NIM : 857682732
TUGAS TUTON 1
Menurut Aqib (2011), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelasnya melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Menurut Arikunto, dkk (2006), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pengamatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama.
Menurut Supardi (2006), penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang mampu
menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan
profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat kondisi
siswa.
Dari beberapa penjelasan PTK menurut ahli, dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah suatu kajian dalam bentuk penelitian yang bersifat reflektif.
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan pada keseharian siswa yang
kemudian diberikan perlakuan tertentu sehingga didapatkan hasil yang diharapkan akan
lebih baik dari sebelumnya.
2. Berikut adalah karakteristik PTK:
PTK diterapkan secara kontekstual, artinya hasil penelitian yang didapatkan hanya
berlaku untuk kelas itu sendiri dan tidak dapat digeneralisasi untuk kelas yang lain. Hasil
dari PTK hendaknya selalu diterapkan segera untuk kemudian ditelaah kembali
keefektifannya.
PTK mengandalkan data yang diperoleh langsung atas refleksi diri peneliti. Pada saat
penelitian berlangsung, peneliti, dalam hal ini guru akan dibantu oleh rekan guru yang
lain untuk mengumpulkan informasi, menata informasi, membahas, mencatat, menilai,
hingga pada melakukan tindakan-tindakan secara bertahap.
PTK memiliki kesamaan dengan penelitian eksperimen dalam hal percobaan tindakan
yang segera dilakukan dan ditelaah kembali efektivitasnya. Namun yang membedakan
adalah PTK tidak secara ketat memperdulikan pengendalian variabel yang mungkin
mempengaruhi hasil penelitian.
PTK bersifat situasional dan spesifik. Pada umumnya dilakukan dalam bentuk studi
kasus. Subjek penelitian tindakan kelas bersifat terbatas, sehingga tidak cukup
representatif untuk merumuskan atau generalisasi.
Terdapat 3 (tiga) karakteristik PTK yang membedakannya dengan penelitian lain.
Karakteristik PTK tersebut adalah sebagai berikut.
1. Inkuiri reflektif
Penelitian tindakan kelas berasal dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari
dihadapi guru dan peserta didik.
2. Kolaboratif
Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk
mewujudkan perbaikan pembelajaran yang diinginkan.
3. Reflektif
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan
dengan menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian.
Sasaran utama PTK adalah guru, peserta didik, dan sekolah. Dengan
demikian,pelakanaan PTK harus memberikan manfaat kepada ketiga komponen
pendidikan tersebut.
1. Validitas PTK
Validitas atau kesahihan PTK sebagai penelitian ilmiah masih sering dipertanyakan.
Metodologi yang agak longgar yang lebih bersifat informal meskipun dijaga keobjektifannya
masih menimbulkan keraguan. Apakah kaidah-kaidah penelitian ilmiah dapat dijaga selama
pengumpulan data? Apakah tidak ada manipulasi yang dilakukan baik oleh guru maupun
oleh siswa karena perintah guru? Tetapi, jika kita mau jujur, guru tentu tidak mungkin
melakukan manipulasi karena tidak ada pamrih apa-apa. Guru hanya ingin melakukan
sesuatu untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Namun demikian, para peneliti masih sering
mempertanyakan kesahlhan penelitian yang dilakukan guru sendiri di dalam kelasnya,
sebagaimana yang diisyaratkan oleh Winter (dalam McTaggart, 1991).
2. Generalisai
Sejalan dengan masalah validitas, hasil PTK tidak dapat digeneralisasikan karena memang
hasil tersebut hanya terkait dengan siswa dalam kelas tertentu. Kita tidak dapat
menyimpulkan bahwa satu teknik efektif untuk meningkatkan motivasi siswa karena sampel
penelitian hanya satu kelas, yang merupakan kasus khusus. PTK memang merupakan
penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri untuk memperbaiki aspek pembelajaran
tertentu yang terjadi di kelas tersebut. Meskipun demikian, hasil penelitian tersebut tentu
dapat dicobakan oleh guru lain dengan mempertimbangkan berbagai modifikasi sesuai
dengan kondisi kelasnya.
a) Sekolah harus memberikan kebebasan yang memadai bagi guru untuk melakukan PTK,
berkolaborasi dengan teman guru lainnya, dapat secara bebas meminta teman untuk
menjadi pengamat bagi kelasnya, dan bebas berdiskusi tentang kemajuan kelasnya, di
samping dapat menumbuhkan rasa saling mempercayai. Namun, kenyataan menunjukkan
bahwa birokrasi dan formalitas yang ada di sekolah tidak menunjang terjadinya itu semua
seperti yang diungkapkan oleh Shumsky dan Holly (dalam McTaggart, 1991). Kondisi ini
tidak menunjang pelembagaan PTK di sekolah, sehingga FIK hanya dianggap
eksperimen sesaat saja.
b) Sejalan dengan pemikiran pada butic, birokrasi dan hierarki organisasi di sekolah
hendaknya diminimalkan. Sebaliknya yang harus ditumbuhkan adalah kolaborasi atau
kerjasama yang saling menguntungkan, serta pengambilan keputusan secara bersama.
c) Sekolah semestinya selalu mempertanyakan apa yang diinginkan bagi sekolahnya. Jika
keinginan tersebut memang merupakan komitmen sekolah, maka PTK sebagai satu
bentuk inovasi di sekolah akan dapat tumbuh subur, dan kegiatan PTK mungkin akan
menjadi kegiatan rutin bagi guru.
d) PTK mempersyaratkan keterbukaan dari semua staf sekolah untuk membahas masalah
yang dihadapi tanpa rasa khawatir akan diçemoohkan. Diskusi dengan teman sejawat
tentang masalah yang dihadapi dan kemudian setiap staf menganggap masalah yang
dibahas merupakan masalah bersama, merupakan kondisi yang dipersyaratkan untuk
berkembangnya PTK di sekolah. Apakah kondisi seperti ini ada di sekolah Anda?
e) Sikap kepala sekolah dan staf administrasi harus menunjang terjadinya pembaruan. Sikap
negatif yang ditunjukkan meskipun hanya selintas akan merusak iklim inovasi yang
sedang tumbuh.
f) Guru dan siswa harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi bahwa mereka sedang
melakukan satu pembaruan yang didukung oleh kepala sekolah dan juga orang tua.
g) Guru harus siap menghadapi berbagai konflik karena yang baru biasanya mendapat
perhatian lebih daripada yang lama yang sudah diakrabi setiap hari. Hal ini perlu untuk
menghindari munculnya kecemburuan sosial.
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, guru perlu membuat rencana tindakan atau
yang sering disebut rencana perbaikan. Langkah langkah dalam menyusun rencana
adalah sebagai berikut.
1. Rumuskan cara perbaikan yang akan ditempuh dalam bentuk hipotesis tindakan
Hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara yang terbaik untuk mengatasi
masalah. Dugaan atau hipotesis ini dibuat berdasarkan kajian berbagai teori, kajian hasil
penelitian yang pernah dilakukan dalam masalah yang serupa, diskusi dengan teman
sejawat atau dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru. Berdasarkan
hasil kajian tersebut, guru menyusun berbagai alternatif tindakan. Selanjutnya, guru perlu
mengkaji setiap alternatif, terutama keterkaitannya dengan tujuan tindakan (perbaikan)
serta kelayakan pelaksanaannya. Akhirnya, dengan mempertimbangkan hasil kajian, guru
memilih alternatif yang dianggap paling layak.
Dari hasil kajian yang dilakukan, buat beberapa alternatif contoh seperti berikut
a. Tugas akan lebih berhasil dan menantang jika diberikan setiap minggu atau dua
minggu sekali.
b. Bentuk tugas yang bervariasi akan memotivasi siswa untuk mengerjakannya
c. Tugas akan cukup menantang jika materinya diambil dari lingkungan siswa atau
diambil dari buku pelajaran yang dimiliki siswa.
d. Bahan belajar bahasa Indonesia akan cukup menarik jika sesuai dengan perkembangan
siswa, disajikan dengan berbagai variasi, menuntut siswa untuk berpikir, serta
menyajikan wacana yang temanya akrab dengan lingkungan siswa
e. Tugas yang diberikan akan menantang jika dikaitkan dengan bahan belajar
setelah menetapkan alternatif hipotesis yang terbaik, hipotesis ini masih perlu dikaji
kembali kelayakannya dikaitkan dengan kemungkinan pelaksanaannya. Dengan
perkataan lain, guru harus bertanya, mungkinkah rencana tindakan tersebut dilaksanakan.
Hal ini terutama dikaitkan dengan hal-hal berikut.
a. Kemampuan dan komitmen guru sebagai aktor pelaksana karena pelaksanaan PTK
memang harus tumbuh dari keinginan guru sendiri. Aufu harus bertanya pada diri sendiri
apakah ia cukup mampu melaksanakan rencana perbaikan tersebut dan apakah dia cukup
tangguh untuk menyelesaikannya.
b. Kemampuan dan kondisi fisik siswa dalam mengikuti tindakan tersebut; misalnya jika
diputuskan untuk memberi tugas setiap minggu, apakah siswa cukup mampu
menyelesaikannya. Apakah malah membuat siswa menjadi bosan. dukung
d. Iklim belajar dan iklim kerja di sekolah. Iklim belajar berkaitan dengan berbagai
kebiasaan guru, siswa, dan personil lain dalam menyikapi kegiatan belajar atau kegiatan
akademik, sedangkan iklim kerja berkaitan dengan kebiasaan personil sekolah dalam
menyikapi tugas-tugasnya. Dalam hal ini, guru perlu mempertimbangkan apakah
alternatif yang dipilihnya akan mendapat dukungan dari kepala sekolah dan personil lain
di sekolah.
Selain faktor-faktor di atas, guru juga harus menganalisis sekali lagi hasil yang
diperkirakan akan diperoleh dari tindakan tersebut. Dengan melakukan berbagai kajian
tersebut diharapkan hipotesis tindakan yang dipilih memang benar-benar merupakan
hipotesis yang paling layak.
Setelah meyakini bahwa hipotesis tindakan atau rencana perbaikan sudah cukup layak,
kini guru perlu mempersiapkan diri untuk pelaksanaa perbaikan. Langkah ini kita sebut
sebagai persiapan pelaksanaan, yang sebenarnya dapat merupakan bagian dari
perencanaan, tetapi dapat pula kita tempatkan sebagai bagian awal dari pelaksanaan.
Setelah persiapan ini mantap, barulah kita mulai dengan pelaksanaannya di kelas. Mari
kita kaji kedua tahap ini dengan cermat.
1. Menyiapkan Pelaksanaan
Ada beberapa langkah yang perlu kita siapkan sebelum merealisasikan rencana tindakan
kita.
2. Melaksanakan Tindakan
Setelah persiapan selesai, kini tiba saatnya guru melaksanakan tindakan dalam kelas yang
sebenarnya. Agar pelaksanaan ini dapat berlangsung secara terarah, guru perlu
memperhatikan beberapa prinsip, yang oleh Hopkins (1993) disebut sebagai kriteria PTK
yang dilakukan oleh guru. Cobalah Anda simak kriteria berikut dengan cermat, dan
bandingkan dengan berbagai prinsip yang sudah Anda kuasai.
a. Pekerjaan utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu, metodologi penelitian yang
sedang dilaksanakan tidak boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Ini
berarti, guru tidak boleh mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang
dilaksanakannya. Dengan perkataan lain, guru harus selalu mengutamakan siswa karena
tujuannya memang untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Tambahan tugas
guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai nuansa profesional yang semestinya memberi
nilai tambah bagi guru dan bagi pembelajaran yang dikelolanya, bukan sebaliknya
mengorbankan siswa.
b. Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita waktu guru,
sehingga guru sampai kehabisan napas. Esensi pelaksanaan PTK memang harus disertai
dengan observasi dan interpretasi, dan pengumpul data yang paling baik adalah guru.
Namun, jika kegiatan ini menyita waktu guru terlampau banyak, konsentrasi guru dalam
mengajar akan terganggu. Untuk mengatasi masalah ini, guru dapat memanfaatkan alat
perekam seperti tape-recorder atau minta bantuan teman sejawat.
d. Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru
sebagaimana yang sudah pernah diulas di depan.
e. Sebagai peneliti, guru harus memperhatikan berbagai aturan atau etika yang terkait
dengan tugas-tugasnya. Misalnya menyampaikan kepada kepala sekolah tentang rencana
tindakan yang akan dilakukan, atau menginformasikan kepada orang tua siswa jika
selama pelaksanaan PTK, siswa diwajibkan melakukan sesuatu di luar kebiasaan rutin.
f. PTK harus mendapat dukungan dari seluruh personil sekolah. Artinya, semua personil
sekolah harus punya persepsi yang benar tentang PTK, dan apa yang ingin dicapai
melalui PTK.
Di samping kriteria di atas, perlu Anda perhatikan bahwa dalam pelaksanaan PTK,
observasi dan interpretasi terhadap proses dan hasil tindakan berlangsung secara
bersamaan. Ini berarti bahwa guru sebagai aktor PTK harus mampu melakukan observasi
dan interpretasi secara cepat, sehingga penyesuaian-penyesuaian dapat dilakukan jika
perlu. Ini sesuai dengan kriteria pertama dari Hopkins yang menuntut guru memegang
komitmennya sebagai pengajar, tanpa terganggu oleh metodologi penelitian yang sedang
diterapkan
8. Kaidah / Teknik Untuk Mengumpulkan dan Menganalisis Data
Metode Observasi
Observasi selain sebagai salah satu tahap dalam pelaksanaan PTK sekaligus juga
berfungsi sebgai alat untuk pengumpulan data. Metode ini sangat sesuai untuk merekam
aktivitas yang bersifat proses. Misalnya kegiatan siswa selama melakukan praktikum di
laboratorium, interaksi siswa selama kegiatan pembelajaran, atau saat mereka
sedang melakukan diskusi. Dalam istilah assessment, kegiatan observasi merupakan
bagian dari informal assessment (authentic assessment) yang bersifat langsung (direct
assessment).
Observasi sistematis berupa suatu pedoman yang bersifat standart atau baku,
sehingga mampu mendapatkan data kuantitatif dalam jumlah dan kualitas yang
memadai. Namun kelemahan observasi seperti ini dianggap kurang informatif.
Self Report
Self report dapat berbentuk angket atau kuesioner yang diberikan kepada para
peserta didik untuk mengungkap tentang wawasan, pandangan atau aspek
kepribadian, yang jawabannya dapat diberikan secara tertulis. Keuntungan
menggunakan metode angket, yaitu bisa digunakan untuk kelas yang besar, dan
membutuhkan waktu yang relatif singkat. Dilihat dari cara menjawabnya, angket dapat
dibedakan menjadi angket terbuka dan tertutup. Angket terbuka bila pihak yang ingin
mengisi diberikan kesempatan untuk menjawab sesuai perasaan dan pengalaman
mereka. Sedangkan pada angket tertutup, pihak penjawab tidak diberi kebebasan untuk
menjawab pertanyaan sesuai pengalaman dan perasaan mereka. Sebab pada kuesioner
jenis ini sudah diberikan alternatif jawaban mulai dari kategori sangat senang sampai
pada kategori tidak senang, atau dari setuju hingga tidak setuju.
Metode Wawancara
Metode Tes
Metode asesmen dalam PTK dapat dibedakan menjadi tes dan non tes. Metode tes
bisa bersifat formal dan non formal. Dikatakan sebagai metode tes formal apabila
dalam suatu kali tatap muka di kelas seluruhnya digunakan untuk kegiatan
penyelenggaraan tes. Tes formal ini dapat dikatakan sebagai indirect assessment
(asesmen yang bersifat tidak langsung). Artinya bahwa asesmen tersebut dilaksanakan
secara terpisah dengan kegiatan pembelajaran, sehingga balikan baru akan
diperoleh oleh para peserta didik pada pertemuan berikutnya setelah selesainya
kegiatan tes. Tes ormal bisa berbentuk tes tulis, tes lesan, dan tes kinerja. Metode
tes tulis bentuk atau format instrumennya bisa berupa item tes isian, item tes
uraian, pilihan benar salah, pilihan menjodohkan, dan pilihan ganda. Sedangkan
metode tes kinerja instrumennya bisa berbentuk item paper/pen tes, item tes
identifikasi, item tes simulasi, dan item uji petik kerja. Tes nonformal adalah tes
yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran di
kelas. Tes nonformal ini dapat dikatakan pula sebagai tes langsung (tergolong ke
dalam direct assessment). Dikatakan sebagai direct assessmentkarena tes dilaksanakan
bersamaan dengan proses pembelajaran. Pada saat itulah pendidik bisa melakukan
asesmen, yang secara langsung pendidik bisa memberikan feedback secara
langsung yang tidak harus ditunda-tunfa pelaksanaannya. Kedua metode metode tes di
atas lebih bersifat kuantitatif, yang interpretasinya mengarah pada benar dan salah.
Berbeda dengan metode non tes, yang lebih bersifat kualitatif, sehingga
interpretasinya mengarah pada aspek psikologis dan aspek lainnya (sangat setuju
hingga sangat tidak setuju, sangat senang hingga sangat tidak senang).
9. Langkah-langkah melaksanakan tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan guru peserta setelah
memperoleh simpulan dari interpretasi data dan refleksi.
o Apabila hasil refleksi menunjukkan bahwa tujuan perbaikan pembelajaran belum berhasil
seperti yang diharapkan, kegiatan perbaikan tindakan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Untuk menentukan tindak lanjut yang tepat, guru peserta perlu mencari faktor-faktor yang
diduga kuat sebagai penyebab kekurang-berhasilan perbaikan pembelajaran. Penyebab
inilah yang harus digunakan sebagai dasar untuk merumuskan rencana tindakan pada
siklus berikutnya.
o Apabila hasil interpretasi dan refleksi diperoleh simpulan bahwa tindakan yang dilakukan
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, guru peserta dapat melanjutkan ke siklus
berikutnya untuk lebih mengoptimalkan hasil perbaikan, atau mengakhiri PTK dan
menyusun laporan.
Rencana tindak lanjut untuk siklus berikutnya dituangkan dalam skenario pembelajaran
dalam bentuk RPP dengan berbagai perangkatnya.