................................... 7
2.5 Faktor yang Mempengaruhi dalam Menyimak ........................................................................... 10
2.6 Unsur-Unsur Menyimak ............................................................................................................. 11
2.7 Metode Pembelajaran Menyimak ............................................................................................... 13
2.8 Teknik Pembelajaran Menyimak ................................................................................................ 14
2.9 Strategi Pembelajaran Menyimak ............................................................................................... 17
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 21
3.1 Simpulan ..................................................................................................................................... 21
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu keterampilan yang sangat penting, akan tetapi beberapa guru kerap lupa
untuk menanamkannya pada siswa saat kegiatan belajar mengajar terutama di SD adalah
keterampilan menyimak. Sebagian besar guru masih melakukan kegiatan belajar mengajar
menggunakan metode konvensional, yaitu melalui kegiatan ceramah yang cenderung hanya
mentransfer pengetahuan kepada siswa tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan pengetahuannya sendiri. kegiatan belajar yang seperti ini akan memberikan
dampak yang tidak efektif seperti menimbulkan kebosanan kepada siswa, suasana belajar
yang pasif, dan guru juga sulit mengukur kedalaman materi yang mampu dipahami siswa.
Untuk itu, dalam bab ini akan dibahas tentang tujuan, tahapan, jenis, teknik, dan strategi
pengajaran menyimak pada siswa SD.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan menyimak?
b. Apa tujuan kegiatan menyimak?
c. Bagaimana tahapan dalam kegiatan menyimak?
d. Apa saja jenis-jenis menyimak?
e. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses menyimak?
f. Apa saja unsur-unsur menyimak?
g. Bagaimana metode pembelajaran menyimak?
h. Bagaimana teknik serta strategi menyimak?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Mengetahui pengertian menyimak?
b. Mengetahui tujuan kegiatan menyimak?
c. Mengetahui tahapan dalam kegiatan menyimak?
d. Mengetahui jenis-jenis menyimak?
e. Mengetahui faktor yang mempengaruhi proses menyimak?

1
f. Mengetahui unsur-unsur menyimak?
g. Mengetahui metode pembelajaran menyimak?
h. Mengetahui teknik serta strategi menyimak?
1.4 Manfaat Penulisan
a. Mahasiswa jadi mengetahui apa itu keterampilan menyimak, unsur-unsur, jenis, dan
langkah dalam kegiatan menyimak.
b. Mahasiswa sebagai calon pendidik jadi mengetahui strategi pengajaran keterampilan
menyimak yang baik dan menyenangkan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Menyimak


Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan.Namun , kalau
kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu terdapat perbedaan pengertian. Mendengar
didefinisikan sebagai suatu proses penerimaan bunyi yang dating dari luar tanpa banyak
memerhatikan makna dan pesan bunyi itu. Sedangkan menyimak adalah proses mengdengar
dengan pemahaman dan perhatian terhadap makna dan pesan bunyi itu. Jadi, di dalam proses
menyimak sudah termasuk mendengar, sebaliknya mendengar belum tentu menyimak. Di
dalam bahasa Inggris terdapat istilah “listening comprehension” untuk menyimak dan “to
hear” untuk mendengar.
Menurut poerwadarminta (1984: 941) “ Menyimak adalah mendengarkan atau
memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang”. Menyimak merupakan
proses pendengaran, mengenal dan menginterprestasikan lambing-lambang lisan, sedangkan
mendengar adalah suatu proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak
memerhatikan makna itu.
Jika keterampilan menyimak dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, seperti
keterampilan membaca, maka kedua keterampilan berbahasa ini berhubungan erat, karena
keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Perbedaannya terletak dalam hal
jenis komunikasi.Menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan membaca
berhubungan dengan komunikasi tulis. Dalam hal tujuan, keduanya mengandung persamaan,
yaitu memperoleh informasi, menangkap isi, memahami makna komunikasi.
Menurut Tarigan (1993: 20) mengemukakan pengertian menyimak sebagai berikut:
menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambing-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, argumentasi,serta interprestasi untuk memperoleh informasi,
menangkap serta, memahami makna komunikasi yang disampaikan si pembicara melalui
ucapan atau bahasa lisan. Dari uraian diatas,maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
menyimak adalah mendengarkan serta memerhatikan baik-baik apa yang dibaca atau
diucapkan oleh si pembicara serta menangkap dan memahami isi dan makna komunikasi
yang tersirat di dalamnya.

3
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang cukup kompleks karena
melibatkan berbagai proses menyimak dalam saat yang sama. Pada saat menyimak
mendengarkan bunyi berbahasa, pada saat itu pula mentalnya aktif bekerja mencoba
memahami, menafsirkan apa yang disampaikan pembicara, dan pada saat itu ia harus
menerima respons. Pada dasarnya respons yang diberikan itu akan terjadi setelah terjadinya
integrasi antara pesan yang didengar dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman
penyimak. Respon itu bias sama dengan yang dikehendaki pembicara dan bias pula tidak
sama.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat menyimak itu adalah suatu rentetan
proses, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, memanfaatkan hasil
penafsiran, dan proses penyimpanan, serta proses menghubung-hubungkan hasil penafsiran
itu dengan keseluruhan pengetahuan dan pengalaman.

2.2 Tujuan Menyimak


Tujuan menyimak dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Menyimak untuk belajar dimana orang tersebut bertujuan agar ia dapat memperoleh
pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara.
b. Menyimak untuk menikmati dimana orang yang menyimak dengan penekanan pada
penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau
dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni).
c. Menyimak untuk mengevaluasikan dimana orang menyimak dengan maksud agar ia
dapat menilai apa-apa yang dia simak (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tidak
logis dan lain-lain).
d. Menyimak untuk mengapresiasi dimana orang yang menyimak dapat menikmati serta
menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya: pembaca berita, puisi,music dan lagu
dialog, diskusi panel,dan perdebatan).
e. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide dimana orang yang menyimak bermaksud
agar ia dapat menkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaanya
kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
f. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi dimana orang yang menyimak bermasud
agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi yang tepat; mana bunyi yang membedakan arti

4
(distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti;biasanya ini terlihat pada seseorang
yang sedang belajar bahasa asing yang asik mendengarkan ujaran pembicara asli (native
speaker).
g. Menyimak untuk memecahkan masalah dimana orang yang menyimak bermasud agar ia
dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia
mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
h. Menyimak untuk menyainkan dimana orang yang menyimak untuk menyakinkan dirinya
terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan.

2.3 Tahap-Tahap Menyimak


Dalam komunikasi, menyimak teridiri dari berbagai elemen seperti penerimaan,
pemahaman, pengingatan, pengevaluasian dan penanggapan (Adler et al., 1986 ; Lesikar et
al., 1999 ; Myers & Myers, 1975 ; DeVito, 2001).
1. Penerimaan
Menyimak dimulai dengan penerimaan pesan yang dikirim pembicara baik yang bersifat
verbal maupun non verbal. Tentu saja dalam memaknai pesan-pesan verbal ini perlu juga
diperhatikan, atau akan disesuaikan dengan, hal-hal yang sifatnya non verbal seperti
gesture, ekspresi wajah dan nada atau tekanan suara.
2. Pemahaman
Pemahaman disusun dari dua elemen pokok, pembelajaran dan pemberian makna.
3. Pengingatan
Kemampuan untuk mengingat informasi berkaitan dengan seberapa banyak informasi
yang ada dalam benak dan apakah informasi bisa diulang atau tidak.
4. Pengevaluasian
Pengevaluasian terdiri dari penilaian dan pengkritisan pesan.
5. Penanggapan
Penanggapan terjadi dalam fase (1) tanggapan yang kita buat sementara pembicara
berbicara, berupa dukungan, dan (2) tanggapan yang kita buat setelah pembicara berhenti
berbicara, berupa ketelitian, pertanyaan, pengklarifikasian, tantangaan dan persetujuan.

Menurut Ruth G. Strickland menyimpulkan ada Sembilan tahap menyimak, yaitu:

5
1. Menyimak berkala.
Menyimak ini dialami saat yang dibicarakan oleh pembicara mengenai diri si penyimak.
2. Menyimak dengan perhatian dangkal.
Menyimak seperti ini terjadi karena adanya gangguan-gangguan atau selingan.
3. Setengah menyimak.
Menyimak ini terjadi dikarenakan adanya hal di dalam hati yang ingin disampaikan atau
diutarakan si penyimak.
4. Menyimak serapan.
Menyimak jenis ini terjadi dikarenakan si penyimak menyerap hal-hal yang tidak penting.
5. Menyimak sekali-sekali.
Dalam jenis menyimak ini, si penyimak hanyaa menyimak jika kalimat atau kata-kata
yang disampaikan si pembicara menarik menurutnya.
6. Menyimak asosiatif.
Dalam menyimak ini, penyimak hanya mengingat hal-hal atau pengalaman pribadinya
sehingga dia tidak memberikan respon terhadap pembicara.
7. Menyimak dengan reaksi berkala.
Disini, penyimak memberikan komentar ataupun bertanya kepada pembicara.
8. Menyimak secara saksama.
Penyimak benar-benar mengikuti pembicaraan pembicara dengan sungguh-sungguh.
9. Menyimak secara aktif.
Ini lah menyimak yang benar-benar baik, karena mengetahui atau mendapatkan gagasan
atau hal-hal yang disampaikan pembicara.

Sedangkan Hunt mengemukakan ada tujuh tahapan dalam menyimak, yaitu :


1. Isolasi (pemisahana/memisahkan)
Pada tahap ini penyimak harus bisa memisahkan bunyi-bunyi, fakta-fakta atau ide-ide
yang dikatakan pembicara. Yang mana hal-hal atau sesuatu yang baik dan benar.
2. Identifikasi (menentukan atau menetapkan)
Dalam tahapan menyimak ini. Penyimak mencatat apa yang sedang dibicarakan tentang
hal-hal yang dianggap penting dan bermanfaat baginya. Apalagi rangsangan atau
gambaran tertentu sudah kita ketahui maka suatu maknanya bisa kita tetapkan kepada
setiap hal-hal yang berdiri sendiri itu.
6
3. Integrasi (Penyatuan/menyatukan)

Pada tahapan ini, penyimak menyatupadukan dan menyesuaikan hal-hal yang


didapatkannya saat menyimak dengan informasi lain yang telah dimilikinya dan
diketahuinya sebelumnya.
4. Inspeksi
Pada tahap ini, penyimak membandingkan dan memeriksa kembali informasi yang baru
saja diterimanya dengan pengetahuannya sendiri. Kemudian menilainya, yang mana yang
bisa dilakukan dan yang tidak.
5. Interpretasi
Pada tahap ini, penyimak mengevaluasi sesuatu yang didengar dan mencari tahu sumber
informasi yang disampaikan dari mana datangnya semua informasi itu. Disini, penyimak
memberikan kesan dan memberikan tanggapannya, menyampaikan pendapatnya.
6. Interpolasi
Pada tahapan ini, jika dalam penyimakan kita tidak menemukan pesan yang berisi
informasi yang bermanfat bagi kita ataupun merasa tidak lengkap dan tidak bisa kita
cerna, maka kita lah yang memberikan ide-idenya dari pengetahuan ataupun pengalam
kita sehingga kita bisa menemukan informasi dari pesan itu dengan lengkap dan
sempurna.
7. Introspeksi
Pada tahap ini, penyimak menguji informasi yang didapatkannya dengan pengetahuan dan
pengalamannya senidri. Agar dia dapat menerapkannya di lingkungannya dan
kehidupannya.

2.4 Jenis-Jenis Menyimak


Adapun jenis-jenis menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (Sutari, 1998: 47)
adalah sebagai berikut:
1. Menyimak Ekstensif (Extensive Listening)
Menyimak ekstensif ( extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak yang
berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu bahasa, tidak
perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru. Penggunaan yang paling mendasar
ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah diketahui dalam suatu lingkungan baru

7
dengan cara yang baru. Selain itu, dapat pula murid dibiarkan mendengar butir-butir
kosakata dan struktur-struktur yang baru bagi murid yang terdapat dalam arus bahasa yang
ada dalam kapasitasnya untuk menangabinya. Pada umumnya, sumber yang paling baik
untuk menyimak ekstensif adalah rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya rekamanan
yang bersumber dari siaran radio, televise, dan sebagainya.
2. Menyimak Intensif(Intensif Listening)
Menyimak intensif(Intensif Listening) adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang
jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan
suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari
program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum.Jelas bahwa
dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid.
3. Menyimak Sosial ( Sosial listening) atau menyimak konversasional (conversation
listening) ataupun menyimak sopan (Courtens listening)
Biasanya berlangsung dalam situs-situs sosial tempat orang mengobrol mengenai hal-hal
yang menarik perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain untuk
membuat respons-respons yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan
memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh
seorang rekan. Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling
sedikit mencangkup dua hal, yaitu perkataan menyimak secara sopan santun dengan
penuh perhatian percakapan atau konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu
maksud. Dan kedua mengerti serta memahami peranan-peranan pembicara dan menyimak
dalam proses komunikasi tersebut.
4. Menyimak Sekunder (secondary listening)
Menyimak sekunder(secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara
kebetulan dan secara ekstensif misalnya, menyimak pada musik yang mengirim tarian-
tarian rakyat terdengar secara sayup-sayup sementara kita menulis surat pada teman di
rumah atau menikmatin musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di
sekolah seperti menulis, pekerjaan tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan latihan
menulis dengan tulisan tangan.
5. Menyimak Estetik(aesthetic listening) disebut juga menyimak apresiatif ( appreciational
listening)

8
Menyimak Estetik adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan
termasuk kedalam menyimak ekstensif, mencangkup dua hal yaitu pertama menyimak
musik, puisi, teka-teki, dan lakon lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid.
6. Menyimak Kritis ( critical listening)
Menyimak Kristis adalah sejenis kegiatan menyimak yang didalamnya sudah terlihat
kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidak telitian yang
akan diamati. Murid-murid perlu banyak belajar mendengarkan,menyimak secara kritis
untuk memperoleh kebenaran.Menyimak Konsentratif (consentrative listening) sering
juga disebut study-type listening atau menyimak yang merupakan jenis telah kegiatan-
kegiatan tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain: menyimak untuk mengikuti
petunjuk-petunjuk serta menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta penting dan sebab
akibat.
7. Menyimak kreatif (creative listening)
Menyimak kreatid adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau
rekonstruksi seorang anak secara imaginative kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual
ataupenglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankanoleh apa-
apadidengarkan.
8. Menyimak Introgatif ( introgative listening)
Menyimak Introgatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak
konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena sipenyimak harus
mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si
penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatianya pada pemrolehan informasi atau
mengenai jalur khusus.
9. Menyimak Penyelidikan (exploratory listening)
Menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan maksud dan yang agak
lebih singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan
perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian dan informasi
tambahan mengenai suatu topik atau suatu pergunjingan yang menarik.
10. Menyimak pasif ( passive listening)
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasa menandai
upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghapal luar kepala,

9
berlatih serta menguasai sesuatu bahasa. Salah satu contoh menyimak pasif adalah
penduduk pribumi yang tidak bersekolah lancar berbahasa asing. Hal ini dimungkinkan
karena mereka hidup langsung di daerah bahasa tersebut beberapa lama dan memberikan
kesempatan yang cukup bagi otak mereka menyimak bahasa itu.
11. Menyimak Selektif (selective listening)
Berhubungan erat dengan menyimak pasif. Betapapun efektifnya menyimak pasif itu
tetapi biasanya tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Oleh karena itu
menyimak sangat dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya tidak
menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus
memanfaatkan kedua teknik tersebut. Dengan demikian, berarti mengimbangi isolasi
kaltural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk
menginterprestasikan.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi dalam Menyimak


Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyimak diantaranya adalah:
a. Faktor Fisik
Kondisi fisik dan lingkungan fisik penyimak merupakan factor yang penting dalam
menentu kan keefektifan serta kualitas keaktifannya dalam menyimak.
b. Factor Psikologis
Factor Psikologis melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi, yaitu faktor-faktor
psikilogis dalam menyimak. Faktor-faktor ini antara lain mencangkup masalah-masalah:
1. Prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab dan
alasan.
2. Keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah pribadi serta
masalah pribadi.
3. Kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas.
4. Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada
pokok pembicaraan.
5. Sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok pembicaraan,
atau terhadap sang pembicara.

10
Sabagian atau semua faktor tersebut diatas dapat mempengaruhi kegiatan menyimak
kearah yang merugikan yang tidak kita inginkan, dan hal ini mempunyai akibat yang buruk
bagi sebagian atau seluruh kegiatan belajar para siswa.Dalam hal-hal seperti inilah para guru
harus menampilkan fungsi bimbingan dan penyuluhan serta mencoba memperbaiki kondisi-
kondisi yang merugikan tersebut.

Guru juga harus mempertinggi serta memperkuatkan sifat ketanpaprasangkaan,


kewajaran yang tidak berat sebelah, serta sifat yang tidak mementingkan diri sendiri dan
mencoba untuk memberikan serta mengadakan suatu latar belakang yang bersifat
merangsang minat yang aka bertindak sebagai suatu keadaan yang menguntungkan bagi
menyimak responsive.
Sebaliknya faktor-faktor psikologis ini pun mungkin pula sangat menguntungkan bagi
kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, misalnya pengalaman-pengalaman masa lalu
yang sangat menyenangkan, yang telah menentukan minat-minat dan pilihan-pilihan,
kepandaian yang beranekaragam dan lain-lainnya, kalau dihubungkan dengan suatu bidang
diskusi jelas merupakan pengaruh-pengaruh baik bagi kegiatan menyimak yang
mengasyikan yang memukau dan menarik hati.

2.6 Unsur-Unsur Menyimak


Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung
kepada berbagai unsur yang mendukung. Yang dimaksudkan dengan unsur dasar ialah unsur
pokok yang menyebabkan timbulnya komunikasi dalam menyimak. Setiap unsur merupakan
satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur yang lain. Unsur-unsur dasar menyimak
ialah pembicara, penyimak, bahan simakan, dan bahasa lisan yang digunakan. Berikut ini
adalah penjelasan masing-masing unsur itu.
1. Pembicara: Yang dimaksudkan dengan pembicara ialah orang yang menyampaikan pesan
yang berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak. Dalam komunikasi lisan,
pembicara ialah narasumber pembawa pesan, sedang lawan bicara ialah orang yang
menerima pesan (penyimak)
2. Penyimak. Penyimak yang baik ialah penyimak yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang banyak dan luas. Jika penyimak memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang banyak dan luas, ia dapat melakukan kegiatan menyimak dengan baik. Selain itu,

11
penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan
intensif.
3. Bahan Simakan. Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan,
terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang
disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep,
gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan
dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya
kegagalan dalam komunikasi. Untuk menghindari kegagalan, perlu dikaji ulang. Bahan
simakan dengan cara berikut:
1) Menyimak Tujuan Pembicara
Langkah pertama penyimak dalam melakukan kegiatan menyimak ialah mencari tujuan
pembicara. Jika hal itu telah dicapai, ia akan lebih gampang untuk mendapatkan pesan
pembicara. Jika hal itu tidak ditemukan, ia .akan mengalami kesulitan. Tujuan yang
akan dicapai penyimak ialah untuk mendapatkan fakta, mendapatkan inspirasi,
menganalisis gagasan pembicara, mengevaluasi, dan mencari hiburan.
2) Menyimak Urutan Pembicaraan
Seorang penyimak harus berusaha mencari urutan pembicaraan. Hal itu dilakukan
untuk memudahkan penyimak mencari pesan pembicara. Walaupun pembicara berkata
agak cepat, penyimak dapat mengikuti dengan hati-hati agar mendapatkan gambaran
tentang urutan penyajian bahan. Urutan penyajian terdiri atasa tiga komponen, yaitu
pembukaan, isi, dan penutup. Pada bagian pembukaan lingkup permasalahan yang akan
dibahas. Bagian isi terdiri atas uraian panjang lebar permasalahan yang dikemukakan
pada bagian pendahuluan. Pada bagian penutup berisi simpulan hasil pembahasan.
3) Menyimak Topik Utama Pembicaraan
Topik utama ialah topik yang selalu dibicarakan, dibahas, dianalisis s pembicaraan
berlangsung. Dengan mengetahui topik utama, penyimak memprediksi apa saja yang
akan dibicarakan dalam komunikasi tersebut. penyimak satu profesi dengan pembicara,
is tidak akan kesulitan untuk mener topik utama. Sebuah topik uta.-na memiliki ciri-
ciri: menarik perhatian pen) bermanfaat bagi penyimak, dan akrab dengan penyimak.
4) Menyimak Topik Bawahan

12
Setelah penyimak menemukan topik utama, langkah selanjutnya ialah mencari topik-
topik bawahan. Umumnya pembicara akan membagi topik utama itu menjadi beberapa
topik bawahan. Hal itu dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dengan mudah
dicerna oleh penyimak. Penyimak dapat mengasosiasikan topik utama itu dengan
sebuah pohon besar, topik bawahan ialah dahan dan ranting pohon tersebut. Dengan
demikian penyimak yang telah mengetahui topik utama, dengan mudah akan
mengetahui topik-topik bawahannya.
5) Menyimak Akhir Pembicaraan
Akhir pembicaraan biasanya terdiri atas: simpulan, himbauan, dan saran-saran. Jika
pembicara menyampaikan rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati
rangkuman yang telah disampaikan pembicara tersebut. Jika pem bicara
menyampaikan simpulan, maka penyimak mcncocokkan catatannya dengan simpulan
yang disampaikan pembicara. Dalam hal itu perlu dicermati juga tentang simpulan.
yang tidak sama, yaitu simpulan yang dibuat pembicara dan penyimak. Jika pembicara
hanya menyampaikan himbauan, penyimak harus memperhatikan himbuan itu secara
cermat dan teliti.

2.7 Metode Pembelajaran Menyimak


Pada dasanya terdapat banyak Metode Pembelajaran Menyimak di Sekolah Dasar kelas
rendah di antaranya
1. Metode berkisah
Diberikan oleh guru di depan kelas dengan membawakan sebuah kisah. Dongeng dan
fabel dapat dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran dengan metode berkisah. Metode
berkisah tidak semata-mata disampaikan monoton dengan narasi, tetapi perlu selingan
dialog dan humor dengan suara berubah-ubah.
2. Metode pembacaan
Pembacaan yang menarik dicontohkan oleh guru di depan kelas dapat mengundang
perhatian siswa untuk ikut terlibat dan berempati dalam suasana karya sastra yang
dibacanya. Siswa kelas 1-3 sekolah dasar dapat dengan cepat menangkap irama puisi atau
cerita pendek yang dibacakan oleh gurunya tanpa menghiraukan maknanya.
3. Metode tanya-jawab

13
Pertanyaan diberikan guru kepada siswa, setelah siswa itu mendengarkan cerita gutu atau
menonton pertunjukan pentas karya sastra. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk
ukuran kelas rendah biasanya lebih sederhana seperti siapa tokoh dalah cerita tersebut ?
dimana kisah tersebut terjadi ? dsb.
4. Metode penugasan
Guru dapat memberi tugas membaca, mendengar, ataupun menonton pertunjukan karya
sastra baik di dalam kelas ataupun sebagai pekerjaan rumah.

2.8 Teknik Pembelajaran Menyimak


Teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara variatif
untuk menghindari kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar.
Selain itu, melalui penggunaan teknik menyimak yang beragam menjadikan pembelajaran
lebih menarik bagi siswa. Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan guru
dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Teknik Ulang-Ucap (Menirukan)
Teknik ini biasa digunakan guru pada siswa yang belajar bahasa permulaan, baik
belajar bahasa ibu maupun bahasa asing. Teknik ini digunakan untuk memperkenalkan
bunyi bahasa dengan dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas oleh guru.
Dengan teknik ini, pertama-tama guru mengucapkan kata-kata yang sederhana, seperti
“mata”, misalnya, kemudian guru memperjelas kata tersebut dengan cara
mendemonstrasikannya; guru menggunakan jari tangannya untuk menunjuk salah satu
bagian wajahnya, yaitu mata. Langkah kedua, guru mengucapkan kata “mata” dengan
jelas dan keras, siswa diminta menyimaknya dengan baik, kemudian menirukan apa yang
diucapkan guru. Langkah ketiga, guru memberikan latihan ekstensif dengan mengulang
kata-kata yang sudah dikenalkan, kemudian menambah kosa kata serta mengenalkan
struktur kalimat kepada siswa sampai siswa dapat mengucapkan kata-kata dengan tepat,
dan akhirnya menggunakan kata itu dalam struktur yang sederhana
2. Teknik Informasi Beranting
Guru memberi informasi kepada salah seorang siswa kemudian informasi tersebut
disampaikan kepada siswa di dekatnya; begitu seterusnya, informasi disampaikan secara
beranting. Siswa yang menerima informasi terakhir, mengucapkan keras-keras informasi

14
tersebut di hadapan teman-temannya. Dengan demikian, kita tahu apakah informasi itu
tetap sama dengan sumber pertama atau tidak. Jika tetap sama, berarti daya simak siswa
sudah cukup baik, akan tetapi, bila informasi pertama berubah setelah beranting, ini
berarti daya simak siswa masih kurang
Contoh Informasi: Andi membeli mie bersama Rani tadi pagi.
3. Teknik Satu Mulut Satu Kelas
Guru membacakan sebuah wacana yang dapat berupa artikel atau cerita di hadapan siswa,
dan siswa diminta menyimak baik-baik. Sebelum siswa menyimak, guru memberi
penjelasan tentang apa-apa yang pernah disimak. Setelah guru selesai membacakan, guru
dapat meminta siswa, misalnya:
a. menceritakan kembali isi materi yang disimaknya;
b. menyebutkan urutan ide pokok dari apa yang disimak;
c. menyebutkan tokoh atau pelaku cerita dari apa yang disimaknya;
d. menemukan makna yang tersurat dari apa yang disimaknya;
e. menemukan makna yang tersirat dari apa yang disimaknya;
f. menemukan ciri-ciri atau gaya bahasa yang digunakan dalam wacana yang
dibacakan;
g. menilai isi dari apa yang disimaknya
Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru kepada siswa tentu saja harus
disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Dalam penggunaan teknik ini, guru dituntut untuk dapat membaca dengan baik sesuai
dengan jenis wacana yang dibacanya. Oleh karena itu, guru perlu menyiapkan benar-benar
bahan bacaan dan cara membacanya, jangan sampai siswa mengalami kesulitan memahami
isi yang disimaknya hanya karena pembacaan yang kurang siap.
4. Teknik Satu Rekaman Satu Kelas
Guru terlebih dahulu menyiapkan rekaman melalui kaset (tape recorder), CD, ataupun
laptop yang berisi ceramah, pembacaan puisi, pidato, cerita/dongeng, drama, dan
sebagainya. Kemudian guru memberi petunjuk-petunjuk sebelum kaset di putar tentang
hal-hal yang perlu disimak. Setelah itu guru memutar rekaman yang telah disiapkan
sebelumnya (dongeng, misalnya). Siswa diminta menyimak baik-baik. Rekaman dapat
diputar ulang bila siswa belum dapat mengikuti tentang apa yang diputar. Kemudian siswa

15
diberikan tugas menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pemahamannya terhadap
rekaman yang disimaknya, seperti:
a. apa tema dari dongeng yang anak-anak simak?
b. siapa yang menjadi tokoh dalam dongeng tersebut?
c. bagaimana watak dari tokoh tersebut?
d. sebutkan amanat yang terdapat dalam dongeng tersebut! dan lain-lain.
e. Teknik Group Cloze
Dalam penggunaan teknik ini, guru membacakan sebuah wacana sekali, siswa
diminta menyimak baik-baik. Kemudian, guru membacakan lagi wacana tersebut dengan
cara membaca paragraf awal penuh, sedangkan paragraf berikutnya ada beberapa kata
atau kelompok kata yang dihilangkan. Setelah itu, tugas siswa adalah memikirkan
konteks wacana dan mengisi tempat yang kosong dengan kata-kata atau peristilahan atau
kelompok kata yang asli dari wacana yang dibacakan sebelumnya.
5. Teknik Parafrase
Dalam penggunaan teknik ini, guru terlebih dahulu menyiapkan sebuah puisi untuk
disimak oleh siswa. Setelah itu, guru membacakan puisi yang telah disiapkan dengan
jelas. Kemudian setelah siswa selesai menyimak, siswa secara bergiliran disuruh
menceritakan kembali isi puisi yang telah disimaknya dengan kata-kata sendiri.Dalam
menerapkan teknik ini, guru harus menyesuaikan dengan perkembangan kebahasaan
siswa, agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai tujuan.
6. Teknik Simak Libat Cakap
Sesuai dengan nama teknik ini, penyimak terlibat dalam pembicaraan. Dalam pelaksanaan
teknik ini guru dapat menugaskan siswa mengadakan wawancara, misalnya dengan guru
wali, guru pengajar bahasa Bali, budayawan. Sebelum mengadakan wawancara, siswa
diminta menyiapkan apa yang perlu ditanyakan kepada orang yang diwawancarai. Tugas
selanjutnya siswa menyusun hasil wawancara yang kemudian diserahkan kepada guru
untuk teliti.
7. Teknik Simak Bebas Libat Cakap
Teknik ini senada dengan teknik simak libat cakap yang mementingkan keterlibatan
penyimak dalam pembicaraan. Penyimak di sini hanya berlaku sebagai pemerhati yang
penuh minat, tekun menyimak apa yang disampaikan oleh pembicara sehingga penyimak

16
dapat memahami isi pembicaraan, tujuan pembicaraan, menganalisis apa yang
dibicarakan, serta akhirnya menilai isi pembicaraan.

2.9 Strategi Pembelajaran Menyimak


1. Strategi menyimak dan berpikir langsung (MBL)
a. Pra Simak
Persiapan Menyimak :
1) Pada tahap ini guru memberitahukan judul cerita yang akan disimak.
Misalnya: “Saat sendirian di Rumah”.
2) Berdasarkan judul tersebut guru menanyakan kepada siswa.
Misalnya: “Bagaimana seandainya malam hari sendirian di rumah?”.
3) Untuk membangkitkan imajinasi siswa guru bisa menunjukan gambar rumah yang
gelap.
4) Selanjutya guru mengajukan pertanyaan.
Misalnya: “Apa kira-kira isi cerita yang akan dibacakan, apa yang kira-kira menarik
dari cerita itu, bagaimana seandainya peristiwa itu terjadi pada kalian?”.
b. Saat Simak
Guru membaca Nyaring :
1) Guru membacakan cerita dengan suara nyaring secara menarik dan hidup.
2) Pada bagian tertentu yang dianggap memiliki hubungan dengan prediksi dan tujuan
pembelajaran, guru menghentikan pembacaan dan mengajukan pertanyaan kepada
siswa.
Misalnya: “Apa kesimpulan yang kalian peroleh, apa yang terjadi kemudian, apa
yang terjadi selanjutnya?”.
3) Setelah tanya jawab dianggap cukup, guru melanjutkan membaca lagi dan
mengulangi langkah di poin kedua sampai cerita selesai.
c. Pasca Simak
Refleksi :
1) Guru mengakhiri pembacaan cerita
2) Selanjutnya guru meminta siswa untuk mengemukakan kembali isi cerita dan guru
meminta pendapat siswa tentang unsur-unsur cerita.

17
Misalnya: tentang watak tokoh, tentang alur, setting dan sebagainya secara lisan.
Kegiatan ini bisa dilakukan dengan menunjuk siswa maju ke depan untuk
menceritakan kembali cerita yang telah dibacakan guru secara bergantian.
2. Strategi Pertanyaan Jawaban (PJ)
a. Pra Simak
1) Guru mengemukakan judul bahan simakan.
2) Guru mengajukan pertanyaan berkenaan dengan isi simakan yang akan dibicarakan.
b. Saat Simak
Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan
diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung.
c. Pasca Simak
1) Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan
diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung.
2) Setelah materi simakan selesai dibacakan gru memberi kesempatan kepada siswa
menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
3) Guru mengadakan tanya-jawab dengan siswa.
4) Siswa mengemukakan kembali informasi yang telah diperoleh. (bisa secara tertulis
maupun lisan).
3. Strategi kegiatan menyimak secara langsug (KML).
a. Pra simak
Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks simakan, bertanya-
jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bahan simakan
sebagai upaya untuk membangkitkan skemata siswa. Selanjutnya guru mengemukakan
hal-hal pokok yang perlu dipahami dalam menyimak.
b. Saat simak
Guru meminta siswa mendengarkan materi simakan yang dibacakan oleh guru.
c. Pasca simak
1) Guru melakukan tanya-jawab tentang isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus
diikat oleh pertanyaan yang terdapat dalam buku. Guru hendaknya menambahkan
pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa atau masalah lain yang
aktual.

18
2) Guru memberikan latihan/tugas/kegiatan lagin yang berfungsi untuk
mengembangkan ketrampilan siswa dalam menyimak.

Contoh Permainan untuk Meningkatkan Ketrampilan Menyimak


Ada beberapa macam permainan yang dapat digunakan untuk pembelajaran Menyimak.
Beberapa contoh diantaranya sebagai berikut :
1. Bisik Berantai.
Permainan ini dilakukan dengan cara, setiap siswa harus membisikkan suatu kata (untuk
kelas rendah) atau kalimat atau cerita (untuk kelas tinggi) kepada permainan berikutnya.
Terus berurut sampai permainan terakhir. Pemain yang terakhir harus mengatakan isi kata
atau kalimat atau cerita yang dibisikkan. Betul atau salah? Bila salah, dimana atau siapa
yang melakukan kesalahan. Permainan ini dapat dilombakan dengan cara kelompok.
2. Kim Lihat (Lihat Katakan).
Sediakan beberapa benda atau sayuran atau buah-buahan dalam suatu kotak tertutup.
Siswa berkelompok. Seorang siswa anggota kelompok harus melihat satu benda yang ada
didalam kotak. Setelah dilihat jelas, siswa tersebut harus menjelaskan sejelas-jelasnya
kepada kelompoknya baik ciri-cirinya, rasa, warna atau apa saja yang dapat dilihatnya.
Anggota kelompok yang lain harus mengambil benda yang dijelaskan oleh siswa yang
melihat tadi. Kelompok yang paling cepat dan paling banyak mengambil benda dalam
kotak, itulah yang menang.
3. Cerita Berantai.
Permainan ini dilakukan berkelompok dua orang. Setiap kelompok harus melanjutkan
cerita yang diucapkan kelompok lain. Cerita dimulai dari guru. Anggota kelompok yang
satu sebagai pembicara melanjutkan cerita, yang seorang lagi mencatat kalimat yang
diucapkan setiap kelompok dan membacakannya setelah cerita selesai. Misalnya, guru
memberi kalimat pertama: “Di sebuah kampung ada seorang anak yatim...”. Kelompok
pertama harus meneruskan cerita itu. Kalimat dari kelompok pertama diteruskan oleh
kelompok kedua, dan seterusnya.
4. Siap Laksanakan Perintah.
Permainan ini bermain melalui lagu. Siswa dibagi beberapa kelompok. Setiap kelompok
harus mengganti lirik lagu “Suka Hati” dengan perintah yang harus dikerjakan oleh
kelompok lain. Permainan diawali oleh guru dengan menyanyikan lagu : Kalau kau suka
19
hati tepuk tangan (semua siswa tepuk tangan). Kalau kau suka hati tepuk tangan (semua
siswa tepuk tangan). Kalau kau suka hati, mari kita lakukan, kalau kau suka hati tepuk
tangan (siswa tepuk tangan). Setelah guru memulai dengan lagu tersebut, selanjutnya
giliran kelompok pertama yang berdiskusi mengganti lirik dan perintah dari lagu tersebut.
Misalnya : kalau kau suka hati tarik tangan (kelompok lain menarik tangan temannya),
kalau kau suka hati geleng kepala (kelompok lain menggelengkan kepala), kalau kau suka
hati, mari kita lakukan, kalau kau suka hati loncat katak (kelompok lain meloncat seperti
katak)

Contoh Pembelajaran Menyimak Menggunakan Gambar


1. Menerka Deskripsi Gambar (Simak-Terka).
Sediakan beberapa gambar (foto) dari koran atau majalah. Simpan di meja guru atau
tempelkan di papan tulis. Guru mendeskripsikan salah satu gambar yang ada di papan tulis
atau di atas meja kepada seluruh siswa. Selesai guru mendeskripsikan gambar secara lengkap
dan rinci, salah seorang siswa ditunjuk untuk menerka gambar mana yang di deskripsikan
oleh guru atau kalau gambarnya di atas meja, siswa harus mengambil gambar mana yang
dideskripsikan guru. Selain secara klasikal seperti tadi, pengelolaan pembelajaran dengan
gambar ini juga dapat melalui permainan, yaitu permainan ditektif. Siswa harus bekerja
berpasangan, seorang menjadi ditektif dan seorang menjadi informan. Informan harus
menjelaskan sejelas-jelasnya ciri-ciri penjahat yang harus ditangkap ditektif. Setelah jelas,
ditektif harus mencari gambar yang dideskripsikan informan untuk ditangkap. Permainan ini
bisa juga menggunakan siswa langsung tanpa gambar. Penjahat yang dideskripsikan ciri-
cirinya oleh informan dan ditangkap oleh ditektif temannya sendiri di kelas.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Menyimak adalah mendengarkan atau memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau
dibaca orang. Hakikat menyimak itu adalah suatu rentetan proses, mulai dari proses
mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, memanfaatkan hasil penafsiran, dan proses
penyimpanan, serta proses menghubung-hubungkan hasil penafsiran itu dengan keseluruhan
pengetahuan dan pengalaman. Tujuan menyimak adalah untuk dan memahami informasi
dari pembicara. Dalam komunikasi, menyimak teridiri dari berbagai elemen seperti
penerimaan, pemahaman, pengingatan, pengevaluasian dan penanggapan.
Teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara variatif
untuk menghindari kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar.
Misalnya, Teknik Ulang-Ucap (Menirukan), Teknik Informasi Beranting, Teknik Satu Mulut
Satu Kelas, Teknik Satu Rekaman Satu Kelas, Teknik Group Cloze, dll. Ada beberapa
macam permainan yang dapat digunakan untuk pembelajaran Menyimak. Beberapa contoh
diantaranya Bisik Berantai, Cerita Berantai, dll.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Mohon maaf atas segala
kekurangan. Kritik dan saran yang membangun, sangat diharapkan agar dapat
menyempurnakan makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Ridwan (dkk). 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Bandung : UPI PRESS

Drs. Tarigan, Djago. Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi, 1991.

Hermawan, Herry. 2012. Menyimak: Keterampilan Berkomunikasi Yang Terabaikan.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mulyati, Yeti. 2015. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Tangerang Selatan: Modul
Universitas Terbuka

Simanungkalit, Erlida, ddk. 2019. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit


Ombak.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.

22

Anda mungkin juga menyukai