Anda di halaman 1dari 14

PERANCANGAN P T K

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi guru dapat dilakukan


dengan melakukan beberapa hal, salah satunya adalah publikasi ilmiah.
Salah satu kelompok kegiatan dalam kegiatan publikasi ilmiah yang dapat
dilakukan guru adalah laporan hasil penelitian. Penelitian yang dapat
dilaksanakan yang sesuai dengan tupoksi guru diantarabya adalah
penelitian di kelasnya yang bertujuan praktis memperbaiki proses maupun
hasil pembelajaran. Penelitian yang demikian ini sudah kita kenal sebagai
penelitian tindakan kelas (PTK).  PTK merupakan wujud profesionalitas
guru yang bertanggung jawab, bukan sekedar melaporkan hasil penelitian
sebagai publikasi ilmiah untuk kenaikan jabatannya. Guru yang berani
bertanggungjawab atas hasil kerjanya akan selalu berusaha memperbaiki
kualitas kerjanya. Melalui PTK ini, guru dapat secara langsung
mendiagnosa permasalahan dalam pembelajaran, merancang dan
merumuskan perbaikan, menerapkan program perbaikan, serta
mengevaluasi program tersebut.  Kualitas proses dan hasil pembelajaran
merupakan tanggung jawab penuh seorang guru. Kesadaran mengenai
tanggungjawab guru inilah yang sejak awal harus ditanamkan dalam diri
mahasiswa PPG. Sebagai wujud dari tanggungjawab itulah maka setiap
mahasiswa PPG harus mulai berlatih berpikir reflektif pada praktik
pembelajaran yang dilakukan, mendiagnosa permasalahan dan selanjutnya
memperbaikinya. Rangkaian proses tersebut dapat dikerjakan secara
sinergis dengan kegiatan penelitian tindakan di kelas yang akan dilakukan
di masa mendatang

Setelah mempelajari modul kegiatan belajar ini, peserta mampu:

1. Mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang konsep dasar


Penelitian Tindakan Kelas  (PTK)
2. Mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang pembimbingan
mahasiswa untuk  merancang dan melaksanakan PTK
3. Melakukan praktek pembimbingan mahasiswa untuk merancang dan
melaksanakan

MATERI 
Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Dalam pengertian yang sederhana, PTK adalah kegiatan reflektif yang
sistematis  dan empiris dengan tujuan memperbaiki proses pembelajaran
yang dihadapi guru di kelasnya untuk membantu siswa mencapai tujuan
pembelajaran yang maksimal. Hal ini
sesuai dengan Kemmis dan Mc Taggart (1988) yang menyatakan bahwa
PTK adalah suatu bentuk refleksi diri secara kolektif yang dilakukan oleh
peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan
keadilan praktik-praktik tertentu maupun terhadap situasi tempat dilakukan
praktik-praktik tersebut. Hal senada juga diungkapkan oleh Ebbut (1985,
dalam Hopkins, 1993) yang mengungkap bahwa PTK adalah upaya
perbaikan yang sistematis dari praktik pembelajaran oleh sekelompok guru
dengan melakukan aktivitas pembelajaran, berdasarkan refleksi dari hasil
kegiatan tersebut.

Baca Juga
1. Strategi Penyusunan Kisi-Kisi Instrumen
2. Strategi Refleksi Pembelajaran
3. Manfaat Feedback Pembelajaran dari Siswa
4. Pengembangan Leadership Skill Guru Pemula
5. Menjadi Guru Mempesona
6. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis TPACK
7. Strategi Perencanaan Refleksi
8. Peer Teaching
9. Konsep Evaluasi Pembelajaran
10. Mengembangkan Bahan Ajar
11. Merancang Langkah Pembelajaran
12. Mengembangkan Indikator dan Tujuan Pembelajaran
13. Praktik Keprofessionalan Mengajar
14. Praktik Keprofessionalan Non Mengajar
15. Platform LMS Moodle & Big Blue Button

Berdasarkan kata yang membentuknya, PTK terdiri dari 3 kata yaitu


Penelitian, Tindakan, dan Kelas. Penelitian adalah proses pemecahan
masalah yang dilakukan secara sistematis, empiris, dan terkontrol.
Tindakan adalah perlakuan tertentu yang diterapkan oleh peneliti, dalam
hal ini guru. Tindakan ini difokuskan untuk memperbaiki kinerja guru. Jadi
tidak sekedar penelitian yang tujuannya ingin mengetahui sesuatu, namun
lebih dari itu tindakan dilakukan dengan tujuan memperbaiki kinerja demi
mencapai proses dan hasil belajar yang optimal. PTK idealnya dilakukan
dalam situasi pembelajaran yang nyata dan bukan situasi yang dibuat-buat.

Menurut Grundy dan Kemmis (1982) tujuan PTK adalah:

1. Peningkatan praktik,
2. Pengembangan profesional,
3. Peningkatan situasi tempat praktik berlangsung. Tujuan peningkatan
praktik maksudnya bahwa: (a) masalah yang dikaji dalam PTK adalah
masalah riil yang dihadapi di kelas, (b) merupakan usaha meningkatkan
kualitas praktikpembelajaran secara langsung, dan (c) hasilnya
berdampak langsung pada kelas tersebut. Tujuan kedua yakni
pengembangan profesional berarti bahwa guru harus selalu
meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam
mengelolapembelajaran. Dengan PTK guru dapat berinovasi, melalui
penerapan teknologi pendidikan mutakhir untuk memperbaiki proses
dan hasil pembelajaran yang menjadi tanggung jawab di kelasnya.
Tujuan ketiga yakni peningkatan situasi sekolah memiliki makna bahwa
dengan penerapan berbagai inovasi dan teknologi pembelajaran dalam
PTK, maka situasi proses belajar siswa menjadi berkembang lebih baik.

Adapun karakteristik PTK menurut Dasna (2007) adalah sebagai berikut:

1. Bersifat siklis, artinya PTK terdiri dari siklus-siklus yang meliputi


perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan, dan refleksi sebagai
prosedur baku penelitian.
2. Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka
waktu tertentu
secara kontinyu untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan hanya
sekali selesai pelaksanaannya.
3. Bersifat partikular-spesifik yang tidak bermaksud melakukan generaliasi
dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnya pun tidak untuk
digeneraliasikan meskipun mungkin dapat diterapkan oleh orang lain
dan di tempat lain yang konteksnya mirip.
4. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekaligus pelaku
perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan
ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekaligus yang diteliti pula.
5. Bersifat emik, artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut
pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan hal yang diteliti; bukan
menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang
diteliti.
6. Bersifat kolaboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK
selalu terjadi
kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain demi
keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.
7. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau
tertentu dalam
pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru; tidak
menggarap masalahmasalah besar.
8. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang
pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi
kebutuhan, kepentingan, dan tercapainya tujuan penelitian.
9. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai
tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel
secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik
yang sederhana, bukan yang rumit.
10. 10. Bermaksud mengubah kenyataan, keadaan, dan situasi
pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan
bermaksud membangun teori dan menguji hipotesis.
11. Penelitian Tindakan Kelas Mahasiswa PPL PPG  (Perancangan di
lokakarya, Pelaksanaan di PPL, Refleksi saat kembali ke kampus dan
kembali ke sekolah lagi)

Dalam mendampingi mahasiswa merancang dan melaksanakan PTK,


dosen/instruktur berperan memberikan bimbingan, saran, dan kritik.
Pendampingan dimulai sejak penyusunan proposal/perancangan hingga
tahap refleksi akhir.  1. Pendampingan Mahasiswa Dalam Merancang dan
Melaksanakan PTK  Pada tahap awal, dosen/instruktur dapat meminta
mahasiswa untuk mempelajari kembali hasil refleksi pembelajaran.
Refleksi bersumber dari observasi dan penilaian kinerja yang dibuat oleh
dosen/instruktur dan guru pamong berdasarkan performa mahasiswa pada
saat mengajar dalam kegiatan PPL.

Selanjutnya dosen dan mahasiswa mengidentifikasi kelemahan-kelemahan


pembelajaran. Dasar utama identifikasi adalah pembandingan antara tujuan
pembelajaran yang ditetapkan dengan hasil pembelajaran yang dicapai.
Kesenjangan antara tujuan awal dan hasil pembelajaran tersebut dapat
menjadi dasar menyusun latar belakang permasalahan PTK yang hendak
dilaksanakan mahasiswa. Kesenjangan dielaborasi dalam latar belakang
masalah, dengan membandingkannya pada harapan ideal dari tujuan
pembelajaran nasional, misalnya yang dicanangkan pemerintah dalam
standar kompetensi lulusan pada peraturan menteri. Kontradiksi kondisi
ketercapaian hasil pembelajaran di kelas yang diampu dengan tujuan
nasional akan menjadi diskursus menarik yang mengawali latar belakang
masalah PTK.

Membangun rajutan pemikiran yang kuat dapat mengungkap kesenjangan


tujuan belajar dengan realitas hasil belajar dan dapat dibandingkan juga
dengan hasil penelitian lain. Dasar pembandingan adalah pada kesamaan
kasus atau masalah yang dihadapi, dan inovasi pembelajaran yang akan
diterapkan. Penggunaan informasi dan temuan ilmiah pada penelitian lain
yang relevan akan dapat menentukan posisi PTK yang dibangun oleh
mahasiswa PPG di antara penelitian lain yang sudah ada.  Pada saat
masalah pembelajaran sudah ditemukan dan dielaborasi dengan baik, maka
kegiatan lanjutan PTK adalah membuat rancangan perbaikan. Hal ini
sesuai dengan siklus dasar PTK yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi, refleksi.

Pada langkah perencanaan mahasiswa menentukan strategi inovasi yang


hendak diterapkan untuk memperbaiki pembelajarannya. Strategi tersebut
dapat dikonsultasikan dengan dosen/instruktur. Dalam konsultasi strategi
perbaikan ini dosen/instruktur dapat mendiskusikan beberapa hal antara
lain: (1) logika pemilihan inovasi pembelajaran yang hendak diterapkan,
(2) penguasaan mahasiswa terhadap inovasi pembelajaran tersebut, dan (3)
estimasi ketercukupan waktu pembelajaran jika menggunakan inovasi
tersebut.

Pemilihan dan penentuan inovasi pembelajaran yang hendak diterapkan


dalam PTK harus didasari logika prediktif yang jelas. Kejelasan di sini
berarti bahwa ada keterhubungan dan kemungkinan bahwa inovasi tersebut
sesuai untuk memecahkan masalah pembelajaran. Untuk membangun
logika prediktif ini maka mahasiswa disarankan banyak membaca dan
mengkaji hasil penelitian yang terkait dengan inovasi pembelajaran yang
hendak diterapkan, dan hasil penelitian terkait dengan permasalahan
pembelajaran.

Dengan membaca dan mengkaji pustaka hasil penelitian maka dapat


ditemukan rujukan tindakan yang pernah dilakukan, atau dapat juga
ditemukan keterhubungan antara unsur-unsur inovatif sebuah teknologi
pembelajaran yang dimungkinkan dapat memperbaiki masalah
pembelajaran yang ada. Kemampuan membangun logika prediktif dalam
memilih tindakan untuk diterapkan pada PTK merupakan kemampuan
penting yang dapat merepresentasikan kreativitas berpikir mahasiswa.

Argumentasi yang dibangun mahasiswa dalam mempertahankan pilihan


tindakan tersebut dapat menjadi sarana melatih kemampuan mahasiswa,
untuk mengasosiasikan ilmu yang dimiliki dengan realitas yang terjadi.
Oleh karena itu, sesi diskusi perancangan dan pemilihan tindakan menjadi
tahapan yang penting bagi dosen/instruktur untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif mahasiswa.

Dalam diskusi pembimbingan, dosen/instruktur perlu untuk mendiskusikan


dan menggali kemampuan mahasiswa dalam penguasaan inovasi
pembelajaran yang hendak diterapkan di PTK. Tindakan pembelajaran
dalam PTK tujuan utamanya adalah
memperbaiki proses dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu penguasaan
mahasiswa pada inovasi pembelajaran yang hendak diterapkan menjadi
prasyarat mutlak. Jika inovasi pembelajaran tidak dikuasai dengan baik,
maka tujuan perbaikan melalui PTK tentu akan sulit tercapai. Dengan
diskusi pembimbingan, sekiranya mahasiswa belum menguasai inovasi
secara optimal maka dapat dilakukan latihan yang lebih intensif lagi.
Selain keterampilan menguasai inovasi pembelajaran, dosen/instruktur
perlu untuk mengajak mahasiswa mengevaluasi ketercukupan waktu
menerapkan tindakan tersebut.

Estimasi durasi penerapan inovasi pembelajaran penting dilakukan karena


PTK idealnya berlangsung dalam situasi pembelajaran yang nyata.
Sementara situasi pembelajaran tersebut dibingkai oleh waktu belajar yang
sudah ditetapkan oleh pemangku kepentingan pendidikan. Jadi PTK yang
ideal tentunya adalah penerapan tindakan yang tidak mengganggu jam
pembelajaran yang sudah tertata. Artinya, alokasi waktu dalam
perancangan tindakan PTK harus dilakukan dengan teliti dan sebisa
mungkin presisi. Seandainya perlu mahasiswa dapat diminta untuk
melakukan simulasi pembelajaran bersama teman-teman satu
kelompoknya agar dapat memprediksikan waktu yang dibutuhkan untuk
menerapkan inovasi tindakan dalam PTK.

Di dalam kegiatan perencanaan PTK, selain penyiapan rancangan


tindakan, dosen/instruktur dapat membimbing mahasiswa untuk menyusun
dan menyiapkan intrumen untuk mengukur tingkat ketercapaian tindakan.
Instrumen tersebut dapat berupa instrumen penilaian kinerja mahasiswa
dalam mengajar, dan instrumen asesmen sesuai dengan jenis asesmen yang
akan digunakan. Diskusi bersama antara mahasiswa, dosen/instruktur, dan
guru pamong penting dilakukan dalam penyusunan instrumen ini.

Dosen/instruktur dan guru pamong merupakan kolaborator dalam PTK


yang dapat berperan sebagai mitra dalam merancang tindakan dan sebagai
pengamat dan penilai
dalam pelaksanaan tindakan.  Setelah perencanaan tindakan sudah
disiapkan dengan baik, mahasiswa dapat melaksanakan penerapan
tindakan. Di dalam PTK, tindakan dapat dilaksanakan dalam beberapa kali
pertemuan. Pertemuan-pertemuan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam
siklus. Jumlah siklus dalam PTK utamanya ditentukan oleh peneliti, dalam
hal ini mahasiswa. Namun penentuan siklus ini harus didasarkan pada
argumentasi yang logis misalnya didasarkan pada hasil observasi kondisi
awal, atau hasil uji awal sebelum tindakan (pra tindakan).
Berdasarkan pada kurikulum program PPG, maka proses berlatih
melaksanakan PTK ini dapat dilakukan secara simultan dan terintegrasi
dengan kegiatan yang ada dalam program PPG. Pada mata kuliah
penyusunan perangkat pembelajaran dalam PPG, urutan aktivitas selalu
diawali dengan observasi ke sekolah. Pada saat observasi ini mahasiswa
dapat diminta untuk mulai mengumpulkan data dan menemukenali
berbagai macam kesenjangan antara realitas dan harapan ideal dalam
pembelajaran.

Berdasarkan masalah tersebut maka di dalam penyusunan perangkat


pembelajaran dapat dirancang pembelajaran yang inovatif sebagai
rancangan tindakan perbaikan di kelas. Penerapan tindakan dapat
dilakukan bersamaan dengan kegiatan PPL. Di akhir kegiatan PPL selalu
dilaksanakan kegiatan refleksi yang melibatkan mahasiswa dengan
dosen/instruktur dan guru pamong. Struktur kurikulum dalam PPG terlihat
sudah sejajar dengan konstruksi siklus dalam kegiatan PTK. Di sini terlihat
bahwa struktur kurikulum PPG sesungguhnya sudah membingkai
mahasiswa untuk terbiasa melakukan kegiatan PTK, dan kegiatan tersebut
merupakan dasar dari kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan.

Pelaksanaan tindakan dalam PTK dibingkai oleh perangkat pembelajaran


yang sudah dirancang. Dalam praktik tindakan, seorang peneliti PTK akan
meminta sejawat guru senior atau kepala sekolah untuk ikut mengobservasi
tindakan yang ia lakukan. Proses observasi yang melibatkan pihak lain
(eksternal) di luar guru tersebut merupakan usaha untuk meningkatkan
validitas dan reliabilitas hasil penelitian PTK. Di dalam program PPG,
pihak eksternal yang dapat dilibatkan mahasiswa dalam rintisan PTK
adalah dosen/instruktur dan guru pamong. Selain menjadi pendamping dan
pembimbing perencanaan, dosen/instruktur dan guru pamong dapat
berperan sebagai pengamat (observer). Dalam kegiatan
pengamatan/observasi pada PTK, pengamat selalu berpedoman pada
instrumen observasi yang sudah disiapkan. Instrumen tersebut dapat
disandingkan dengan salinan rencana pembelajaran yang sudah dibuat
sebelumnya.

Dengan demikian dapat dipantau kesesuaian antara kegiatan pembelajaran


yang direncanakan dengan implementasi tindakan di kelas.  Kegiatan akhir
dari rangkaian siklus PTK adalah refleksi. Refleksi merupakan kegiatan
mengkaji kembali pelaksanaan tindakan yang telah selesai. Tujuan utama
dari refleksi adalah mengidentifikasi capaian pelaksanaan tindakan, baik
capaian yang positif maupun capaian yang negatif. Refleksi menjadi ruang
untuk menemukenali berbagai praktik dan kondisi yang baik, yang layak
untuk dilanjutkan pada siklus atau pertemuan berikutnya. Refleksi juga
menjadi wahana untuk mengidentifikasi kondisi yang masih belum baik
beserta faktor penyebabnya, sehingga dapat dirancang perbaikan pada
siklus atau pertemuan berikutnya.

Metode yang paling umum digunakan dalam kegiatan refleksi adalah


diskusi terfokus (focus group discussion). Materi utama yang menjadi
bahan diskusi adalah hasil pengamatan dan penilaian observer pada kinerja
guru dan pada peristiwa pembelajaran. Selain itu, testimoni (kesaksian)
dari guru sebagai pelaksana tindakan, yang terlibat dalam interaksi
pemikiran dan perasaan selama tindakan, juga merupakan
bahan penting dalam diskusi relfektif. Di dalam kegiatan refleksi, semua
pihak yang terlibat dapat menyajikan berbagai data mengenai kekurangan
dan kelebihan pembelajaran. Kekurangan dan kelebihan tersebut dikaji dari
berbagai sudut pandang personal. Untuk menyatakan sebuah hal adalah
kelebihan (keberhasilan) atau sebuah kelemahan tentunya didasarkan pada
patokan (standar) yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti PTK.
Misalnya standar keberhasilan adalah capaian nilai rata=rata kelas, atau
nilai ketuntasan minimal, dan sebagainya. Setelah hasil tindakan dikaji
dalam refleksi, maka hasil refleksi kemudian dikonstruksikan ke dalam
butir-butir rekomendasi. Fungsi utama dari rekomendasi hasil refleksi
yakni untuk melaksanakan tindak lanjut dari tindakan. Jika pada saat
refeleksi sudah ditemukan kenyataan bahwa  hasil tindakan sudah baik dan
sesuai standar awal yang ditentukan, maka rekomendasi refleksi adalah
mengakhiri tindakan. Namun jika belum sesuai standar yang ditetapkan
maka rekomendasi refleksi menjadi dasar untuk merancang pelaksanaan
tindakan pada pertemuan/siklus yang akan datang.

Mendampingi Mahasiswa PPG dalam Merefleksikan Hasil PTK  Setelah


mahasiswa PPG melaksanakan PTK, mahasiswa PPG tersebut diharapkan
menghasilkan produk ilmiah baik berupa laporan penelitian maupun artikel
untuk dipublikasikan di jurnal ilmiah. Dalam bentuk laporan tentu hasilnya
terbatas diakses dan dibaca oleh institusi tempat menyimpan berkas
laporan tersebut. Untuk tujuan diseminasi yang menjangkau khalayak luas
maka hasil PTK perlu disusun ke dalam bentuk artikel ilmiah untuk
dikirim ke jurnal ilmiah. Saat ini banyak jurnal ilmiah yang dikelola oleh
beragam lembaga. Lembaga pendidikan menjadi lembaga yang paling
banyak mengelola jurnal ilmiah ini, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. Selain itu ada juga jurnal ilmiah yang dikelola oleh asosiasi profesi
dan fokus pada kajian sesuai dengan profesi yang ditekuninya.

Jurnal ilmiah adalah wahana bagi para peneliti, pengkaji, dan pengembang
keilmuan. Stenhoese pernah memperkenalkan konsep ‘The teacher as
researcher’, artinya guru tidak saja bertanggung jawab sebagai pengajar,
tetapi juga sebagai peneliti di kelasnya. Penelitian tersebut hendaknya
berbasis refleksi dan bertujuan mengembangkan ‘kurikulum’ di kelasnya.
Di dalam proses pengembangan kurikulum guru juga memiliki 4 peran
yaitu sebagai implementer, adapter, developer, dan researcher (Print,
1994). Berdasarkan pandangan di atas, maka peluang guru untuk berbicara
banyak di ruang intelektual akademis melalui jurnal ilmiah sangat terbuka,
karena guru dapat berperan sebagai peneliti dan pengembang keilmuan
pendidikan berbasis refleksi di kelasnya. Oleh karena itu, pengembangan
keprofesian berkelanjutan bagi guru tentunya harus memiliki muara akhir
pada produktivitas guru dalam mengelola dan mengembangkan kelasnya
berbasis riset. Hasil riset-riset inilah yang nantinya menjadi sarana
membangun dialog intelektual sehingga terbangun kesinambungan
perkembangan keilmuan pendidikan. Selain itu, hasil riset yang
didiseminasikan luas melalui jurnal ilmiah akan menguatkan status, peran,
dan kedudukan guru sebagai pengemban profesi yang bertanggungjawab
pada bidang kerjanya. Berbagai hal inilah yang perlu dibiasakan dan
ditanamkan dalam diri mahasiswa PPG agar semangat melaksanakan
Continuing Professional Development senantiasa tumbuh dan berkembang,
tidak hanya saat menjadi mahasiswa, namun hingga nanti ketika berprofesi
sebagai guru.

Lembar Kerja
Setelah mempelajari materi ini, bersama rekan Anda kerjakan LK 1 dan
LK 2 untuk memperdalam pemahaman Anda.

1) LK 1
Carilah 5 artikel PTK yang telah dipublikasikan secara daring, dan isilah
Lembar Kerja berikut:

Catatan: Anda dapat menambahkan kolom untuk mengisi siklus


selanjutnya jika ada

2) LK 2 Simaklah video pada

dan tulislah pendapat Anda mengenai pelaksanaan PTK pada video


tersebut.
Rangkuman
PTK adalah kegiatan reflektif yang sistematis dan empiris yang bertujuan
untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dihadapi guru di kelasnya
untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
PTK seyogyanya dilaksanakan sebagai upaya berkelanjutan seorang guru
untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran. Oleh
karena itu, PTK tidak berhenti pada sebatas penelitian saja yang hasilnya
ditulis dalam laporan penelitian. Hasil PTK hendaknya ditindaklanjuti
dengan diskusi memadai antar guru sebagai upaya perbaikan pembelajaran
ke depan. Dalam kegiatan PPG, mahasiswa diharapkan mampu merancang,
melaksanakan dan merefleksi hasil PTK di bawah bimbingan
dosen/instruktur.

Tes Formatif
Bapak dan Ibu dosen/Instruktur, setelah mempelajari modul ini, jawablah
pertanyaan pertanyaan berikut ini:

1. Menurut anda, apa sajakah kata kunci dari pengertian PTK menurut para
ahli yang
terdapat dalam modul?
2. Pertanyaan-pertanyaan reflektif seperti apakah yang dapat anda
sampaikan kepada mahasiswa PPG untuk dapat menemukan masalah
yang dapat diangkat sebagai topik PTK?
3. Buatlah skema proses pembimbingan mahasiswa PPG untuk
melaksanakan PTK berdasarkan materi dalam modul ini!
4. Apa yang dapat anda sampaikan ke mahasiswa PPG agar PTK selalu
menjadi agenda mereka ketika menjadi guru?
5. Perlukah laporan PTK dianalisis dan didiskusikan? Mengapa?

REFLEKSI
Bapak dan Ibu dosen/instruktur, setelah mempelajari materi ini, lakukanlah
refleksi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Sebelum mempelajari materi PTK,


 saya berpikir bahwa
……………………………………………………………………………
……
 saya merasa bahwa
……………………………………………………………………………
……..
2. Setelah mempelajari materi PTK,
 saya berpikir bahwa
……………………………………………………………………………
…..
 saya merasa bahwa
……………………………………………………………………………
…….
3. Tantangan yang mungkin akan saya hadapi ketika membimbing
mahasiswa PPG melaksanakan PTK adalah
……………………………………………………………………………
……………………………………….
……………………………………………………………………………
……………………………………..
4. Selanjutnya, terkait dengan pembimbingan mahasiswa PPG dalam
melaksanakan PTK, saya merencanakan untuk
……………………………………………………………………………
……………………………………….
……………………………………………………………………………
……………………………………

Referensi

 Hopkins, D 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Second


Edition. Philadelphia: Open University Press.
 Dasna, W. I.2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Classroom Action
Research); sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.
Malang: Pusat Penelitian Pendidikan, Lembaga Penelitian Universitas
Negeri Malan
 Grundy, S and Kemmis, S. 1982. Educational action research in
Australia: the state of the art (an overview). The Action Research
Reader. Deakin University Press, pp.83–98
 Kemmis, S and McTaggart R.1988. The action research planner (3rd
ed.). Geelong, Australia: Deakin University
Press. https://www.youtube.com/watch?v=fNr9v-e2Fzk
Bagikan ini:

Anda mungkin juga menyukai