Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Tindakan Kelas


1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang
mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti.penelitian
tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research.
Action research sesuai dengan arti katanya, diterjemahkan menjadi
penelitian tindakan. Oleh Carr & Kemmis (McNiff, 1991) didefinisikan
sebagai berikut:
1) Penelitian tindakan kelas adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan
yang dilakukan melaluui refleksi diri.
2) Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi
yang diteliti, seperti guru, siswa, atu kepala sekolah.
3) Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi
pendidikan.
4) Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki dasar pemikiran dan
kepantasan praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersebut, serta
situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilaksanakan.
Dari keempat ide pokok tersebut dapat kita simpulkan bahwa
penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang
menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang
yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan
dalam berbagai aspek. Dengan berbekal pengertian ini, penellitian
tindakan kelas dapat diartikan yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat.

5
Menurut Arikunto (Suyadi,2012), PTK adalah gabungan pengertian dari
kata “penelitian, tindakan dan kelas”. Penelitian adalah kegiatan mengamati suatu
objek, dengan menggunakan kaidah metodologi tertentu untuk mendapatkan data
yang bermanfaat bagi peneliti dan dan orang lain demi kepentingan bersama.
Selanjutnya tindakan adalah suatu perlakuan yang sengaja diterapkan kepada
objek dengan tujuan tertentu yang dalam penerapannya dirangkai menjadi
beberapa periode atau siklus. Dan  kelas adalah tempat di mana sekolompok
siswa belajar bersama dari seorang guru yang sama dalam periode yang sama.

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


Berdasarkan pada pengertian di atas, PTK memiliki karakterlistik
tersendiri sebagai pembeda dengan penelitian-penelitian lainya. Adapun
beberapa karakter tersebut adalah:
1) PTK hanya dilakukan oleh guru yang memahami bahwa proses
pembelajaran perlu diperbaiki dan ia terpanggil jiwanya untuk
memberikan tindakan-tindakan tertentu untuk membenahi masalah
dalam proses pembelajaran dengan cara melakukan kolaborasi. Menurut
Usman (Daryanto,2011) guru dengan kompetensi tinggi merupakan
seorang yang memiliki kemampuan dan keahlian serta keterampilan
dalam bidangnya. Sehingga Ia dapat melakukan fungsi dan tugasnya
sebagai pengajar dan pendidik dengan maksimal.
2) Refleksi diri, refleksi merupakan salah satu ciri khas PTK yang paling
esensial. Dan ini sekaligus sebagai pembeda PTK dengan penelitian
lainnya yang menggunakan responden dalam mengumpulkan data,
sementara dalam PTK pengumpulan data dilakukan dengan refleksi
diri. (Tahir,2012)
3) Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di dalam “kelas” sehingga
interaksi antara siswa dengan guru dapat terfokuskan secara maksimal.
“Kelas” yang dimaksud di sini bukan hanya ruang yang berupa gedung,
melainkan “tempat” berlangsungnya proses pembelajaran antara guru
dan murid. (Suyadi,2012)

6
4) PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara terus
menerus. PTK dilaksakan secara berkesinambungan di mana setiap
siklus mencerminkan peningkatan atau perbaikan. Siklus sebelumnya
merupakan patokan untuk siklus selanjutnya. Sehingga diperoleh model
pembelajaran yang paling baik. (Daryanto,2011)
5) PTK merupakan salah satu indikator dalam peningkatan
profesionalisme guru, karena PTK memberi motivasi kepada guru
untuk berfikir Kritis dan sistematis, membiasakan guru untuk menulis,
dan membuat catatan yang dapat. Di mana semua itu dapat menunjang
kemampuan guru dalam pembelajaran. (Daryanto,2011)
6) PTK bersifat fleksibel sehingga mudah diadaptasikan dengan keadaan
kelas. Dengan demikian proses pembelajaran tidak monoton oleh satu
model saja.(Tahir,2012)
7) PTK menggunakaan metode kontekstuall. Artinya variable- variable
yang akan dipahami selalu berkaitan dengan kondisi kelas itu sendiri.
Sehingga data yang diperoleh hanya berlaku untuk kelas itu saja dan
tidak dapat digeneralisasikan dengan kelas lain. (Tahir,2012)
8) PTK dalam pelaksanaannya terbikai dalam beberapa pembagian waktu
atau siklus. (Sukardi,2011)
9) PTK tidak diatur secara khusus untuk memenuhi kepentingan penelitian
semata. melainkan harus disesuaikan dengan program pembelajaran
yang sedang berjalan di kelas tersebut. (Sanjaya,2010)
10) Menurut Ibnu (dalam Aqib,2009) memaparkan bahwa PTK memiliki
karakteristik dasar yaitu:
a. Dalam pelaksanaan tindakan berdasarkan pada masalah yang
dihadapi guru;
b. Adanya perpaduan dalam pelaksanaanya;
c. Peneliti sebagai media yang melakukan refleksi;
d. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik
instruksional;
e. Dalam pelaksanaannya terbagi beberapa siklus atau periode.

7
3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas mempunyai manfaat yang cukup besar,
baik bagi guru, pembelajaran maupun bagi sekolah. Berikut ini akan saya
sampaikan manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas yang saya kutip dari
sebuah buku Penelitian Tindakan Kelas, IGAK Wardani.
1) Manfaat Penetitian Tindakan Kelas bagi Guru
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas bagi guru mempunyai
beberapa manfaat sebagai berikut :
a. Penelitian Tindakan Kelas bisa dimanfaatkan oleh guru untuk
memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
Karena bagaimanapun juga sasaran akhir dari sebuah Penelitian
Tindakan kelas (PTK) adalah adanya perbaikan pembelajaran.
Perbaikan pembelajaran ini akan menimbulkan rasa puas bagi
guru, karena ia sudah melakukan usaha untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran yang dikelolanya. Disamping itu hasil PTK
akan di sebarkan kepada teman sejawat, sehingga dapat memacu
rekan kerja lainnya untuk mencobakan hasil tersebut dan mencoba
melakukan perbaikan pembelajaran di kelasnya.
Disamping itu, guru-guru yang membaca sebuah hasil PTK akan
seolah-olah merasakan masalah yang dihadapinya. Jika masalah
yang dihadapinya mirip dengan masalah yang diteliti melalui
PTK, guru tersebut dapat memanfaatkan temuan PTK untuk
memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya, meskipun kondisi
kelas yang dihadapinya cukup unik.
Dengan demikian sasaran manfaat PTK semakin meluas. Tidak
hanya pada guru yang melakukan PTK tersebut, tetapi juga akan
dilaksanakan pada kelas-kelas yang gurunya termotivasi untuk
melakukan PTK.

8
b. Dengan melakukan PTK guru dapat mengembangkan
keprofesionalannya di dalam memperbaiki pembelajaran.
Melalui PTK guru mampu berkembang secara profesional. Guru
mampu menemukan sendiri masalah yang dihadapi dalam
poembelajaran di kelas. Kemudian memperbaiki masalah yang
dihadapi dalam pembelajaran tersebut melalui PTK. 
Perkembangan kemampuan guru akan diasah. Mulai dari kempuan
pemula, sampai ke ahli. Semua butuh proses yang harus dilalui
oleh guru.
c. PTK membuat guru lebih percaya diri
PTK mampu membuat guru berkembang sabagi insan yang
profesional, maka sebagai konsekuensinya PTK juga mampu
membuat guru sebagai isan yang lebih percaya diri. Guru yang
mampu menganalisis dan mengatasi kelemahannya adalah guru
yang percaya diri. Guru mampu membuat PTK apalagi mampu
mempublikasikannya. Sungguh merupakan sesuatu yang patut
untuk dibanggakan.
d. Melalui PTK, guru berkesempatan untuk mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan sendiri.
PTK tentunya merupakan sebuah penelitian yang berawal dari
masalah yang ditemukan sendiri oleh guru di dalam pembelajaran
yang dia ampu. kemdian guru menganalisis masalah tersebut dan
mencari solusi untuk mengatasinya. Disinilah pengetahuan guru
dan keterampilan yang ia miliki diasah dan dikembangkan.
Dengan membaca sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah
yang dialaminya menjadikan pengetahuan guru semakin
bertambah.
2) Manfaat PTK Bagi Pembelajaran Siswa
Mengacu kepada karakteristik PTK sebagai penelitian yang
bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran
akhir adalah hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.

9
Sebaliknya jika kesalahan dalam pembelajaran dibiarkan begitu saja
maka hasil belajar siswa pun akan tetap sama bahkan cenderung
menurun.
3) Manfaat PTK Bagi Sekolah
Sekolah yang para gurunya melakukan PTK tentu akan memetik
banyak sekali manfaat. Manfaat tersebut diantaranya menjadikan
sekolah berkembang dengan pesat. Bila kegiatan pembelajaran sudah
diperbaiki pastilah akan meningkatkan hasil belajar siswa. Bila hasil
belajar sudah meningkat, maka prestasi sekolah pun demikian. 

B. Strategi Pembelajaran
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Definisi / pengertian strategi pembelajaran. Secara umum strategi
dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak
dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan
dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikn sebagai pola-pola
umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Sanjaya (2007). Dalam dunia pendidikan, strategi
diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan
yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat
tersebut, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada
siswa (Sanjaya, 2007).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
yang termasuk juga penggunaan metide dan pemanfaatan berbagai

10
sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam
penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana
kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai
tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan
langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan
sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat
diukur keberhasilannya.
2. Macam- macam Strategi Pembelajaran
Menurut Sanjaya (2007) ada beberapa strategi pembelajaran yang
harus dilakukan oleh seorang guru :
1) Strategi pembelajaran ekspositori
2) Strategi pembelajaran inquiry
3) Strategi pembelajaran berbasis masalah
4) Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan
strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir
siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu
saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses
menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses
dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah
model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan
kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau
pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang
diajarkan.
Dari pengertian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung di
dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir.
Pertama, strategi pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang
bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan

11
yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah bukan sekedar siswa
dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana
siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui
kemampuan berbahasa secara verbal.
Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial
merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya
pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman
sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan berdasarkan kemampuan
anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap
berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-
hari. Ketiga, sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan
masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
5) Strategi pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat
unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: (a) adanya
peserta dalam kelompok, (b) adanya aturan kelompok, (c) adanya
upaya belajar setiap kelompok, dan (d) adanya tujuan yang harus
dicapai dalam kelompok belajar. Strategi pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan
terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan
(reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang
dipersyaratkan.
6) Strategi pembelajaran kontekstual CTL
7) Strategi pembelajaran afektif

12
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi
pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan
nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran
seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu
memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi
penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung
jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus,
dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai
perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang
dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap
anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan
santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran
yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan
dalam keluarga dan lingkungan keluarga. Strategi pembelajaran
afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang
mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini
diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang
dianggapnya baik.

C. Penerapan Metode Tanya Jawab


Penyampaian materi hak anak di rumah dan di sekolah di kelas I bila
hanya menggunakan metode ceramah apa yang menjadi tujuan pembelajaran
tidak tercapai dengan optimal sebab ditinjau dari pengertian, kata hak adalah
sesuatu yang abstrak. Untuik siswa kelas I yang berusia 6/7 tahun, menurut
Jean Peaget taraf berfikirnya kategori preoperasional periode dalam tahapan
intuitif. Dimana siswa hanya dapat memahami melalui pengamatan yang
bersifat egosentrik (berpusat pada dirinya, belum memahami cara orang lain
memandang untuk objek yang sama).
Juga dalam buku Tes dan Asesmen, hasil penelitian perbendaharaan
kata anak usia 6/7 tahun baru mencapai + 2500 kata. Bisa jadi kata hak tidak

13
termasuk dalam perbendaharaan kata yang dimiliki oleh siswa. Jadi kata hak
adalah suatu kata yang asing bagi siswa.
Agar materi anak di rumah dan di sekolah dapat dipahami oleh siswa
kelas I dengan baik, guru perlu suatu strategi dalam penyampaiannya. Melihat
karakteristik siswa kelas I bahwa hal-hal yang bersifat konkret lebih mudah
dipahami dari pada yang abstrak, kemampuan mengingat (memori) dan
berbahasa berkembang sangat cepat, sebaiknya dalam menyampaikan materi
guru menggunakan alat peraga berupa gambar yang dialami siswa di rumah
dan di sekolah serta mengajak siswa bercakap dengan bertanya jawab tentang
gambar yang diperlihatkan guru, dan menjelaskan kata-kata yang tidak
dipahami oleh siswa.
Materi hak anak di rumah dan di sekolah sebenarnya sejalan atau
relevan dengan kebutuhan siswa. Bila siswa benar-benar memahaminya,
belajar akan mempunyai makna pada diri siswa, siswa sadar akan haknya.
Sependapat dengan prinsip belajar menurut Carl Rogers (1969) belajar
bermakna bila materi relevan dengan kebutuhan anak. Oleh sebab itu agar
siswa dalam belajar memperoleh makna, guru dalam perbaikan
pembelajarannya :
1. Menggunakan metode yang bervariasi.
2. Menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi.
3. Menambah dan memperluas perbendaharaan kata siswa.
4. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa.
Metode dan strategi pengajaran yang dapat mengatasi dan mencapai
tujuan pelajaran PKn pada pokok bahasan hak anak dirumah dan di sekolah
adalah menggunakan metode ceramah bervariasi. Metode ceramah bervariasi
mempunyai keuntungan sebagai berikut :
1. Dapat digunakan untuk menyajikan beberapa materi dalam satu kali sajian
sehingga waktu menjadi lebif efisien. Dengan cara ini diharapkan materi
pelajaran dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang disediakan dengan
penyajian yang bermakna dan menarik.
2. Dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.

14
3. Menunjukkan daya tarik siswa dalam belajar karena ssiswa dapat terlibat
langsung dalam pembahasan dan materinya.
4. Meningkatkan rasa percaya diri.
5. Mengaktifkan penggunaan pendekatan ketrampilan proses dalam
melaksanakan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kecerdasan
siswa.
Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ceramah
bervariasi akan memudahkan guru ataupun siswa dalam menginternalisasi
konsep-konsep dan nilai-nilai dari suatu pengetahuan. Dengan metode
ceramah bervariasi, kegiatan dan keterlibatan siswa sangat tinggi dalam
pelajaran serta mampu meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran
PKn.

D. Hasil Belajar Siswa


1. Pengertian Hasil Belajar Siswa
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa
dipisahkan. Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang
sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa
yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu
dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru.
Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus
bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa
adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.
Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima
perlakukan dari pengajar (guru),  seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004). Sedangkan
menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam

15
hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan
dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa
setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni
faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989).
Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa
perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh
Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 %
dipengaruhi oleh  kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh
lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan
yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002).
"Belajar  adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya" (Ali Muhammad, 2004). Perubahan perilaku dalam proses
belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya
berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil
apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi
perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan
kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah
profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik
di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku
(psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan
personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan.
Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh
siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan

16
dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat
dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu
penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar
yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri
individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

E. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Kata motivasi berasal dari kata “motif”, yang berarti alasan
melakukan sesuatu, sebuah kekuatan yang menyebabkan seseorang
bergerak melakukan suatu kegiatan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Depdikbud, 1996) motivasi didefinisikan sebagai dorongan
yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan
suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sondang P. Siagian (2004),
memberikan definisi motivasi sebagai daya dorong yang mengakibatkan
seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan, tenaga dan
waktunya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Dengan demikian motivasi merupakan usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak untuk
melakukan sesuatu keinginan mencapai tujuan yang dikehendakinya atau
mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Untuk itu, motivasi adalah
suatu proses internal yang mengaktifkan, membimbing, dan
mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu. Dengan kata
lain, motivasi adalah apa yang membuat kita berbuat, membuat kita tetap
berbuat dan menentukan ke arena mana yang hendak kita perbuat.
Motivasi dapat dikatakan sebagai pengaruh kebutuhan dan
keinginan pada intensitas dan arah seseorang yang menggerakkan orang
tersebut untuk mencapai tujuan dari tingkat tertentu. Menurut Mc.
Donald yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2002), motivasi adalah suatu
perubahan energi di dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan

17
timbulnya afektif, dan reaksi untuk mencapai tujuan, juga sebagai
dorongan dari dalam diri seseorang dan dorongan ini merupakan motor
penggerak.
Oleh karena itu, motivasi sebagai proses batin atau proses
psikologis yang terjadi pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor
eksternal (lingkungan), dan faktor internal yang melekat pada setiap
orang (pembawaan), tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu,
keinginan atau harapan masa depan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah suatu proses perubahan tenaga dalam diri individu yang
memberi kekuatan baginya untuk bertingkah laku (dengan giat belajar)
dalam usaha mencapai tujuan belajarnya.
Sedangkan belajar merupakan proses dasar dari perkembangan
hidup manusia, dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan
kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua
aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar,
karena seseorang hidup dan bekerja menurut apa yang telah dipelajari.
Belajar itu bukan hanya sekedar pengalaman, belajar adalah suatu proses,
bukan suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung aktif dan
integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk
mencapai hasil.
W.S Winkel (1996) mengatakan, bahwa belajar adalah suatu
aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan, pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, serta perubahan itu bersifat
secara relatif konstan dan tetap. Sedangkan yang dimaksud motivasi
belajar adalah keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu untuk belajar.
Menurut Afifudin (dalam Ridwan, 2008), motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri anak yang mampu
menimbulkan kesemangatan atau kegairahan belajar.

18
Menurut Winkel (2003) dalam Puspitasari (2012) definisi atau
pengertian motivasi belajar adalah segala usaha di dalam diri sendiri
yang menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar serta memberi arah pada kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki tercapai.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat
nonintelektual dan berperan dalam hal menumbuhkan semangat belajar
untuk individu.
Menurut Clayton  Alderfer dalam  Hamdhu  (2011) pengertian
motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan segala
kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau
hasil belajar sebaik mungkin.
2. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar Siswa
1) Motivasi Instrinsik (Motivasi Belajar Instrinsik)
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu
sendiri tanpa ada paksaan dan dorongan dari orang lain, tetapi atas
kemauan sendiri, misalnya siswa belajar karena ingin mengetahui
seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang
yang terdidik, semua keinginan itu berpangkal pada penghayatan
kebutuhan dari siswa berdaya upaya, melalui kegiatan belajar untuk
memenuhi kebutuhan itu.
Namun sekarang kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan
belajar giat, tidak ada cara lain untuk menjadi orang terdidik atau ahli,
lain belajar. Biasanya kegiatan belajar disertai dengan minat dan
perasaan senang. W.S. Winkel mengatakan bahwa : “Motivasi
Intrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri subyek
yang belajar”. Namun terbentuknya motivasi intrinsik biasanya orang
lain juga memegang peran, misalnya orang tua atau guru menyadarkan
anak akan kaitan antara belajar dan menjadi orang yang
berpengetahuan. Biarpun kesadaran itu pada suatu ketika mulai timbul
dari dalam diri sendiri, pengaruh dari pendidik telah ikut menanamkan

19
kesadaran itu. Kekhususan dari motivasi ekstrinsik ialah kenyataan,
bahwa satu-satunya cara untuk mencapai tujuan yang ditetapkan ialah
belajar.
2) Motivasi Ekstrinsik (Motivasi Belajar Ekstrinsik)
Jenis motivasi ini timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah
karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
kondisi yang demikian akhirnya ia mau belajar. Winkel mengatakan
“Motivasi Ekstrinsik, aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri”.
Perlu ditekankan bahwa dorongan atau daya penggerak ialah
belajar, bersumber pada penghayatan atau suatu kebutuhan, tetapi
kebutuhan itu sebenarnya dapat dipengaruhi dengan kegiatan lain,
tidak harus melalui kegiatan belajar. Motivasi belajar selalu
berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri,
walaupun orang lain memegang peran dalam menimbulkan motivasi
itu, yang khas dalam motivasi ekstrisik bukanlah ada atau tidak
adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin
dipenuhi pada dasarnya hanya dapat dipenuhi dengan cara lain.
Berdasarkan uraian di atas maka motivasi belajar esktrinsik dapat
digolongkan antara lain:
a. Belajar demi memenuhi kewajiban.
b. Belajar dmei menghindari hukuman.
c. Belajar demi memperoleh hadiah materi yang dijanjikan.
d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.
e. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting (guru
dan orang tua).
f. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi
memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/golongan administrasi.

20
F. Model Pembelajaran Example non Example
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran ialah suatu pola yang digunakan untuk
penyusunan kurikulum, mengatur materi dan memberi petunjuk kepada
guru di kelas (Agus Suprijono, 2009). Menurut Akhmad Sudrajat (2008)
model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru”.
Joyce (dalam Trianto, 2009) berpendapat bahwa model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-
lain”. 
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang disajikan oleh para
perancang pembelajaran dan para pengajar yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk mencapai
tujuan belajar. Arends (dalam Trianto, 2009) menyeleksi enam model
pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar,
yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran
kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas.
Dari enam model pembelajaran di atas, model pembelajaran yang
menekankan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar ialah pembelajaran kooperatif. 
2. Pengertian Model Pembelajaran Example non Example
Hary Kurniadi (2010) menyatakan bahwa model pembelajaran
examples non examples atau juga biasa disebut examples and non-
examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar
sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan

21
dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah
bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar”.
Buehl (dalam Hary Kurniadi, 2010) penggunaan model
pembelajaran examples non examples ini lebih menekankan pada konteks
analisis siswa”.
Jadi, examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi
contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-examples
memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu
materi yang sedang dibahas. Dengan memusatkan perhatian siswa
terhadap examples dan non-examples diharapkan akan dapat mendorong
siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang
ada.  

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples 


Agus Suprijono (2009) menyebutkan langkah-langkah dalam
model pembelajaran examples non examples sebagai berikut: 

1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan


pembelajaran. 
2) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/ menganalisa gambar. 
3) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat pada kertas. 
4) Mulai dari komentar/ hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan
materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 
5) Kesimpulan.

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Example non


Example
Menurut Buehl (dalam Hary Kurniadi, 2010) kelebihan dari model
examples non examples antara lain: 

22
1) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih
komplek. 
2) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang
mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif
melalui pengalaman dari examples dan non examples. 
3) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi
karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non
example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang
merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada
bagian examples. 
Hary Kurniadi (2010) kelemahan dari model examples non examples
antara lain: 

1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar. 


2) Memakan waktu yang lama.

G. Hak Anak di Rumah dan di Sekolah


1. Pengertian hak anak
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata hak diartikan sebagai
kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu. Dan
dalam kamus Ilmiah Populer hak mempunyai arti yang benar, tetap dan
wajib, kepunyaan yang sah. Pengertian hak adalah segala sesuatu yang
diperoleh atau dimiliki dan apabila tidak diperoleh maka berhak untuk
menuntut.
Adapun kata anak dalam kitab Undang-Undang Hak Asasi Manusia
1999 dan Undang-Undang tentang Unjuk Rasa, anak didefinisiskan
sebagai manusia di bawah 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak
dalam kandungan.
Peneliti dapat simpulkan pengertian hak anak dari arti kata hak dan
anak tersebut, bahwa segala sesuatu yang harus didapatkan atau

23
diterima oleh anak dan apabila tidak diperoleh, anak berhak menuntut
hak tersebut. Dalam hal ini yang yang wajib memenuhi, menjamin serta
melindungi adalah orang tua, keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Berikut adalah beberapa contoh hak anak di rumah dan di sekolah:
2. Hak Anak di rumah:
Selain memiliki kewajiban seorang anak juga mempunyai hak di
rumah. Hak adalah segala sesuatu yang kita dapatkan. Hak anak di rumah
adalah sebagai berikut:
1) Mendapat kasih sayang dari orang tua
Ini adalah hak anak yang mutlak harus ada karena anak dan orang
tua memiliki ikatan batin. Namun ada juga jaman sekarang dimana
orang tua banyak membuang anaknya karena malu.
2) Mendapat bimbingan orang tua.
Tugas orang tua adalah membimbing anak mereka agar saat
dewasa menjadi pribadi yang baik.
3) Mendapat waktu bermain.
Anak-anak sangat memerlukan waktu bermain dengan tujuan
untuk bersosialisasi dengan lingkungan dan mengembangka
kreatifitasnya bila tidak si anak akan menjadi anti sosial yaity tidak
suka berada di tengah-tengah masyarakat.
4) Mendapat makanan dan pakaian.
Seorang anak berhak mendapat makanan dan pakaian untuk
kelangsungan hidupnya. Apalagi anak yang mempunyai kebutuhan
khusus maka orang tualah yang memberinya makanan.
5) Mendapat tempat tinggal.
Untuk hal ini layak atau tidaknya tempat tinggal untuk anak
disesuaikan dengan kemampuan tiap-tiap orang tua.
3. Hak Anak di Sekolah
Selain melaksanakan kewajiban dan larangan disekolah, siswa juga
memiliki haknya disekolah. Adapun Hak-hak Siswa di Sekolah yaitu:

24
1) Siswa berhak mengikuti pelajaran dan mendapatkan pengajaran
selama tidak melakukan kesalahan.
2) Siswa berhak membaca dan meminjam buku yang ada diperpustakaan.
3) Siswa berhak menggunakan semua fasilitas yang ada disekolah
dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku.
4) Siswa berhak mendapatkan piagam dan penghargaan atas prestasi
yang diperoleh.
5) Siswa berhak mendapatkan bimbingan dengan masalah yang dialami.
Maksudnya, jika siswa belum bisa membaca, belum memahami
pelajaran siswa berhak mendapat bimbingan dari guru agar bisa
membaca dan dapat memahami pelajaran yang diberikan.
6) Siswa berhak mendapatkan ilmu keagamaan dan keterampilan.
7) Siswa berhak mendapatkan perlakuan adil dari guru, meskipun Anda
termasuk orang yang lambat dalam memahami pelajaran.
Memperoleh nilai dari hasil belajar.

25

Anda mungkin juga menyukai