Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diberlakukannya Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, dan Permenpan RB no.16 tahun 2009 (tahun 2013), tentang jabatan
fungsional guru dan angka kreditnya menunjukkan bahwa guru merupakan
jabatan profesional. Terlebih lagi di dalam pasal 14 dan 15 Undang-undang
tersebut dinyatakan bahwa guru berhak memperoleh penghasilan di atas
kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, meliputi gaji pokok,
tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait
dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas
dasar prestasi.
Bagi para guru pengakuan dan penghargaan di atas harus dijawab dengan
meningkatkan profesionalitasnya dalam bekerja. Guru tidak selayaknya bekerja as
usual seperti era sebelumnya, melainkan harus menunjukkan kompetensi dan
tanggung jawabnya yang tinggi. Setiap kinerjanya harus dapat dipertanggung
jawabkan baik secara publik maupun akademik. Untuk itu ia harus memiliki
landasan teoretik atau keilmuan yang mapan dalam melaksanakan tugas
mengajarnya maupun membimbing peserta didik.
Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru sudah pasti akan berhadapan
dengan berbagai persoalan baik menyangkut peserta didik, subject matter,
maupun metode pembelajaran. Sebagai seorang profesional, guru harus mampu
membuat professional judgement yang didasarkan pada data sekaligus teori yang
akurat. Selain itu guru juga harus melakukan peningkatan mutu pembelajaran
secara terus menerus agar prestasi belajar peserta didik optimal. Untuk
mewujudkan hal tersebut guru harus dibekali dengan kemampuan meneliti,
khususnya Penelitian Tindakan Kelas.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasrkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai brikut.
1) Apakah yang dimaksud dengan PTK?
2) Model apa sajakah yang dapat diterapkan dalam merancang dan menyusun
PTK?
3) Bagaimanakah pola pelaksanaan PTK?
4) Bagaimana cara menyusun langkah pelaksanaan PTK?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan PTK
2) Untuk mengetahui model-model yang bisa diterapkan dalam merancang
dan menyusun PTK
3) Untuk mengetahui pola-pola dalam pelaksanaan PTK
4) Untuk mengetahui tata cara menyusun PTK

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1) Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapka dapat menjadi salah satu sumber refrensi bagi
mahasiswa untuk menambah pengetahuannya mengenai hakikat Penelitian
Tindakan Kelas (PTK)
2) Bagi Penulis
Melalui makalah ini penulis dapat memenuhi salah satu tugas dalam mata
kuliah Metodelogi Penelitian Pendidikan, sekaligus dapat memahami
materi mengenai Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PTK


Menurut Kemmis (dalam Anonim, 2012), Penelitian Tindakan adalah
suatu bentuk penelitian flektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam
situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka. Menurut
Sulipan (dalam Anonim, 2012), Penelitian tindakan kelas (PTK) berarti penelitian
yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang
diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Menurut Niff (dalam
Anonim, 2013) dengan tegas mengatakan. bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang
hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan dan perbaikan
pembelajaran.
Menurut Sanjaya (2013), PTK (penelitian tindakan kelas) adalah proses
pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya
untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana
dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut. Jadi
dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu proses pengkajian masalah
pembelajaran di dalam kelas dengan cara melakukan berbagai tindakan yang
terencana untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dari konsep di atas, ada beberapa hal yang harus kita garis bawahi.
Pertama, PTK adalah suatu proses, artinya PTK merupakan rangkaian kegiatan
dari mulai menyadari adanya masalah, kemudian merencanakan tindakan untuk
memecahkan masalah, mengimplementasikan dan merefleksi terhadap tindakan
yang telah dilakukannya. Kedua, masalah yang dikaji adalah masalah
pembelajaran yang terjadi secara nyata di dalam kelas, artinya PTK memfokuskan
pada masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh
siswa dan guru di dalam kelas. Ketiga, PTK dimulai dan diakhiri dengan kegiatan
refleksi diri oleh guru, artinya yang melaksanakan PTK itu sendiri adalah guru.
Guru merupakan pemeran utama dalam PTK. Keempat, dalam PTK dilakukan
berbagai tindakan, artinya PTK bukan hanya sekedar ingin mengetahui sesuatu

3
akan tetapi adanya aksi dari guru untuk proses perbaikan. Kelima, PTK dilakukan
dalam situasi nyata, artinya aksi yang dilakukan guru dilaksanakan dalam setting
pembelajaran yang sebenarnya tidak mengganggu program pembelajaran yang
sudah direncanakan.
Sesuai dengan konsep di atas, maka ada tiga tujuan utama pelaksanaan
PTK, yaitu (1) PTK diarahkan untuk memperbaiki kinerja guru; (2)
menumbuhkan sikap profesional guru; dan (3) peningkatan situasi tempat praktik
berlangsung.

1. Memperbaiki Kinerja
PTK sebagai penelitian tindakan berbeda dengan penelitian kelas. Faktor
pendorong apda penelitian kelas biasanya keinginan untuk mengetahui atau
keinginan untuk mengembangkan sesuatu. Sehingga dalam penelitian kelas guru
berperan hanya sebagai objek penelitian, yang kadang-kadang hasilnyapun tidak
dapat dimanfaatkan oleh guru itu sendiri. Berbeda dengan penelitian tindakan
kelas (PTK). Faktor pendorong pada PTK adalah keinginan untuk memperbaiki
kinerja guru. Dengan demikian guru berperan sebagai subjek penelitian yang
merancang penelitian serta mengimplementasikannya.
Pada umumnya tujuan penelitian adalah untuk menemukan atau untuk
menggeneralisasikan sesuatu terlepas dari kebutuhan dan tuntutan masyarakat
pada umumnya. Oleh karenanya, hasil sebuah penelitian kadang-kadang sulit
untuk bisa diterapkan oleh para praktisi di lapangan. Hal ini mungkin disebabkan
oleh dua hal, pertama penelitian pada umumnya lebih banyak berangkat dari
konsep-konsep yang hanya dipahami oleh kalangan tertentu sehingga tidak
menyentuh kebutuhan lapangan secara riil dan pasti. Kedua, sulit
memasyarakatkan atau menyebarkan hasil penelitian kepada para praktisi dengan
berbagai alasan, sehingga hasil penelitian hanya banyak menghiasi perpustakaan
perguruan tinggi yang sulit untuk dijangkau dan tidak bisa diterapkan.
Hal ini berbeda dengan PTK. Masalah yang dikaji oleh peneliti adalah
masalah yang dirasakan oleh para praktisi misalnya oleh guru ketika melakukan
proses pembelajaran di dalam kelas. Tujuan yang ingin dicapai oleh PTK adalah
untuk mencari jalan keluar dari masalah yang dirasakannya sebagai upaya

4
meningkatkan kualitas praktek dilapangan. Dengan demikian, dalam
pelaksanaanya guru terlibat secara langsung dari memulai merancang sampai
melaksanakan PTK itu sendiri, terlepas dari siapa yang melaksanakan PTK itu.

2. Mendorong Sikap Profesional Guru


Menurut sanjaya salah satu sifat dari seorang profesional adalah
keinginannya untuk meningkatkan kualitas kinerja agar lebih baik untuk mencapai
hasil yang lebih optimal. Seorang profesional tidak akan cepat puas dari hasil
yang diperolehnya. Ia akan selalu mencari dan menggali informasi dari berbagai
sumber, kemudian mencoba dan mencoba sesuatu baru hingga hasil yang
diperoleh akan semakin sempurna. Seorang profesional akan selalu tanggap
terhadap setiap perubahan baik perubahan sosial maupun perubahan dan
perkembangan bidang ilmu yang digelutinya, yang kesemuanya itu akan
mempengaruhi bagaimana seharusnya ia melaksanakan tugasnya.
PTK adalah salah satu sarana yang dapat mengembangkan sikap
profesional guru. Melalui PTK guru selalu berupaya meningkatkan
kemampuannya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Guru akan selalu
dituntut untuk mencobakan hal-hal yang dianggap baru dengan
mempertimbangkan pengaruh perubahan dan perkembangan sosial.

3. Peningkatan Situasi Tempat Praktek Berlangsung


Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat,
yang memungkinkan, setiap orang dapat dengan mudah mendapatkan informasi.
Perkembangan piranti komputer misalnya, bukan hanya sekedar kuantitas dapat
menyajikan ilmu pengetahuan baru, akan tetapi juga dapat mempengaruhi gaya
belajar seseorang. Guru yang profesional dalam mengerjakan tugas mengajarnya,
akan selalu memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan baru untuk
meningkatkan kinerjanya dan PTK adalah salah satu cara yang dapat dilakukan
guru untuk menguji dan sekaligus memanfaatkan berbagai rekayasa teknologi
untuk meningkatkan kualitas megajarnya.
Dari penjelasan di atas, maka yang sangat berkepentingan terkait dengan
pelaksanaan PTK adalah guru itu sendiri, sebab memang PTK didesain untuk

5
guru. Menurut Borg (dalam Sanjaya, 2013) menyebutkan bahwa tugas utama
dalam PTK adalah mengembangkan keterampilan guru yang berngkat dari adanya
kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran yang
bersifat aktual di dalam kelasnya atau di sekolahnya sendiri dengan atau tanpa
adanya program latihan secara khusus. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa
PTK tumbuh dari keinginan guru, bukan karena paksaan atau tugas dari atasannya
yaitu untuk menyelesaikan masalah praktis yang dihadapi dalam proses
pembelajaran.
Sesuai dengan tujuan PTK di atas, maka PTK memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1) Tujuan utama PTK adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar.
PTK berbeda dengan penelitian terapan lainnya. Pada umumnya
penelitian formal dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian ilmiah
yang ketat sehingga hasilnya lebih bersifat konseptual yang kadang-
kadang tidak berkontribusi terhadap pemecahan masalah yang bersifat
praktis dan langsung dihadapi oleh guru. Lain halnya dengan PTK, yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara praktis,
sehingga kadang-kadang pelaksanaannya sangat situasional dan
kondisional yang kadang-kadang kurang memerhatikan kaidah-kaidah
ilmiah.
2) Masalah yang dikaji dalam PTK adalah masalah yang bersifat praktis.
PTK berangkat dari keresahan yang dialami guru dalam pengelolaan
proses pembelajaran. Oleh karena itu, dari mulai proses perencanaan,
pelaksanaan tindakan sampai pada proses penyimpulan guru merupakan
pemeran utama. Karena alasan yang demikian PTK sering dinamakan
penelitian praktis, artinya penelitian yang berangkat dari hal-hal nyata
yang dirasakan oleh setiap guru.
3) Fokus utama penelitian adalah proses pembelajaran. PTK dilaksanakan
untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan
pembelajaran yang maksimal. Oleh karena itu, PTK dilaksanakan dalam
setting kelas yang sesungguhnya, bukan kelas yang direkayasa untuk

6
penelitian. Pelaksanaan PTK sebaiknya tidak mengubah program
pembelajaran yang telah disusun.
4) Tanggung jawab pelaksanaan dan hasil PTK ada pada guru sebagai
praktisi. PTK dirancang dan dilaksanakan oleh guru itu sendiri. Maka
guru bertanggung jawab baik dalam melaksanakan maupun dalam
menyimpulkan hasil penelitian.

2.2 Model-model PTK


Banyak model yang dapat kita gunakan sebagai pedoman dalam
merancang dan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Berikut model-model
PTK yang akan dijelaskan di bawah ini adalah model-model penelitian tindakan
yang dapat kita terapkan dalam PTK.

1. Model Kurt Lewin


Model ini adalah model yang mendasari model-model yang lainnya yang
berangkat dari model action research. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat
hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses
yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus-menerus.
Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat
dari suatu ide gagasan penelitian, sedangkan tindakan adalah perlakukan yang
dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh
peneliti. Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui
efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan
(kekurangan) tindakan yang telah dilakukan. Refleksi adalah kegiatan analisis
tentang hasil observasi hingga memunculkan program atau perencanaan baru.
Keempat langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

7
Berdasarkan langkah-langkah PTK seperti yang digambarkan di atas,
selanjutnya dapat digambarkan lagi menjadi beberapa siklus, yang akhirnya
menjadi kumpulan dari beberapa siklus.

2. Penelitian Model Elliot


Model penelitian yang dikembangkan oleh Elliot adalah model yang
menekankan kepada proses untuk mencobakan hal-hal baru dalam proses
pembelajaran. Langkah pertama yang dilakukan menurut Elliot (Sanjaya, 2013)
adalah menentukan dan mengembangkan gagasan umum yang dilanjutkan dengan
melakukan eksplorasi yakni studi untuk mempertajam gagasan atau ide. Manakala
peneliti sudah merasa cukup, selanjutnya melakukan rencana secara menyeluruh
dan berdasarkan rencana tersebut selanjutnya melakukan tindakan pertama yang
selama pelaksanaannya dilakukan monitoring dan eksplorasi. Hasil dari
monitoring dan eksplorasi penieliti dapat melakukan tindakan kedua atau kembali
merevisi rencana. Berikut gambar siklus model Elliot.

8
Gambar Desain Model John Elliot

3. Model Ebbut
Penelitian tindakan ini dikatakan model Ebbut sebab dikembangkan oleh
Ebbut pada sekitar tahun 1985. Ebbut beranggapan bahwa suatu penelitian
tindakan harus dimulai dari adanya gagasan awal. Gagasan awal adalah didorong
oleh keinginan peneliti untuk melakukan suatu perbaikan proses untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih optimal. Berdasarkan gagasan awal itu,
kemudian peneliti berupaya menemukan berbagai tindakan apa saja yang harus
dilakukan untuk menyelesaikannya. Berbekal pengetahuan hasil dari proses
analisis, selanjutnya peneliti menyusun rancangan utama yang berisi tentang
langkah-langkah yang dapat dilakukan yang kemudian diimplementasikan.

9
Selama proses implementasi dilakukan monitoring untuk mnelihat pengaruh yang
ditimbulkan oleh adanya tindakan atau perlakuan peneliti. Dari hasil monitoring
itulah selanjutnya disusun penjelasan tentang berbagai kegagalan yang terjadi dari
tindakan yang telah dilakukannya. Penjelasan inilah yang kemudian akan menjadi
masukan dalam merevisi rencana umum yang selanjutnya akan melahirkan
rencana implementasi ulang untuk implementasi pada putaran kedua. Begitulah
terus-menerus dilakukan sampai pada putaran tertentu.

Gambar Desain Siklus Model Ebbut

4. Model Siklus
Dari hasil studi mengenai PTK, penulis mengusulkan suatu model PTK
yang kemudian penulis namakan PTK model siklus. Dinamakan model siklus,
karena model ini lebih menonjolkan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap
peneliti misalnya guru dalam setiap kali putaran.
Prosedur peneliti berdasarkan model PTK dalam bentuk siklus yang
penulis sarankan diatas sebagai berikut:

10
a. PTK dimulai dengan melakukan refleksi awal, yakni proses kegiatan
menganalisis pembelajaran yang berlangsung. Hasil dari refleksi awal
adalah peneliti merasakan adanya masalah mendesak yang harus dicari
jalan keluarnya. Rfleksi bukan hanya dilakukan dengan berpikir saja, akan
tetapi dilakukan dengan menganalisis kejadian yang didasarkan pada data
secara empiris, sehingga hasil refleksi awal inilah yang selanjutnya
dijadikan dasar perlunya dilakukan PTK.
b. Melakukan studi pendahuluan dengan mengkaji 11nstrument dan
melakukan konsultasi dengan orang yang dianggap memiliki keahlian
dalam proses pembelajaran. Studi pendahuluan dilakukan untuk:
1) Lebih menajamkan permasalahan
2) Mengkaji berbagai tindakan yang dapat dilakukan sesuai dengan
permasalahan.
3) Merumuskan hipotesis tindakan.
c. Menyusun perencanaan awal tentang tindakan sesuai dengan hasil studi
pendahuluan, yang menyangkut:
1) Tahapan kegiatan, berbagai alat, media dan sumber belajar yang dapat
digunakan, termasuk waktu yang diperlukan.
2) Instumen, khususnya observasi sebagai alat pengumpulan data untuk
mengumpulkan informasi tentang efek yang ditimbulkan dari
perlakuan atau tindakan yang dilakukan oleh guru.
d. Melakukan tindakan pada putaran pertama sesuai dengan perencanaan
awal. Pada putaran ini dilakukan tiga kegiatan yakni:
1) Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan perencanaan awal.
2) Melakukan observasi selama tindakan berlangsung sesuai dengan
11nstrument penelitian.
3) Melakukan refleksi, yakni kegiatan diskusi dengan observer untuk
mengkaji dan menganalisis proses kegiatan hingga ditemukannya
berbagai kelemahan tindakan serta mengkaji informasi tentang efek
yang ditimbulkan dari adanya tindakan.
e. Menyusun rencana tahap dua, yakni rencana hasil refleksi pada putaran
pertama.

11
f. Melakukan tindakan putaran kedua sesuai dengan rencana tahap kedua
sesuai dengan rencana tahap dua, seperti yang dilakukan pada tindakan
tahap satu.

Gambar Desain Model Siklus

2.3 Pola Pelaksanaan PTK


Pola adalah cara atau teknik pelaksanaan PTK yang dapat dijadikan
rujukan dalam penyelenggaraan PTK sesuai dengan model PTK yang dipilih
dengan mempertimbangkan kondisi peneliti dan sumber daya yang tersedia.
Terdapat berbagai pola pelaksana PTK, yakni PTK guru peneliti, PTK kolaboratif,
dan PTK simultan terintegrasi.
1. Pola Guru Peneliti
Pada pola ini guru memiliki peran utama dalam perencanaan maupun
dalam pelaksanaan PTK. Kalaupun guru melibatkan orang lain seperti dosen
peneliti dari LPTK, sifatnya hanya konsultatif untuk menjamin validitas
tindakan yang dilakukannya. Tujuan yang ingin dicapai oleh pola guru peneliti
adalah untuk memecahkan masalah praktis yang dihadapi oleh guru itu sendiri
dalam proses pembelajaran. Untuk mempertajam masalah dan merancang

12
tindakan-tindakan yang perlu dilakukan, guru mengadakan studi pendahuluan
dengan mengkaji berbagai literatur dan mengadakan konsultasi dengan orang
yang dianggap memiliki keahlian dalam bidang pembelajaran. Sedangkan
untuk memperkaya bahan refleksi, guru meminta teman sejawat untuk ambil
bagian sebagai observer.
Untuk guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang cukup
khususnya dalam bidang pembelajaran, pola ini merupakan pola ideal untuk
meningkatkan kinerja. Guru bukan saja akan lebih menghayati masalah yang
dihadapinya, akan tetapi lebih memahami apa yang harus dilakukan untuk
memecahkan masalah. Akan tetapi bagi guru yang kurang menguasai masalah
pembelajaran, bisa terjadinya kesalahan dalam menentukan dan
mengimplementasikan tindakan. Oleh karena itu, pola ini cenderung dilakukan
oleh guru yang memiliki pengetahuan, tingkat kreativitas dan tingkat inovatif
yang tinggi. Bagi guru yang bersifat konservatif yang sulit melakukan
berbagai inovasi, biasanya jarang melakukan pola ini.

2. Pola Kolaboratif
Pada pola ini biasanya inisiatif untuk melaksanakan PTK tidak dari
guru, akan tetapi dari pihak luar yang berkeinginan untuk memecahkan
masalah-masalah pembelajaran. Walaupun gagasan dan masalah penelitian
muncul bukan dari guru, akan tetapi dengan menggunakan pola kolaborasi
sangat bermanfaat bagi guru. Guru akan memiliki pengalaman dalam
melakukan tindakan sesuai dengan masalah yang diteliti. Di samping itu,
penelitian yang bersifat kolaboratif akan lebih memberikan jaminan hasil dan
simpulan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

3. Pola Penelitian Terintegrasi


Pada pola ini guru sama sekali tidak terlibat dalam rancangan
penelitian. Inisiatif dan masalah yang akan diteliti sepenuhnya berasal dari
peneliti luar, tidak dari guru. Peranan dan tindakan guru sebatas melaksanakan
tindakan. Penelitian dengan pola ini, sama sekali tidak berkaitan dengan
masalah praktis yang dihadapi oleh guru. Dengan demikian, hasil yang

13
diperoleh adalah pengetahuan yang ilmiah dalam pembelajaran. Pola
terintegrasi dapat digolongkan pada Penelitian Tindakan Kelas, sebab masih
ada perlakuan atau tindakan yang dilaksanakan guru dalam kelasnya,
walaupun inisiatif tindakan datang bukan dari guru.

2.4 Langkah Pelaksanaan PTK


1. Merencanakan PTK
Merancang atau merencanakan PTK merupakan keputusan yang
diambil oleh peneliti untuk menentukan masalah penelitian yakni masalah-
masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru dalam kelas serta tindakan
yang harus dilaksanakan sebagai upaya untuk memecahkan masalah tersebut.
Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dengan merumuskan perencanaan,
yaitu sebagai berikut.
1) Melalui perencanaan yang matang, peneliti dapat memfokuskan masalah
yang lebih akurat. Dengan proses perencanaan yang matang, peneliti
dituntut untuk menentukan dan memilih masalah yang dianggapnya paling
berpengaruh dan paling penting untuk diteliti dan diberi tindakan.
2) Melalui perencanaan yang matang, peneliti dapat menentukan tindakan
apa yang harus dilakukan.
3) Melalui proses perencanaan, peneliti dapat memprediksi hal-hal yang
mungkin terjadi selama proses tindakan dilakukan, sehingga peneliti dapat
mengantisipasinya lebih dini. PTK adalah penelitian yang bersifat
situasional dan kondisional yang menempatkan siswa sebagai subyek dan
sekaligus sebagai bagian dari proses penelitian. Guru yang telah
memahami sebelumnya karakteristik siswa serta lingkungan tempat ia
mengajar, akan mudah memprediksi hal-hal yang dapat berpengaruh
khususnya yang timbul dari siswa serta lingkungan tempat ia mengajar.
4) Melalui perencanaan peneliti dapat menentukan segala sesuatu yang harus
tersedia serta cara menyediakannya untuk mendukung keberhasilan proses
tindakan. Untuk keberhasilannya diperlukan sarana serta alat dan bahan
yang diperlukan.

14
5) Melalui perencanaan yang matang, peneliti dapat menentukan instrumen
penelitian atau alat pengumpulan data serta teknis penganalisisannya.
Dalam PTK selama tindakan berlangsung, keberadaan instrumen sangat
diperlukan untuk memantau pelaksanaan tindakan, sehingga hasilnya
dapat dijadikan sebagai umpan balik dan informasi berharga dalam
kegiatan refleksi.

Beberapa kegiatan atau tahapan yang harus dilakukan dalam proses


perencanaan, yaitu:

A. Reflksi Awal
PTK hanya mungkin dapat dilakukan manakala dirasakan adanya
masalah dalam proses pembelajaran. Merasakan adanya masalah
berhubungan dengan kepekaan seorang guru terhadap situasi dan kondisi
dalam proses pembelajaran dan kepekaan itu hanya mungkin dirasakan oleh
guru yang memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas mengajarnya.
Refleksi awal adalah kegiatan atau aktivitas mengidentifikasi masalah yang
dirasakan guru dalam proses pembelajaran sebagai rasa tanggung jawab untuk
meningkatkan kinerjanya.
Apa sebenarnya yang dimaksud masalah dalam konteks penelitian
ilmiah?
Seperti yang telah dijelaskan di muka maslah adalah gap atau
kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi, orang
mengatakan gap antara das sein dan das sollen. Oleh karenanya, untuk
mengidentifikasi masalah guru harus dapat menangkap kesenjangan antara
apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang terjadi pada kenyataannya.
Misalkan dalam proses pembelajaran guru mengharapkan siswa belajar penuh
dengan motivasi untuk menghasilkan prestasi belajar yang tinggi namun pada
kenyataannya siswa menunjukkan gejala-gejala tidak bergairah dalam belajar,
tidak adanya atau rendahnya motivasi belajar siswa. Demikian juga
berdasarkan tes yang dilakukan guru banyank siswa yang mendapatkan nilai
di bawah rata-rata atau hasil belajar siswa rendah.

15
Melakukan refleksi, merupakan langkah awal untuk melakuka PTK.
Melalui refleksinya, yakni merenung dan berpikir, guru mengidentifikasi
masalah yang dihadapi seperti:
a. Mengapa siswa tidak termotivasi untuk belajar?
b. Mengapa banyak siswa yang tidak bisa mengerjakan soal postes?
c. Apakah ada yang salah dalam mengajar?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu muncul sebagai hasil dari proses


identifikasi masalah. Mengidentifikasi dan menemukan masalah melaui
refleksi awal bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Hal ini berkaitan
dengan sikap guru itu sendiri. Guru yang menganggap mengajar sebagai tugas
rutin, akan sulit melakukan refleksi, karena dalam dirinya sudah tertanam
bahwa mengajar hanya sebagai tugas yang harus dilakukan, sehingga guru
tidak akan peduli dengan hasil yang diperoleh. Apabila kegagalan dalam
mengajar, guru yang demikian cenderung akan menyalahkan siswa. Lain
halnya dengan guru yang mengganggap mengajar sebagai tanggung jawab
profesi, apabila terjadi kegagalan, maka akan menganggap kegagalan tersebut
adalah tanggung jawabnya sendiri, sehingga ia akan selalu mencari dan
mencari faktor penyebab kegagalan tersebut. Guru yang demikian tidak akan
cepat puas dengan hasil yang diperolehnya. Inilah yang dinamakan dengan
kepekaan guru terhadap situasi dan kondisi kelasnya. Guru yang memiliki
tanggung jawab profesional akan mudah menangkap kensenjangan atau gap
antara kenyataan dan harapan; sedangkan guru yang tidak memiliki tanggung
jawab profesional tidak akan memiliki kepekaan semacam itu.

B. Melaksanakan Studi Pendahuluan


Studi pendahuluan (primary study) adalah proses pengkajian dan
analisis yang dilakukan peneliti untuk memperdalam dan meningkatkan
wawasan tentang permasalahan hasil dari refleksi awal serta meningkatkan
pemahaman peneliti tentang alternatif tindakan yang dapat dilakukan dalam
rangka pemecahan masalah. Ada dua kepentingan melakukan studi
pendahuluan.

16
Pertama, studi pendahuluan berkepentingan dengan perumusan fokus
masalah. Hanya dengan merasakan adanya masalah tidak berarti guru siap
melaksanakan PTK. Bisa terjadi guru justru merasa bingung harus dari mana
mulai melakukan tindakan. Oleh karena itu studi pendahuluan berkepentingan
untuk menjabarkan masalah yang dirasakan menjadi terfokus. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan fokus masalah, yaitu:
1) Masalah yang dijadikan topik penelitian diarahkan untuk memperbaiki
proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan karakteristik dan ciri dari
PTK sebagai upaya memperbaiki kinerja guru. Dengan demikian
masalah dalam PTK tidak berangkat dari keingintahuan guru atau
peneliti, tetapi keinginan meningkatkan kualitas pembelajaran.
2) Masalah dalam PTK harus masalah yang memiliki nilai guna (usefull)
secara praktis. Bagaimanapun menariknya suatu masalah, tanpa
memiliki nilai guna, maka penelitian tidak akan berarti. Sering nilai
guna suatu masalah ini terlupakan, sehingga ketika PTK berlangsung
guru dibayangi oleh pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
manfaat penelitian.
3) Masalah dalam PTK harus sesuai dan bahkan tidak keluar dari
program pembelajran. Artinya, PTK bukan hanya berkepentingan
untuk kepentingan penelitian belaka, akan tetapi adanya tindakan nyata
dari guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Dengan demikian,
setting dan pelaksanaan penelitian tidak keluar atau harus ada di dalam
program pembelajaran.
4) Masalah dalam PTK harus sesuai dengan kondisi nyata di sekolah.
Artinya, masalah yang diangkat dalam program PTK adalah masalah
yang tidak mengada-ada, namun masalah yang sesuai dengan keadaan
dan kemampuan sekolah. Misalnya, untuk meningkatkan berbahasa
asing, guru ingin mempraktikkan melalui laboratorium bahasa. Apabila
di sekolah tersedia laboratorium yang lengkap, mungkin hal ini bisa
dipraktikkan, tetapi bagaimana manakala di sekolah bersangkutan
tidak tersedia?

17
Sesuai dengan kreteria masalah di atas, maka ada beberapa saran
dalam memfokuskan masalah dalam PTK :
1) Pilih masalah yang memang berhubungan atau di rasakan sendiri
oleh guru dan siswanya sesuai dengan proses pembelajaran.
Artinya masalah dalam PTK adalah masalah yang tidak keluar dari
situasi nyata di lapangan dalam setting pembelajaran.
2) Pilih masalah yang sesuai dengan kemampuan guru dan
kemampuan sekolah untuk mengatasinya. Masalah yang berada di
luar jangkauan guru untuk mengatasinya, hanya bagus dalam
tataran perencanaan yang sulit untuk diaplikasikan.
3) Fokuskan masalah dalam skala yang cukup kecil, sehingga benar-
benar dapat di tindak lanjuti oleh guru.
4) Kaitkan fokus masalah dengan rencana sekolah khususnya dalam
meningkatkan kualitas dan produktivitaas seekolah.
5) Rumuskan fokus masalah dengan kalimat pertanyaan, sehingga
memudahkan guru untuk menjawabnya melalui berbagai tindakan
yang dapat di lakukan.
Inilah pentingnya studi pendahuluan, yakni proses untuk memfokuskan
masalah yang sesuai dengan kreteria masalah PTK. Misalkan berdasarkan hasil
studi pendahuluan sampai pada pemahaman bahwa untuk meningkatkan
partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dapat di gunakan metode
Tanya jawab dengan berbagai variasi dan teknik bertanya yang menantang
berfikir siswa. Hasil dari kegiatan tersebut guru merumuskan fokus masalah;
1) Bagaimana teknik penggunaan metode Tanya jawab untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pelajaran “X”?
2) Bagaimana pengaruh penggunaan Tanya jawab terhadap hasil belajar
siswa dalam pelajaran “X”?

Kedua, studi pendahuluan juga berkepentingan untuk meningkatkan


pemahaman guru secara konseptual terhadap fokus masalah, sehingga hasilnya
dapat memunculkan hipotesis tindakan. Hal ini sesuai dengan makna dari
setiap kerja penelitian sebagai upaya pemecahan masalah melalui proses

18
pengumpulan dan analisis data secara emperis, sehingga kedudukan data dalam
setiap penelitian termasuk PTK sangat di perlukan. Untuk memudahkan
pencarian data yang relevan dengan masalah penelitian di perlukan hipotesis,
sebab dengan hipotesis seluruh kegiatan penelitian akan terarah dan jelas.
“Tanpa hipotesis, maka proses pengumpulan data itu merupakan suatu usaha
pencarian secara membabi buta. Sebab hipotesis itu memberikan pedoman dan
pengarahan pada penyelididkan dan pemecahan masalah” (Kartono) (1986).
Mengapa demikian? Karena data yang tersdia itu sangat banyak, sehingga
karena banyaknya itu dapat membuat kita sulit untuk memilihnya. Kadang-
kadang ita merasa bahwa semua data itu penting dan sangat di perlukan, kita
merasa saying kalau di buang begitu saja. Karena itulah dengan hipotesis, kita
hanya memilih data yang benar-benar relevan dan bermakna untuk kepentingan
penelitian kita. Dengan demikian, maka kita akan terhindar dari pengumpulan
data yang tidak berguna.

Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah penelitian yang perlu


di uji kebenarannya melalui pengumpulan dan naalisis data. Namun demikian
walaupun hipotesis sifatnya hanya jawaban sementara, akan tetapi jawabna itu
harus di dasarkan pada hasil studi pendahuluan. Dengan demikian rumusan
hipotesis tergantung pada pemahaman tentang masalah serta gejala-gejala yang
tampak.
Bagaimana teknik merumuskan hipotesis dalam penelitian tindakan?
Perumusan hipotesis untuk kepentingan penelitian tindakan kelas, berbeda
dengan perumusan hipotesis untuk kepentingan penelitian pada umumnya, ada
beberapa saran dalam merumuskan hipotesis agar dapat berfungsi sebagai
pengaruh dan pedoman dalam pengumpulan data, di antaranya ;
1) Seperti dalam penelitian pada umumnya rumusan hipotesis dalam PTK
harus menggambarkan keterkaitan dua variabel atau lebih, yang di
gambarkan melalui tindakan tertentu untuk memperbaiki hal-hal
tertentu saja.
2) Tindakan yang diusulkan dalam hipotesis bersifat rasional dan
operasional sehingga tercermin aktivitas yang harus di lakukan.

19
3) Rumusan hipotesis didasarkan pada hasil kajian, baik kajian studi
literature maupun hasil kajian penelitian yang telah di lakukan orang
lain.
4) Hipotesis yang dirumuskan harus dapat di uji secara empiris. Artinya
rumusan hipotesis harus enggambarkan adanya pengaruh dan pengaruh
tersebut harus di dukung oleh tersedianya data yang relevan.
5) Hipotesis harus dirumuskan dalam kalimat deklaratif atau kaimat
pernyataan.
Misalkan dari fokus masalah di atas bis di lahirkan beberapa hipotesis
tindakan sebagai berikut :
1) Jika diterapkan metode tanya jawab dengan berbagai variasi
pertanyaan, maka dapat meningkatkan gairah belajar siswa dalam mata
pelajaran “X”?
2) Penerapan metode bertanya dengan berbagai variasi pertanyaan, akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran “X”?
Dari penjelasan di atas menggambarkan pentingnya melaksankan studi
pendahuluan sebelum PTK di laksanakan. Melalui studi pendahuluan guru atau
peneliti bukan saja dapat menambah wawasan dan pemahan secara konseptual
tentang fenomena yang berkaitan dengan masalah penelitian sehingga
memungkinkan dapat memahami berbagai tindakan yang dapat dilakukan
dalam memecahkan masalah yang dihapai, akan tetapi juga dapat
memperdalam landasan yang kukuh untuk melahirkan hipotesis tindakan
sebagai pedoman dalam mencari dan menemukan hipotesis tindakan.
Pelaksanaan studi pendahuluan dapat dilakukan dengan beberapa cara di
antaranya :
1) Mengkaji literatur yang relevan dengan topik masalah, yakni kegiatan
mempelajari berbagai bahan pustaka sebagai upaya untuk menambah
wawasan guru atau peneliti tentang berbagai konsep yang terkait dengan
masalah penelitian.
2) Mengkaji hasil penelitian yang telah dilakukan orang lain yakni kegiatan
untuk melacak berbagai informasi yang telah dilakukan orang lain sekaitan
dengan masalah yang akan diteliti. Mengkaji hasil penelitian orang lain

20
sangat diperlukan untuk menambah keyakinan guru atau peneliti tentang
pentingnya masalah. Proses pengkajian ini dapat dilakukan dengan
menelaah berbagai jurnal penelitian.
3) Mengadakan konsultasi dan diskusi baik dengan teman sejawat yang
memiliki pengalaman lebih ataupun dengan peneliti dari LPTK. Kadang-
kadang guru atau peneliti ketika dihadapkan pada suatu masalah, lupa atau
sulit untuk menangkap sesuatu yang berkaitan dengan masalah, karena
begitu banyak terpencarnya data. Diskusi dengan teman sejawat diperlukan
untuk membantu menemukan dan menunjukkan sesuatu yang di perlukan.
Demikaian juga melakukan konsultasi dengan orang yang di anggap ahli,
misalnya peneliti dari LPTK dapat menambah keyakinan untuk melakukan
tindakan sesuai dengan masalah. Namun demikian, peran teman sejawat
atau peneliti dari LPTK, hanya sebatas memberikan pandangan-pandangan
bukan menentukan keputusan akhir yang harus dilakukan guru. Keputusan
tentang berbagai tindakan tetap saja ditentukan oleh guru yang
bersangkutan. Dengan denikian teman sejawat dan peneliti dari LPTK
hanya berperan sabagai mitra dari guru itu sendiri. Mereka sebaiknya
memosisikan sebagai pendengar yang baik dan membantu setiap keputusan
yang yang ditentukan guru.

C. Merancang Pelaksanaan PTK


Ada beberapa kegiatan yang perlu di lakukan dalam merancang
pelaksanaan PTK, di antanya: Pertama, menentukan model dan pola PTK
yang akan di gunakan. Seperti yang telah di kemukakan di muka, banyak
model yang dapat kita pilih untuk melaksankan PTK. Tidak ada suatu
pedoman, model mana yang dapat kita tentukan untuk pelaksanan PTK.
Semuanya sangat tergantung pada permasalahan serta pemahaman peneliti
kaan model di pilih. Bisa terjadi guru atau peneliti memodifikasi model
tertentu yang di sesuaikian dengan situasi dan keadaan sekolah tempat guru itu
bertugas. Kedua, menyusun desain dan langkah-langkah tindakan yang akan
dilakukan sesuai dengan fokus masalah dan hipotesis penelitian. Ketiga,
mengidentifikasi berbagai komponen yang di perlukan untuk kelancaran PTK,

21
misalnya melakukan koordinasi dengan orang-orang yang akan terlibat dalam
pelaksanaan PTK, serta menyusun program kegiatan termasuk jadwal
pelaksanaan tindakan. Keempat, mempersiapkan segala sesuatu yang di
perlukan untuk tindakan yang akan di laksanakan, termasuk menyediakan alat
dan bahan yang di perlukan, serta menyususn instrument penelitian seperti
pedoman observasi yang sangat di butuhkn untuk menilai proses
pembelajaran.

D. Pelaksaaan PTK
Rancangan atau perencanaan yang disusun tidak akan memiliki arti
apa-apa, tanpa diimpelementasikan dalam kegiatan atau tindakan nyata.
Sebuah rancangan atau rencana akan memberikan petunjuk dalam
melaksanakan sesuatu. Pelaksanaan tindakan tanpa rencana, tindakan itu tidak
akan terarah. Oleh karena itu tindakan dalam pelaksanaan PTK akan sangat
tergantung pada perencanaan yang disusun.
Apakah yang dimaksud dengan plaksanaan PTK itu? Pelaksanaan PTK
adalah berbagai tindakan atau perlakuan yang dikerjakan guru dalam upaya
memecahkan masalah yang disusun dalam perencanaan. Ada beberapa hal
yang harus dipahamidalam melaksanakan tindakan dalam PTK, yakni:
pelaksanaan PTK dilakukan dalam bentuk siklus atau putaran, pelaksanaan
PTK sebauknya dilakukan secara kalaborasi, pada setiap siklus atau putaran
dilakukan kegiatan-kegiatan tindakan sesuai dengan rancangan PTK, observasi
tindakan dengan menggunkan berbagai instrument observasi dan refleksi atas
tindakan yang dilakukan setelah memperhatikan hasil observasi.

1) Makna siklus dalam pelaksanaan PTK


Siklus atau putaran dalam PTK adalah satu kali proses pembelajaran sesui
dengan perencanaan yang telah disususn. Bisa terjadi dalam pelaksanaan
PTK terdiri atas beberapa silkus. Setiap siklus mencerminkan kondisi
tertentu baik dilihat dari aspek permasalahan yang dikaji maupun hasil
belajar. Proses PTK dilaksanakan dalam beberapa siklus atau putaran.
Misalnya PTK dilaksanakandalam empat kali putaran. Pada setiap siklus

22
atau putaran masalah yang dijadikan topik tindakan semakin kecil, artinya
PTK dikatakan berhasil manakala masalah yang dikaji semakain
mengerujut; melalui tindakan setiap siklus masalah semakin terpecahkan;
sedangkan di lihat dari aspek hasil belajar yang di peroleh siswa semakin
besar. Artinya, hasil belajar dari siklus ke siklus semakin meningkat.
Semakin kecilnya masalah dan semakin besarnya hasil belajar siswa, di
sebabkan oleh tindakan yang dilakukan guru pada setiap siklus yang
didasarkan pada hasil refleksi.
2) Pelaksanaan PTK sebaiknya dilaksanakan secara kolaborasi. Walapun
dalam PTK, guru merupakan pemeran utama, namun dalam
pelaksanaannya membutuhkan bantuan orang lain. Sering terjadi guru atau
peneliti tidak dapat menangkap sesuatu yang sangat krusial dalam
pelaksanaan PTK. Hal ini disebabkan sangat terpencarnya data atau
informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan PTK, sehingga membuat
guru atau peneliti menjadi pusing dan lupa. Melalui kalaborasi, yang
melibatkan berbagai pihak seperti teman sejawat dan mitra dari LPTK, hal
ini bisa dihindari. Mereka dapat berperan mengingatkan atau
memberitahukan sesuatu yang terlupakan atau tersembunyi, khususnya
ketika dilakukan refleksi. Kalaborasi inilah yang menjadi salah satu
kekhasan PTK. Kalaborasi dilakukan dalam setiap kegiatan, misalnya
kegiatan merumuskan masalah, menyusun usulan atau proposal penelitian,
melaksanakan PTK itu sendiri sampai menyusun laporan penelitian.
3) Kegiatan dalam setiap siklus.
Seperti yang diuraiakan dalam model PTK, dalam setiap siklus atau
putaran PTK dilakukan empat kegiatan pokok, yakni perencanaan PTK,
tindakan, observasi, dan refleksi.
a. Perencanaan
Perencanaan dalam setiap siklus disusun pereancanaan pembelajaran
untuk perbaikan pembelajaran. Dengan demikian dalam perencanaan
bukan hanya berisi tentang tujuan atau kompetensi yang harus dicapai
akan tetap juga harus lebih ditonjolkan perlakuan-perlakuan khususnya
oleh guru dalam proses pembelajaran, ini berarti perencanaan yang

23
disusun harus dijadikan pedoman seutuhnya dalam proses
pembelajaran. Ada dua jenis perencanaan yang dapat disususn oleh
peneliti, yakni perencaan awal dan perencanaan lanjutan. Perencanan
awal diturunkan dari berbagai asumsi perbaikan hasil dari kajian studi
pendahuluan sedangkan perencanaan lanjutan disusun berdasarkan
hasil refleksi setelah penelitian mempelajari berbagai kelemahan yang
harus diperbaiki.
b. Melaksanakan Tindakan
pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru
berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan
yang dilakukan oleh guru adalah perlakuan yang dilaksanakan yang
diarahkan sesuai dengan perencanaan. Tindakan adalah sesuai dengan
pokok masalah. Tindakan inilah yang menjadi inti dari PTK, sebagai
upaya meningkatkan kinerja guru untuk menyelesaikan masalah.
tindakan dilakukan dalam program pembelajran apa adanya. Artinya,
tindakan-tindakan itu tidak direkayasa untuk kepentingan penelitian,
akan tetapi dilaksankan sesuai dengan program pembelajaran
keseharian. Hal ini penting untuk dipahami, karena PTK tidak
berangkat dari keingintahuan peneliti akan tetapi berangkat dari
kebutuhan guru untuk meningkatkan kinerjanya.
c. Observasi atau Pemantaun
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan untuk informasi tentang
proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang
telah disusun. Melalui pengumpulan informasi, observer dapat
mencatat berbagai kelemahan dan kekuatan yang dilakukan guru
dalam melaksanakan tindakan, sehingga hasilnya dapat dijadikan
masukan ketika guru melakukan refleksi untuk penyusunan rencana
ulang memasuki putaran atau siklus berikutnya.
d. Refleksi
Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang
dilaksanakan guru selama tindakan. Refleksi dilakukan dengan
melakukan diskusi dengan observer yang biasanya dilakuakn oleh

24
teman sejawat atau mitra dari LPTK. Dari hasil refleksi, guru dapat
mencatat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat
dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
1) PTK adalah suatu proses, artinya PTK merupakan rangkaian kegiatan dari
mulai menyadari adanya masalah, kemudian merencanakan tindakan untuk
memecahkan masalah, mengimplementasikan dan merefleksi terhadap
tindakan yang telah dilakukannya. Kedua, masalah yang dikaji adalah
masalah pembelajaran yang terjadi secara nyata di dalam kelas. Ketiga,
PTK dimulai dan diakhiri dengan kegiatan refleksi diri oleh guru.
Keempat, dalam PTK dilakukan berbagai tindakan. Kelima, PTK
dilakukan dalam situasi nyata. Jadi PTK (penelitian tindakan kelas) adalah
proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi
diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai
tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap
pengaruh dari tindakan tersebut.
2) Model-model PTK yang dapat diterapkan dalam PTK, yaitu: (1) Model
Kurt Lewin, (2) Model Elliot, (3) Model Ebbut, (4) Model Siklus.
3) Pola pelaksanaan PTK yang bisa digunakan, Yaitu: (1) PTK Guru Peneliti,
(2) PTK Kolaboratif, dan (3) PTK Penelitian Terintegrasi.
4) Dalam pembuatan PTK terlebih dahulu harus ada perencanaan yang
mendasar, ada beberapa proses perencanaan, yaitu: (1) Refelksi Awal, (2)
Melaksanakan Studi Pendahuluan. (3) Merancang Pelaksanaan PTK, (4)
Pelaksanaan PTK.

3.2 Saran
Dalam pembuatan suatu PTK hendaknya seorang guru harus
memperhatikan prosedur-prosedur tata cara penyusunan PTK. Agar penelitian
yang dilakukan menjadi terarah dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Pengertian PTK Menurut Para Ahli. Tersedia pada: http://
warehouse1994.blogspot.com/2012/01/pengertian-ptk-menurut-para-
ahli.html. Di akses pada tanggal 10 November 2013.
Anonim. 2012. Makalah Penelitian Tindakan Kelas. Tersedia pada: http://
bacindul.blogspot.com/2012/07/makalah-penelitian-tindakan-kelas.html.
Di akses pada tanggal 10 November 2013.
Anonim. 2012. Makalah PTK. Tersedia pada: http://aleyelay.wordpress.com
/2012/10/12/makalah-ptk/. Di akses pada tanggal 10 November 2013.
Anonim. 2013. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas. Tersedia pada:
http://www.onlinesyariah.com/2013/03/pengertian-penelitian-tindakan-
kelas.html. Di akses pada tanggal 10 November 2013.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan. Bandung: Kencana.

27

Anda mungkin juga menyukai