SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana karena rahmatNya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ”Keterampilan Menyimak” dengan baik dan selesai tepat
waktu. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliahSeminal
Masalah Aktual, Bapak Edizal Hatmi, S.Pd, M. Pd dan juga kepada rekan-rekan yang telah
banyak memberikan masukan untuk makalah ini.
Kami juga mengakui bahwa dalama makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik
kata, kalimat maupun isi dari setiap pembahasan yang ada. Maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang membaca
makalah ini.
Penyusun
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
f. Mengetahui unsur-unsur menyimak?
g. Mengetahui metode pembelajaran menyimak?
h. Mengetahui teknik serta strategi menyimak?
1.4 Manfaat Penulisan
a. Mahasiswa jadi mengetahui apa itu keterampilan menyimak, unsur-unsur, jenis, dan
langkah dalam kegiatan menyimak.
b. Mahasiswa sebagai calon pendidik jadi mengetahui strategi pengajaran keterampilan
menyimak yang baik dan menyenangkan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kegiatan menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang cukup kompleks karena
melibatkan berbagai proses menyimak dalam saat yang sama. Pada saat menyimak
mendengarkan bunyi berbahasa, pada saat itu pula mentalnya aktif bekerja mencoba
memahami, menafsirkan apa yang disampaikan pembicara, dan pada saat itu ia harus
menerima respons. Pada dasarnya respons yang diberikan itu akan terjadi setelah terjadinya
integrasi antara pesan yang didengar dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman
penyimak. Respon itu bias sama dengan yang dikehendaki pembicara dan bias pula tidak
sama.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat menyimak itu adalah suatu rentetan
proses, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, memanfaatkan hasil
penafsiran, dan proses penyimpanan, serta proses menghubung-hubungkan hasil penafsiran
itu dengan keseluruhan pengetahuan dan pengalaman.
4
(distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti;biasanya ini terlihat pada seseorang
yang sedang belajar bahasa asing yang asik mendengarkan ujaran pembicara asli (native
speaker).
g. Menyimak untuk memecahkan masalah dimana orang yang menyimak bermasud agar ia
dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia
mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
h. Menyimak untuk menyainkan dimana orang yang menyimak untuk menyakinkan dirinya
terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan.
5
1. Menyimak berkala.
Menyimak ini dialami saat yang dibicarakan oleh pembicara mengenai diri si penyimak.
2. Menyimak dengan perhatian dangkal.
Menyimak seperti ini terjadi karena adanya gangguan-gangguan atau selingan.
3. Setengah menyimak.
Menyimak ini terjadi dikarenakan adanya hal di dalam hati yang ingin disampaikan atau
diutarakan si penyimak.
4. Menyimak serapan.
Menyimak jenis ini terjadi dikarenakan si penyimak menyerap hal-hal yang tidak penting.
5. Menyimak sekali-sekali.
Dalam jenis menyimak ini, si penyimak hanyaa menyimak jika kalimat atau kata-kata
yang disampaikan si pembicara menarik menurutnya.
6. Menyimak asosiatif.
Dalam menyimak ini, penyimak hanya mengingat hal-hal atau pengalaman pribadinya
sehingga dia tidak memberikan respon terhadap pembicara.
7. Menyimak dengan reaksi berkala.
Disini, penyimak memberikan komentar ataupun bertanya kepada pembicara.
8. Menyimak secara saksama.
Penyimak benar-benar mengikuti pembicaraan pembicara dengan sungguh-sungguh.
9. Menyimak secara aktif.
Ini lah menyimak yang benar-benar baik, karena mengetahui atau mendapatkan gagasan
atau hal-hal yang disampaikan pembicara.
7
dengan cara yang baru. Selain itu, dapat pula murid dibiarkan mendengar butir-butir
kosakata dan struktur-struktur yang baru bagi murid yang terdapat dalam arus bahasa yang
ada dalam kapasitasnya untuk menangabinya. Pada umumnya, sumber yang paling baik
untuk menyimak ekstensif adalah rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya rekamanan
yang bersumber dari siaran radio, televise, dan sebagainya.
2. Menyimak Intensif(Intensif Listening)
Menyimak intensif(Intensif Listening) adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang
jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan
suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari
program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum.Jelas bahwa
dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid.
3. Menyimak Sosial ( Sosial listening) atau menyimak konversasional (conversation
listening) ataupun menyimak sopan (Courtens listening)
Biasanya berlangsung dalam situs-situs sosial tempat orang mengobrol mengenai hal-hal
yang menarik perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain untuk
membuat respons-respons yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan
memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh
seorang rekan. Dengan perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling
sedikit mencangkup dua hal, yaitu perkataan menyimak secara sopan santun dengan
penuh perhatian percakapan atau konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu
maksud. Dan kedua mengerti serta memahami peranan-peranan pembicara dan menyimak
dalam proses komunikasi tersebut.
4. Menyimak Sekunder (secondary listening)
Menyimak sekunder(secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara
kebetulan dan secara ekstensif misalnya, menyimak pada musik yang mengirim tarian-
tarian rakyat terdengar secara sayup-sayup sementara kita menulis surat pada teman di
rumah atau menikmatin musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di
sekolah seperti menulis, pekerjaan tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan latihan
menulis dengan tulisan tangan.
5. Menyimak Estetik(aesthetic listening) disebut juga menyimak apresiatif ( appreciational
listening)
8
Menyimak Estetik adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan
termasuk kedalam menyimak ekstensif, mencangkup dua hal yaitu pertama menyimak
musik, puisi, teka-teki, dan lakon lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid.
6. Menyimak Kritis ( critical listening)
Menyimak Kristis adalah sejenis kegiatan menyimak yang didalamnya sudah terlihat
kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidak telitian yang
akan diamati. Murid-murid perlu banyak belajar mendengarkan,menyimak secara kritis
untuk memperoleh kebenaran.Menyimak Konsentratif (consentrative listening) sering
juga disebut study-type listening atau menyimak yang merupakan jenis telah kegiatan-
kegiatan tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain: menyimak untuk mengikuti
petunjuk-petunjuk serta menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta penting dan sebab
akibat.
7. Menyimak kreatif (creative listening)
Menyimak kreatid adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau
rekonstruksi seorang anak secara imaginative kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual
ataupenglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankanoleh apa-
apadidengarkan.
8. Menyimak Introgatif ( introgative listening)
Menyimak Introgatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak
konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena sipenyimak harus
mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si
penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatianya pada pemrolehan informasi atau
mengenai jalur khusus.
9. Menyimak Penyelidikan (exploratory listening)
Menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan maksud dan yang agak
lebih singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan
perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian dan informasi
tambahan mengenai suatu topik atau suatu pergunjingan yang menarik.
10. Menyimak pasif ( passive listening)
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasa menandai
upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghapal luar kepala,
9
berlatih serta menguasai sesuatu bahasa. Salah satu contoh menyimak pasif adalah
penduduk pribumi yang tidak bersekolah lancar berbahasa asing. Hal ini dimungkinkan
karena mereka hidup langsung di daerah bahasa tersebut beberapa lama dan memberikan
kesempatan yang cukup bagi otak mereka menyimak bahasa itu.
11. Menyimak Selektif (selective listening)
Berhubungan erat dengan menyimak pasif. Betapapun efektifnya menyimak pasif itu
tetapi biasanya tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Oleh karena itu
menyimak sangat dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya tidak
menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus
memanfaatkan kedua teknik tersebut. Dengan demikian, berarti mengimbangi isolasi
kaltural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk
menginterprestasikan.
10
Sabagian atau semua faktor tersebut diatas dapat mempengaruhi kegiatan menyimak
kearah yang merugikan yang tidak kita inginkan, dan hal ini mempunyai akibat yang buruk
bagi sebagian atau seluruh kegiatan belajar para siswa.Dalam hal-hal seperti inilah para guru
harus menampilkan fungsi bimbingan dan penyuluhan serta mencoba memperbaiki kondisi-
kondisi yang merugikan tersebut.
11
penyimak yang baik ialah penyimak yang dapat melakukan kegiatan menyimak dengan
intensif.
3. Bahan Simakan. Bahan simakan merupakan unsur terpenting dalam komunikasi lisan,
terutama dalam menyimak. Yang dimaksudkan dengan bahan simakan ialah pesan yang
disampaikan pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep,
gagasan, atau informasi. Jika pembicara tidak dapat menyampaikan bahan simakan
dengan baik, pesan itu tidak dapat diserap oleh penyimak yang mengakibatkan terjadinya
kegagalan dalam komunikasi. Untuk menghindari kegagalan, perlu dikaji ulang. Bahan
simakan dengan cara berikut:
1) Menyimak Tujuan Pembicara
Langkah pertama penyimak dalam melakukan kegiatan menyimak ialah mencari tujuan
pembicara. Jika hal itu telah dicapai, ia akan lebih gampang untuk mendapatkan pesan
pembicara. Jika hal itu tidak ditemukan, ia .akan mengalami kesulitan. Tujuan yang
akan dicapai penyimak ialah untuk mendapatkan fakta, mendapatkan inspirasi,
menganalisis gagasan pembicara, mengevaluasi, dan mencari hiburan.
2) Menyimak Urutan Pembicaraan
Seorang penyimak harus berusaha mencari urutan pembicaraan. Hal itu dilakukan
untuk memudahkan penyimak mencari pesan pembicara. Walaupun pembicara berkata
agak cepat, penyimak dapat mengikuti dengan hati-hati agar mendapatkan gambaran
tentang urutan penyajian bahan. Urutan penyajian terdiri atasa tiga komponen, yaitu
pembukaan, isi, dan penutup. Pada bagian pembukaan lingkup permasalahan yang akan
dibahas. Bagian isi terdiri atas uraian panjang lebar permasalahan yang dikemukakan
pada bagian pendahuluan. Pada bagian penutup berisi simpulan hasil pembahasan.
3) Menyimak Topik Utama Pembicaraan
Topik utama ialah topik yang selalu dibicarakan, dibahas, dianalisis s pembicaraan
berlangsung. Dengan mengetahui topik utama, penyimak memprediksi apa saja yang
akan dibicarakan dalam komunikasi tersebut. penyimak satu profesi dengan pembicara,
is tidak akan kesulitan untuk mener topik utama. Sebuah topik uta.-na memiliki ciri-
ciri: menarik perhatian pen) bermanfaat bagi penyimak, dan akrab dengan penyimak.
4) Menyimak Topik Bawahan
12
Setelah penyimak menemukan topik utama, langkah selanjutnya ialah mencari topik-
topik bawahan. Umumnya pembicara akan membagi topik utama itu menjadi beberapa
topik bawahan. Hal itu dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dengan mudah
dicerna oleh penyimak. Penyimak dapat mengasosiasikan topik utama itu dengan
sebuah pohon besar, topik bawahan ialah dahan dan ranting pohon tersebut. Dengan
demikian penyimak yang telah mengetahui topik utama, dengan mudah akan
mengetahui topik-topik bawahannya.
5) Menyimak Akhir Pembicaraan
Akhir pembicaraan biasanya terdiri atas: simpulan, himbauan, dan saran-saran. Jika
pembicara menyampaikan rangkuman, maka tugas penyimak ialah mencermati
rangkuman yang telah disampaikan pembicara tersebut. Jika pem bicara
menyampaikan simpulan, maka penyimak mcncocokkan catatannya dengan simpulan
yang disampaikan pembicara. Dalam hal itu perlu dicermati juga tentang simpulan.
yang tidak sama, yaitu simpulan yang dibuat pembicara dan penyimak. Jika pembicara
hanya menyampaikan himbauan, penyimak harus memperhatikan himbuan itu secara
cermat dan teliti.
13
Pertanyaan diberikan guru kepada siswa, setelah siswa itu mendengarkan cerita gutu atau
menonton pertunjukan pentas karya sastra. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk
ukuran kelas rendah biasanya lebih sederhana seperti siapa tokoh dalah cerita tersebut ?
dimana kisah tersebut terjadi ? dsb.
4. Metode penugasan
Guru dapat memberi tugas membaca, mendengar, ataupun menonton pertunjukan karya
sastra baik di dalam kelas ataupun sebagai pekerjaan rumah.
14
tersebut di hadapan teman-temannya. Dengan demikian, kita tahu apakah informasi itu
tetap sama dengan sumber pertama atau tidak. Jika tetap sama, berarti daya simak siswa
sudah cukup baik, akan tetapi, bila informasi pertama berubah setelah beranting, ini
berarti daya simak siswa masih kurang
Contoh Informasi: Andi membeli mie bersama Rani tadi pagi.
3. Teknik Satu Mulut Satu Kelas
Guru membacakan sebuah wacana yang dapat berupa artikel atau cerita di hadapan siswa,
dan siswa diminta menyimak baik-baik. Sebelum siswa menyimak, guru memberi
penjelasan tentang apa-apa yang pernah disimak. Setelah guru selesai membacakan, guru
dapat meminta siswa, misalnya:
a. menceritakan kembali isi materi yang disimaknya;
b. menyebutkan urutan ide pokok dari apa yang disimak;
c. menyebutkan tokoh atau pelaku cerita dari apa yang disimaknya;
d. menemukan makna yang tersurat dari apa yang disimaknya;
e. menemukan makna yang tersirat dari apa yang disimaknya;
f. menemukan ciri-ciri atau gaya bahasa yang digunakan dalam wacana yang
dibacakan;
g. menilai isi dari apa yang disimaknya
Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan guru kepada siswa tentu saja harus
disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Dalam penggunaan teknik ini, guru dituntut untuk dapat membaca dengan baik sesuai
dengan jenis wacana yang dibacanya. Oleh karena itu, guru perlu menyiapkan benar-benar
bahan bacaan dan cara membacanya, jangan sampai siswa mengalami kesulitan memahami
isi yang disimaknya hanya karena pembacaan yang kurang siap.
4. Teknik Satu Rekaman Satu Kelas
Guru terlebih dahulu menyiapkan rekaman melalui kaset (tape recorder), CD, ataupun
laptop yang berisi ceramah, pembacaan puisi, pidato, cerita/dongeng, drama, dan
sebagainya. Kemudian guru memberi petunjuk-petunjuk sebelum kaset di putar tentang
hal-hal yang perlu disimak. Setelah itu guru memutar rekaman yang telah disiapkan
sebelumnya (dongeng, misalnya). Siswa diminta menyimak baik-baik. Rekaman dapat
diputar ulang bila siswa belum dapat mengikuti tentang apa yang diputar. Kemudian siswa
15
diberikan tugas menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pemahamannya terhadap
rekaman yang disimaknya, seperti:
a. apa tema dari dongeng yang anak-anak simak?
b. siapa yang menjadi tokoh dalam dongeng tersebut?
c. bagaimana watak dari tokoh tersebut?
d. sebutkan amanat yang terdapat dalam dongeng tersebut! dan lain-lain.
e. Teknik Group Cloze
Dalam penggunaan teknik ini, guru membacakan sebuah wacana sekali, siswa
diminta menyimak baik-baik. Kemudian, guru membacakan lagi wacana tersebut dengan
cara membaca paragraf awal penuh, sedangkan paragraf berikutnya ada beberapa kata
atau kelompok kata yang dihilangkan. Setelah itu, tugas siswa adalah memikirkan
konteks wacana dan mengisi tempat yang kosong dengan kata-kata atau peristilahan atau
kelompok kata yang asli dari wacana yang dibacakan sebelumnya.
5. Teknik Parafrase
Dalam penggunaan teknik ini, guru terlebih dahulu menyiapkan sebuah puisi untuk
disimak oleh siswa. Setelah itu, guru membacakan puisi yang telah disiapkan dengan
jelas. Kemudian setelah siswa selesai menyimak, siswa secara bergiliran disuruh
menceritakan kembali isi puisi yang telah disimaknya dengan kata-kata sendiri.Dalam
menerapkan teknik ini, guru harus menyesuaikan dengan perkembangan kebahasaan
siswa, agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai tujuan.
6. Teknik Simak Libat Cakap
Sesuai dengan nama teknik ini, penyimak terlibat dalam pembicaraan. Dalam pelaksanaan
teknik ini guru dapat menugaskan siswa mengadakan wawancara, misalnya dengan guru
wali, guru pengajar bahasa Bali, budayawan. Sebelum mengadakan wawancara, siswa
diminta menyiapkan apa yang perlu ditanyakan kepada orang yang diwawancarai. Tugas
selanjutnya siswa menyusun hasil wawancara yang kemudian diserahkan kepada guru
untuk teliti.
7. Teknik Simak Bebas Libat Cakap
Teknik ini senada dengan teknik simak libat cakap yang mementingkan keterlibatan
penyimak dalam pembicaraan. Penyimak di sini hanya berlaku sebagai pemerhati yang
penuh minat, tekun menyimak apa yang disampaikan oleh pembicara sehingga penyimak
16
dapat memahami isi pembicaraan, tujuan pembicaraan, menganalisis apa yang
dibicarakan, serta akhirnya menilai isi pembicaraan.
17
Misalnya: tentang watak tokoh, tentang alur, setting dan sebagainya secara lisan.
Kegiatan ini bisa dilakukan dengan menunjuk siswa maju ke depan untuk
menceritakan kembali cerita yang telah dibacakan guru secara bergantian.
2. Strategi Pertanyaan Jawaban (PJ)
a. Pra Simak
1) Guru mengemukakan judul bahan simakan.
2) Guru mengajukan pertanyaan berkenaan dengan isi simakan yang akan dibicarakan.
b. Saat Simak
Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan
diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung.
c. Pasca Simak
1) Guru membacakan materi simakan. Pembacaan dapat dilakukan perbagian dengan
diselingi pertanyaan atau dibacakan secara keseluruhan secara langsung.
2) Setelah materi simakan selesai dibacakan gru memberi kesempatan kepada siswa
menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
3) Guru mengadakan tanya-jawab dengan siswa.
4) Siswa mengemukakan kembali informasi yang telah diperoleh. (bisa secara tertulis
maupun lisan).
3. Strategi kegiatan menyimak secara langsug (KML).
a. Pra simak
Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks simakan, bertanya-
jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bahan simakan
sebagai upaya untuk membangkitkan skemata siswa. Selanjutnya guru mengemukakan
hal-hal pokok yang perlu dipahami dalam menyimak.
b. Saat simak
Guru meminta siswa mendengarkan materi simakan yang dibacakan oleh guru.
c. Pasca simak
1) Guru melakukan tanya-jawab tentang isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus
diikat oleh pertanyaan yang terdapat dalam buku. Guru hendaknya menambahkan
pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa atau masalah lain yang
aktual.
18
2) Guru memberikan latihan/tugas/kegiatan lagin yang berfungsi untuk
mengembangkan ketrampilan siswa dalam menyimak.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Menyimak adalah mendengarkan atau memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau
dibaca orang. Hakikat menyimak itu adalah suatu rentetan proses, mulai dari proses
mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, memanfaatkan hasil penafsiran, dan proses
penyimpanan, serta proses menghubung-hubungkan hasil penafsiran itu dengan keseluruhan
pengetahuan dan pengalaman. Tujuan menyimak adalah untuk dan memahami informasi
dari pembicara. Dalam komunikasi, menyimak teridiri dari berbagai elemen seperti
penerimaan, pemahaman, pengingatan, pengevaluasian dan penanggapan.
Teknik atau cara pengajaran menyimak di Sekolah Dasar dapat dilakukan secara variatif
untuk menghindari kesan yang monoton terhadap strategi mengajar guru di Sekolah Dasar.
Misalnya, Teknik Ulang-Ucap (Menirukan), Teknik Informasi Beranting, Teknik Satu Mulut
Satu Kelas, Teknik Satu Rekaman Satu Kelas, Teknik Group Cloze, dll. Ada beberapa
macam permainan yang dapat digunakan untuk pembelajaran Menyimak. Beberapa contoh
diantaranya Bisik Berantai, Cerita Berantai, dll.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Mohon maaf atas segala
kekurangan. Kritik dan saran yang membangun, sangat diharapkan agar dapat
menyempurnakan makalah ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Ridwan (dkk). 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Bandung : UPI PRESS
Drs. Tarigan, Djago. Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi, 1991.
Mulyati, Yeti. 2015. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Tangerang Selatan: Modul
Universitas Terbuka
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
22