Pendahuluan
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, kemampuan menulis karya tulis
ilmiah bagi para guru merupakan salah satu dari kompetensi yang dituntut oleh
BSNP. Artinya, guru harus mampu melakukan penelitian terutama Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
professionalisme. Kecuali itu, guru juga dituntut mampu mengkomunikasikan hasil-
hasil innovasi pembelajaran kepada komunitas profesinya.
Menentukan Masalah
Sumber Masalah
Kedua, masalah dalam PTK dapat diketahui melalui pengamatan terhadap proses.
Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai karakter
dan perilaku siswa seperti motivasi, minat, kedisiplinan, gaya belajar,
tingkat ketertarikan terhadap mata pelajaran, kesulitan belajar dan
6
Keempat, mendeteksi masalah untuk PTK dapat dilakukan dengan cara maninjau
proses dan hasil pembelajaran dari berbagai segi misalnya dari segi teori,
dari segi kriteria, dari segi standar. Meninjau pembelajaran dari segi teori
bisa dilakukan dengan cara membaca referensi atau diskusi lalu
bandingkan dengan praktek pembelajaran sehari apakah sudah sesuai
dengan teori. Misalnya dalam pembelajaran Fisika, berdasarkan teori
model pembelajaran utama yang harus digunakan adalah model
pembelajaran inquiri kemudian bandingkan dengan pembelajaran sehari-
hari apakah sudag menerapkan model inquiri sebagai model utama?
7
Pembelajaran dapat juga ditinjau dari segi SKL yang terdiri dari SKL satuan
pendidikan, SKL kelompok mata pelajaran, dan SKL mata pelajaran. SKL selain dari
gambaran mengenai kompetensi yang harus dikuasai pesera didik juga
menggambarkan aspek yang harus dikuasai. Dalam SKL Tingkat Satuan Pendidikan
SD/MI, misalnya, terdapat pernyatan “peserta didik harus menunjukkan
kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/ pendidik”.
Pertanyaan yang harus diajukan: Apakah pembelajaran sudah mencakup aspek
tersebut? Jika belum, maka pembelajaran mempunyai masalah.
Contoh lain, misalnya dalam SKL mata pelajaran bahasa, terdapat empat
aspek yang harus dikuasai yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.
Setelah mengkaji maksud dari aspek yang ada dalam SKL, lalu bandingkan apakah
pembelajaran sudah mencakup keempat aspek tersebut secara proporsional.
Fokus Penelitian
8
4
Rochiyati Wiraatmaja. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru
Dan Dosen. (Bandung, T Remaja Rosdakarya. 2008), h. 79.
9
5
Cohen, L & Manion, L. Research Methods in Education (London & Canberra: Croom Helm,
1980), h. 181.
10
Identifikasi Masalah
Seperti dalam jenis penelitian lain, langkah pertama dalam penelitian
tindakan adalah mengidentifikasi masalah. Langkah ini merupakan langkah yang
menentukan.
Proses belajar dan mengajar (PBM) di ruang kelas sering dihadapkan pada
permasalahan dan kendala tertentu. Masalah maupun kendala tersebut tidak
mungkin dibiarkan begitu saja karena akan berpengaruh pada proses maupun hasil
belajar siswa. Oleh sebab itu setiap guru perlu mengupayakan alternatif untuk
mereduksi masalah tersebut.
Masalah yang akan diteliti harus dirasakan dan diidentifikasi oleh peneliti
sendiri bersama kolaborator meskipun dapat dengan bantuan seorang fasilitator
supaya mereka betul-betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalahnya dapat
berupa kekurangan yang dirasakan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, etos
kerja, kelancaran komunikasi, kreativitas, atau lainnya.
Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan baru timbul pada akhir suatu
tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan, begitu seterusnya
sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap, berkesinambungan tidak
pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi.
pelaksanaan kurikulum dalam mata pelajaran. Tahap ini sering juga disebut
sebagai tahap agenda semua masalah.
Pada bagian ini guru menguraikan sebuah masalah sesuai butir(2). Uraikan
mengapa masalah yang dipilih sangat penting dan mendesak untuk
dicarikan solusinya.
Uraikan apa penyebab atau mengapa terjadi masalah yang dipilih. Biasanya
setiap masalah pasti ada penyebabnya. Dalam hal ini hukum kausal
menjadi dasar untuk merumuskan penyebab timbulnya masalah yang
sudah dipilih.
Pilih salah satu alternatif pemecahan masalah yang dianggap sesuai dengan
masalah yang dihadapi. Terlebih dulu guru harus mengetahui teori dasar
mengenai pemecahan masalah. Boleh juga diambil hasil penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain.
Perumusan Masalah
masalah harus mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan
yang diinginkan.
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teori dalam penelitian tindakan
bukan untuk diuji, melainkan untuk menuntun peneliti dalam membuat keputusan-
keputusan selama proses penelitian berlangsung. Wawasan teoretis sangat
mendukung proses analisis masalah.Pada akhir tinjauan pustaka, peneliti tindakan
dapat mengajukan hipotesis tindakan atau pertanyaan penelitian.
Pada tahap ini para peserta menggunakan format yang dikembangkan lebih
lanjut dari Format 2 dengan tambahan kolom perumusan masalah. Untuk
memudahkan merumuskan masalah, cobalah sekali lagi perhatikan contoh masalah
di atas.
Selanjutnya merumuskan masalah yang timbul dari hasil observasi yang telah
dilakukan dalam contoh format berikut:
berpikir kritis,
menghasilkan karya
kreatif,
Melaksanakan pembelajaran
mencapai tujuan.
Penilaian menantang
penguatan pengalaman
belajar.
17
Analisis Masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui demensi-dimensi
masalah yang mungkin ada untuk mengidentifikasikan aspek-aspek pentingnya dan
untuk memberikan penekanan yang memadai.
Rencana Perbaikan Pembelajaran
Setelah ditemukan hipotesis tindakan maka segera menyusun rencana
perbaikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Simpulan
Masalah merupakan sentral dari keseluruhan kegiatan dalam PTK. Oleh
karena itu Masalah harus diketahui dan diidentifikasi terlebih dahulu sebelum
seseorang melaksanakan PTK. Masalah juga dirumuskan secara baik agar ditemukan
fokus penelitian sebagai pengganti variabel sebagaimana dijumpai dalam penelitian
pada umumnya. Demikian dan semoga bermanfa’at bagi kita semua.
Daftar Pustaka
Carr, W & Kemmis, S. Becoming Critical: Education, Knowledge, and Action
Research. Geelong, Victoria, Australia: Deakin University, 1983.
Chein, I., Cook, S. dan Harding, J. The Field of Action Research. DalamThe Action
Research Reader. Victoria: Deakin University, 1982.
19
Cohen, L & Manion, L. Research Methods in Education. London & Canberra: Croom
Helm, 1980.
Elliot, J. Developing Hypothesis about Classrooms from Teachers Practical
Constructs: an Account of the Work of the Ford Teaching Project. Dalam
The Action Research Reader. Geelong, Victoria: Deakin University, 1982.
Grundy,S. & Kemmis, S. Educational Action Research in Australia: the State of the
Art (an overview). Dalam The Action Research Reader.Geelong, Victoria,
Australia: Deakin University, 1982.
Hodgkinson, H. Action Research: A Critique. Dalam The Action Research Reader,
1982.
Kemmis, s. & Mc Taggart, R. The Action Research Planner. 3rd ed. Victoria, Australia:
Deakin University, 1988.
McTaggart, R. Action Research: A Short Modern History. Geelong, Victoria, Australia:
Deakin University, 1991.
Oquist, P. The Epistemology of Action Research. Makalah tak diterbitkan, Simposium
Munidal Sobere, Colombia, April 18-24, 1977.
Palmer, P. & Jacobson, E. Action Research: A New Style of Polities in Education.
Boston: IRE, 1974.
Shumsky, A. Cooperation in Action Research. Dalam The Action Research Redear,
1982.
Suyanto. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Dirjen P dan K Depdikbud Bagian
Proyek Pendidikan Tenaga Akademik IKIP Yogyakarta, 1997.
Taba, H. & Noes, e. Steps in the Action Research Process. Dalam The Action Research
Reader. Geelong, Victoria, Australia: Deakin University, 1982.
Winter R. Learning from Experience: Principles and Practice in Action-Research.
London etc.: The Falmer Press, 1989.
---ms2f---